Tuesday, May 29, 2012

ANDREAS, TOKOH YANG KURANG DIKENAL




Berbicara tentang popularitas jika ditanya: manakah orang yang lebih penting? Orang yang berada di atas panggung atau orang yang bekerja di balik layar?  Umumnya banyak orang  yang berpendapat bahwa orang-orang yang berada di atas panggunglah  yang memiliki peran yang lebih penting.  Mengapa demikian?  Karena orang-orang yang berada di atas panggung lebih banyak dilihat orang dan lebih popular dari pada orang-orang yang bekerja di balik layar. 

Namun meski banyak anggapan orang yang mengatakan demikian, pada realitanya orang-orang yang bekerja di balik layarlah yang terkadang justru memiliki peran yang sangat penting.  Bahkan kalau kita menyimak baik-baik apa yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja di balik layar tersebut, terkadang kita akan menemukan bahwa mereka adalah orang-orang yang luar biasa.  Keberaniannya, ketekunannya, kerendahhatiannya, keuletan, dan banyak lagi sikap yang bisa kita teladani dari orang-orang demikian.

Hari ini kita akan bersama-sama melihat teladan dari seorang tokoh Alkitab, yang adalah salah satu dari 12 rasul yang dipilih Yesus, yaitu Andreas.  Perenungan ini banyak saya gali dari buku Bill Crowder dengan tema “Sorotan Iman”.  Siapa Andreas?  Bukankah kita jarang bahkan mungkin tidak pernah mendengar khotbah yang berbicara tentang Andreas?  Walaupun ia adalah salah satu murid Tuhan Yesus namun namanya tidaklah setenar Petrus, Yakobus, dan Yohanes, yang dikatakan sebagai orang-orang yang berada dalam lingkaran inti murid-murid terdekat Yesus.  Itulah sebabnya namannya jarang terlihat dalam Alkitab.  Jika para rasul itu bagaikan pemain Film maka Andreas itu bagaikan pemain latar yang tidak terlalu menonjol dan memberikan dampak.

Walaupun demikian, bukan berarti Andreas bukan orang penting.  Banyak hal yang telah diperbuatnya yang kurang kita ketahui karena ia banyak bekerja di belakang layar.  Kalau kita meneliti apa yang diperbuatnya, kita akan menemukan bahwa Andreas ada seorang yang sangat peduli akan orang lain. 

Sewaktu pertama kali Yesus memulai pelayanan dan mencari murid-murid siapa orang pertama yang dicarinya?  Ya Andreas.  Kemudian Andreaslah yang mengajak Petrus untuk mengikut Yesus.  Dalam Yohanes 1:40-42 di tuliskan demikian “40  Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 41  Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).” 42  Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”  Perhatikan kata yang dipakai “Ia membawanya (Petrus) kepada Yesus.”  Itu respon pertama Andreas ketika ia berjumpa dengan Yesus.  Andreaslah yang pertama kali mengungkapkan kepada Petrus “Kami telah menemukan Mesias” kepada Petrus.  Tanpa Andreas mungkin Petrus tidak akan berjumpa Yesus waktu itu.  Melalui Andreaslah Petrus bisa mengenal Yesus, menjadi murid Yesus, terlebih lagi ia termasuk dalam 3 murid terdekat Tuhan Yesus.  Bahkan pada akhirnya kita tahu, kelak Petrus menjadi rasul yang besar, menjadi pemimpin para rasul yang mempertobatkan banyak jiwa untuk percaya pada Tuhan.   Tanpa Andreas yang membawanya, tidak mungkin Petrus bisa menjadi demikian.  Namun walaupun Andreas tidak setenar saudaranya, bahkan ia tidak termasuk 3 murid terdekat Yesus, namun Andreas tidak pernah sedikitpun permasalahkan hal itu.  Dengan sukacita dan dengan rendah hati ia tetap menjalankan tugasnya.

Kejadian berikutnya dapat kita saksikan dalam peristiwa Yesus memberi makan 5000 orang.  Ketika banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus dan kemudian Yesus memberikan berbagai pengajaran.  Tiba-tiba ada masalah kecil namun penting untuk diperhatikan.  Masalahnya ialah hari sudah larut malam sementara mereka belum makan sama sekali.  Beberapa murid mendatangi Yesus dan meminta Yesus menyuruh orang banyak itu pulang.  Beberapa murid lagi sedikit menyindir dengan mengatakan “Tuhan, di sini kan ga ada makanan, bahkan kalau kita mengeluarkan 200 (gaji satu tahun waktu itu) dinar sekalipun tetap tidak akan cukup memberi makan bagi orang banyak ini”. 

Tapi bagaimana respon Andreas?  Yohanes 6:8,9 menuliskan “Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya (Yesus): "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"”  Ya Andreas sekali lagi membawa seseorang datang kepada Tuhan.  Padahal saya kira andreas tau persis kalau apa yang dibawa anak kecil itu terlalu sedikit untuk dimakan orang banyak.  Tapi dia tetap membawa anak itu kepada Yesus.  Dan melalui anak itu, yaitu melalui 5 roti dan dua ikan tersebut, Tuhan memberi makan kepada 5000 orang.  Sekali lagi, Andreas peduli, dan dia membawa anak-anak kepada Yesus untuk dipakai dalam pelayanan Tuhan Yesus.  Dan melalui Andreaslah masalah kekurangan makan terselesaikan.  Kalau kita melihat bagian berikutnya kita juga akan sekali lagi menemukan bahwa Andreas pernah membawa beberapa orang Yahudi untuk datang kepada Yesus karena orang-orang Yahudi itu ingin bertemu dengan Yesus.

Itulah Andreas.  Bukan seorang rasul yang cukup terkenal, jauh dari ketenaran, seorang pemain latar, dan pemain figuran, bahkan seakan apa yang dilakukannya tidaklah penting.  Namun realita mengatakan bahwa Andreas adalah sesosok yang peduli, yang berkali-kali membawa jiwa datang kepada Tuhan.

Ada seorang guru sekolah minggu yang bernama Edward kimbal, siapa dia?  Dia hanya guru sekolah minggu biasa yang namanya tidak terkenal dan tersohor.  Namun karena bebannya yang besar untuk membawa anak-anak sekolah minggu kepada Tuhan, akhirnya ia pernah mengajak seorang anak-anak yang berjualan sepatu.  Dan aapa yang terjadi?  Melalui pelayanan Edward kimbal akhirnya anak itu dapat percaya kepada Tuhan.  Anak itu bernama D. L. Moody, yang kelak menjadi pendeta yang sangat ternama, yang banyak mempertobatkan jiwa di inggris dan Amerika.  Karena KKR-KKR yang diadakan D. L. Moody ini begitu berkuasa, melalui khotbahnya ia berhasil membawa banyak jiwa datang kepada Tuhan, dan salah satunya adalah seorang muda yang bernama Wilbur Chapman.  Wilbur Chapman menerima juruselamat, dan iapun menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan.  Wilburpun dipakai Tuhan untuk menjadi seorang pengkhotbah besar di generasinya.  Melalui khotbahnya, ia berhasil mempertobatkan seorang pemain bisbol yang bernama Billy Sunday.  Billy Sundaypun menyerahkan diri menjadi seorang hamba Tuhan.  Dan kalau kita terus menelusuri rantai penginjilan ini, pada akhirnya seorang penginjil besar di abad 20 yang kita kenal dengan nama Billy Graham.  Dan melalui billy Graham, jutaan orang menjadi percaya sama Tuhan. 
Kalau kita menarik kembali dari awal, coba perhatikan, pelayanan penginjilan yang telah terjadi secara besar-besara dari zaman ke zaman ini bermula dari seorang pria yang bernama Edward Gimbal, yang tidak terkenal, yang namanya tidak terlalu terdengar suaranya, bahkan ia dapat dikatakan sebagai seorang pemain latar.  Ia hanya seorang guru sekolah minggu.  Tapi bukan berarti pelayanan yang dilakukannya tidak penting.  Sebab melalui dirinyalah banyak jiwa dibawa kepada Kristus.

Sebab itu jangan pernah meremehkan tindakan-tindakan atau pelayanan-pelayanan yang tampak sepele.  Jangan meremehkan mereka-mereka yang berperan di balik latar.  Karena terkadang justru kita harus belajar banyak dari pada orang-orang demikian.  Orang-orang demikian adalah alat-alat Tuhan yang tidak terlihat, namun begitu berharga.
Jika saudara adalah orang-orang yang bekerja dibalik layar, yang mungkin kita tidak melakukan hal-hal yang besar, dan mungkin orang tidak melihat pelayanan kita sedikitpun, bahkan mungkin orang-orang memandang sebelah mata pelayanan kita.... Jangan pernah putus asa.  Sebaliknya tetaplah setia dengan pelayanan saudara.  Siapa tau melalui pelayanan kita yang tampak sederhana itu, kuasa Tuhan yang luar biasa dinyatakan untuk kemuliaan-Nya.  Teruslah giat melayani Tuhan, dan biarlah nama Tuhan dipermuliakan.

Sunday, May 20, 2012

Tidak Lelah Mengampuni





Yeremia 3:12 “Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad, demikianlah Firman Tuhan.  Murka-Ku tidakakan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati, demikianlah Firman Tuhan, tidak akan murka untuk selama-lamanya.” 

Saya sangat tersentuh dengan sebuah lyric lagu rohani yang berkata demikian: “Meski terkadang aku terjatuh.  Tak pernah lelah Kau hampiriku. Memelukku dengan cinta-Mu.  Betapa besar mulia kasih-MU.”  Lyric itu mengingatkan kepada saya akan pengampunan Tuhan yang sempurna, yang terus menerus diberikan kepada anak-anak-Nya yang sudah terjatuh berulang kali.  Pengampunan itulah yang diterima umat Israel.  Berkali-kali umat Israel ‘bersundal’ dengan menyembah ilah-ilah lain, berkali-kali pula Tuhan melontarkan pengampunan-Nya.  Tuhan mengumpamakan diri-Nya seperti seorang suami yang masih mau menerima istrinya yang berkali-kali selingkuh dengan banyak laki-laki.  Karena itu Tuhan berfirman bahwa Murka-Nya tidak akan untuk selama-lama-Nya.  Betapa kita bersyukur, kita punya Tuhan yang pemurah dan pengampun. Mari kita syukuri itu dengan berupaya sungguh-sungguh untuk hidup setia kepada-Nya. (HF)
Pengampunan Tuhan selalu ada untuk anak-anak-Nya

Sunday, May 06, 2012

Let's Do It (Yakobus 1:22-25) #3




Tidak berhenti di point itu, Yakobus pun melanjutkan alasan berikut tentang mengapa kita harus menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan.  Di ayat 25 ia berkata: “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”  Perhatikan kalimat terakhirnya “Ia akan berbahagia oleh perbuatannnya.”  ‘Ia’ siapa?  Yaitu ia yang meneliti hukum yang sempurna, yang telah memberikan kemerdekaan, membukakan cakrawala hikmat kita tentang kebenaran sejati.  Tetapi bukan hanya meneliti, tetapi dikatakan ia bertekun didalamnya.  Ia bukan sekedar pendengar, tapi juga melakukannya.  Orang-orang demikian dikatakan sebagai orang-orang yang berbahagia.
Apa maksunya berbahagia disini?  Kalau kita melihat dalam bahasa aslinya kata ‘bahagia’ ini berasal dari kata Yunani ‘Makarios’,  yang dapat diartikan bukan hanya sebagai berbahagia, tetapi dapat juga diartikan sebagai ‘diberkati’.  Dengan kata lain Yakobus ingin berkata, bagi orang-orang yang sungguh-sungguh melakukan Firman itu: mereka adalah orang-orang yang akan diberkati.  Jadi orang-orang yang terberkati bukan orang yang hanya mendengar Firman Tuhan, tetapi melakukan Firman itu. 
Sebab itu keliru besar jika ada orang-orang Kristen yang berpikir bahwa ia bisa mendapat berkat Tuhan hanya dengan pergi ke gereja tiap minggu.  Keliru besar jika ada orang-orang Kristen yang berpikir bahwa ia bisa mendapatkan berkat Tuhan kalau dia bersaat  teduh setiap hari.  Keliru besar kalau ia berpikir bahwa ia akan menjadi orang yang diberkati ketika ia menghadiri kkr pendeta-pendeta besar.  Semua itu keliru.  Orang-orang yang diberkati adalah orang-orang yang bukan Cuma ke gereja tiap minggu, bukan Cuma bersaat teduh setiap hari, dan bukan hanya mengikuti berbagai kkr dan seminar yang ada, tetapi mereka yang melakukan Firman itu. 
Saya pernah pergi kesebuah kkr seorang pendeta besar di Surabaya.  Waktu itu KKR diadakan di ballroom hotel yang terbesar disana.  Disamping saya ada seorang ibu yang begitu bersemangat menghadiri KKR ini.  Tapi sampai waktunya Firman Tuhan, sepanjang khotbah yang kurang lebih 1 jam itu, ibu itu asyik main hp, kitekin kukunya, dan terus mengurus bisnisnya lewat sms.  Hampir tidak pernah saya liat ibu ini memperhatikan firman Tuhan.  Namun apa yang terjadi setelah Firman selesai, ketika itu seperti biasa pendeta ini mengundang semua yang mau megambil komitmen untuk bertobat atau mau meninggalkan dosa-dosanya untuk maju kedepan, dan pendeta itu akan mendoakannya.  Ketika banyak orang berbondong-bondong maju kedepan, tiba-tiba ibu ini menyimpan hpnya cepat-cepat sambil berkata kepada temannya “Wei, maju yuk, supaya kita dapat berkat dari pendeta itu.  Ayo cepat-cepat.”  Kemudian ia segera maju kedepan dan setelah balik kembali kekursinya ia senyum-senyum puas dan kemudian mengutakak-atik hpnya kembali.  Dalam hati saya, bagaimana mau diberkati,...mendengar Firman aja tidak niat, apalagi melakukannya. Saya kira ada banyak orang Kristen yang memiliki konsep yang demikian.  Cukup ke gereja tiap minggu, cukup saat teduh tiap hari, cukup untuk mendengar khotbah di komisi pemuda; mereka merasa dengan demikian mereka sudah cukup paham.  Tapi Firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa itu keliru.  Mereka yang diberkati adalah mereka yang melakukan kebenaran Firman itu.  Bukan sekedar mendengarkan.
Sebab itu mari kita menjadi pelaku-pelaku FT.  Memang harus diakui bahwa menjadi pelaku Firman Tuhan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan kita.  Memang dibutuhkan pengorbanan lebih untuk menjadi pelaku Firman Tuhan.  Kadang membutuhkan perjuangan yang lebih berat dan keringat yang lebih banyak untuk menjadi pelaku Firman Tuhan., Terkadang dibutuhkan penyangkalan diri untuk melakukan Firman itu;  bahkan terkadang untuk menjadi pelaku-pelaku Firman, kita harus mengalami berbagai penderitaan, entah itu dijauhi rekan kita, entah itu kehilangan kesempatan promosi dalam pekerjaan, entah itu harus bergesekan dengan orang dekat kita,... yang pasti dibutuhkan pengorbanan lebih untuk menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan.   Namun ingatlah Firman Tuhan hari ini:  BERBAHAGIALAH DAN DIBERKATILAH MEREKA YANG MENJADI PELAKU FIRMAN TUHAN.  Mungkin kita belum mendapat berkat itu saat ini, namun yakinlah bahwa Tuhan akan menepati janjinya, dimana Ia akan mencurahkan berkat-Nya yang sungguh akan memberikan kepuasan bagi kita.
Kalau diumpakan hal ini seperti pertandingan bola.  Orang yang mendengar Firman tapi tidak melakukannya itu bagai suporter sepak bola yang boleh comment sesuka hati.  Ia bisa mengatakan pemain bola itu bodoh, payah, dan ia bisa protes sesuka hatinya.  Tidak susah untuk menjadi penonton.  Cuma modal uang sedikit, kemudian modal waktu 2 jam, dan tanpa beban dia bisa menyaksikan pertandingan, bisa teriak, tertawa, dsb.  Tetapi pelaku-pelaku Firman itu bagaikan pemain-pemain bola tersebut.  Untuk sebuah pertandingan ia harus berlatih keras.  Disiplin dalam menyangkal diri, harus menjaga berat badanlah, menjaga makanan, menjaga waktu tidur, dsb.  Bahkan ketika menjalankan pertandingan mungkin dia akan dicemooh, terluka, terjatuh, dsb.  Tapi harus diingat:  ketika memenangkan pertandingan, penonton tidak akan pernah mendapatkan upah sama sekali.  Tetapi pemain-pemain itu, merekalah yang layak untuk mengangkat piala kemenangan, merekalah yang layak mendapat pujian, dan merekalah yang layak upahnya.
Demikianlah orang yang menjadi pelaku-pelaku Firman.  Mungkin kita akan mengalami banyak kesusahan.  Kita harus lebih disiplin, kita harus banyak menyangkal diri,  Kita tidak boleh hidup dalam keegoan kita,  Kita harus siap dipimpin oleh pimpinan kita.  Bahkan mungkin karena menjadi pelaku Firman kita bisa terjatuh, terluka, dan kelelahan.  Dan sekilas seakan hidup sebagai pelaku Firman jauh lebih tidak enak daripada mereka yang hidup hanya sebagai penonton atau pendengar.  Namun ingatlah saudara, Firman Tuhan hari ini mengatakan orang-orang yang demikianlah yang layak untuk mendapatkan upahnya.  Ada berkat yang disediakan bagi mereka yang melakukan Firman Tuhan itu.  Dan kemenangan bagi kita para pelaku Firman itu bersifat pasti.  Jika dalam permainan bola itu itu bisa saja kita mengalami kekalahan.  Tapi bagi kita yang menjadi pelaku Firman, kemenangan itu sudah dipastikan, karena Tuhan sendiri yang menjaminnya untuk kita.  Dan setiap kita yang menjadi pelaku-pelaku Firman, setiap kita laha yang akan diberkati, dan kita akan menjadi orang-orang yang paling berbahagia.
Saudaraku, sudah banyak orang yang menjadi penonton.  Tapi hanya sedikit orang yang benar-benar ingin menjadi pelaku Firman.  Mari kita dengan bijak berjuang untuk menjadi pelaku-pelaku Firman.  Jangan abaikan Firman Tuhan yang sudah kita dengarkan.  Cintailah Firmanmu dan renungkan setiap hari.  Setelah merenungkannya, mari kita melakukannya dengan segenap kemampuan kita.  Kiranya Tuhan berkenan atas hidup kita.

Let's Do It (Yakobus 1:22-25) #2



Pertama, kita harus menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja karena kalau kita hanya menjadi pendengar maka kita sedang menipu diri sendiri, bahkan membodohi diri sendiri.  Yakobus menggambarkan bahwa orang-orang demikian itu sama seperti orang yang sedang bercermin, namun baru saja ia memandang mukanya, ia lupa bentuk wajahnya bagaimana.  Lucu bukan!  Semisal di sebuah pesta saya mengatakan kepada teman saya bahwa ada bekas coklat bibirmu.  Ia terkejut lalu segera saja ia ke kamar kecil untuk bercermin.  Namun setelah keluar dari toilet ternyata dia masih membawa coklat dibibirnya.  Saya kira ia melakukan hal yang bodoh sekali bukan.  Ia sudah bercermin dan tau ada kotoran di bibirnya, tetapi ia tidak mau memperbaiki atau membersihkan apa yang kotor dalam dirinya.

Demikianlah orang yang tidak melakukan firman Tuhan.  Ia adalah seorang yang sedang menipu diri atau membodohi diri sendiri.   Kita tau bahwa Alkitab itu bagaikan cermin bagi kehidupan kita.  Dalam surat 2 Timotius Paulus mengatakan bahwa Firman Allah itu memang bermanfaat untuk mengajar dan menyatakan kesalahan, serta mengoreksi diri kita.  Melalui Firman Allahlah kita tau segala kekeliruan dan kesalahan kita.  Melalui Firman Tuhan jugalah kita tau apa yang harus diubah dan diperbaiki dalam kehidupan ini.  Firman Tuhan ini bukan seperti cermin cembung yang suka melebih-lebihkan suatu realita;  Ia juga bukan seperti cermin cekung yang suka mengurang-ngurangi kenyataan;  Ia pun tidak sekedar cermin datar yang hanya mampu melihat sudut dimensi yang terbatas.  Tetapi Firman Tuhan itu adalah cermin yang objektif yang mampu melihat kita dari segala segi, bahkan sampai ke kedalaman hati kita.

Namun seberapa objektifnya ‘cermin’ itu menilai diri kita, semua akan percuma jika kita tidak mau melakukan Firman itu.  Seberapa seringnya kita mendengarkan kebenaran Firman Tuhan, mendalami bahkan kita menguasai Firman itu, namun jika kita tidak melakukannya maka semua itu sia-sia.  Ingat, satu hal yang dibenci Tuhan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat jaman itu dikarenakan sebab mereka adalah orang-orang yang mendalami Firman Tuhan bahkan mengajarkannya, namun tidak sedikitpun mereka melakukan Firman itu.  Mereka dikatakan menanggung beban yang berat untuk sesama mereka, namun mereka sendiri tidak mau menanggungnya.  Mereka merupakan pendengar firman yang baik, bahkan peneliti dan pengajar Firman yang baik, namun sayangnya mereka bukan pelaku Firman yang baik.  Karena itulah Tuhan sangat mencela orang-orang Farisi dan para ahli Taurat.  Tuhan Yesuspun pernah mengatakan bahwa orang yang mendengar Firman dan melakukannya itu seperti orang yang membangun rumah di atas batu, yang membuat ia tidak tergoyahkan.  Tetapi orang yang mendengar Firman tapi tidak melakukan itu seperti orang bodoh yang mendirikan rumah di atas pasir.  Yang ketika diterpa badai, maka hanyutlah rumah itu.  Dari sini kita dapat melihat bahwa orang yang hanya mendengar Firman tanpa melakukannya bukan hanya orang yang menipu dirinya sendiri, yang sia-sia, dan yang bodoh, tetapi tindakan itu juga merupakan tindakan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. 

Sebagai pembina di komisi remaja yunior yang semua anak-anaknya masih duduk di bangku smp, saya merasa ada banyak hal yang harus diajarkan kepada mereka.  Soalnya masa-masa ini adalah masa-masa peralihan dari fase sekolah minggu yang apa-apa masih harus diaturin guru dan ortunya, menuju ke fase orang muda dewasa yang semestinya sudah bisa lebih mandiri.  Salah satu hal yang ingin saya tekankan kepada mereka dalam fase ini adalah tentang arti tanggung jawab.  Saya ingin mereka bisa menjadi remaja yang bertanggung jawab, belajar untuk mengerjakan apa yang harus menjadi tugas mereka.  Dalam proses pembimbingan ini ternyata susah-susah gampang.  Tidak mudah mengajarkan akan tanggung jawab kepada anak-anak remaja.  Umumnya dalam proses ini ada dua tipe anak remaja.  Pertama adalah orang yang awalnya tidak mau bekerja.  Tetapi karena didorong-dorong, dipaksa-paksa, dibujuk-bujuk, “Ayolah, kamu pasti bisa, kamu punya kemampuan disana, coba kerjakan bagianmu dengan baik, dsb”; akhirnya ia mau mengerjakan tugasnya walaupun awalnya harus dengan berat hati.  Sementara tipe yang kedua terbalik, kalau diminta mengerjakan sesuatu ia akan berkata “iya ko, iya,” sambil mengangguk-angguk.  Tapi pas ditanya apakah ia sudah mengerjakan tugasnya, ia akan senyum-senyum dan berkata ‘belum ko’.  Berbeda sama yang tipe pertama, tipe yang ini ga perlu dipaksa-paksa pada awalnya, tapi ia tidak mau mengerjakan bagiannya.  Kalau ditanya lebih suka dengan tipe yang mana, jujur saya lebih suka tipe yang pertama.  Walaupun awalnya ia agak berat dan terpaksa, tapi akhirnya mau melakukannya

Saya kira demikian juga dengan Tuhan kita.  Ia pernah memberi perumpamaan yang serupa bukan. Betapa ia merindukan setiap kita menjadi pelaku-pelaku Firman, dan bukan sekedar menjadi pendengar saja. Orang yang hanya mendengar tapi tidak melakukannya hanya akan mengecewakan hati Tuhan.  Sebaliknya orang yang dengan sungguh-sungguh mau melakukan Firman itu, itulah yang  menyukakan hatinya.  Jangan merasa cukup hanya dengan menjadi pembaca dan pendengar Firman.  Tapi jadilah pelaku-pelaku Firman.  Jangan merasa puas dengan Firman yang masuk dalam otak kita, tapi puaslah dengan Firman Tuhan yang keluar melalui tindakan kita.  Ingat, setiap orang yang tidak melakukan Firman Tuhan, walau ia tau kebenaran Firman itu, ia sedang menipu dan membodohi diri sendiri.

Let's Do It (Yakobu 1:22-25) #1


Beberapa saat lalu ketika gereja kita kedatangan pembicara tamu, seperti biasa kami para hamba Tuhan diberikan tugas untuk menjamu mereka makan.  Saya dan penginjil Hengky serta keluarganya mendapatkan kesempatan untuk menjamu pembicara tersebut di minggu siang setelah pulang gereja.  Setelah berunding akhirnya kita memutuskan untuk makan di Konro Karebosi yang merupakan makanan khas Makassar.   

Selama di tempat itu, kami para orang dewasa banyak sekali berbicara tentang gereja dan berdiskusi banyak hal.  Sementara itu anaknya penginjil Hengky, si Aylin, sibuk menelusuri tempat makan.  Salah satu tempat yang paling disukai Ayleen waktu itu adalah di pinggir jendela, karena kaca jendela itu begitu besar, di mana dari lantai dua kita bisa melihat jalanan kebawah.  Sebelum jendela kaca itu ada sedikit semen dengan tinggi 60 cm yang menjadi fondasi untuk kaca itu.  Ayleen sangat suka menaiki semen itu dan kemudian menempelkan tubuhnya di kaca sambil melihat kebawah.  Karena takut jatuh, papanya seringkali meninggalkan percakapan dan kemudian menjemput Ayleen yang sedang menempel di kaca itu dan membawanya duduk kembali ke meja makan.  Namun tidak lama ia duduk, segera saja Aylin pergi ke tempat favoritnya.  Berkali-kali terjadi demikian. 

Sampai kemudian dengan nada sedikit serius papanya memanggil dari jauh dengan muka yang cukup serius ‘Lin, kesini, jangan disana lah, nanti kamu jatuh.’  Si Aylin yang melihat papanya berbicara dengan nada lebih serius berbalik dan terdiam.  Kebetulan di dekat sana ada seorang anak kecil dari pelanggan lain yang lagi jalan-jalan dekat Ayleen tapi dia tidak sedang menaiki semen 60 cm itu.  Segera saja si Ayleen dengan lugunya memarahi anak itu ‘Kamu jangan naik sini, nanti jatuh, bahaya tau’  Anak itu yang tidak tau apa-apa dan tiba-tiba dimarahi lantas segera kembali ke meja dimana orang tuanya berada.  Sementara si Ayleen.... dia tetap berdiri di tempat favoritnya.  Ia tau bahwa perkataan itu untuk dirinya, tapi dia mengarahkan perkataan itu kepada orang lain, dan tidak sedikitpun mengindahkan perintah papanya.  Kami yang melihat hal itu tertawa melihat tingkahnya.

Ketika saya pulang saya merenungkan bahwa bukankah ada banyak orang Kristen yang bertingkah demikian.  Kita sering mendengarkan perkataan Firman dari Tuhan yang adalah Bapa kita, entah itu Firman yang mengingatkan, memerintahkan, menegur, mengoreksi, dsb, namun kita tidak melakukan apa yang kita dengarkan.  Kita tidak mengindahkan setiap perkataan Firman itu.  Entah kita mengabaikannya begitu saja, atau bahkan kita berpikir bahwa Firman ini bukanlah untuk kita.  ‘Firman ini jelas untuk si A atau si B.... sementara saya... saya rasa saya cukup baik dengan keadaan saya’.  Kita menjadi sama seperti suporter sepak bola yang begitu mudahnya mencaci pemain dilapangan “bodoh mestinya opor kesamping; bodoh kenapa bisa gak gol; bodoh mengapa tidak langsung di shoot; dsb”, tapi kita sendiri hanyalah menonton.  Cobalah hitung, seberapa banyak Firman Tuhan yang sudah kita dengarkan sejak kita duduk di bangku sekolah minggu sampai sekarang.  Saya kira akan sangat banyak tak terhitung.  Namun cobalah hitung seberapa banyak Firman yang sudah kita lakukan dalam hidup kita?  Seberapa banyak kita sudah melakukan Firman itu? 

Di hari ulang tahun komisi pemuda yang ke 57 ini mari kita merenungkan akan hal ini.  Mengapa di hari ulang tahun kita berbicara tentang tema ‘Let’s do it’?  Jawabnya jelas:  Karena ulang tahun itu tidak bisa lepas dari ucapan syukur akan anugerah kebaikan dan pimpinan Tuhan atas komisi dan hidup kita.   Salah satu cara menyatakan syukur kita akan kebaikan Tuhan adalah dengan melakukan kebenaran Firman Tuhan itu.  Karena jika kita melakukan kebenaran firman Tuhan, pada saat itu juga kita sedang membalas cinta kasih-Nya.  Karena itu betapa penting bagi kita untuk merenungkan tema ini.

Yakobus dalam kitabnya banyak berbicara akan hal ini.  Kitab ini sangat menekankan akan pentingnya perbuatan dalam kehidupan orang-orang Kristen.  Kalau di tanya apa ayat kunci dari kitab Yakobus yang terdiri dari 5 pasal ini?  Banyak penafsir yang akan mengatakan Yakobus 2:17 yang berbunyi “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”  Di sini Yakobus tidak mengatakan bahwa perbuatan kitalah yang menyelamatkan hidup kita.  Namun Yakobus ingin menegaskan bahwa jika kita berkata kita beriman, tapi tidak ada perbuatan yang baik dalam hidup kita, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati.  Itu sebabnya dalam surat yang ditulis Yakobus, banyak sekali menekankan perbuatan yang semestinya tidak boleh dan harus dilakukan orang-orang Kristen: larangan untuk marah, mengunjungi yatim piatu dan janda-janda;  larangan perbuatan yang memandang muka; tentang dosa lidah; larangan tentang memfitnah, perintah untuk tidak melupakan Tuhan; dan banyak lagi perbuatan-perbuatan atau sikap yang harus dilakukan oleh orang Kristen.  Intinya iman yang kita nyatakan kepada Tuhan juga harus kita nyatakan kepada sesama lewat perbuatan kita.

Dalam perikop yang kita baca, salah satu perbuatan yang menunjukkan iman Kristiani adalah dengan menjadi pelaku Firman Tuhan.  Seorang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan ia bukan sekedar menjadi pendengar Firman Tuhan, melainkan ia harus menunjukkan iman itu dengan menjadi pelaku Firman itu sendiri.  Sebab itu Yakobus mendorong setiap anak-anak Tuhan untuk menjadi pelaku Firman dan bukan pendengar saja.  Ada dua penjelasan yang diberikan mengapai kita sebagai anak Tuhan harus menjadi pelaku Firman.  

Thursday, May 03, 2012

Cemburu



Keluaran 34:14 “Janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” 

Ada 2 macam kecemburuan dalam manusia, salah 1 adalah cemburu jahat. Cemburu jahat adalah ungkapan dari sikap, “Aku benci kamu sebab aku tidak mendapatkannya.” Tetapi ada lagi jenis kecemburuan yang lain: gairah untuk melindungi relasi kasih, atau membalasnya ketika relasi pecah. Alkitab selalu melihat kecemburuan Allah sebagai aspek dari kasih perjanjian-Nya untuk umat-Nya. Perjanjian Lama menganggap perjanjian Allah sebagai pernikahan dengan Israel. Penyembahan kepada berhala-berhala dan semua relasi dengan para penyembah berhala bukan Israel merupakan ketidaksetiaan yang dilihat Allah sebagai perzinahan rohani, dan membangkitkan kecemburuan-Nya.  Segala perasaan cinta kita terhadap sesuatu hal yang melebih Tuhan pun dapat dikatakan sebagai berhala.  Karena itu janganlah kita membangkitkan cemburu Tuhan dengan cinta kita terhadap hal-hal lain. (HF)

Jangan mendukakan Tuhan dengan membangkitkan rasa cemburunya.