Saturday, January 14, 2012

TUHAN PERISAI HIDUPKU (Mazmur 3) #1



Baru-baru ini saya membaca artikel tentang kehidupan anak kecil. Disana dikatakan bahwa seorang anak kecil acapkali sering mendapatkan ‘teror-teror’ dari sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh orang dewasa. Ada anak kecil yang takut patung. Padahal ia sudah tau patung itu tidak dapat bergerak. Tetapi dalam bayangannya patung itu bisa sewaktu-waktu bergerak dan mengganggu dia. Ada anak kecil yang merasa terteror ketika bertemu seorang dokter. Saudara saya waktu kecil punya ketakutan ini. Ketika dibawa kedokter gigi oleh papa saya, mendadak dia melompat dari vespa yang dikendarai papa saya dan berlari kencang pergi masuk ke jalan-jalan kecil. Akhirnya terjadilah peristiwa kejar-kejaran di antara papa dan koko saya. Ada juga yang takut jarum suntik, yang tiap kali disuntik langsung pingsa. Ada juga anak kecil yang takut dengan sinterklaus seperti gambar ini; dsb.



Kita mungkin tertawa melihat gelagat anak kecil dengan ketakutan-ketakutannya dengan hal yang masuk akal. Namun sadar atau tidak sadar, ternyata perasaan di teror itu juga dialami oleh orang-orang dewasa. Walaupun teror-teror itu tidak seperti yang dialami seorang anak kecil, tetapi kita tidak dapat memungkiri bahwa ada banyak teror yang acapkali membuat kita takut dan cemas. Dan teror yang dihadapi seorang dewasa jauh lebih real/nyata dari apa yang dialami oleh anak kecil. Masalah ekonomi yang begitu menakutkan. Kita diteror akan harga barang yang terus melambung, mata uang rupiah yang terus melemah, dan masalah-masalah pekerjaan yang memberatkan kita. Atau mungkin ada sakit penyakit yang sedang meneror hidup kita. Kita sudah bergumul sekian lama, tapi sakit penyakit itu tidak kunjung pergi. Atau mungkin kita tidak sedang sakit. Namun karena usia yang terus bertambah, kita merasa takut kalau-kalau kita juga terserang sakit penyakit yang mematikan. Dan akhirnya kita terteror olehnya. Ataukah juga masalah keluarga. Kita terteror dengan pergaulan buruk anak-anak atau sikap pasangan kita. Kita terteror dengan perlakuan buruk di masa lalu. Kita terteror oleh ancaman perpecahan keluarga. Mungkin kita diteror oleh orang luar yang hendak merusak bahtera rumah tangga kita. Salah seorang jemaat yang pernah saya temui (bukan di Makassar) pernah bercerita. Dulu dia itu seorang muslim. Kemudian karena suaminya dia menjadi mengenal Tuhan, dan dia bersyukur bisa percaya Tuhan. Tapi beberapa tahun ia menikah, akhirnya datanglah orang ke-3 yang berusaha menghancurkan rumah tangganya. Akhirnya suaminya berselingkuh. Kacaunya, ternyata selingkuhannya itu beragama muslim. Dan suaminya menjadi muslim untuk menikahi selingkuhannya. Terus dia menyaksikan akan betapa sakitnya hatinya. Setiap hari rasa marah, bingung, benci, sedih, semua bercampur aduk meneror hidupnya.

Mungkin kitapun yang ada di tempat ini juga sering merasakan teror-teror itu. Masalah-masalah pribadi yang menghinggapi kita memberikan kita rasa takut, cemas, kesepian, ketakutan, kemarahan, kekhawatiran, dsb. Dan perasaan-perasaan negatif ini terus meneror kita setiap saat. Mungkin bertahun-tahun kita terteror dengan pergumulan-pergumulan itu. Dan teror itu terus menghantui kita, bahkan sampai di tahun 2012 ini. Mungkin di tahun 2012 ini rentetan teror lainnya sedang menanti kita. Kita tidak tau apa yang akan terjadi.

****

Karena itu dalam renungan kali ini saya ingin mengajak saudara belajar dari Daud, secara khusus dalam Mazmur 3 yang sudah kita baca. Mengapa? Karena dalam Mazmur ini Daudpun sedang merasakan terteror yang hebat menghantui dia. Tetapi kabar baiknya ia berhasil keluar dari perasaan terteror itu. Karena itu mari kita pelajari bersama mazmur 3 ini.

Mazmur 3 ini merupakan sebuah pujian atau lagu yang diciptakan oleh Daud waktu itu. Ini merupakan jenis mazmur ratapan, yaitu sebuah mazmur yang menyatakan pergumulan atau keluhkesah dari pada si pemazmur. Pujian ini terdiri dari tiga bait yang di tandai dengan 3 kali kata sela (seperti kidung pujian yang berbait-bait). Menarik kalau kita perhatikan, Pemazmur membuat pujian atau mazmurnya ini secara progresif. Mari kita liat satu persatu.

Bait pertama menyatakan akan pergumulannya yang berat yang dihadapi Daud. Di awal pujiannya ia berseru: “Ya Tuhan, Betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku.” Apa yang terjadi? Di ayat pertama menjelaskan akan latar belakangnya yaitu ketika Daud lari dari kejaran Absalom anaknya. Kalau kita membaca dari 2 Samuel pasal 15-18 kita akan tau apa yang terjadi. Pada waktu itu Absalom telah membuat kesepakatan yang curang. Dalam hatinya ia berniat untuk menggeser posisi ayahnya. Dengan cerdik setiap hari ia berdiri didepan pintu gerbang kerajaan. Sehingga setiap siapapun juga yang ingin menghadap raja, ia akan berkata: percuma kamu menghadap raja, dari pihak raja tidak ada seorangpun yang mendengarkan engkau. Lalu semua rakyat israel yang hendak menyelesaikan masalahnya, semuanya diselesaikan oleh Absalom. Dengan demikian ia berhasil merebut hati banyak orang Israel. Sehingga semakin lama semakin banyak rakyat yang condong kepada dia dan mulai membenci kerajaan Daud.

Setelah terkumpul banyak pengikutnya maka iapun memulai untuk melakukan sabotasi. Dia merencanakan pengangkatan dirinya menjadi raja dan penurunan jabatan raja milik ayahnya. Daud yang mendengar hal ini terpaksa melarikan diri. Disatu sisi ia tau bahwa kekuatan yang dihimpun Absalom sudah besar. Bisa saja suatu saat pasukan anaknya membunuh dia. Disisi lain kalau Daud dan pasukannya menyerang, mungkin saja bisa. Tapi resikonya ia akan melukai anaknya, bahkan mungkin membunuhnya. Seandainya musuh itu orang lain mungkin dia bisa melakukan strategi perlawanan. Tapi ini yang menjadi musuh dihadapannya tidak lain adalah anak kandungnya sendiri.

Coba bayangkan perasaan Daud. Saya kira perasaan takut, cemas, bingung, dan terutama sedih meneror dirinya. Karena itu dalam 2 Samuel 15:30 mengatakan “Daud mendakit bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut.” Yang menyatakan betapa sedihnya ia. Apalagi diayat 3 musuh-musuhnya mencibir dia dengan berkata “Baginya tidak ada pertolongan daripada Allah.” Musuhnya seakan berkata “Tuhan sudah meninggalkan Daud dan mengurapi absalom. Tuhan sudah tak peduli terhadap Daud... tidak ada pertolongan dari Tuhan...” Hal ini saya kira tambah menekan Daud. Daud sadar bahwa ia adalah manusia berdosa. Ia tau bahwa Tuhan pernah marah kepada Daud karena perbuatannya meniduri Batsyeba dan membunuh Uria. Karena perbuatannya itu Tuhan marah menghukum keluarganya. Saya kira Daud merasa semua masalah yang dia alami itu dikarenakan hukuman dari apa yang pernah ia perbuat dulu. Karena itu ia takut. Ia takut kalau Tuhan telah meninggalkan dirinya. Ia tau bahwa tanpa Tuhan ia tidak mungkin bisa berbuat apa-apa. Karena itu Daud begitu tertekan. Daud hidup dalam teror-teror yang mengerikan.

Namun dalam keadaan demikian ia tidak mau berdiam diri. Ia tidak mau bersikap pasif terhadap tekanan-tekanan hidupnya. Ia juga tidak mau bersikap sembrono untuk menyelesaikan masalahnya. Ia menyadari bahwa hidup memang tidak pernah luput dari masalah dan persoalan yang selalu meneror hidupnya. Karena itu ia tidak berhenti di bait yang pertama saja.

No comments: