Friday, March 14, 2008

Tawanan Dosa

Surat harian Jawa Pos pada hari Sabtu 25 Agustus 2007 menginformasikan bahwa ada seorang anak korban penculikan yang akhirnya ditemukan. Anak itu bernama Raisya. Umurnya masih hijau, yaitu lima tahun. Dia diculik oleh sekawanan perampok yang membutuhkan sejumlah uang untuk membayar hutang-hutang yang menumpuk karena bangkrutnya usaha mereka. Singkat cerita, dengan bantuan istri si perampok yang merupakan guru mengaji dari Raisya, mereka berhasil menculik anak tersebut dan meminta tebusan sebesar 1 miliar.

Tidak main-main perampok-perampok itu menyandera anak tersebut selama 10 hari. Tentu saja itu bukan waktu yang singkat. Di kurung selama itu dapat membuat seorang menjadi tertekan dan depresi. Apalagi yang menjadi korban adalah bocah berusia lima tahun. Tentu saja ia sangat mengharapkan dan menantikan hari-hari kebebasannya. Bukan hanya itu, pasti ia juga sangat merindukan kehangatan kasih dan pelukan kedua orang tuanya. Apalagi orang tua mereka sangatlah mengasihi dia. Untung saja akhirnya Polda Metro Jaya berhasil membekuk para penyandera itu dan menyelamatkan Raisya.

Yang menarik dari peristiwa itu adalah saat-saat di mana anak itu bertemu dengan kedua orang tuanya. Dengan segera ia berlari menghampiri ibunya, dengan cucuran air mata ia membentangkan tangannya mendekati sang ibu yang sangat dirindukannya. Dan ibunya pun bergegas menghampiri Raisya dan memeluknya erat-erat seakan tidak mau melepas kembali. Setelah larut dalam pelukan ibunya Raisya melarutkan dirinya dalam haru gendongan ayahnya. Tangisan yang tampak seperti tangisan duka itu merupakan awal dari rasa sukacita yang meluap karena kebebasan dan keselamatan Raisya.

Namun tentu saja peristiwa itu terus membekas di benak Raisya. Meskipun ia bersukacita karena telah dibebaskan, Raisya mengalami shock yang sangat berat dan trauma yang cukup dalam. Keesokan harinya surat kabar Jawa Pos kembali mengabarkan bahwa Raisya mengalami tauma psikologis. Sikapnya menjadi murung dan pendiam. Para wartawan diharapkan tidak mengusik ketenangannya dalam beberapa hari kemudian.

****
Yang ingin disampaikan dari ilustrasi ini yaitu seharusnya setiap orang yang percaya kepada Tuhan memiliki respon yang sama ketika ia mengalami pembebasan dari dosa. Bukankah kita ini sebenarnya adalah tawanan-tawanan dosa. Kita di sandera oleh maut. Bahkan maut tersebut tidak ingin membebaskan kita. Namun Tuhan Yesus rela turun ke dunia untuk membebaskan anak-anak yang dikasihiNya dan menyelamatkan kita. Seharusnya hati kita meluap dengan ucapan syukur dan terus melekatkan diri kita kepada Dia yang mengasihi dan membebaskan kita. Lebih dari itu, seharusnya kita memiliki perasaan shock dan trauma karena keterpurukan kita dari dosa, sehingga kita tidak berani lagi untuk bermain-main dengan dosa yang mencelakakan kita.

Namun bagaimana realitanya? Anak-anak Tuhan bukannya beryukur untuk keselamatan yang telah diberikan, mereka malah bersungut-sungut bahkan mereka malah menjauhkan diri dari persekutuan yang erat dengan Tuhan. Tidak ada perasaan shock dan trauma. Sebaliknya mereka malah terus-menerus berbalik kepada dosa-dosa mereka. Mereka seakan meminta untuk ditawan kembali oleh dosa. Padahal penyesalanlah yang akan mereka dapatkan setelah mereka terikat oleh dosa. Masa-masa indah pada saat pembebasan itu dilupakannya.
Sadarlah akan betapa menderitanya jika kita diperbudak oleh dosa. Karena kita kehilangan persekutuan dengan Bapa yang sangat mengasihi kita. Dan mengucap syukurlah atas keselamatan yang telah kita terima dengan menunjukkan ketaatan kita secara penuh kepada-Nya.

No comments: