Friday, October 29, 2010

Percaya Walau Belum Melihat (Yos 2:1-11)



Tidak mudah bagi manusia untuk mempercayai sesuatu sebelum manusia itu mengalami dan melihat sendiri. Ketika jambore bulan September di Sendawar lalu dilangsungkan tiba-tiba saya mendapatkan sms dari koko saya yang berkata demikian “De, kamu masuk di koran Kaltim Post tuh.” “Hah kok bisa, emang gua habis ngapain sampe masuk koran? Gak mungkin ah!” Jawabku yang seakan tidak percaya dengan kabar tersebut. Masa ga ada kejadian pemicu bisa memasukkan ku dalam surat kabar. Ah gak percaya. Namun kemudian koko saya mengirim foto via handphone kepada saya. Ternyata apa yang dikatakannya benar. Fotoku dipampang di koran Kaltim Post karena waktu acara itu ada wartawan yang mengambil gambar penyematan kalung tanda peserta kepada beberapa peserta dari berbagai daerah oleh Bupati kota Sendawar. Berhubungan saya adalah perwakilan peserta dari Makassar maka saya ikut terjepret dan foto itu dimasukkan dalam surat kabar. Melihat bukti dan foto itu barulah saya percaya apa yang dikatakan koko saya.


Itulah yang sering terjadi dengan orang Kristen. Acapkali kita sukar percaya akan kebenaran FT dan janji Allah sebelum kita mengalami atau melihat sendiri kebenaran dan janji tersebut. Ada orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Namun setelah tertimpa bencana dan musibah barulah ia sadar bahwa ada penguasa alam semesta ini. Padahal bencana itu sudah sering diberitakan sebelumnya, hanya saja belum menimpanya; Ada orang yang tidak percaya bahwa Tuhan mampu menolong hidupnya, namun setelah diberi banyak masalah, dan ia melihat bagaimana Tuhan menolongnya, barulah ia percaya; Ada juga orang yang mengatakan kalau saya tidak percaya akan janji firman Tuhan ini dan itu sebelum saya mengalaminya sendiri, namun ketika keajaiban terjadi dalam hidupnya barulah ia percaya. Tak heran banyak orang yang berbondong-bondong meminta pengalaman-pengalaman rohani. Tak heran juga banyak orang yang bertobat dan menjadi hamba Tuhan setelah mendapatkan pengalaman-pengalaman tertentu. Sebab betapa sukarnya bagi kita untuk percaya sebelum kita melihat dan mengalami Allah dengan pengalaman sendiri.


Namun berbeda dengan tokoh Rahab yang barusan kita baca. Ia adalah seorang penduduk Yerikho yang tinggal di tembok istana. Alkitab menggambarkannya juga sebagai seorang pelacur. Suatu hari ia dikejutkan dengan kedatangan dua orang asing di rumahnya. Ia kira yang datang adalah laki-laki hidung belang yang ingin memakai jasanya. Tapi betapa terkejutnya karena ternyata orang-orang itu adalah mata-mata dari negeri Israel yang sedang berkemah di seberang sungai Yordan dekat dengan kota. Sebenarnya di kota itu sudah terdengar desas-desus bahwa orang Israel sudah bersiap-siap untuk menggempur Yerikho. Dan kali ini dihadapannya ada dua orang mata-mata yang berusaha menyelidiki kotanya untuk kemudian dihancurkan.


Saya kira Rahab pun menjadi bingung apa yang harus diperbuatnya. Apakah ia harus melapor kedatangan mata-mata musuh itu kepada raja? Atau dia harus berdiam diri? Ditengah kebingungannya tenyata kehadiran musuh itu sudah tercium oleh penduduk sekitar. Ada yang menghampiri raja Yerikho dan melaporkan bahwa ada mata-mata yang datang kekotanya. Jelas saja Raja segera memerintahkan untuk segera ke rumah Rahab untuk menangkap 2 mata-mata itu.

Sesampai di rumah Rahab apa yang terjadi? Kita sama-sama tahu bahwa akhirnya Rahab menyembunyikan 2 mata-mata Israel itu di sotoh rumahnya, dan ia mengatakan kepada pasukan negerinya bahwa mata-mata itu sudah keluar dari rumahnya. Sebenarnya keputusan ini keputusan yang tidak wajar. Keputusan yang wajar ialah mestinya Rahab melaporkan kehadiran dua mata-mata itu ke pengawal-pengawal raja. Bukankah yang mau dihancurkan adalah bangsanya sendiri? Kerabat, teman-teman, rekan kerja, bahkan mungkin sanak familinya semua ada di kota itu. Lagi pula yang menginginkan mata-mata itu adalah rajanya sendiri yang wajib ditaati. Seharusnya Rahab tahu resikonya jika ia ketahuan menyembunyikan mata-mata itu maka pastilah ia dijatuhi hukuman mati. Lagipula tidak pernahkah Rahab berpikir jika kotanya dihancur luluhkan bagaimana dengan masa depan dan pekerjaannya? Yakinkah ia akan diberi pekerjaan oleh orang Israel? Atau malah dijadikan budak dan menjadi lebih parah dari seorang pelacur.

Saya kira Rahab sudah memahami resiko-resiko yang akan dihadapinya. Namun mengapa ia masih memilih untuk menyembunyikan mata-mata Israel tersebut? Jawabannya ada di ayat 10-11, yaitu karena ia sudah mendengar apa yang Allah perbuat bagi umat Israel; antara lain mengeringkan air Laut Teberau; dan ia juga mendengar bagaimana Allah menyertai Israel mengalahkan raja Sihon dan Og. Dan karena apa yang didengarnya itulah akhirnya Rahab mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah yang benar; Allah atas langit dan bumi. Baginya ketaatan kepada Allah yang benar jauh lebih bernilai daripada harus taat kepada raja negrinya sekalipun. Rahab percaya sebelum ia melihat dan mengalami Allah sendiri. Ia percaya ketika ia masih hanya mendengar.

Rahab berbeda dengan Gideon yang tidak yakin akan janji penyertaan Allah kepadanya. Rahab juga tidak sama dengan Filipus yang meminta bukti bahwa Yesus itu sudah bangkit. Rahab memiliki iman yang besar terhadap Allah pencipta langit dan bumi. Iman yang mengantarnya untuk percaya walau belum melihat. Kepada orang seperti inilah Yesus ingin berkata "....Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. (Yoh. 20:29)."

Bagaimana dengan saudara? Sudahkah saudara menaruh rasa percaya kepada Tuhan walau saudara baru mendengar akan keajaiban cara kerja Tuhan kita? Atau mungkin pertanyaan yang lebih tepat: Masihkah saudara percaya kepada Tuhan walau saudara menghadapi jalan yang buntu? Mungkin saudara mengalami pergumulan yang berat saat ini. Kehidupan saudara sedang terombang ambing oleh badai kehidupan. Masa depan menjadi kabur dan jalan seakan semakin sukar untuk kita lewati. Kitapun menjadi bingung untuk mengambil sebuah keputusan. Dalam semuanya itu masihkah kita percaya akan tangan Tuhan yang senantiasa turut campur atas permasalahan kita? Masihkah kita percaya akan janji penyertaannya? Masihkah kita memiliki iman kepada-Nya? Mungkin kita belum menemukan jalan keluar dari kebuntuan masalah itu. Namun marilah kita tetap percaya bahwa Tuhan pasti bekerja. Percayalah walau kita belum melihat dan belum mengalami sendiri bagaimana Tuhan bekerja saat ini. Percayalah bahwa kita punya Tuhan yang benar dan ajaib. Dan percayalah bahwa kita punya Tuhan yang begitu mengasihi kita. Bukankah kita sudah mendengar bagaimana Ia rela tergantung di kayu salib untuk menyelamatkan kita? Karena itu percayalah.

Monday, October 25, 2010

Harta dunia Vs Harta Surgawi (Mark 10:17-27) #4



Memang uang dan harta merupakan godaan yang sangat berbahaya bagi manusia. Begitu mudahnya manusia terbelenggu olehnya. Orang kaya bergumul untuk tidak terikat oleh harta. Namun orang miskin pun bergumul untuk mengejar-ngejarnya. Begitu mudahnya manusia menempatkan harta untuk dijunjung tinggi dan disembah. Karena harta, manusia bisa membunuh sesamanya. Karena harta, seorang bisa menipu saudaranya. Karena harta seseorang bisa berselingkuh dan melanggar janji sakral pernikahan. Dan karena harta orang bisa memukul ibunya sendiri yang melahirkannya. Kita bisa melihat sejenak klip video ini (money). Saudara, hati yang terikat pada harta memang dapat merusak moral kita. Kasih, integritas, kejujuran, bisa terganti oleh tawaran harta yang menggiurkan. Bukan hanya bagi orang kaya, bagi orang kecil pun harta bisa menjadi berhala mereka. Beberapa tahun belakangan, hati ini miris ketika mendengar berita-berita televisi terhadap momen pembagian sembako. Tak jarang dikabarkan ada orang yang tewas sewaktu sembako dibagikan. Mereka tewas bukan karena penyakit jantung dsb. Tetapi kebanyakan mereka tewas karena terjadi aksi saling berebut, dan kemudian ada yang terjatuh, lalu tanpa peduli yang lainnya menginjak-nginjak orang itu. Tujuan mereka hanya satu, yaitu perut mereka bisa terisi. Tidak lagi peduli ada perut-perut manusia yang terinjak-injak dibawah kaki mereka. Program yang seharusnya bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia itu acapkali malah merengut nyawa manusia.


Itulah harta. Hati yang terikat dan mengagungkannya dapat membuat nurani menjadi tumpul. Kasih menjadi dingin. Dan Tuhan menjadi terbelakang. Karena itu kepada orang-orang yang demikian; yang hatinya terikat kepada harta benda atau materi didunia; dan berambisi untuk mendapatkannya; Tuhan menganggap tidak lagi layak untuk masuk ke dalam kerajaan Allah.


Saya tidak tau bagaimana keadaan bapak ibu ditempat ini. Dimanakah posisi harta itu di hati bapak ibu sekalian? Adakah hati kita sudah terikat dan terpikat olehnya? Apakah mengejar harta dunia itu sudah menjadi prioritas utama sehingga kitapun mulai mentuhankannya? Ketika harta itu menjadi prioritas utama melebih Tuhan, disitulah kita gagal dalam menempatkan posisi harta itu sebagaimana mestinya.


Ciri-ciri orang yang mentuhankan harta dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-harinya. Seberapa jauh ia menganggap harta itu adalah anugerah Tuhan; jika seseorang sadar bahwa harta itu anugerah, dia akan begitu rela untuk membagikan berkat itu kepada pekerjaan Tuhan. Seberapa jauh ia memuliakan Tuhan dengan hartanya. Dan seberapa jauh ia memprioritaskan Tuhan dan hartanya. Saya memiliki seorang saudara Kristen yang diberkati Tuhan dengan melimpah. Pekerjaannya semakin hari semakin berkembang sampai ia berhubungan dengan pemerintah. Namun apa yang terjadi ketika pekerjaan itu berkembang? Ia mulai meninggalkan pelayanan dengan alasan sibuk. Seringkali ditengah-tengah firman Tuhan didengungkan di atas mimbar ia keluar ruangan untuk menyahuti telpon untuk urusan bisnis. Bahkan tidak jarang ia meninggalkan gereja ditengah-tengah ibadah. Ia sudah tidak lagi menghormati Tuhan, yang ia kejar hanyalah harta. Inilah salah satu ciri orang-orang yang lebih memprioritaskan harta daripada Tuhan.


Saudaraku, untuk orang-orang seperti inilah Tuhan ingin berkata “Orang yang beruang memang sukar masuk dalam kerajaan Allah.” Dan untuk orang-orang demikian Tuhan mau mengatakan “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; dibumi ngengat dan karat merusakkannya.... tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga....” Sekali lagi Tuhan bukannya anti kekayaan, tetapi ia anti dengan hati yang memuja-muja kekayaan itu. Tuhan mau kita memprioritaskan Tuhan di tempat yang utama, bukan uang. Harta didunia hanya sementara, janganlah kita menjadikan harta dunia sebagai prioritas utama kita. Janganlah hati kita terbelenggu karenanya.


Pertanyaannya bagi kita, seberapa jauh kita memprioritaskan uang dalam hidup kita? Di atas Tuhankah? Atau bagaimana? Mungkin kita berkata “Tuhan, Engkau tahu bahwa aku sedang dalam kesusahan saat ini. Engkau mengerti keadaanku Tuhan. Jika aku tidak mengejar uang, bagaimana anak-anakku?” Kepada engkau yang berkata demikian Tuhan mau berkata “Janganlah engkau khawatir....Carilah dahulu kerajaan allah dan kebenaranya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Tuhan kita adalah Tuhan yang kaya, ia bisa memenuhi semua kebutuhan kita. Namun yang Ia inginkan adalah agar kita mendahulukan kepentingan-Nya, dan bukan kepentingan kita. Dengan demikian Tuhan yang akan menambahkan kebutuhan yang kita perlukan.


Saudara, sudah banyak anak-anak Tuhan yang memberi contoh dimana mereka dengan hartanya dapat memuliakan Tuhan, entah lewat bantuan terhadap orang lain, dukungan pelayanan, pembangunan gereja, dsb. Orang-orang ini sadar bahwa mereka memiliki harta yang banyak itu hanyalah titipan Tuhan. Mereka sadar bahwa semua yang mereka miliki itu hanyalah berkat dari Tuhan. Harta bukan untuk disembah, bukan untuk diagungkan, bukan sebagai prioritas utama. Namun harta itu mereka gunakan untuk kemuliaan Tuhan.

Kiranya hidup kita pun boleh terus memuliakan Tuhan. Karena dengan demikian kita sudah mengumpulkan harta yang sesungguhnya; yaitu harta surgawi.

Harta dunia Vs Harta Surgawi (Mark 10:17-27) #3



Namun apakah demikian maksud Yesus? Apakah Tuhan anti terhadap kekayaan yang dianggap mamon itu? Apakah ini sebuah prinsip umum atau perintah kepada orang tertentu saja? Untuk mengetahuinya tentu kita harus memahami Alkitab kita secara keseluruhan.


Sebenarnya sejak awal Tuhan menciptakan materi atau harta itu baik adanya. Asal mula manusia pertama diciptakan yaitu Adam dan Hawa, memang mereka tidak berpakaian, namun mereka diberi kepercayaan untuk mengelola segala properti atau harta yang ada di taman eden. Tuhan yang menyediakan harta itu kepada mereka. Harta itu diciptakan untuk dikelola guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Itulah esensi awal Tuhan menciptakan materi. Diharapkan materi itu dapat memenuhi hidup manusia sehingga manusia dapat berfokus untuk memuliakan Allah. Namun setelah manusia jatuh dalam dosa keadaan menjadi terbalik. Harta dan materi menjadi suatu yang dikejar-kejar dan didewa-dewakan; dan untuk mencapainya Allahpun dimanfaatkan supaya mendapat tujuan itu. Allah dijadikan seperti mesin atm, di mana jika kita membutuhkan uang barulah kita menghampiri Allah, tapi setelah kita mendapat uang itu kitapun mengabaikannya.


Jadi sesungguhnya Tuhan sendiri yang menciptakan materi itu dengan maksud baik. Harta di dunia tidak vs dengan harta di surga. Namun harta di dunia di cs kan dengan harta di surga. Hakikatnya baik, tapi pemakaiannya bisa tergantung oleh manusia itu sendiri. Sama seperti handphone yang diciptakan untuk maksud baik, yaitu agar orang lebih mudah berkomunikasi. Tapi karena dosa orang bisa memakai sarana komunikasi ini untuk meyebarkan fitnah dan gosip yang tidak benar. Alkitab pun sumber kebenaran ini bisa dijadikan senjata untuk melakukan kejahatan.


Dalam kasus pemuda kaya ini saya kira menjual harta bukanlah prinsip yang umum. Kalau itu merupakan prinsip umum maka seharusnya Yesus berlaku sama dengan semua orang kaya yang dekat padanya. Namun ia membiarkan perempuan-perempuan kaya yang ditulis dalam Lukas 8:3 mendukung pelayanannya. Ketika Zakeus pemungut cukai itu bertobat, Zakeus mengatakan bahwa ia akan menjual setengah hartanya dan memberikannya kepada orang-orang miskin. Yesus memuji dia sebagai orang beriman. Yesus tidak mencela Zakeus untuk menjual seluruh hartanya, tidak boleh setengah-setengah. Jadi saya kira prinsip menjual harta ini cuma berlaku kepada pemuda kaya itu.


Namun ada apa dengan pemuda itu? Saya kira Yesus tahu benar bahwa pemuda itu sudah menjadikan hartanya sebagai sandarannya. Hatinya sudah terikat dan terbelenggu dengan harta, dan baginya harta adalah segala-galanya. Itulah yang membuatnya sangat berat untuk melepaskan hartanya. Sebab ia sangat kaya. Ketika ia menjadikan harta sebagai Tuhan, maka ia tidak lagi menempatkan Tuhan di posisi sebagai mana mestinya. Sesungguhnya Tuhan tidak anti terhadap kekayaan. Yang Tuhan anti adalah hati yang menyembah kekayaan itu.

Harta dunia Vs Harta Surgawi (Mark 10:17-27) #2



Murid-murid Yesus juga pernah mengalami dilema yang sama. Ketika Yesus berkata “Alangkah sukarnya orang yang ber-uang masuk ke dalam Kerajaan Allah”, mereka menjadi bingung dan tercengang-cengang dengan ajaran itu.


Dikisahkan waktu itu ada seorang muda menghampiri Yesus. Orang muda ini bukan orang sembarangan. Ia adalah seorang yang kaya raya, bahkan dalam Lukas ia disebut sebagai seorang pemimpin; seorang yang memiliki jabatan yang sangat tinggi. Bukan hanya itu, ia adalah orang yang rendah hati. Ketika mendengar bahwa Yesus hendak meninggalkan kota itu, pemuda ini langsung segera berlari-lari mengejar Yesus seperti orang yang ketinggalan pesawat. Dan ketika ia mendapatinya ia langsung berlutut di hadapan Yesus. Pemimpin mana yang mau mengejar-ngejar seseorang, bahkan berlutut di depannya. Gengsi kan! Namun pemuda itu tidak. Ia sangat mengenal siapa Yesus; dan ia mengakui otoritas Yesus ada di atas dirinya. Karena itu tentunya orang ini orang yang rendah hati.


Mengapa ia mencari Yesus? Apa yang ia cari lagi? Bukankah ia punya segalanya? Berpendidikan, kaya, berstatus tinggi, dan saya kira hidupnya bahagia. Namun ternyata ada satu hal yang mengusik pemikiran dan menggelisahkan dirinya, yaitu masalah kehidupan kekal. Karena itu ia bertanya dengan sopan “Guru yang baik, apa yang harus saya perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”


Melihat pemuda ini, Yesus segera menjawab berdasarkan kitab PL “Engkau tentu tahu segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berjinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah Ayahmu dan ibumu.” Konsep ini yang dimiliki orang Israel waktu itu. Mereka akan selamat jika mereka dapat memegang hukum-hukum Taurat mereka. Dan mengagumkan, ternyata pemuda ini sudah melakukan semua itu sejak ia masih muda. Kira-kira ia sudah melakukan hukum itu sekitar umur 13, usia di mana orang Yahudi sudah dianggap dewasa dan bertanggung jawab secara pribadi dihadapan Allah. Jadi sudah muda, kaya, sopan, seorang pemimpin, rendah hati, saleh pula. Saya kira jarang kita dapat menemukan orang seperti ini. Dapat dikatakan ia adalah orang yang perfect. Saya kira semua orang disekitar Yesus waktu itu, yang melihat kejadian itu, termasuk murid-muridNya akan berkata “Kamu pasti masuk dalam kehidupan kekal. Kamu pasti masuk dalam kerajaan Surga, karena kamu adalah orang yang diberkati, dan taat kepada Tuhan.” Merekapun pasti mengira Tuhan akan berespon hal yang sama.


Tapi respon Tuhan berbeda. Ia memandang pemuda itu, ia menaruh kasih, sambil tersenyum Yesus berkata “Ada satu lagi kekuranganmu, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Surga....” Saya membayangkan betapa terkejutnya pemuda kaya itu mendengar syarat yang diberi Yesus. Dan akhirnya iapun kecewa dan ia pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Saat ia pergi itulah, Yesus langsung memandang murid-murid-Nya dan berkata “Alangkah sukarnya orang yang ber-uang masuk ke dalam kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta masuk ke dalam lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah.” Mendengar hal itu murid-murid tercengang dan gempar. Mungkin mereka saling bertanya dengan rekannya “Apa maksudnya perkataan itu? Apa salah jika seseorang mengumpulkan harta di dunia? Bukankah kekayaan itu juga merupakan berkat Tuhan? Bukankah yang penting kita taat terhadap perintah Tuhan?”


Saya kira kebingungan murid-murid pada waktu itu juga menjadi kebingungan kita saat ini. Rasanya tidak masuk di akal jika mau mendapat hidup kekal harus menjual semua properti dan harta kita terlebih dahulu. Perkataan atau ajaran ini sangat keras. Perintah ini merupakan sesuatu perintah yang sulit bahkan amat sukar untuk dilakukkan. Bahkan pendeta-pendeta yang mengkhotbahkan hal ini, yang menekankan untuk menjual semua harta, belum tentu ia juga mau menjual semua hartanya. Makanya murid-murid itu berkata “Jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan?” Sungguh sukar untuk dimengerti.

Harta dunia Vs Harta Surgawi (Mark 10:17-27) #1



Berbicara mengenai harta merupakan perihal yang menarik bagi semua orang. Hal ini disebabkan karena di dalam harta terdapat kebutuhan-kebutuhan yang mendasar bagi kita. Dalam bahasa Inggris kata harta diterjemahkan sebagai property yang berarti sandang, pangan, papan, yang merupakan kebutuhan primer juga tergolong dalam harta kita. Bukan hanya itu, uang, tabungan, laptop, blackberry, asuransi dan segala aset-aset yang kita miliki bisa digolongkan sebagai harta. Semua yang tergolong harta ini tidak terlepas dari kehidupan kita. Karena itu tidak ada orang yang tidak tertarik jika berbicara mengenai harta.


Namun pembicaraan tentang harta ini seringkali menjadi dilema bagi orang Kristen. Mengapa? Karena banyak ajaran-ajaran Alkitab yang seakan-akan menunjukkan sikap antipati terhadap harta. Tentu kita masih mengingat bahwa Yesus pernah berkata agar kita tidak mengumpulkan harta di bumi ini, karena ngengat dan karat akan merusaknya. Tuhan Yesus juga pernah memberikan sebuah perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh, yang menimbun hartanya kemudia mati tanpa membawa apa-apa. Dalam perikop ini pun Yesus sekali lagi berkata “Orang yang kaya itu sukar masuk dalam kerajaan surga.”


Ajaran-ajaran Tuhan Yesus ini kemudian diperkuat dalam khotbah-khotbah mimbar di gereja. Pendeta-pendeta acapkali mengatakan bahwa kita harus mencari harta di Surga, dan jangan kita mencari harta di bumi. Karena itu tema seperti hari ini ‘Harta di dunia vs harta di surga’ sering menjadi tema-tema gereja. Tema ini memberi image bahwa harta di dunia itu musuh dari harta di Surga. Sama seperti jika kita mendengar jika Mike Tyson Vs Holyfield, maka pasti kita membayangkan bahwa mereka saling bertentangan bukan? Seakan harta di Surga itu sesuatu yang baik, dan harta di dunia sesuatu yang buruk.


Disisi lain kita pun tidak bisa memungkiri bahwa kita harus mengejar harta dunia yang dikonotasikan negatif itu. Tentunya kita semua mau rumah yang nyaman untuk tempat tinggal kita. Rumah yang nyaman tentunya harus disertai perabot-perabot yang baik. Tentunya kita juga mau memiliki pakaian yang bagus untuk memasuki berbagai dunia. Setidaknya ada pakaian pesta, pakaian sport, pakaian tidur, dsb. Tentunya kita juga butuh handphone yang bisa menolong kita dalam banyak hal. Kita juga butuh laptop untuk pekerjaan kita. Semua ini membutuhkan uang bukan? Belum lagi jika kita memiliki anak di rumah. Tentunya kita berharap yang terbaik untuk mereka bukan? Kalau bisa mereka kita sekolahkan di sekolah yang berkualitas. Tentu kita tidak mau sembarangan menyekolahkan anak, dan akhirnya keluar dengan pergaulan dan moral yang buruk. Namun sekolah yang berkualitas pastinya membutuhkan uang yang banyak. Kitapun menginginkan buah hati kita dapat bertumbuh cerdas dan pintar, supaya kelak besar ia tidak kalah bersaing di tengah arus zamannya. Supaya mereka pintar tentunya kita memerlukan asupan gizi yang bagus dan sehat. Susunya harus bermutu, vitaminnya harus berkualitas. Dan sekali lagi, semua itu membutuhkan uang yang tidak sedikit. Belum lagi biaya-biaya lainnya, seperti biaya obat, reparasi ini-itu, dll. Semua ini memaksa kita agar mau tidak mau kita harus mengejar harta itu.


Karena itu dalam diri orang Kristen acapkali terjadi dilema dalam menyikapi harta. Apakah kita harus mengabaikan harta itu, atau kita harus mengejarnya. Kalau mengabaikannya nanti bagaimana dengan kebutuhan hidup kita. Tapi jika mengejarnya seakan-akan kita sedang melanggar kebenaran Alkitab.

Friday, October 15, 2010

Sola Scriptura (2 tim 3:16; 2 Pet 1:20-21) #2



Sebenarnya bukan hanya sebagai buku yang sangat berharga, Alkitab juga merupakan sebuah buku yang sangat bermanfaat. Setelah mengatakan bahwa tulisan-tulisan itu merupakan tulisan yang diilhamkan oleh Allah, Paulus berkata kepada Timotius bahwa Firman Tuhan juga sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Alkitab sangat bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Sebagai pengajar Alkitab merupakan guru terbaik, karena Allah sendiri yang mengajarkannya. Sebagai alat untuk menyatakan kesalahan juga hanya Alkitab yang mampu. Alkitab itu bagaikan cermin yang dapat membantu kita melihat diri: apakah masih ada yang kotor dalam hidup kita? Apakah masih ada yang harus dibenahi? dsb. Manusia seringkali tidak sadar akan kesalahan yang ia perbuat. Karena itu ia perlu bercermin dari FT untuk memperbaikinya. Sebagai pendidik moral, Alkitab juga merupakan guru terbaik. Sudah tak terhitung banyaknya orang yang diubahkan olehnya. Dan sebagai pendidik orang dalam kebenaran hanya Alkitab yang mampu. Karena Allah sumber kebenaran itu hanya berbicara melalui Alkitab. Karena itulah Alkitab dikatakan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.

Biss, akhir-akhir ini kita tahu bahwa negeri kita sedang marak di teror oleh para teroris. Suatu hal yang sangat menakutkan ketika saya mendengar kabar televisi bagaimana analisa dari pakar teroris. Ia mengatakan demikian: Kebanyakan para teroris ini adalah para keluaran penjara dan para preman. Mengapa mereka rela mati untuk sebuah tindakan kejahatan? Karena sebelumnya mereka diindoktrinasi oleh komplotan teroris itu. Mereka diancam akan masuk neraka. Mereka adalah pendosa besar. Merka pasti mati binasa. Tentu saja hal yang demikian membuat mereka menjadi takut. Kemudian ketika ditanya apakah ada caranya agar mereka selamat? Lalu para teroris itu mengatakan “Kalau kamu mau selamat, kamu harus berkorban untuk Allah. Menjadi teroris, menegakkan agama kita, membunuh orang yang diluar agama kita, itulah yang menjadi kesukaan Allah. Dan tindakan yang paling mulia yang dapat kamu lakukan adalah ketika kamu dapat mati sahid untuk membela kebenaran.” Karena itulah mereka mencuri dan merampok. Mengapa merampok? Kan untuk menyukakan Allah. Karena itu jugalah mereka rela melakukan aksi bom bunuh diri. Mengapa rela? Supaya mereka tidak masuk neraka. Setiap hari para calon teroris ini diindoktrinasi atau dicegokin dengan konsep-konsep demikian. Karena itulah mereka melakukan tindakan itu sebagai sebuah kebenaran. Kesesatan dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Kalau kita sadari, dunia kita saat ini banyak sekali menawarkan hal-hal yang keliru. Dan dunia berusaha mengindoktrinasi kita dengan kesesatan-kesesatan. Melalui linkgungan, iklan, dan teknolgi sangat memungkinkan untuk mendoktrinasi pikiran kita. Bahayanya, tanpa sadar kitapun sering menganggap itu sebagai kebenaran.

Lebih bahaya lagi dengan anak-anak bapak ibu sekalian. Karena masa anak-anak dan masa remaja merupakan masa yang paling mudah terpengaruh oleh segala sesuatu. Misalnya dari lagu-lagu yang mereka terima. Musik sangat mendoktrinasi mereka. Ada lagu yang mengatakan “Jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia.” Lagu ini mengajarkan bahwa menjadi orang ketiga itu asyik-asyik saja. Lagu yang lain juga mengajarkan serupa “Sephia, kekasih gelapku; aku cinta kau dan dia; dsb.” Tak heran anak-anak remaja sekarang kalau berpacaran bisa dua-tiga orang sekaligus. Ada juga tayangan “Take me out” yang mendidik kita bahwa kalau pacaran itu yang penting liat luarnya menarik apa gak. Gak perlu perkenalan. Yang penting aku suka wajahnya, kerjaannya apa, dan hobynya apa, jadian deh. Hubungan pacaran terlalu disederhanakan. Padahal Alkitab sangat menjunjung tinggi sebuah hubungan kekasih. Sehingga kita tidak boleh bermain-main dengan itu.

Itu masih berbicara mengenai lagu dan acara televisi. Belum lagi banyak pengajaran-pengajaran keliru di lingkungan sekitar mereka yang sama sekali tidak bisa dipantau oleh orang tua. Ada anak-anak yang dibilangin temannya, kalau kamu mau jadi pria sejati kamu harus merokok dan minum-minuman keras. Ada juga yang ditertawain ketika mereka belum nonton film porno; teman-temanya berkata “Hah, cowok kok belum nonton film gitu-gituan, bukan cowok lu.” Akhirnya terdoktrinasi lah bahwa menjadi pria sejati harus rokok, minum-minuman, dan liat film porno. Ada pula yang mengatakan orang gaul itu harus bisa ngomong kotor. Kalau gak berarti kurang gaul. Semua ini indoktrinasi dari lingkungan yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Kita sebagai orang dewasapun sangat memungkinkan untuk diindoktrinasi oleh dunia sekitar kita sehingga tanpa sadar kita memiliki pikiran-pikiran yang menyesatkan. Tak heran ada orang Kristen yang mengait-ngaitkan iman kepercayaan dengan kekayaan. Saya pernah bertemu dengan seorang Kristen yang bersaksi demikian: “Aku dulu ga ada apa-apa. Namun karena aku rajin melayani dan aku sungguh-sungguh mengikut Tuhan, Tuhan memberkati usahaku, dan puji Tuhan, restoranku sekarang semakin banyak yang datang. Si bapak a lebih giat dan sungguh-sungguh lagi pelayanan. Karena itu ia menjadi konglomerat sekarang. Makanya kalau mau sukses, kamu harus melayani. Ketika kamu berkorban untuk melayani, Tuhan akan membalas berlipat-lipat ganda.” Kira-kira demikian kesaksiannya. Apakah saudara setuju? Setujukah bahwa mengikut Tuhan kita akan menjadi kaya raya bahkan konglomerat? Jika kita kembali ke Alkitab, maka kita tidak akan menemukan konsep ini. Tentunya saudara masih ingat tentang kisah orang kaya yang mau mengikut Yesus. Dia sudah melakukan segala hukum taurat. Cuman satu yang Yesus minta: “Jika kamu mau mengikut aku, jual semua kekayaanmu dan bagikan kepada orang miskin.” Mengikut Tuhan malah harus melepas kekayaan bukan?. Yesus sendiri mengatakan bahwa burung mempunyai sarang, serigala mempunyai liang, tapi Ia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Dan murid-murid-Nya akan harus mengalami hal yang sama. Di bagian lain Yesus berkata “Barang siapa mau mengikut aku ia harus menyangkal diri dan memikul salib.” Dan bagian lain lagi mengatakan bahwa kita tidak boleh mempertuankan mamon. Dimana hati kita, disitu harta kita berada. Jelas kesaksian orang itu tidak tepat dan tidak sesuai dengan firman Tuhan. Tapi ada begitu banyak orang Kristen yang sudah terindoktrinasi dengan ajaran-ajaran semacam itu. Masih ada begitu banyak ajaran-ajaran lainnya yang akan membingungkan dan mengacaukan pikiran kita. Jika kita tidak berhati-hati maka kita sangat mudah untuk disesatkan.

Karena itu mari kembali kepada otoritas firman Tuhan. Dalami, renungkan, dan kuasai firman itu tiap hari. Maka Firman itu yang akan mengajar kepada kita hikmat; yang akan menegur kita jika kita salah; yang memperbaiki kelakuan; dan yang akan mendidik kita dalam kebenaran. Mari kita cintai Alkitab yang adalah nafas Allah ini. Mari kita hargai Alkitab sebagai otoritas tertinggi; dan biarlah Alkitab juga yang menjadi pedoman utama dalam kita menentukan prinsip dan menjalani kehidupan ini. Sehingga kita akan terus diarahkan dijalan yang benar.

Sola Scriptura (2 tim 3:16; 2 Pet 1:20-21) #1



Beberapa hari yang lalu ketika saya bersurfing di google yang merupakan sumber informasi terbesar saat ini, saya menemukan sebuah data yang menarik. Ada sebuah artikel yang melist buku-buku terlaris dan terpopuler di dunia berdasarkan jumlah eksemplar yang terjual. Nomor 9 ditempati oleh “The Lord of The Ring” yang diluncurkan pertama pada tahun 1954-1955 dan sampai saat ini buku ini laku terjual sebanyak 150 jt buah. Begitu terkenalnya buku tersebut sehingga diorbitkan filmnnya sebanyak 3 seri yang berturut-turut masuk dalam box office. Nomor 7 ditempati oleh buku yang berjudul “A Tale of Two Cities”, sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 1859 dan sudah laku hampir sebanyak 200jt eksemplar. Berikutnya kita langsung melihat 3 urutan pertama yang menduduki sebagai buku terlaris. Peringkat ke-3 di isi oleh buku kecil merah tanpa judul, yang berisi kutipan-kutipan dari Mao Zedong, yang merupakan buku yang sangat penting bagi rakyat China. Buku ini terjual sebanyak 800jt eksemplar. Buku terlaris ke-2 dipegang oleh kitab suci umat Muslim yang kita kenal sebagai Alquran. Buku ini laku sebanyak 900jt buah. Dan buku yang termasuk buku terlaris di dunia ini dalam sepanjang abad ternyata adalah ALKITAB, yaitu sebuah kitab suci umat Kristiani yang dikumpulkan menjadi satu pada abad pertama (kurang lebih sudah 1900 tahun), buku ini laku terjual sebanyak 2,6 Milliar.


Bukan hanya buku terlaris, namun ternyata buku ini juga merupakan buku yang paling banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Kitab suci kita ini aslinya terdiri dari bahasa Ibrani, aram dan Yunani. Tapi menurut catatan pada tahun 1996, Alkitab kita sudah diterjemahkan kedalam 2.062 bahasa. Kalau diperkirakan mungkin saat ini bisa mencapai 2500-3000 bahasa. Untuk kita ketahui bahwa bahasa di dunia ini ada kurang lebih 6000 bahasa. Jadi Alkitab sudah diterjemahkan hampir separuh dari seluruh bahasa yang ada di dunia.


Mengapa Alkitab bisa menjadi buku yang paling laris dan sampai diterjemahkan keberbagai bahasa? Tentunya buku ini bukanlah buku yang sembarangan sehingga banyak orang yang membeli dan membacanya. Sudah pasti buku ini memiliki daya tarik dan wibawanya tersendiri. Sudah pasti juga buku ini memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Jika Alkitab tidak memiliki manfaat sama sekali tentunya tidak akan banyak orang membeli buku ini. Penerbitpun tidak akan terus menerbitkan jutaan eksemplar tiap tahun, karena tentunya akan mengalami kerugian besar. Fakta ini menunjukkan bahwa dalam buku ini terdapat sesuatu yang sangat penting.


Tapi sayangnya kenyataan dan fakta ini sering terabaikan dan tidak dirasakan bagi orang Kristen yang merupakan pemilik dari buku terlaris tersebut. Beberapa orang membeli Alkitab hanya supaya orang tau bahwa dia memiliki buku ini. Beberapa lagi membelinya supaya kalau kegereja ia tidak ditertawakan karena tidak membawa Alkitab. Bahkan beberapa lagi membeli karena Alkitab dianggap sebagai jimat. Sepertinya Alkitab bukan buku yang spesial. Alkitab bukan sebuah buku yang bermanfaat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Alkitab hanyalah sebuah buku kuno. Tidak relevan untuk zaman kita. Kalau tidak relevan kita perlu bertanya lagi “mengapa Alkitab masih menjadi buku yang terlaris sampai saat ini?”


Biss, saya percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya buku yang berotoritas yang diilhamkan oleh Allah. Keberadaan buku ini sangat menarik. Sebenarnya cara penulisan Alkitab ini sangat luar biasa. Alkitab adalah buku yang ditulis sekitar 40 penulis dengan latar belakang yang berbeda (Raja, nabi, rasul, hakim, orang awam, dokter, dsb). Penulis-penulisnya hidup di 10 negara atau tempat yang berbeda, masa penulisannya kurang lebih daripada 1600 tahun (1500SM-100M), dalam 3 bahasa (Ibrani, Yunani dan Aram), dan menghasilkan 66 kitab mencakup banyak pokok permasalahan. Menariknya ialah walau penulisnya berbeda jaman, latar belakang, dan berbeda konteks namun semuanya mengacu pada satu sebuah tema yang penting, yaitu keselamatan melalui Yesus Kristus. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Semua fakta ini meyakini saya bahwa pasti ada yang mengontrol dan pasti ada yang mengatur sehingga terbentuknya kitab suci ini. Siapa lagi kalau bukan Allah sendiri yang merupakan pengatur sejarah dunia ini.


Martin Luther sendiri, yang kita kenal sebagai bapak Reformasi yang mencetuskan gagasan mengenai sola scriptura, mengatakan: “Seluruh Alkitab mengajarkan tentang Kristus. Cara penulisan yang demikian hebat, tidak mungkin bila Alkitab bukan firman Allah.” Hanya Alkitab yang adalah Firman Allah. Tidak ada kitab-kitab lain yang dapat dikatakan sebagai Firman Allah.


Bukti lain yang seharusnya meyakinkan kita akan otoritas Alkitab yang adalah firman Allah adalah fakta bahwa berkali-kali Alkitab hendak dibakar dan dimusnahkan namun tidak pernah berhasil. Dari para kaisar Roma seperti Diokletian, sampai para diktator komunis dan orang-orang ateis dan penganut agnostik zaman modern, Alkitab bertahan dari segala serangan dan sampai sekarang masih merupakan buku yang paling banyak dicetak. Ini jelas adalah bukti pemeliharaan Tuhan. Tuhan ingin berbicara kepada setiap anak-anak-Nya melalui Firman Tuhan. Karena itu Ia tidak akan membiarkan Alkitab yang dirancang oleh-Nya itu lenyap dari muka bumi.


Semua ini menunjukan bahwa Alkitab kita ini sungguh merupakan Firman Allah itu sendiri. Tak salah jika Paulus mengatakan dalam 2 Timotius 3:16 di mana kumpulan kita-kitab ini merupakan “tulisan yang diilhamkan oleh allah.” Kata diilhamkan ini memiliki arti di nafaskan. Ini menunjukkan bahwa Alkitab kita merupakan nafas Allah sendiri.


2 Petrus 1:20-21 kembali menegaskan “Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Petrus menegaskan bahwa kitab suci itu ditulis oleh Roh Kudus, melalui orang-orang yang sudah dipilih Allah.


Ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Alkitab merupakan Firman yang dikatakan oleh Allah itu sendiri. Jika ini adalah Firman Allah, maka Alkitab juga merupakan sumber kebenaran. Alkitab menjadi Firman Allah bukan sekedar karena ia adalah buku terlaris; bukan juga karena banyak yang menterjemahkannya, tapi ia menjadi firman Allah karena ini Allah sendiri yang menafaskannya. Tidak ada buku lain yang memiliki otoritas ilahi seperti alkitab. Dan tidak ada buku lain yang memiliki kebenaran seperti Alkitab.


Sudah semestinya kita berbangga bisa memiliki buku yang diilhamkan oleh Allah. Lebih bangga lagi jika kita bisa membaca, merenungkan dan mengenali isi Firman sang sumber kebenaran itu sendiri. Namun sekali lagi sangat disayangkan. Seringkali Alkitab itu kita jadikan hanya sebagai ban serep. Yang kalau kita lagi susah baru kita pasang dan baca. Kita tidak lagi menempatkan Firman sebagai yang utama dalam hidup ini. Alkitab hanya menjadi ktp yang menunjukan identitas kita sebagai orang Kristen. Tapi Firman itu tidak sungguh-sungguh kita renungkan dan baca, apalagi dihidupi.


Seandainya kita sadar betul bahwa Alkitab ini adalah suara Allah sendiri, tentu kita akan sangat menghargainya. Ketika pelayanan 2 bulan tahun lalu berakhir, pihak majelis dari sebuah gereja di Bandung memberikan kepada saya sebuah kenang-kenangan berupa bros salib. Sesungguhnya saya tidak suka memakai bros. Karena itu saya geletakkan bros itu di sembarang tempat. Sewaktu kembali kemalang, bros dengan kotaknya itu kuselipkan dalam koper di balik baju-baju. Sesampainya di Malang saya lupa kalau saya ada membawa bros tersebut. Saya buka koper, lalu mulai memasukkan baju-baju ke dalam lemari, dan bros itu tidak terlihat. Sama sekali tidak kepikiran akan bros pemberian itu. Sampai suatu saat, ketika saya bersih-bersih kopernya, barulah saya menemukan bros tersebut. “Oh ya, baru ingat ada bros salib ini.” Setelah berpikir demikian, kembali saya meletakkan bros itu disembarang tempat. Kemudian ada teman yang bertanya “Ini bros dari mana Fong?” “Oh itu kenang-kenangan dari tempat praktekku” jawabku. “Wah baik banget tempat praktekmu, mahasiswa praktek 2 bulan aja di kasih emas 3 gram” lanjutnya. “Hah Emas?” Aku terkejut. “Tau dari mana itu emas? Bukannya bros biasa ya?” “ Wah liat dong, ini ada kertas jual-belinya, dan tertulis emas seberat 3 gram.” Mendengar hal itu saya terkejut. Saya yang dulunya memandang remeh bros itu, namun setelah mengetahui betapa bernilainya bros itu, saya tidak lagi menggeletakannya di sembarang tempat. Sebliknya saya memperlakukannya sebagaimana layakanya sebuah barang berharga. Biss, seandainya kita tau bahwa Alkitab kita ini adalah buku yang sangat berharga, tentunya kita tidak akan mengabaikannya dan menggeletakannya sembarangan. Seandainya kita tau bahwa buku ini sangat bernilai tentunya kita akan merenungkan dan mendalaminya. Karena ada sebuah nilai yang besar di dalamnya. Yaitu nafas Allah sendiri.