Monday, June 04, 2012

PENTAKOSTA (Kisah rasul 2:1-13)



Hari ini kita bersama-sama merayakan hari Pentakosta, yaitu hari turunnya Roh Kudus.  Pada umumnya hari pentakosta tidak mendapat tempat terlalu penting bagi kebanyakan gereja.  Kalau Natal dan Paskah biasanya dibuat perayaan besar-besaran, disusun panitia jauh-jauh hari, dibuat acara yang menarik, dan mengeluarkan biaya yang sangat banyak. Namun di hari pentakosta, semuanya tampak biasa. Tidak perlu mempersiapkan panitia, dilakukan ibadah seperti biasa karena selalu jatuh di hari minggu, tidak perlu mengeluarkan biaya speserpun, hanya cukup mempersiapkan tema yang berhubungan dengan itu.  Kalau diumpamakan sebagai seorang anak, mungkin hari Pentakosta itu seakan-akan seperti anak tiri yang tidak terlalu dianggap.  Bahkan seandainya jika saya mewawancarai beberapa jemaat disini tentang apa itu pentakosta, saya kira beberapa akan menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak tau.   Beberapa orang malah mengira bahwa Pentakosta itu hari kenaikan Tuhan Yesus.  Ini menunjukkan betapa banyak orang /gereja yang tidak menganggap penting hari pentakosta.

Namun demikian, bukan berarti hari Pentakosta bukanlah peristiwa yang penting.  Tidak!  Hari ini kita sedang memperingati hari yang sangat istimewa, hanya saja sering terlupakan.   Bagi orang-orang Yahudi jelas momen pentakosta adalah momen yang sangat penting.  Setelah umat Israel terbebas dari perbudakan Mesir dengan keperkasaan Tuhan yang mereka kenang sebagai hari Passover atau paskah, 50 hari setelah peristiwa itu Tuhan memberikan 10 perintah Allah di gunung Sinai kepada Musa.  Bukan cuma itu, bagi orang Yahudi di perjanjian Lama, hari pentakosta itu merupakan hari panen besar-besaran, yang menunjukkan pemeliharaan Tuhan.  Semua itu terjadi di hari ke-50 setelah pembebasan dari perbudakan Mesir, karena itu mereka menyebutnya pentakosta, yang berarti: hari ke-50.  Tuhan memerintahkan orang Yahudi  untuk merayakannya setiap tahun secara besar-besaran.

Itu bagi orang Yahudi.  Bagi Kekristenan saat ini pun hari pentakosta juga merupakan peristiwa yang penting.  Pentakosta melambangkan sebuah era baru dimana Tuhan bekerja dalam kehidupan anak-anak-Nya melalui Roh Kudus.   Kalau zaman PL orang menyebutnya sebagai zaman Allah Bapa, dimana Allah bapa sering bersuara dan menyampaikan Firman secara langsung;  Memasuki awal zaman-zaman PB secara khusus bagian kitab-kitab injil seperti Matius, Markus, Lukas, Yohanes, orang-orang  menyebutnya sebagai zaman Allah anak, dimana Allah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus.  Memasuki zaman kisah rasul, sampai zaman kita tinggal sekarang,  kita hidup dalam zaman Allah Roh Kudus; dimana Roh Kudus yang  berperan menjaga iman orang-orang percaya, dan memelihara kehidupan orang-orang percaya.  Ya, sampai saat ini Roh Kudus terus bekerja atas hidup orang percaya.  Bahkan bisa dibilang terbentuknya gereja yang paling pertama dalam sejarah kehidupan kita itu karena buah karya Roh Kudus.   Dan semuanya itu diawali melalui hari pentakosta.  Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa hari Pentakosta itu penting bagi kita, yaitu sebagai hari dimana kita merayakan akan turunnya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang percaya sampai saat ini.   Sebab itu tidak bisa tidak, di hari Pentakosta ini mari kita bersama-sama belajar kembali akan peran Roh Kudus dalam hidup kita. 

Sebenarnya apa sih peran Roh Kudus?
Seorang kawan saya pernah mendatangi saya, ia membuka kitab Kisah Rasul pasal 2 seperti yang sudah kita baca barusan, ia menyuruh saya membaca dan kemudian ia berkata: “Lihat Fong, Hari Pentakosta ditandai dengan para rasul dikuasai Roh Kudus, dan lalu mereka berbicara dengan bahasa-bahasa lain.  Itu bahasa Roh Fong.  Seharusnya orang yang memiliki Roh Kudus juga memiliki karunia ini.  Bahkan gereja yang memiliki Roh Kudus juga harus bisa berbahasa Roh.”  Wah, mendengar hal itu pertama saya rasa ada benarnya.  ‘Benar juga pendapatnya’ itu yang ada di benak saya waktu itu.  Dan saya setuju dengan ungkapannya. Namun ketika saya mempelajari Alkitab lebih dalam, saya menemukan hal yang berbeda.  Dalam kisah selanjutnya, ketika Roh Kudus juga turun di Samaria (Kis 8:14-17), ternyata Roh Kudus turun dengan adem ayem, tanpa ada gempa, tanpa lidah api, dan juga tanpa orang-orang yang menerima Roh Kudus itu kemudian semua bisa berbahasa roh.  Tapi Alkitab mencatat dengan jelas bahwa mereka menerima Roh Kudus.  Jadi kesimpulannya adalah:  Bahasa Roh ternyata bukanlah tanda bahwa seseorang sudah memiliki Roh Kudus atau belum.  Itu sebabnya jika ada orang berkata bahwa gereja a atau b tidak punya roh kudus karena gereja itu tidak bisa berbahasa roh, itu salah besar.  Karena bahasa roh bukanlah tanda bahwa sebuah gereja memiliki roh kudus atau tidak. 

Pernah juga saya mendengar orang berkata tentang gereja kita pada awal saya melayani di tempat ini.  Saya ingat benar, pada tahun 2010 ketika saya masih praktek di tempat ini, dan ketika gereja kita sedang fokus membangun SD – SMU Zion yang saat ini sudah berdiri kokoh;  Ada seorang, yang saya sendiri tidak tau siapa dia,berkata demikian “Gereja GKKA tidak mempunya Roh Kudus.  Lihat aja, bangun sekolah saja tidak jadi-jadi.”  Tapi benarkah demikian? Sungguhkah sebuah gereja dapat diklaim tidak memiliki Roh Kudus hanya jika ia lambat membangun gedung sekolah atau gereja?  Saya kira perkataan seperti ini tidak dapat dipertanggung jawabkan bukan?  Jadi apa sih ciri sebuah gereja atau seseorang yang memiliki Roh Kudus?

Ketika saya menyelidiki lebih lanjut kitab Kisah Para Rasul, saya menemukan ada satu ciri pasti bagi orang yang sudah menerima dan memiliki Roh Kudus.  Apa itu?  Ciri utamanya ialah: Seorang yang menerima Roh Kudus hidupnya akan menjadi saksi bagi sekitarnya.  Semakin seseorang dipenuhi Roh Kudus, maka semakin kesaksian hidupnya semakin memberkati banyak orang.  Roh Kudus berperan menjadikan dan memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup.

Tentu saya mengatakan hal ini ada dasarnya.  Kalau kita mempelajari kitab Kisah Rasul, maka kita akan menemukan kebenaran ini.  Pasal 1:8 merupakan ayat kunci dari keseluruhan kitab ini yang berbunyi “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan Kamu akan menjadi saksi-KU di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”  Coba perhatikan kata-katanya “....kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, kamu akan menjadi saksi-KU.....”  Inilah yang menjadi tema utama dari kitab Kisah Para Rasul, bagaiman Roh Kudus memimpin semua orang percaya untuk menjadi saksi Kristus.

Kesaksian itu dimulai dari peristiwa Pentakosta.  Ketika mereka berkumpul disuatu tempat, dan Roh Kudus turun atas mereka, tiba-tiba mereka berbicara dengan bahasa lain yang bukan bahasa mereka.  Saya tidak setuju ketika dikatakan bahwa bahasa lain ini disamakan dengan bahasa Roh yang biasa kita dengar sekarang.  Mengapa saya tidak setuju?  Karena bahasa roh yang diucapkan orang-orang saat ini tidak dimengerti oleh orang lain yang mendengarnya.  Namun bahasa yang diucapkan para rasul pada waktu itu berbeda, semua bahasa itu bisa dimengerti oleh orang lain.  Bahkan bahasa mereka bisa dipahami oleh berbagai suku bangsa: yaitu orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, (ada 12 suku), dll.  Orang-orang yang berkumpul waktu itu tercengang-cengang karena mendengar para rasul itu mendadak bisa bicara dalam bahasa mereka.  Saya ga bisa bayangkan.  Misalkan saya bicara bahasa samarinda disini “Unda handak kasi tau ikamlah, kada kawa bujur-bujur kah nyawa” – Eh, tiba-tiba bapak ibu mendengar dalam bahasa Makassar ‘Saya kasi tau mako na, baji-baji mako.”   Eh beberapa orang lagi mendengarnya dalam bahasa mandarin “Wo kau su ni na,...”  Pasti mencengangkan bukan?  Itulah yang terjadi di hari pentakosta.  Dan itulah kesaksian yang pertama semenjak Roh Kudus turun.  Roh Kudus menjadikan orang-orang percaya itu menjadi saksi bagi bangsa-bangsa lain, sebagai penegasan bahwa semua bangsa kelak akan menerima Kristus. 

Setelah peristiwa itu, ketika orang-orang percaya sudah menerima Roh Kudus, perikop berikutnya (2:14-40) menceritakan tentang bagaimana Petrus menyampaikan kesaksiannya tentang Kristus kepada banyak orang, dan 3000 orang bertobat karena kesaksianya.  Semua orang terheran-heran, karena Petrus hanyalah seorang nelayan biasa yang tidak berpendidikan.  Tetapi hari itu ia bisa bersaksi dengan luar biasa hingga mempertobatkan begitu banyak orang.   Bagaimana mungkin?  Roh Kuduslah yang memberikan kuasa bagi Petrus untuk melakukan itu semua.  Yesus sendiri pernah berkata dalam Yohanes 14:26 “tetapi penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan kuutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”  Jelas disini Roh Kudus yang memampukan dan memberikan keberanian kepada Petrus untuk berkata-kata.  Roh Kudus yang mengubah dan memperlengkapi Petrus untuk menjadi saksinya.

Bukankah kita sering dibuat tercengang dengan kehidupan seseorang yang dulunya begitu rusak, namun tiba-tiba berubah 180 derajat.  Saya pernah mengenal seorang yang dulunya adalah pecandu Narkoba yang juga sekaligus bandar narkoba kelas kakap.  Namun beberapa tahun saya tidak berjumpa dengannya, tiba-tiba saya mendengar ia saat ini sedang belajar di sekolah Alkitab menyerahkan diri menjadi seorang hamba Tuhan.  Ada juga seorang  Kristen yang dulunya saya kenal sebagai seorang yang sangat minder.  Ia sangat tidak berani berdiri didepan orang-orang banyak.  Namun kini ia melayani sebagai seorang motivator yang memberkati banyak orang.  Ada juga seorang yang dulunya kalau bicara gagap, tidak jelas apa yang dibicarakan.  Namun beberapa waktu lamanya saya tidak berjumpa dengan dia, sekarang ia sudah menjadi Liturgos handalan di gerejanya, yang memberkati banyak orang..  Bagaimana mungkin mereka bisa berubah demikian?  Saya percaya Roh Kuduslah yang mengubah mereka.  Roh Kudus mengubah, memperlengkapi dan memampukan mereka untuk dapat menjadi saksi-saksi Kristus.  Roh Kudus itu jugalah yang mengubah Petrus menjadi rasul yang sangat berkuasa.

Bukan hanya kesaksian secara verbal, selanjutnya (2:41-47) dikisahkan tentang bagaimana jemaat mula-mula itu menjadi saksi melalui perilaku mereka.  Mereka menjadi saksi Kristus ketika mereka berbagi kasih kepada sesama yang membutuhkan, walau harus mengorbankan kenyamanan diri sendiri. Alhasil melalui kesaksian hidup mereka, jemaat yang percaya semakin bertambah. Pasal 3 sampai 5 banyak berbicara tentang kesaksian rasul-rasul dan jemaat mula-mula, kisah tentang Petrus menyembuhkan orang lumpuh, kisah salah satu jemaat mula-mula yang bernama Barnabas yang dikatakan sebagai penghibur, dsb.

Dipasal 6-7 muncullah saksi yang lain yang bernama Stefanus yang dikatakan sebagai seseorang yang penuh dengan Roh Kudus.  Stefanus bersaksi bagi banyak orang, dan hasilnya ia menjadi martir pertama bagi kekristenan.  Pertama orang mengira kesaksian Stefanus itu sia-sia belaka.  Tapi orang-orang itu keliru.  Karena dari kesaksian Stefanuslah akhirnya injil pertama kalinya keluar dari lingkungan Yudea.  Dipasal 8 dikisahkan bagaimana Filipus bersaksi di Samaria dan Etiopia.   Dan sisa pasal selanjutnya kita melihat bagaimana Paulus, Barnabas, dan para rasul lainnya, dengan berani menjadi saksi menyampaikan tentang Kristus kepada banyak orang.  Sampai akhirnya tergenapilah apa yang Tuhan katakan di awal “....Kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi”.  Inilah kunci dalam cerita di kitab kisah rasul.  Roh Kudus turun memampukan mereka menjadi saksi-saksi Kristus.

Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang yang mempunyai roh Kudus adalah seseorang yang menjadi saksi bagi banyak orang.  Karena jika Roh Kudus ada dalam pribadi kita, tidak bisa tidak, ia akan mendorong kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus.  Semakin seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, semakin kehidupannya menjadi saksi dan berkat bagi banyak orang.  Karena itu jika kita ingin mengetahui apakah Roh Kudus ada dalam hidup kita atau ada dalam sebuah gereja, cobalah untuk melihat kehidupan kita, apakah hidup kita sudah menjadi saksi yang hidup.  Sudahkah hidup kita menyatakan kasih Kristus di tengah dunia.  Sudahkah hidup kita memberkati orang disekitar kita.  Itulah tanda utama seseorang yang hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus.

Bagaimana caranya agar hidup kita dapat dipenuhi oleh Roh Kudus?  Pertama:  Mari kita rendahkan hati kita untuk dibentuk dan mau dikuasai Firman Tuhan.  Jauhkah segala keegoisan diri kita.  Ego diri merupakan penghalang utama Roh Kudus berkuasa dalam diri kita.  Sebaliknya, kuasai hidup kita dengan Firman Tuhan.  Semakin kita membiarkan diri kita dikuasai Firman Tuhan maka semakin hidup kita akan dikuasai Roh Kudus.  Orang yang dikuasai Firman Tuhan itu tidak menjalankan hidupnya berdasarkan egonya.    Sebab itu mari kita terus merenungkan Firman Tuhan dan membiarkan Firman itu menguasai hidup kita.  Semakin kita dikuasai oleh Firman Tuhan, semakin kita dipenuhi oleh Roh Kudus, dan semakin hidup kita menjadi saksi yang hidup bagi banyak orang. 

Selain itu milikilah kepekaan akan suara Roh Kudus.  Kadang Roh Kudus bisa sewaktu-waktu berbicara lewat hati kita untuk menggerakan kita untuk melakukan sesuatu.  Pekalah dan taatlah akan hal itu.  Ketika di seminari, saya berjumpa dengan seorang adik kelas yang duduk sendiri.  Saya menyapa dia dan diapun tersenyum menyapa saya.  Namun ketika saya hendak pergi meninggalkan dia, tiba-tiba suara nurani berkata ‘Fong, dia lagi ada masalah, coba kamu dampingi dia.’  Tapi logika saya mengatakan ‘gak tuh, dia tadi senyum-senyum kayak ada masalah.’  Tapi saya berusaha mentaati apa yang menjadi bisikan pertama yang saya yakin itu bisikan Roh Kudus.  Saya menghampiri dia dan saya bertanya “apakah kamu ada masalah?”  Iapun terkejut, dan berkata, “kok kamu tau kalau saya lagi ada masalah?”  Lalu ia menangis, dan menceritakan semua pergumulan hidupnya yang berat.  Setelah ia cerita iapun merasa lega.  Kadang-kadang kita merasakan dorong itu bukan?   Biss, Jika Roh Kudus mendorong kita untuk melakukan sesuatu pelayanan, jangan ditahan-tahan.  Tapi pekalah dan taat lakukan apa yang diminta.  Semakin kita peka terhadap pekerjaan Roh Kudus, semakin hidup kita dikuasai oleh Roh Kudus. 

Ingatlah, menjadi saksi itu bukan sekedar menyampaikan Firman Tuhan di atas mimbar seperti para hamba Tuhan yang ada di gereja-gereja.  Tapi menjadi saksi itu juga dapat ditunjukkan dalam kehidupan kita sehari-hari, melalui perbuatan kasih kita, melalui kebaikan hati kita, melalui telinga-telinga yang mau mendengar keluh kesah orang lain, dan melalui tindakan, atau juga melalui teladan hidup kita.  Seberapapun hebatnya seseorang, seberapa multitalentednya ia, seberapapun banyaknya kemampuan yang ada pada seseorang, namun jika bukan Roh Kudus yang bekerja maka sia-sialah semua upayanya.  Sebaliknya, jika ada seorang yang sederhana sekalipun, yang tidak pandai bicara, yang tidak punya banyak kemampuan, namun bila hidupnya penuh dengan Roh Kudus ia akan menjadi berkat lewat kesaksiannya hidupnya. 

Ada seorang bapak yang sangat sederhana.  Ketika ia percaya kepada Tuhan, Roh Kudus memenuhi hidupnya.  Ada kerinduan yang besar dalam dirinya untuk bersaksi.  Tetapi bapak ini tidak punya kemampuan apa-apa.  Uang tidak punya, keahlian tidak punya, bicara pun tidak pandai, sehingga ia harus berpikir keras bagaimana caranya bersaksi tentang Kristus.  Akhirnya ia menemukan satu cara untuk bersaksi.  Bagaimana caranya?  Tiap hari ketika ia pergi bekerja naik kereta api, sebelum turun ia menepuk pundak orang-orang dan berkata “Percaya Tuhan, kalau tidak masuk neraka.”  Habis mengatakan itu ia pergi.  Hanya itu yang bisa dilakukan oleh bapak sederhana ini selama bertahun-tahun.  Setahun, dua tahun, sampai beberapa tahun ia melakukan hal yang sama dengan setia.  Namun sampai suatu titik ia berpikir bahwa apa yang ia lakukan sia-sia.  Ia merasa tidak ada orang yang bakal bertobat hanya jika ia berkata demikian.  Iapun mulai putus asa.  Sampai suatu ketika, saat bapak ini sedang duduk-duduk santai.  Seorang pemudi datang kepadanya dan berkata “pak, mungkin bapak tidak mengenal saya, tapi saya mau mengucapkan terimakasih kepada bapak.”  Bapak itu terheran-heran.  Kemudian pemudi ini melanjutkan perkataannya “Dulu hidup saya kacau, hidup seenaknya, namun ketika bapak menepuk saya dan mengucapkan kalimat singkat itu, saya tersentak dan berpikir, bagaimana jika saya mati saat ini, pasti saya masuk neraka.  Semenjak itu saya mulai mencari Tuhan.”  Mendengar hal itu bapak itu kembali bersemangat untuk bersaksi.  Roh Kudus lah yang memampukan bapak itu menjadi saksi melalui kesederhanaanya.

Bagaimana dengan kita?  Sudahkah hidup kita dipenuhi oleh Roh Kudus?  Sudahkah kita menjadi saksi yang hidup bagi orang lain?  Seorang ayah yang dipenuhi Roh Kudus akan menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagai kesaksian yang hidup, dimana anak-anaknya respek dan mengagumi dia sebagai seorang kepala keluarga.  Seorang ibu yang dipenuhi Roh Kudus, ia mampu mempertobatkan suaminya yang belum percaya melalui sikapnya yang baik.  Seorang pekerja yang dipenuhi Roh Kudus dapat membuat rekan-rekannya yang belum percaya menjadi tertarik untuk mengikuti apa yang kita percayai karena kesaksian hidup kita yang jujur dan berintegritas.  Seorang pelajar yang dipenuhi Roh Kudus akan menjadi panutan bagi teman-temannya atas seluruh pergaulannya yang berbuah.  Intinya, seorang yang dipenuhi Roh Kudus, kehidupannya akan menjadi saksi bagi banyak orang.  Sudahkah kita hidup dipenuhi Roh Kudus? 

Mungkin pertanyaan yang lebih penting:  Maukah hidup kita dikuasai oleh Roh Kudus?  Maukah hidup kita menjadi berkat bagi sesama kita? Maukah kita menjadi saksi yang hidup untuk orang lain?   Kiranya di hari Pentakosta ini, setiap kita dapat mengambil komitmen kembali untuk hidup dipenuhi oleh Roh Kudus dengan menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup.