Friday, April 06, 2007

KAWAT BERDURI

Sembari menunggu ibadah doa di sebuah seminari, saya duduk diam meneduhkan diri di dekat jendela dalam ruangan itu. Suasana hening dalam ruangan itu mengajakku untuk mengamati kondisi lingkungan di sekitar ruangan itu. Sorotan mataku mulai menyapu seluruh isi di dalam ruangan tersebut. Segala sesuatu kuamati, mulai dari meja, susunan kursi, papan tulis, plafon, lantai dan sebagainya . Setelah semua yang ada di dalam ruangan tersebut tersapu bersih oleh amatanku, akupun mulai melemparkan pandanganku keluar dari jendela tersebut dan melihat pohon-pohon rindang yang seakan berbisik kepada pohon-pohon yang ada di sampingnya. Namun ada yang kurang dari pohon itu. Batang pohon itu tertutupi tembok pembatas yang tinggi, setinggi batang pohon itu. Di atas tembok itu ditancapkan tiang-tiang penyangga untuk melilitkan kawat-kawat berduri yang saling berkaitan. Kawat-kawat itu berjejer meninggi sehingga tembok itu serasa menjadi lebih kokoh.

Tiba-tiba tercenung dalam benakku, kenapa harus di pasang kawat berduri sebanyak itu ? Bukan hanya di seminari, namun di setiap rumah, gedung-gedung megah, sekolah-sekolah, bahkan di gereja-gereja, hampir di setiap tempat kita dapat melihat kawat-kawat berduri itu.

Kawat-kawat berduri itu di pasang agar si pemilik rumah, gedung, gereja dsb mendapatkan rasa aman terhadap pejahat-penjahat dan perampok-perampok yang berkeriapan di negara kita ini. Itulah jawabannya. Semakin banyak kawat duri yang kita gunakan, semakin tinggi kita memasangnya, semakin banyak lilitannya, maka rumah dan gereja kita akan lebih terlindungi dari orang-orang jahat sehingga kita akan merasa lebih terjaga dalam rasa aman kita.

Saya teringat sekitar 2000 tahun yang lalu, anyaman mahkota duri yang menyerupai kawat berduri itu melingkar dikepala Tuhan Yesus. Sebuah film yang begitu populer yang di sutradarai oleh Mel Gibson dengan judul ”The Passion Of The Christ” memvisualisasikan dengan sangat baik adegan-adegan tentang penyiksaan Tuhan Yesus. Salah satu adegan yang merenyuhkan hati dan membuat banyak penonton berteriak histeris adalah ketika prajurit-prajurit yang bertugas untuk menyiksa Tuhan Yesus menancapkan anyaman mahkota berduri itu dengan paksa di atas kepala-Nya. Bahkan setelah ditancapkan, kepala-Nya di pukul dengan kayu pemukul sehingga mahkota duri yang sudah melingkar dikepala-Nya itu semakin menancap menembus daging-daging yang ada di kepala-Nya. Kulitnya terkoyak, darahpun menetes deras dari kepala-Nya. Anyaman berduri itu bukannya memberi rasa aman, namun memberi rasa sakit yang luar biasa. Semakin banyak duri dan lilitannya maka semakin perih rasanya dan semakin banyak cucuran darah yang mengalir. Mahkota berduri hanyalah merupakan salah satu adegan penyiksaan dari sekian banyak penyiksaan seperti dipukul, diludahi, ditolak dan ditinggalkan oleh orang-orang yang dikasihinya, dicambuk dengan cambuk berduri, dihina, diejek, ditendang dan banyak lagi sampai pada puncak penderitaan-Nya yaitu diatas kayu salib dengan tangan dan kaki yang terpaku.

Mengapa Tuhan Yesus membiarkan semua ini menimpa Dia ? Bukankah sebenarnya Ia dapat melawan semua musuh-musuh yang menyiksa diri-Nya ?

Alasan mengapa Ia melakukan semua ini tak lain adalah agar setiap kita manusia yang berdosa ini, mendapatkan rasa aman akan jaminan keselamatan. Ketika kita percaya kepada-Nya dan berserah di dalam dekapan-Nya maka jaminan akan kehidupan yang kekal sudah diberikan-Nya pada kita. Itulah kasih yang begitu sempurna. Kuasa kegelapan atau kuasa apapun juga, tidak akan pernah dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Dan ketika kita sudah berada di dalam genggaman-Nya, kita tak akan pernah dilepaskan-Nya untuk selama-lamanya. Hingga suatu saat kelak, kita akan bersukacita bersama-Nya di dalam kerajaan Surga.
Milikilah damai dalam hatimu karena Dia sudah menjamin keselamatan kita melalui penderitaan-Nya. Ketidaknyamanan dalam penderitaan-Nya telah membawa rasa aman bagi setiap anak-anak-Nya.



Hendra Fongaja, 10 januari 2007

No comments: