Sunday, May 06, 2012

Let's Do It (Yakobus 1:22-25) #2



Pertama, kita harus menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja karena kalau kita hanya menjadi pendengar maka kita sedang menipu diri sendiri, bahkan membodohi diri sendiri.  Yakobus menggambarkan bahwa orang-orang demikian itu sama seperti orang yang sedang bercermin, namun baru saja ia memandang mukanya, ia lupa bentuk wajahnya bagaimana.  Lucu bukan!  Semisal di sebuah pesta saya mengatakan kepada teman saya bahwa ada bekas coklat bibirmu.  Ia terkejut lalu segera saja ia ke kamar kecil untuk bercermin.  Namun setelah keluar dari toilet ternyata dia masih membawa coklat dibibirnya.  Saya kira ia melakukan hal yang bodoh sekali bukan.  Ia sudah bercermin dan tau ada kotoran di bibirnya, tetapi ia tidak mau memperbaiki atau membersihkan apa yang kotor dalam dirinya.

Demikianlah orang yang tidak melakukan firman Tuhan.  Ia adalah seorang yang sedang menipu diri atau membodohi diri sendiri.   Kita tau bahwa Alkitab itu bagaikan cermin bagi kehidupan kita.  Dalam surat 2 Timotius Paulus mengatakan bahwa Firman Allah itu memang bermanfaat untuk mengajar dan menyatakan kesalahan, serta mengoreksi diri kita.  Melalui Firman Allahlah kita tau segala kekeliruan dan kesalahan kita.  Melalui Firman Tuhan jugalah kita tau apa yang harus diubah dan diperbaiki dalam kehidupan ini.  Firman Tuhan ini bukan seperti cermin cembung yang suka melebih-lebihkan suatu realita;  Ia juga bukan seperti cermin cekung yang suka mengurang-ngurangi kenyataan;  Ia pun tidak sekedar cermin datar yang hanya mampu melihat sudut dimensi yang terbatas.  Tetapi Firman Tuhan itu adalah cermin yang objektif yang mampu melihat kita dari segala segi, bahkan sampai ke kedalaman hati kita.

Namun seberapa objektifnya ‘cermin’ itu menilai diri kita, semua akan percuma jika kita tidak mau melakukan Firman itu.  Seberapa seringnya kita mendengarkan kebenaran Firman Tuhan, mendalami bahkan kita menguasai Firman itu, namun jika kita tidak melakukannya maka semua itu sia-sia.  Ingat, satu hal yang dibenci Tuhan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat jaman itu dikarenakan sebab mereka adalah orang-orang yang mendalami Firman Tuhan bahkan mengajarkannya, namun tidak sedikitpun mereka melakukan Firman itu.  Mereka dikatakan menanggung beban yang berat untuk sesama mereka, namun mereka sendiri tidak mau menanggungnya.  Mereka merupakan pendengar firman yang baik, bahkan peneliti dan pengajar Firman yang baik, namun sayangnya mereka bukan pelaku Firman yang baik.  Karena itulah Tuhan sangat mencela orang-orang Farisi dan para ahli Taurat.  Tuhan Yesuspun pernah mengatakan bahwa orang yang mendengar Firman dan melakukannya itu seperti orang yang membangun rumah di atas batu, yang membuat ia tidak tergoyahkan.  Tetapi orang yang mendengar Firman tapi tidak melakukan itu seperti orang bodoh yang mendirikan rumah di atas pasir.  Yang ketika diterpa badai, maka hanyutlah rumah itu.  Dari sini kita dapat melihat bahwa orang yang hanya mendengar Firman tanpa melakukannya bukan hanya orang yang menipu dirinya sendiri, yang sia-sia, dan yang bodoh, tetapi tindakan itu juga merupakan tindakan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. 

Sebagai pembina di komisi remaja yunior yang semua anak-anaknya masih duduk di bangku smp, saya merasa ada banyak hal yang harus diajarkan kepada mereka.  Soalnya masa-masa ini adalah masa-masa peralihan dari fase sekolah minggu yang apa-apa masih harus diaturin guru dan ortunya, menuju ke fase orang muda dewasa yang semestinya sudah bisa lebih mandiri.  Salah satu hal yang ingin saya tekankan kepada mereka dalam fase ini adalah tentang arti tanggung jawab.  Saya ingin mereka bisa menjadi remaja yang bertanggung jawab, belajar untuk mengerjakan apa yang harus menjadi tugas mereka.  Dalam proses pembimbingan ini ternyata susah-susah gampang.  Tidak mudah mengajarkan akan tanggung jawab kepada anak-anak remaja.  Umumnya dalam proses ini ada dua tipe anak remaja.  Pertama adalah orang yang awalnya tidak mau bekerja.  Tetapi karena didorong-dorong, dipaksa-paksa, dibujuk-bujuk, “Ayolah, kamu pasti bisa, kamu punya kemampuan disana, coba kerjakan bagianmu dengan baik, dsb”; akhirnya ia mau mengerjakan tugasnya walaupun awalnya harus dengan berat hati.  Sementara tipe yang kedua terbalik, kalau diminta mengerjakan sesuatu ia akan berkata “iya ko, iya,” sambil mengangguk-angguk.  Tapi pas ditanya apakah ia sudah mengerjakan tugasnya, ia akan senyum-senyum dan berkata ‘belum ko’.  Berbeda sama yang tipe pertama, tipe yang ini ga perlu dipaksa-paksa pada awalnya, tapi ia tidak mau mengerjakan bagiannya.  Kalau ditanya lebih suka dengan tipe yang mana, jujur saya lebih suka tipe yang pertama.  Walaupun awalnya ia agak berat dan terpaksa, tapi akhirnya mau melakukannya

Saya kira demikian juga dengan Tuhan kita.  Ia pernah memberi perumpamaan yang serupa bukan. Betapa ia merindukan setiap kita menjadi pelaku-pelaku Firman, dan bukan sekedar menjadi pendengar saja. Orang yang hanya mendengar tapi tidak melakukannya hanya akan mengecewakan hati Tuhan.  Sebaliknya orang yang dengan sungguh-sungguh mau melakukan Firman itu, itulah yang  menyukakan hatinya.  Jangan merasa cukup hanya dengan menjadi pembaca dan pendengar Firman.  Tapi jadilah pelaku-pelaku Firman.  Jangan merasa puas dengan Firman yang masuk dalam otak kita, tapi puaslah dengan Firman Tuhan yang keluar melalui tindakan kita.  Ingat, setiap orang yang tidak melakukan Firman Tuhan, walau ia tau kebenaran Firman itu, ia sedang menipu dan membodohi diri sendiri.

No comments: