Pada awal bulan ini kita baru saja merayakan apa yang namanya Paskah. Ketika kita mengenang kembali akan kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus seringkali permenungan itu dapat membangkitkan kembali sebuah pengharapan akan sesuatu hal. Pengharapan seperti ini dialami oleh Pak Bahar bin matsar (67 tahun). Dia adalah seorang terpidana mati karena kasusnya yang kompleks seperti pembunuhan, perampokan, dan pemerkosaan. Sudah 44 tahun ia mendekap di balik jeruji besi di berbagai tempat.
Selama hampir separuh abad di dalam penjara itu ternyata telah membuatnya menyesal dan membawanya kepada pertobatan. Ketika dikunjungi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis pada masa paskah kemarin, pak Bahar menangis sesegukan. Ia memohon menteri tersebut dapat membantunya untuk menyampaikan surat permohonan / grasi kepada pak Presiden agar dapat membebaskannya dari hukuman mati. Sembari menangis, tangannya yang gemetar itu memberikan sepucuk surat kepada sang Menteri, dan ia berkata kepada Menteri tersebut "Pak Menteri, tolong serahkan surat keluh kesah saya ini langsung kepada Bapak Presiden SBY di Jakarta, ya, Pak. Sekarang saya sangat menyesal dan sedih atas perbuatan yang telah saya lakukan. Kebesaran Tuhan membuat saya bisa bertobat. Di sini (Lapas Batu) saya dibina." Bukan hanya surat, pak Bahar juga mengirimkan beberapa foto perayaan paskah yang diikutinya.
Ada pengharapan yang besar dalam diri pak Bahar untuk mendapatkan pengampunan pada masa paskah tersebut. Sudah 3 kali pak Bahar mengirimkan surat permohonan itu ke Presiden namun semuanya itu ditolak. Entah surat itu ditolak setelah di baca presiden ataukah karena kurang lengkapnya prosedur yang harus diikuti. Betapa sukarnya memohon sesuatu dari pak Presiden. Harus melewati serangkaian prosedur yang rumit, itupun belum tentu sampai di tangan Presiden. Apalagi jika kita melihat status pak Bahar, siapakah dia? Dia hanya seorang terhukum yang hina. Betapa sukarnya seorang hina dapat berkomunikasi dan mendapatkan kemurahan dari orang yang paling berkuasa di negeri ini.
Tapi kita patut bersyukur kepada Tuhan, karena kita manusia yang hina karena dosa ini dapat berkomunikasi langsung kepada Tuhan dan Bapa Pencipta dan Penguasa dunia ini, tanpa harus melewati prosedur yang panjang. Tuhan mengijinkan setiap kita anak-anak-Nya untuk dapat langsung berkomunikasi dengan-Nya lewat doa-doa kita. Bukan hanya sejauh dapat berkomunikasi, Alkitab seringkali menggambarkan bahwa Ia adalah Allah yang mendengar setiap seruan doa kita dan menjawabnya seturut dengan kehendak-Nya yang terbaik bagi kita. Tidak peduli dalam keadaan apapun kita, Ia tetap memperhatikan seru doa kita.
****
Mazmur 107 dengan jelas menunjukkan bagaimana Allah mendengar setiap seruan umatnya yang sedang berada dalam pergumulan.
Pemazmur melukiskan ada 4 orang yang memiliki pergumulan-pergumulan yang berbeda. 4 tipe orang ini dapat terlihat dari pola penulis yang selalu mengawali setiap babak dengan pernyataan “Ada orang-orang yang. . . .” (ay. 4, 10, 17, 23). Adapun 4 tipe itu sbb:
1. Seorang pengembara di sebuah padang gurun (ay. 4, 5). Pemazmur hendak melukiskan seseorang yang terdampar dipadang gurun yang luas tanpa kehidupan. Padang gurun merupakan simbol kekeringan dan kematian, satu-satunya tempat dalam dunia yang hampir tidak ada kehidupan. Kebanyakan orang-orang yang terdampar disana tidak lagi memiliki pengharapan. Ia akan mencari-cari kota terdekat yang memiliki kehidupan. Bermil-mil ia berjalan tapi tidak mendapatkan. Akhirnya ia mengalami kekosongan hidup. Dia haus dan lapar untuk menemukan kehidupan yang lebih baik. Jiwanya menjadi hampa, orang ini pun menjadi lesu.
2. Orang-orang yang hidup dalam kekelaman (ay. 10-12). Orang itu digambarkan seperti orang yang terpenjara dalam kesengsaraan mereka. Apa yang menyebabkan mereka sengsara? Ayat 11 dan 12 menggambarkan bahwa mereka sengsara karena dosa mereka yang melawan Allah. Mereka memberontak kepada Allah, bahkan lebih parah mereka menista yang Mahatinggi. Akibatnya Tuhan menundukkan mereka dalam kesusahan. Mereka tergelincir karena dosa-dosa tersebut. Lebih parahnya tidak ada yang mau menolong mereka. Akibat dosa itu mereka mengalami kesesakkan.
3. Orang yang bergumul dengan sakit penyakit (ay. 17,18). Pemazmur menggambarkan mereka dirudung sakit-penyakit yang cukup mematikan. Mereka kehilangan akan nafsu makan dan dikatakan bahwa mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut. Kematian seakan-akan sudah begitu dekat dan tidak terhindarkan lagi oleh karena penyakit yang ia alami.
4. Orang-orang yang mengalami bencana. Mereka adalah para pedagang yang menjalankan kehidupannya seperti biasa. Namun ketika mereka berlayar untuk berdagang, tiba-tiba terjadilah angin badai yang dasyat yang mengombang-ambingkan kapal mereka. Orang-orang dalam kapal ini menjadi ketakutan. Mungkin mereka sudah membuang barang dagangan mereka agar mereka bisa selamat, namun tenryata hal itu juga tidak menyurutkan badai. Akhirnya mereka kehilangan akal. Bukan hanya akal, tapi mereka sudah kehilangan pengharapan.
****
Saya kira ke-4 tipe orang ini mewakili seluruh pergumulan manusia di dunia ini disepanjang zaman. Bukan hanya terjadi di zaman pemazmur, saya kira sampai saat ini kebanyakan manusia mengalami salah satu dari pergumulan-pergumulan di atas. Mungkin kitapun juga sedang mengalami masalah-masalah seperti ke-4 jenis orang tersebut.
Mungkin kita sedang mengalami kekosongan saat ini. Tujuan hidup kita tidak jelas. Kita mengembara mencari-cari sesuatu namun kita tidak menemukannya. Jiwa kita kosong dan hatipun terasa hampa. Kacaunya dunia ini membuat kita haus dan dahaga akan suatu kehidupan yang lebih baik. Hidup kita seakan-akan berputar dan rutin terjadi hal yang sama setiap hari sementara usia kita terus bertambah. Kita merasa seperti robot yang harus menyelesaikan hidup ini dengan kegiatan-kegiatan rutin itu. Hidup kita terasa sia-sia dan tak berpengharapan.
Atau mungkin kita seperti tipe orang kedua. Karena perbuatan-perbuatan dosa akhirnya kita harus mendapatkan ganjaran yang setimpal. Perasaan bersalah yang muncul terlalu mengintimidasi kita. Atau ada hukuman-hukuman yang konkrit diberikan akibat semua perbuatan kita yang bertentangan dengan kehendak Allah. Kita menyesal namun seolah penyesalan itu tidak ada gunanya lagi. Kita mau memutar kembali waktu supaya kita tidak melakukan kesalahan itu. Mungkin kita telah menyakiti suami, istri, orang tua, atau anak-anak kita. Kita menyesal tapi penyesalan itu tidak dapat mengubah keadaan lagi. Dan akhirnya kita hanya bisa menangis menanggung tekanan itu.
Bisa jadi juga kita mengalami seperti tipe orang yang ketiga. Entah kita atau orang yang kita kasihi sedang mengalami sakit penyakit yang berat. Tubuh kita menjadi lemah dan lunglai. Tidak ada lagi kekuatan untuk menengak sesuap nasi. Alat-alat bantuan kedokteran menancap di seluruh tubuh kita. Kita bergantung kepada kemampuan dokter, tapi dokter itu sendiri mengangkat tangan tanda menyerah. Seakan-akan tidak ada lagi harapan untuk sembuh. Sepertinya pintu ajal jelas terpampang di hadapan kita. Dan akhirnya kitapun putus asa.
Atau mungkin kita mengalami seperti tipe orang ke-4. Kita menjalani hidup baik-baik. Kita berdagang, study dan melakukan segala aktifitas kita dengan penuh harapan. Namun tiba-tiba tanpa disangka dan tanpa dikehendaki datanglah badai hidup melanda. Mungkin bencana alam terjadi melahap semua harta kita. Atau mungkin bisnis kita tiba-tiba runtuh karena kesalahan orang lain. Entah ada yang menipu kita, atau karena keadaan ekonomi negara. Kita menjadi stress berat. Tanpa disangka pekerjaan kita yang awalnya penuh harapan tiba-tiba pupus. Kita dipecat, usaha kita bangkrut, study berantakkan dsb. Harapan kita punah.
****
Permasalahan-permasahan di atas mungkin sedang menimpa kita saat ini. Kita mengalami kegentaran, kekosongan, ketidakberdayaan, putus asa dan kehilangan pengharapan sama seperti 4 tipe orang yang digambarkan oleh pemazmur. Namun bersyukur karena pemazmur tidak berhenti hanya sampai di pemaparan akan ke-4 tipe manusia itu saja. Pemazmur memberikan sebuah solusi kepada pembacanya.
Dengan jelas pemazmur mengatakan “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan-Nya mereka dari kecemasan mereka.” Hal ini dapat terihat di ay.6, 13, 19, 28. Setiap kali pemazmur memaparkan tipe-tipe orang dengan segala pergumulannya, pemazmur memberikan solusi yang sama, yaitu: mereka berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhan melepaskan mereka dari segala kecemasan. Pergumulan boleh berbeda tetapi solusi mesti sama, yaitu berseru kepada Tuhan.
Saudara, ketika para pengembara itu mengalami kekosongan hidup dan putus asa menjalani kehidupan yang hampa, mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan menunjukkan jalan kepada mereka dan merekapun menemukan kota yang memiliki kehidupan. Ketika orang-orang terpenjara sengsara karena telah berbuat dosa melawan Allah, maka mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan melepaskan segala belenggu-belenggu kegelapan tersebut. Ketika seseorang bergumul akan sakit penyakit yang hampir saja membawa mereka kepada ajal kematian, jika mereka berseru kepada Tuhan maka Tuhan menyembuhkan mereka dan meluputkannya dari liang kubur. Dan ketika seseorang tertimpa badai hidup yang menghancurkan pengharapan masa depannya, maka merekapun berseru kepada Tuhan dan Tuhan meredakan badai yang mengamuk itu.
Inilah pesan yang ditekankan pemazmur kepada setiap kita. Berserulah kepada Tuhan dalam setiap pergumulan kita. Carilah Dia! Lengannya senantiasa terbuka untuk merangkul kita. Telinganya senantiasa terbuka untuk mendengar seru doa kita. Hatinya selalu terbuka untuk berempati bersama dengan kita. Tangan-Nya pun terbuka untuk menolong setiap kesusahan kita. Apapun yang menjadi pergumulan kita berserulah kepada-Nya. Nantikan pertolongan dari Tuhan. Berharaplah hanya kepada-Nya.
Saudara, pergumulan apa yang sedang kita alami saat ini? Apakah kita merasakan kehampaan dan kekosongan dalam hidup ini? Apakah kita terpenjara karena dosa-dosa kita? Apakah kita atau orang yang dekat dengan kita mengalami sakit-penyakit yang tidak dapat tersembuhkan lagi? Atau kita sedang mengalami permasalahan hidup yang begitu berat? Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk berseru kembali kepada-Nya. Tuhan kita penuh rahmat dan kasih. Ia akan mendengar setiap seru doa kita. Ia memperhatikan setiap titik air mata yang keluar ketika kita bertelut dan berdoa. Karena itu mari kita berdoa dan berseru kepadanya.
Saudara, pemazmur 4 kali memberi kesimpulan yang sama di setiap bagian “Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia (ay. 8, 15, 21, 31).” Biarlah kita juga dapat bersyukur ketika kita melihat keajaiban yang Tuhan lakukan terhadap setiap seru doa kita. Berserulah kepada-Nya.
No comments:
Post a Comment