Wednesday, April 25, 2012

BERKATA BENAR TENTANG TUHAN

Ayub 42: 7,8 Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub. 8 Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."

Bagaimana respon anda jika seorang pengkhotbah berdiri ditempat ini dan berkhotbah selama kurang lebih 1,5 jam, dan selama itu juga dia banyak berkhotbah tentang bermacam-macam doktrin seperti: Kristologi, antropologi, Mariologi, Theologi, dan logi-logi yang rumit lainnya? Apakah kita akan berusaha memperhatikan dan memahami semua ajaran Alkitab yang mendalam itu? Ataukah kita langsung menutup hati rapat-rapat dengan berkata “Ah, itu Firman Tuhan bukan untuk saya, terlalu berat....,” tanpa sedikitpun ada usaha untuk mengerti Firman Tuhan itu.
 Atau bagaimana respon anda jika suatu saat kita membaca sebuah majalah dengan topik artikel eksegesis pendalaman Alkitab yang begitu teoritis, dan penuh nuansa akademis, mis: penjelasan kata ibrani dan yunani untuk sebuah ayat, latar belakang sebuah kitab ditulis, arkeologi,dsb, kira-kira apa respon kita? Berusaha membaca dengan keterbatasan otak kita; Mencoba untuk mengerti walau sukar dipahami; atau sebaliknya, kita langsung menutup artikel itu dan mengabaikannya, dengan menganggapnya itu sebagai artikel yang tidak penting?

 Dalam situasi-situasi yang seperti demikian umumnya ada dua respon yang berbeda. Respon pertama adalah berusaha mempelajari sedalam-dalamnya Firman yang berat itu; Berupaya untuk memacu pemahaman dan menambah pengertian kita akan pengenalan akan Tuhan Yesus; dan berjuang untuk menemukan kebenaran itu. Bagi dia, pengenalan akan Tuhan itu semacam sebuah pencarian harta karun, dimana semakin banyak di dalami, maka semakin banyak harta terpendam yang akan ditemukan.

 Sementara itu, respon yang kedua, yang menjadi respon umum kebanyakan orang Kristiani ialah: mengabaikan semua apa yang masuk dalam telinga dan panca indranya, karena apa yang masuk itu tidak sesuai dengan minat dan kesukaan hatinya. Orang tipe yang kedua ini bukan mencari apa yang baik bagi dirinya, tetapi ia mencari apa yang enak dan nyaman bagi dirinya. Karena itu jika mendengar atau membaca yang rumit bagi dirinya, ia akan langsung mengabaikan tanpa sedikitpun ada keinginan untuk mempelajarinya.

 Jika melihat pada diri saudara saat ini, kira-kira saudara berada di tipe yang mana. Tipe yang pertama yang suka menggali dan mempelajari kebenaran Firman Tuhan dengan segala daya kita, ataukah seperti tipe yang kedua: yang memilih firman atau bacaan yang enak-enak saja untuk dicerna?

 Sebelum saudara menjawabnya, saya ingin mengajak saudara merenungkan dari kisah Ayub dalam perikop yang kita baca. Kitab Ayub ini adalah kitab yang sangat menarik. Kalau kita membaca didalamnya kita akan menemukan sebuah kisah yang menarik, yaitu kisah penderitaan seseorang yang takut akan Tuhan, dan kemudian dipulihkan. Bukan Cuma kisah yang menarik, didalamnya juga terdapat majas puisi dan syair yang dapat menggugah perasaan kita. Lagipula kitab ini banyak sekali makna-makna teologis yang terkandung di dalamnya.

 Mari kita pelajari sedikit garis besar dari kitab ini. Pasal 1-2 ditulis dalam bentuk cerita tentang bagaimana kondisi Ayub yang mulanya kaya raya, punya banyak anak, dan hidup takut akan Tuhan, namun di pasal yang sama juga diceritakan bagaimana kemudian bencana itu menimpa mereka, harta benda lenyap, anak-anak semua meninggal, istri meninggalkan dia, bahkan ia terserang penyakit barah yang menyiksa. Setelah itu pada bagian ini diakhiri dengan bagaimana ketiga kawan Ayub datang untuk berempati dan menghibur Ayub. Pasal 3 mulailah masuk ke dalam keluh kesah Ayub. Di sini Ayub menyampaikan akan perasaan dan jeritan hatinya kepada kawannya. Ia merasa hidupnya sia-sia, lebih baik tidak lahir dari semula. Masuk pasal 4-31 terjadilah perdebatan antara Ayub dan kawan-kawannya. Ketiga temannya sepakat mengatakan bahwa Ayub berdosa. Kemudian mereka menjelaskan panjang lebar doktrin dan teologi yang mereka pahami selama ini untuk menjelaskan ke Ayub bahwa Ayub berdosa. Tentunya Ayub juga tidak mau kalah. Iapun menyampaikan pemaham teologinya tentang Allah kepada teman-temannya. Karena itu dalam 27 pasal ini isinya adalah perdebatan-perdebatan teologis tentang Allah.Masuk kepasal 32, tiba-tiba muncullah seorang yang asing, teman Ayub juga, yaitu Elihu, seorang yang masi muda. Di pasal 32-37 Elihu menoba untuk mengoreksi pemahaman-pemahaman teologis Ayub dan ketiga temannya. Elihu pun lantas berteologi dan berusaha menyampaikan pemahaman yang benar tentang Allah. Kemudian masuk di pasal 38-41, disinilah akhirnya Tuhan muncul dan berbicara kepada Ayub. Argumen Tuhan terlalu berhikmat, sehingga Ayub tidak lagi berani membantahnya. Akhirnya Ayub merendahkan diri dihadapan Tuhan.

 Memasuki pasal terakhir, yaitu pasal 42 merupakan kesimpulan sekaligus akhir dari kisah Ayub. Tuhan yang melihat kesabaran Ayub, dan kerendahan hatinya yang mau menundukkan diri dihadapan Tuhan, mencurahkan berkatnya dua kali lipat dari semula yang pernah Ayub terima. Hartanya lebih banyak dari semula, ia diberi anak yang gagah dan cantik. Sakitnyapun dipulihkan.
Namun bagaimana dengan nasib ketiga teman Ayub? Di ayat yang sudah kita baca dikatakan bahwa Tuhan marah kepada ketiga orang itu. Tuhan berkata “Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu,. . . .” Kalau kita memperhatikan Alkitab kita secara keseluruhan, kita dapat melihat murka Tuhan itu begitu mengerikan. Kata murka sendiri sudah menyatakan kemarahan yang besar. Orang yang terkena murka Tuhan pada umumnya akan mati. Ditambah lagi Tuhan berkata “Murka-Ku menyala....” Hal ini menunjukkan betapa kemarahan Tuhan sangat besar terhadap ketiga teman Ayub. Pertanyaannya mengapa Tuhan begitu marah terhadap ketiga teman Ayub hingga dikatakan ‘murka-Ku menyala’? Apa kesalahan yang diperbuat ketiga teman Ayub yang bisa memancing murka Tuhan? Mari kita melihat kembali ayat yang sudah baca. Disana Tuhan mengatakan: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub. 8 Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.” Dua kali Tuhan mengulangi alasan-Nya murka, yaitu: KARENA MEREKA TIDAK BERKATA BENAR TENTANG TUHAN.

 Inilah alasan mengapa Tuhan murka. Pernyataan-pernyataan teologis ketiga teman Ayub tentang Tuhan keliru. Mereka mengatakan bahwa semua hal yang buruk yang terjadi dalam hidup Ayub itu adalah karena hukuman Tuhan. Tuhan seakan menjadi sosok yang begitu kejam terhadap seorang Ayub. Mereka salah menggambarkan siapa Tuhan. Dan menceritakan hal yang salah tentang Tuhan, akan membawa pemahaman yang keliru. Tuhan Yesus sendiri pernah berkata dalam Markus 9:42 “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” Itulah seharusnya hukuman bagi orang yang menyesatkan orang lain. Lebih baik orang tersebut mati, daripada ia hidup untuk menyesatkan orang lain. 

Ketika saya merenung lebih jauh lagi. Saya bertanya-tanya: Apakah kira-kira ketiga teman Ayub ini sejak awal mengetahui bahwa mereka salah tentang Tuhan? Apakah mereka tau, bahwa perkataan mereka itu sudah mengajarkan yang tidak benar tentang Tuhan? Saya kira tidak. Mereka tidak pernah menyadarinya. Saya kira mereka terkejut ketika melihat respon Tuhan yang murka terhadap mereka. Yang pasti ketidaktauan mereka tentang Tuhan membawa kepada murka Tuhan. Dari sini kita dapat memetik pelajaran bahwa: Ketidaktahuan, atau ketidakmautahuan kita tentang Tuhan, dapat berdampak akan murka Tuhan. Apalagi jika kita adalah orang-orang yang harus berbicara tentang Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.

 Terkadang menyedihkan ketika kita melihat ada banyak orang Kristen yang asal cuap-cuap berbicara tentang Tuhan, seakan-akan mewakili suara Tuhan, namun pada dasarnya mereka tidak tau apa yang mereka bicarakan. Mereka berbicara tentang Tuhan berdasarkan pikiran mereka sendiri, namun tanpa pendalaman yang benar akan Firman Tuhan. Bahkan betapa mengerikan jika kita melihat ada orang-orang yang tidak pernah belajar Alkitab, tapi karena mimpi atau penglihatan, lalu ia berbicara atas nama Tuhan. Orang-orang demikian adalah orang-orang yang berpotensi untuk berbicara keliru tentang Tuhan.

Saya kira kitapun dapat terjebak dengan masalah yang sama. Entah sebagai orang tua yang harus menjelaskan tentang Tuhan kepada anak-anaknya, entah sebagai guru atau guru sekolah minggu yang mengajarkan tentang Tuhan kepada anak didiknya, entah sebagai kawan yang mengabarkan tentang Tuhan kepada kawan-kawannya, setiap kita memiliki kemungkinan untuk berkata keliru tentang Tuhan. Oleh sebab itu mari kita awasi diri kita baik-baik. Disatu sisi kita tidak bisa berkata “kalau begitu saya diam aja. Ga perlu ngomong apa-apa tentang Tuhan.” Itu juga keliru. Karena bukankah setiap kita dipanggil untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang dipanggil untuk memberitakan tentang Kristus? Jadi mau tidak mau kita harus menyampaikan berita tentang Tuhan Yesus. Itu adalah kewajiban kita. Karena itu mari kita dengan tekun mendalami Firman Tuhan. Mari kita pelajari baik-baik setiap Firman yang disampaikan di mimbar-mimbar. Jangan selalu berharap untuk mendapat Firman yang enak. Tapi berharaplah untuk mendapatkan Firman yang dalam, yang mampu menambah pengenalan dan pengetahuan kita akan Tuhan. Mulailah membaca buku-buku yang berbobot, dan menambah wawasan rohani kita. Tapi dalam kesemuanya itu, jangan lupa untuk memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan....Sebab tanpa hubungan yang intim maka semua apa yang kita pelajari tentang Tuhan itu hanyalah sekedar pengetahuan belaka. Orang yang mengetahui tentang Tuhan belum tentu mengenal siapa Tuhan, dan sebelum kita jelas mengenal siapa Tuhan, maka kita tidak akan dapat berkata benar tentang Tuhan. Mari, kejarlah terus pengenalan akan Tuhan yang benar, dan bersaksilah dengan benar tentang Tuhan. Biarlah hidup kita memuliakan Tuhan.

Wednesday, April 18, 2012

Permulaan Pengetahuan



Amsal 1:7 “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”

Banyak orang tua yang berlomba-lomba untuk menjadikan anak-anaknya menjadi yang terbaik. Karena itu sejak awal pendidikan anak-anak harus terus dipantau. Anak-anak diikutsertakan berbagai macam khursus, les, pelatihan, dsb. Bahkan kalau bisa anak-anak dimasukan sekolah sebelum waktunya. Tujuannya agar tidak ketinggalan, banyak pengetahuan, dan menjadi lebih pandai dari semuanya.
Saya kira hal itu adalah keinginan yang wajar. Namun ingat, sebagai orang tua Kristen, kita harus terlebih dahulu mendidik anak-anak kita untuk hidup takut akan Tuhan. Penulis Amsal mengatakan ‘Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.’ Pengetahuan yang didasari hidup takut akan Tuhan akan menghasilkan pribadi yang berhikmat. Sebaliknya pengetahuan tanpa takut akan Tuhan hanya akan menghasilkan pengetahuan yang fana. Karena itu didiklah setiap anak-anak kita untuk takut akan Tuhan terlebih dahulu.
Didiklah anak kita untuk menjadi orang yang berhikmat, tidak sekedar pintar.

Friday, April 13, 2012

4 TIPE PELAYAN DALAM KISAH NAAMAN




Kita mungkin sudah sering membaca dan mendengar kisah Naaman sejak kita kecil. Sebuah kisah tentang seorang panglima Aram yang terpandang karena sering membawa kemenangan bagi orang Aram. Namun orang yang terpandang itu terkena kusta; dan bagaimana akhirnya ia bisa berjumpa dengan nabi Elisha; iapun disembuhkan; dan Naaman menjadi orang yang percaya kepada Tuhan.

Namun pada kali ini saya tidak mau menceritakan lagi kronologis kisah itu dengan detil, karena pasti kalian sudah sering mendengar cerita ini. Saat ini saya ingin kita melihat dari sudut pandang yang berbeda dari kisah ini. Ketika saya membaca bagian FT ini, saya menemukan ada 4 tipe pelayan dengan peran yang berbeda. Yang menjadi objek disini adalah Naaman, seorang tentara aram yang tidak mengenal Tuhan. Sementara itu dalam cerita ini ada 4 pelayan Tuhan yang sudah mengenal Tuhan, dan menariknya, ke 4 pelayan ini memiliki andil masing-masing untuk membawa Naaman mengenal Tuhan.

Tipe pelayan pertama ada di ayat 2 dan 3. “Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” Siapakah anak perempuan itu? Kita tidak tau dan kenal siapa dia. Namun yang pasti dia adalah seorang yang sangat tidak terpandang. Zaman dulu wanita adalah masyarakat kelas 2 yang tidak terlalu dianggap. Gadis itu bukan hanya seorang wanita, namun ia juga masih kanak-kanak, yang membuatnya tambah tidak dianggap. Bahkan status gadis ini adalah seorang tawanan / budak. Jadi jelas sekali bahwa gadis ini pasti seorang yang tergabung dalam kelompok minoritas, yang tidak mempunyai hak sama sekali, dan tidak dianggap oleh siapapun juga. Namun menariknya, ketika ia melihat penyakit yang diderita tuannya, gadis ini memberanikan diri untuk memberitakan kabar baik kepada Naaman. Ia memperkenalkan ada seorang nabi di Israel yang bisa menyembuhkan dia. Saya berpikir, mungkin saja gadis ini awalnya mau memperkenalkan Allah. Tetapi tentunya akan dianggap lancang oleh Naaman, karena orang Aram juga memiliki Allah sendiri. Karena itu gadis ini hanya memperkenalkan nabi Elisha, seorang yang dekat dengan Allah.

Inilah tipe pelayan pertama. Dia orang yang terbatas, tetapi ada kerinduan untuk memperkenalkan kabar baik. Jika dikontekskan ke zaman sekarang, mungkin itu seperti orang-orang Kristen, yang sederhana, dan terbatas, tetapi ada kerinduan dalam hatinya untuk membawa jiwa datang kepada Tuhan. Namun karena mereka tidak fasih bicara, lantas mereka hanya mengajak ke gereja, mengikuti persekutuan, dan keindahan di dalam tubuh Kristus, dengan harapan kelak orang-orang ini mengenal Kristus. Ini tipe pertama.

Tipe pelayan kedua diwakili oleh nabi Elisa sendiri. Ia adalah pelayan yang menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan kuasa dan maksud Tuhan. Ia adalah pelayan Tuhan yang dipercayakan untuk menyatakan kasih karunia Tuhan. Dan melalui nabi Elisalah, kuasa Tuhan, firman Tuhan, dan kehendak Tuhan dinyatakan terhadap Naaman. Kalau dikontekskan ke zaman sekarang ini mungkin seperti para pemberita injil atau para hamba Tuhan. Walaupun hamba Tuhan bukan seorang nabi. Para hamba Tuhan adalah orang-orang yang dipanggil Tuhan untuk menjadi pemberita Firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang meluangkan waktu secara full time untuk merenungkan Firman Tuhan, menggali, memahaminya, dan kemudian membagikan berkat Firman itu kepada jemaat yang dilayani. Mereka adalah orang-orang yang berusaha menyelami isi maksud hati Tuhan lewat Firman-Nya, dan membagikan kehendak Tuhan itu kepada jemaat. Inilah tipe pelayan yang kedua.

Tipe pelayan yang ketiga dalam teks ini, yang juga jarang dikhotbahkan adalah tokoh pegawai-pegawai Naaman. Ketika gengsi dan harga diri Naaman tersinggung karena disuruh Elisha untuk mandi di sungai Israel, dimana dia berpikir bahwa tindakan mandi di sungai itu memalukan; dan ketika Naaman berencana untuk mengabaikan Firman itu dan pulang kembali ketempatnya, pegawai-pegawainya mengatakan “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.” Lalu Naaman berpikir lagi, bahwa benar juga apa yang dikatakan pegawainya. Dan kemudian ia pergi kesungai yang diperintahkan oleh Elisa, dan sembuhlah ia. Kalau dipikir-pikir, seandainya tidak ada pegawainya yang mengingatkan dia waktu itu, apakah Elisha akan sembuh? Tidak! Jika Elisha tidak sembuhpun maka ia tidak akan menyembah kepada Tuhan, dan tetap menyembah dewanya sendiri. Pegawai-pegawainya ini dipakai Tuhan untuk meneguhkan firman yang telah disampaikan oleh Elisa. Inilah tipe orang yang ketiga. Mungkin dia bukan penyampai Firman yang baik. Mungkin ia bukan seorang yang bermisi mengajak orang untuk datang kepada Tuhan. Tetapi ia dipakai untuk meneguhkan kebenaran Firman Tuhan yang didengarkan. Ia dipakai untuk memotivasi dan meyakinkan akan kebenaran Firman Tuhan.

Inilah tiga tipe pelayan yang dipakai Tuhan dengan perannya masing-masing yang kemudian berhasil membawa seorang Naaman datang kepada Tuhan. Kalau dibilang peran siapa yang paling penting? Saya katakan semuanya penting. Karena jika salah satu dari mereka tidak ada, maka Naaman tidak akan bertobat dan percaya Tuhan.

Sekarang kita melihat tipe pelayan yang keempat. Dia adalah Gehazi, bujangnya Elisa. Siapakah Gehazi? Saya kira Gehazi adalah orang yang sudah tahu banyak tentang Tuhan. Ketika menjadi bujangnya Elisa, ada banyak peristiwa yang mestinya membuat dia terkagum-kagum akan kuasa Tuhan. Tentunya dia pernah menyaksikan bagaimana Elisa membuat air yang pahit menjadi manis, ia juga pernah melihat bagaimana Elisa bernubuat dan semua nubuatannya tergenapi, ia juga tau kisah tentang minyak seorang janda yang tidak habis-habis, bahkan ia pernah menyaksikan seorang anak perempuan Sunem yang mati dan kemudian dibangkitkan. Saya kira ada banyak sekali pengalaman-pengalaman rohani yang luar biasa yang seharusnya mampu membuatnya makin dekat dengan Tuhan.

Namun seperti pepatah ‘Ayam mati di lumbung padi’ demikianlah juga dengan keadaan Gehazi. Walaupun ia tinggal di lingkungan yang dapat dikatakan sebagai ‘lumbung rohani’, namun Gehazi mengalami kematian secara Rohani. Hal ini dapat dilihat dari perubahan hidupnya, atau apa yang diperbuatnya. Setelah Naaman disembuhkan, dan hendak memberikan beberapa barang berharga sebagai imbalannya, Elisa menolak. Dipaksa-paksa tetap tidak mau, akhirnya Naaman pamit dan membawa kembali barang-barangnya itu. Namun Gehazi tidak rela bahwa harta yang begitu banyak disia-siakan begitu saja. Karena itu dengan diam-diam dia mengejar Naaman, dan berbohong dengan mengatakan bahwa tuannya minta beberapa harta itu. Gehazi tidak melihat keindahan dari sikap tuannya yang melayani tanpa meminta imbalan. Matanya hanya tertuju kepada harta yang seringkali merampok jiwa manusia. Ia tidak melihat kekayaan yang terdapat dalam Tuhan dan karya-karya yang telah ia saksikan. Ia lebih memilih harta dunia yang sementara, yang fana, yang hanya memuaskan mata. Karena itulah saya katakan Gehazi adalah seorang yang mati rohani, seorang ‘ayam’ yang mati di lumbung padi. Ia sama seperti Yudas, yang sudah tiga tahun mengikut Yesus, melihat karya-karya Yesus yang luar biasa, bahkan menerima kasih Yesus yang begitu nyata, tetapi ia harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena pengkhinatannya kepada Yesus.

Itulah tipe yang keempat. Tipe pelayan Tuhan, yang sebenarnya ada banyak kesempatan untuk berkarya, berperan, dan menyembah Tuhan, namun tanpa sadar mengalami kematian rohani, sehingga ia tidak lagi berperan apa-apa. Sepertinya banyak orang Kristen yang berada di tipe yang keempat ini. Orang-orang Kristen yang berada di lumbung rohani, yang dengan bebas setiap hari bisa mempelajari Firman Tuhan diberbagai kegiatan, menyaksikan kebaikan Tuhan, dan mengetahui karya Tuhan yang besar dalam dirinya, namun mereka kehilangan rasa cinta kepada Tuhan. Mereka kehilangan visi dan misi mereka sebagai orang Kristen untuk mengabarkan kabar baik keseluruh dunia. Yang terpikir dalam benak mereka hanyalah kenyamanan pribadi. Kedagingan masih begitu mengikat mereka sehingga mereka sama sekali tidak berperan untuk pelayanan.

Kalau ditanya kepada saudara saat ini, tipe yang manakah saudara? Mari kita mengintropeksi diri kita. Jangan-jangan kita berada di tipe yang keempat ini, yang tanpa sadar mengalami kematian rohani, tidak mengambil peran dalam karya keselamatan. Jika kita berada di tipe yang ini, mari kita berputar arah dan bertobat, sebab hidup seperti ini hanya mendatangkan penyesalan hidup. Sebaliknya mari kita meneladani 3 tipe sebelumnya. Walaupun mungkin kemampuan kita terbatas dan sedikit, namun yang terbatas itu bisa dipakai Tuhan untuk membawa jiwa datang kepada Tuhan. Yang pasti setiap kita pasti diberikan kemampuan untk melayani. Tidak ada satu orangpun yang tidak memiliki kemampuan untuk melayani. Mari kita mengambil peran dalam tubuh Kristus, memberitakan kabar baik, mengenalkan Tuhan kepada orang-orang yang belum mengenal-nya. Amin.

Tuesday, April 10, 2012

Mengenalkan Kabar Baik




2 Raja-raja5:2,3 “Orang Aram pernah. . . . membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu: Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”

Siapakah gadis yang dimaksud dalam kisah Naaman di atas? Kita tidak kenal siapa dia. Namun yang pasti dia adalah seorang minoritas. Zaman dulu wanita adalah masyarakat kelas 2. Iapun juga masih kanak-kanak, yang membuatnya tambah tidak dianggap. Bahkan status gadis ini adalah seorang budak. Jadi jelas sekali bahwa gadis ini bukan orang terpandang, yang tidak mempunyai hak sama sekali. Namun menariknya, ketika ia melihat penyakit yang diderita tuannya, gadis ini memberanikan diri untuk memberitakan kabar baik kepada Naaman. Ia memperkenalkan ada seorang nabi di Israel yang bisa menyembuhkan dia, dengan kata lain gadis ini memperkenalkan Tuhan Israel kepada Naaman. Disini kita bisa melihat bahwa dalam segala keterbatasan baik usia maupun status, kitapun bisa dipakai Tuhan untuk membawa jiwa datang kepada Yesus. Mari kenalkan Yesus kepada semua orang.

Bawa 1 jiwa lagi untuk Tuhan “Jim Warren”

Satu-satunya Juruselamat




Yesaya 43:11 “Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain daripada-Ku”

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan juruselamat sebagai seseorang yang menolong orang lain keluar dari kesukaran. Seorang dokter, raja, pada jaman PL dapat disebut sebagai juruselamat karena mereka mampu menolong seseorang keluar dari kesukaran. Kalau melihat pengertian ini, berarti sangat banyak manusia yang dapat disebut sebagai juruselamat. Namun dalam semua juruselamat-juruselamat yang ada didunia ini, ada 1 Juruselamat yang tidak ada duanya. Kalau dokter sudah menjamur dimana-mana. Raja juga sudah berjibun banyaknya. Tapi title Juruselamat satu ini tidak dapat diberikan kepada orang lain, hanya satu pribadi, yaitu Yesus Kristus. Yesus satu-satunya pribadi yang mampu menyelamatkan manusia dari masalah dosa. Cobalah teliti dengan baik-baik di seluruh dunia ini, maka engkau tidak akan menemukan juruselamat lain yang dapat membebaskan engkau dari masalah dosa selain daripada Yesus.

Bersyukurlah, Yesus sudah datang membebaskan kita dari masalah dosa.