Monday, March 22, 2010
KEHENDAKKU, BUKAN KEHENDAK-MU # 1
Yohanes 6:15
Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Ketika merenungkan ayat-ayat di atas, saya pikir ayat-ayat tersebut sangat mencerminkan kekristenan zaman ini, secara khusus di Indonesia.
Yohanes 6:15 merupakan bagian penutup dari perikop Yesus memberi makan lima ribu orang. Orang banyak tertakjub-takjub tak berkedip melihat Yesus menggandakan roti dari 5 menjadi beribu-ribu. Mungkin dalam benak mereka Yesus adalah titisan Musa yang pernah membebaskan nenek moyang mereka dari penindasan Mesir. Sebagaimana pada zaman Musa pernah terjadi turunnya ribuan manna (roti yang turun dari Surga) dan memberi makan ribuan orang Israel, demikian juga Yesus memberikan makanan kepada ribuan orang yang mencari Dia. Dan kebetulan sekali, umat Israel pada waktu itu sedang berada dalam kekuasaan kerajaan Romawi; tentu ada harapan Yesus dapat membebaskan mereka dari penindasan orang Romawi sama seperti Musa membebaskan orang Israel dari tanah Mesir. Karena itu mereka hendak datang dan hendak memaksa Yesus untuk menjadikan Dia sebagai Raja (ay. 15). Wah, sepertinya usulan yang baik. Setidaknya Yesus dijadikan Raja, bukan bawahan mereka. Apalagi jika menjadi raja, Yesus akan dimuliakan. Tapi pertanyaannya, Mengapa Ia menyingkir dari orang-orang yang ingin menjadikan Dia raja? Ironi bukan? Ia menyingkir bahkan seorang diri.
Setelah meletakkan perenungan ini beberapa saat dalam memori saya, akhirnya saya menemukan jawaban bahwa Yesus menyingkir karena menjadi raja seperti yang orang banyak inginkan itu bukanlah kehendak-Nya. Ia tidak ingin mendirikan kerajaan secara fisik seperti zaman pemerintahan Daud (kerajaan seperti ini yang dikehendaki orang Israel pada waktu itu). Namun kerajaan yang dibangun-Nya memiliki spektrum yang jauh lebih luas, yaitu kerajaan Allah yang mencakup dimensi spiritual.
Sesungguhnya jika kita perhatikan baik-baik, ada suatu kontradiksi dalam ayat 15 tersebut. Orang banyak itu menginginkan Yesus menjadi Raja. Biasanya Raja adalah orang yang memerintah dan menguasai rakyatnya. Tapi yang mau dijadikan ‘raja’ ini malah dipaksa oleh rakyatnya. Mengapa mereka memaksa? Karena ada visi misi atau kehendak pribadi dalam komunitas mereka sendiri. Jika mereka menganggap Yesus sebagai raja, tentunya mereka yang akan mengikuti apa yang menjadi visi misi dan kehendak Yesus. Jadi sebenarnya mereka tidak sedang benar-benar menjadikan Yesus sebagai raja. Mereka sendirilah yang ingin menjadi raja. Yang penting kebutuhan dan keinginan mereka tercapai, bukan keinginan Yesus.
Orang-orang Kristen di Indonesia saat ini seringkali juga seperti itu. Mungkin dinegara lain juga, namun karena saya tidak tinggal ditengah-tengah mereka maka saya tidak mau berkomentar. Banyak orang Kristen yang hendak memuliakan Tuhan, menjadikan Yesus sebagai Tuhan, dan menganggap-Nya sebagai Raja, bahkan Raja atas segala raja; tapi semua itu untuk memenuhi visi misi dan kehendak mereka pribadi. Tidak sedikit ‘orang Kristen’ yang mengikut Tuhan supaya dapat menjadi sukses, pekerjaan lancar, dan kaya raya. Untuk apa kekayaan itu? Yah ujung-ujungnya untuk kepuasan dan kenyamanan pribadi. Supaya bisa beli mobil, bisa sekolah di luar negeri, dan supaya bisa beli HP terbaru dan tercanggih. Tidak sedikit juga ‘anak-anak Tuhan’ yang mengikut Tuhan supaya tidak ada sakit penyakit. Untuk apa kesehatan itu? Supaya mereka bisa kya-kya, keliling kota, bersenang-senang, dan menikmati kehidupan mereka sendiri. Ups, siapa ya yang jadi raja?
Saudara, memang sih tampaknya sangat baik dan sangat rohani ketika kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan raja. Tapi tolong dipikirkan, apakah itu sesuai dengan kehendak-Nya RAJA SEGALA RAJA tersebut? Atau sebaliknya hal itu untuk memuaskan motif dan kehendak pribadi?
Saudaraku, intropeksi motif kita sekali lagi. Jangan-jangan Yesus sedang “menyingkir” dan “menjauh” karena kita terlalu memaksa DIA.
(Refleksi ini bukan hanya untuk menegur pembaca, tapi dapat kubagikan karena saya sendiri tertegur oleh kebenaran ini. Selamat bergumul)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment