Wednesday, November 14, 2018

FIND THE CORE (Matius 10:28-42)





Dalam kehidupan ini di mana kita dituntut  memiliki banyak skill dan kemampuan, saya kira satu skill yang harus dimiliki oleh kita adalah: Belajar Menemukan dan Fokus kepada perihal inti. Entah memahami inti dari sebuah pembahasan, atau menemukan inti dari sebuah permasalahan.  Jika kita punya skill demikian, maka kita juga dapat memberikan solusi yang tepat dan akurat. Jika kita menemukan hal tersebut, maka kita dapat melangkah lebih maju ke depan dengan arah yang tepat.

Misalkan, dalam sebuah tim basket.  Suatu saat anak kelas 3 smu lawan kelas 1 smu.  Kelas 3 ini anak tim semua, kelas 1 belum tim.  Skillnya kelas 3 menang semua, kelas 1 bodynya lebih kecil2.  Tapi kemudian pas main, eh anak kelas 3 kalah.  Mulailah mereka mencari permasalahan:  inineh, si aceng, banyak sekali ngomong pas main.  Terus ada yang bilang ini neh, si amoi, kalau main driblenya kebanyakan gaya , kita jadi kalah kan.  Ada juga yang bilang: inineh, si acong, pas tanding dia malah main mobile legend ( padahal si acong itu penonton).  Lah, kok aneh.  Nah, pada saat inilah tim harus tau permasalahan intinya apa.  Masa sih karena banyak ngomong?  Masa sih karena banyak dribel?  Atau ada masalah intinya: Kurang kompak, masing-masing ga tau posisi temannya dimana.   Intinya padahal kekompakan, tetapi jika mereka salah menemukan inti, maka mereka akan tetap berada dalam kekalahan.

Penting sekali bagi kita belajar menemukan inti dari permasalahan. Ini adalah sebuah skill yang sangat berharga. Di beberpa negara besar, tukang service kalau datang, misal perbaiki kulkas, mereka datang akan mengamat-ngamati dahulu.  Mereka mengamati salahnya dimana, masalah utamanya apa..  Jika mereka berhasil menemukan masalah penyebab kerusakan,  pemilik kulkas harus memberikan bayaran.  Karena kemampuan menemukan inti masalah itu sesuatu hal yang berharga untuk dimiliki.

Selain itu belajar menentukan inti, membuat hidup kita atau sebuah tim menjadi lebih berdampak dan memberkati.  Gagal menemukan inti hanya akan menghambat kemajuan.

Cont:  Suatu saat di sebuah rapat di sebuah gereja besar di Indonesia, direncanakanlah sebuah acara penting.  Acara reuni akbar sekolah yang ada digereja itu itu, sekaligus ultah gereja yang ke 80, tujuan utamanya adalah untuk menggalang dana untuk pembangunan gereja.. Ini acara yang penting. Semua hal harus dipikirkan. Waktunya kapan, bentuk acaranya bagaimana, mau undang pengkhotbah siapa, transportasi bagaimana, parkiran bagaimana, dsb. Sampai pembahasan di makan apa, tiba-tiba terjadi perdebatan.  Ada yang usul indomie kekinian, yang pakai keju, pakai sambel matah, pakai ceker, pakai wagyu dsb.  Tapi ada yang gak setuju, “indomie kemurahan, malu sama tamua. Jadi saya usul ayam geprek saja (what, perasaan sama aja harganya).”  Terus ada yang usul es kepal dsb.  Akhirnya bahas makanan sampai 3 jam, tapi acaranya ga di bahas bahas.   Bahas makanan perlu?  Perlu, tapi rapat itu intinya utamanya bukan bahas makanan.  Salah fokus.  Mereka lepas dari inti rapat itu.  

Nah, Bagaimana dengan anak Tuhan atau para pengikut Kristus saat ini.  Pada kenyataannya banyak anak Tuhan yang juga gagal menemukan inti mengapa mereka mengikut Tuhan.  Banyak anak Tuhan yang gagal fokus pada apa yang terpenting dari menjadi seorang Kristen.  Banyak anak Tuhan yang salah fokus mengapa ia melayani.  Jadi mungkin apa yang dilakukan tidak salah, tapi apakah sungguh hal itu yang Tuhan inginkan?  Apa sungguh hal itu yang Tuhan mau?

Seringkali kebingungan itu terjadi karena tidak sungguh-sungguh memahami makna dan perbedaan tentang apa itu spiritualitas dan apa itu aktivitas.  Apa itu spiritualitas: spiritualitas adalah perihal yang berbicara tentang keadaan rohani kita, dimana hati kita melekat kepada Pencipta, sehingga kita memahami maksud dan karya Tuhan dalam hidup kita maupun dalam dunia ini.  Spiritualitas menekankan tentang kedekatan atau relasi yang dari sumber kita, yaitu hati dan jiwa kita deket dengan hatinya Tuhan.  Sementara apa itu aktivitas rohani?  Aktifitas rohani itu adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan agama.  Jadi kalau aktivitas orang kristen ialah, kegiatan kegiatan yang disediakan di gereja yang berbau rohani.  Itu aktivitas rohani.
Jadi perbedaan mendasar antara spiritualitas dan aktivitas rohani ialah:
-          Aktifitas rohani itu bicara tentang aksi atau kegiatan, spiritualitas berbicara tentang hati
-          Aktifitas itu sesuatu yang diluar diri orang kristen, sementara spiritualitas itu sesuatu didalam diri orang kristen.  Kalau diumpamakan seperti kacang, aktifitas itu kulitnya, spiritualitas itu isi kacangnya.
-          Aktifitas rohani sifattnya bisa personal bisa komunal (bersama-sama).  Spiritualitas lebih banyak bicara tentang personal.

Nah, dalam Firman Tuhan berkali kali ditekankan bahwa yang Tuhan inginkan itu spiritualitas kita, bukan aktivitas. Tuhan pernah marah kepada orang Israel karena mereka memberikan persembahan kurban (aktivitas rohani,) Tapi hati mereka tidak sungguh-sungguh memberikan persembahan itu untuk Tuhan.  Tuhan juga pernah menegur umat israel karena mereka memuji Tuhan hanya dengan mulut, tapi hati mereka jauh dari Tuhan.  Dan banyak lagi.

Nah salah satu contoh yang begitu jelas tentang pentingnya spiritualitas terdapat dalam perikop yang baru kita baca, kisah tentang marta dan maria.  Kita tau cerita ini kan.  Suatu ketika Yesus sedang jalan-jalan dengan muridnya mampir kesebuah kampung.  Disana ia berjumpa dengan sahabatnya, marta dan maria.  Tentu saja kehadiran Yesus dikampung itu bikin heboh.  Saat itu Yesus sudah begitu terkenal.  Ia pelayanan keliling kota, menyembuhkan orang sakit.  Ia mengajar dengan hikmat sampai semua orang terkagum-kagum.  Saya bayangkan kalau misal Pak Jokowi hadir di perumahan kita atau di blok kita, pasti blok kita jadi ramee banget.  Karena banyak orang mau liat, mau dengar, mau tau apa yang pak Jokowi bilang dan lakukan.   Nah, jadi dapat dipastikan pada saat itu ada banyak sekali tamu yang mampir liat-liat kerumah marta maria.  Minimal petinggi-petinggi kampungnya datang.  Ketua rt, rw, camat lurah dsb.  Pasti mereka datang karena penasaran dan pengen berjumpa dengan Yesus.

Nah, sebagai tuan rumah yang baik tentu saja marta bergegas mempersiapkan pelayanan terbaik.  Ini saatnya berjumpa dengan orang-orang besar dirumahnya.  Karena itu Alkitab mencatat bahwa marta sibuk melayani.  Mungkin dia membuatkan makanan-makanan ringan, dia membuatkan minuman terbaik, ia menyiapkan basuh kaki untuk tamu-tamu, ia merapikan semua barang, sandal-sandal dirapikan.  Dsb.  Ia sibuk sekali.  Sementara maria, apa yang maria lakukan?  Dia duduk-duduk dekat Yesus, dengar-dengar apa yang Yesus bilang.  Wajar saja kemudian Marta ngomel dan ngadu ke Yesus dan berkata:  guru, liatlah, tamu banyak, tapi masa kau biarkan maria diam-diam disana.  Tegur dong guru.  (gambarannya, kepanitiaan di tim dekor ada 5 orang, 4 orang cape kerja, 1 orang dengar2 spotify pakai earphone.  Pasti ada yang ngomel, atau ngadu kepembina, suruh kerja, masa dia santai santai).  Jadi wajar sekali kalau marta ngomel dan ngadu ke Yesus. Harapannya, Yesus tegur maria didepan umum, biar dia malu dan kapok.  Kalau marta yang tegur mungkin bosen. Berbusa-busa ga didengerin

Tapi yang menarik adalah bagaimana respon Yesus setelah mendengar keluhan marta.  Bukannya menegur maria seperti yang diharapkan sama Marta, Yesus malah mengatakan “marta, marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu:  mari telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.”  Loh maksudnya apa?  Bukannya marta sudah melakukan yang terbaik?  Tanpa marta, mungkin pertemuan hari itu akan berjalan dengan tidak baik bukan?   But why.  Mengapa Yesus menegur marta dan bukan maria?   Kalau ngikuti jaman now, yang lagi rame-ramenya: “Seberapa gereget anda”.  Marta mau bilang:  saya yang capek-capek kerja, ehh maria yang dipuji.
Mengapa? Saya kira jawabannya karena Yesus melihat Marta telah salah dan gagal dalam menentukan mana yang penting.  Marta gagal find the core. Marta salah dalam memikirkan apa yang Tuhan mau.   Marta kira Tuhan Yesus pengen kalau dia datang disambut baik-baik, bak bangsawan, diperlakukan dengan baik, dilayani dan sebagainya. Itu penting, tapi bukan itu yang Tuhan Yesus mau.  Saya membayangkan bahwa Yesus pada saat itu merasa heran dengan marta.  Marta berpikir dia sudah memberikan yang terbaik, tapi bagi Yesus bukan itu yang Dia mau.  Yesus jauh-jauh datang ketempat marta dan maria untuk apa?  Buat apa Yesus jauh-jauh kerumah mereka?  Buat dilayani saja?  Kayaknya, kalau pengen dilayani ya mending kepenginapan yang terkenal pada saat itu.  Mungkin pelayanannya jauh lebih memuaskan daripada pelayanan marta.  Tapi saya kira Yesus mau kerumah marta dan maria karena mereka udah kayak sahabat bagi Yesus (ingat Yesus menangis ketika marta dan maria menangis).  Yesus ingin relasinya, Yesus ingin kebersamaannya.  Yesus ingin waktu nya. 
Itu sebabnya Maria yang tidak bikin apa-apa, yang diam-diam, tapi malah mendapat pujian dari Yesus.  Mengapa bisa?  Karena dibalik sikap diamnya maria, Yesus tau,  maria itu pengen deket dengan Tuhan, Maria itu pengen dengar apa yang Yesus katakan, Maria ingin memiliki relasi yang dekat dengan Yesus.  Dan hal itu justru yang Yesus inginkan.  Tuhan tidak hanya ingin anaknya beraktivitas untuk dia, tetapi lebih dari itu, Tuhan ingin kedekatannya.  Apa yang dilakukan marta itu bagik, sangat baik, tapi bukan itu yang terutama.  Yang dilakukan maria itu jauh lebih baik.

Dari sini kita bisa melihat bahwa betapa Tuhan itu menginginkan spiritualitas, bukan sekedar aktivitas. Spiritual itu inti, aktifitas itu dampak dari spiritualitas. Tuhan ingin kita menjalin relasi dengan Dia.  Memaknai setiap Firman Tuhan sampai masuk dihati.  Memaknai setiap pengalaman dalam hidup sebagai bagian dalam rencana Tuhan dalam memakai kita.  Bagaimana kita membentuk spiritualitas yang kuat, itu yang tuhan mau.  Bukan sekedar pelayanan yang bersifat aktivitas.  Sebab apa artinya pelayanan atau aktivitas tanpa spiritualitas?
Analoginya Itu sama seperti kalau kita punya pacar, tapi pacar nya kita itu pacaran sama kita ya, karena malu lah, masa usia begini gua ga punya pacar.  Ya udah kita pacaran aja. Selama pacaran dia tetap perhatian belikan makanan, antarin kemana, temanin ke futsal, telponan, chat, tapi kalau ditanya:  kamu cinta ga?  Gak terlalu sih.  Loh, kok pacaran kalau gitu. Katanya: Ya jalani aja, supaya status gua ga single, supaya kalau kemana mana ada gandengan.?  Mau ga dapat pacar gitu?  Kasi kegiatannya, berlaku persis sebagai pacar kamu, tapi hatinya ga sungguh sayang sama kamu.   (udah gpp, daripada ga ada gua ga nikah-nikah, biar deh.)  Yah itu mah kebelet.  Tapi secara jujur kita tidak mau bukan hal demikian?  Begitu juga Tuhan dengan kita, segala  kegiatan pelayanan kita jika tidak disertai dengan spiritualitas yang deket dengan Tuhan, maka itu semua sia-sia.

Dari hal ini kita bisa menarik beberapa point:
1. Aktivitas pelayanan tanpa spiritual yang benar itu sia-sia
Jangan sibuk cari pelayanan ini dan itu.  Tapi kita malah tidak memusingkan kerohanian kita, saat teduh kita, hidup doa kita.   Jangan!  Karena pelayanan kita tidak ada artinya dimata Tuhan jika, kita tidak punya spiritualitas yang baik dihadapan Tuhan.  Semua itu tampak kosong.  Tidak ada artinya.  Sebab itu jangan bangun pelayanan sebelum kita mebangun hati yang benar.  Rakit dulu hatimu sebelum engkau merakit kegiatan pelayananmu.
Sewaktu saya bergereja di makassar, saya membimbing banyak pemuda pemudi.  Suatu saat kami mengadakan acara Hut komisi pemuda.   Dihadiri oleh lebih 170 orang.  Wah panitia semangat sekali mengerjakan.  Mereka ingin memberi yang terbaik.  Salah satu yang terbaik yang mereka ingin siapkan adalah dari segi konsumsi.   Mereka mau buat mini bazar, jadi banyak stand dan tersedia banyak makanan, kayak es kepal, nasigoreng gila, coklat dsb.  Sangking sibuknya, sampai hari H hut berlangsung, panitia masi sibuk mendesign booth booth yang belum selesai.  Ibadah mulai, mereka masi sibuk urus itu, bahkan saat Firman, mereka masi sibuk mengurusi booth.  Saya langsung turun dan berkata kepada mereka:  Semua kegiatan harus dihentikan, lebih baik ga ada konsum, daripada kalian panitia malah ga dengar Firman.
Seringkali demikian ya, kalau ada acara-acara besar digereja, eh malah pelayanannya yang sibuk dibelakang, malah ga ikut ibadahnya ga dengar Firman dsb.  Buat apa?  Buat apa kita pleyanan kalau spiritual kita sendiri.  Kepada pemuda saya dimksar sya ingatkan lagi, kalau ada acara, semua persiapan harus selesai sebelum acara.  Kalau sudah firman semua harus duduk tenang, dengarkan.  Bangun spiritualitasmu melalui Firman.  Sebab segala aktivitas rohani kita tanpa spiritualitas, tanpa ada hati didalamnya, itu sama saja dengan kosong. Jadi bagaimana kita melayani?

2. Pelayanan itu harus lahir dari spiritual yang terbangun
Jadi pelayanan yang benar itu harusnya lahir dari  spiritualitas yang benar.  Kita melayani karena kita mengasihi Tuhan.  Kita melayani, karena kita tau bahwa itu menyukakan Tuhan kita.   Kita melayani, karena ini untuk Tuhan, bukan untuk kita. Kita melayani karena ini bagian untuk lebih mengenal Tuhan.  Saya kegereja karena saya pengen lebih mengerti kehendak Tuhan dan sebagainya. Jadi pelayanan itu terjadi karena ada hati terlebih dahulu untuk Tuhan.  Jadi aktivitas rohani mu didasari dengan spiritualitas mu yang deket sama Tuhan. Saya men
Analoginya seprti jika kita mengasihi seseorang.  Entah kita mengasihi pasangan kita, atau kita mengasihi anak kita, atau mengasihi sahabat kita. Pernah gak kita begitu mengasihi seseorang?  Kalian sayang sama pacar kalian?  Kalau orang bener-bener menyayangi seseorang, pernah ga rasa, kita berkorban apapun jadi enteng rasanya.   Dia sakit kita mau korbanin waktu kita untuk jaga dia.  Dia butuh sesuatu, kita rela keluarkan uang kita demi dia.  Kita rela kasi waktu kita ke dia.  Kita rela sakit agar dia ga sakit, dan sebagainya.  Mengapa bisa terjadi?  Karena ada hati terlebih dahulu, akibatnya semua yang kita lakukan kepadanya menjadi begitu indah karena berasal dari hati.
Demikian juga dengan aktifitas gereja kita semestinya.  Segala aktivitas rohani kita, harus kita dasari spiritual yang kuat.  Karena kita ingin menyenangkan Tuhan.  Karena kita mengasihi dia.  Karena kita bersyukur Tuhan baik sama kita.  Karena itu kita mau melayani.  Saya mau main musik, karena saya mau memuji Tuhan.  Hati saya bersyukur karena kebaikannya.  Saya mau jadi pengurus, karena saya mau memberkati jemaat gereja ini, sebagaimana tuhan sudah memberkati saya limpah.  Kira kira seperti demikian.
Spiritualitas yang baik itu dan yang benar, dia akan mendorong kita untuk melakukan aktivitas rohani.   Tidak cukup doa pribadi saat teduh pribadi, tapi kalau ditawari pelayanan tidak mau, nah itu berarti spiritualitasnya kurang cocok.

3. Lebih baik spiritual kita baik daripada sekedar pelayanan kita yang baik.
Mengapa bisa?  Kalau spiritual kita baik, pelayanan kita jauh akan memberkati.  Karena Tuhan itu berkenan dengan pelayanan yang sungguh dari hati dan relasi dekat dengan dia.  Sebaliknya kalau aktivitas pelayanan baik, tanpa spiritual yang dipersiapkan dengan baik, maka pelayanan itu tidak akan terlalu berdampak.
Di Makassar saya mengambil pelayanan panggung.  Beberapa teman-teman yang pelayanan panggung sering merasa begini:  Adakalanya toh, spiritualitas kita lagi ga baik.  Hubungan sama Tuhan lagi kering.  Dan kehidupan doa lagi ga intim.  Tapi kita pelayananan.  Semua berjalan dengan baik.  Tapi dibawah, temen-temen yang dibawah dia bisa ngerasain, hari ini worshipnya kosong.  Kayak something kurang persiapan.    Sebaliknya ketika kita rasa dekat sama Tuhan, hubungan spiritualitas lagi baik.  Waktu pelayanan, ada salah salah dikit, salah lirik, musiknya salah dikit.  Tapi pas turun, eh, ada yang bilang:  terimakasih, pelayananmu hari ini memberkati sekali.  Bukan cuma saya yang mengalami hal demikian, namun banyak yang merasakan hal yang sama.  Karena itu bangun dulu kualitas kerohaniamu, sebelum kamu membangun profesionalitas pelayananmu. 
Rata-rata digereja umumnya kurang orang yang mau pelayanan kan.   Ada yang pelayanan itu syukur.  Di gereja saya juga demikian, sama saja.  Tapi Saya berani ngomong sama pelayan pelayan:  Kalau kamu lelah, kamu merasa pelayanan udah boring, kayak rutinitas, mending berhenti dulu sementara waktu.  Dengan catatan berhenti untuk disegerkan kembali.  Bukan berhenti selamanya.  Berhenti dalam jangka waktu, sampai kamu siap kembali, baru pelayan kembali.  Mending seperti itu, agar pelayanannya bisa lebih berdampak.

4. Hati hati dengan Jebakan-jebakan Spiritualitas.
Kita harus hati-hati dengan hal yang bisa menjebak kita, menjadikan spiritualitas kita jadi sekedar aktifitas.  Pertama hati-hati dengan jebakan rutinitas. Segala sesuatu yang kita lakukan berulang-ulang kalau kita tidak hati-hati kita dapat kehilangan maknanya.  Demikian juga dengan kegiatan spiritualitas kita.  Kalau itu terjadi secara rutin (tiap hari kegereja, tiap hari saat teduh, tiap hari pelayanan, gereja jadi rumah kedua (karena tiap hari ada kegiatan digereja), dan sebagainya), saat itu terjadi hati-hatilah, jangan sampai rutinitas membuat inti kekristenan itu malah jadi sekedar aktifitas.
Kedua hati-hati dengan jebakan tradisi.  Saya percaya tradisi yang terjadi itu bukan terjadi begitu saja.  Ada nilai-nilai positif yang terdapat di dalamnya.  Tapi kita perlu ingat bahwa tradisi itu acapkali terbentuk untuk menjawab konteks pada jaman itu.  Ada kalanya kita terjebak tradisi, hanya melakukannya karena dari dulu semua orang gitu.  Kenapa kalau mau pelayanan sebelumnya doa bersama, tradisinya begitu.  Kenapa gak boleh makan di gereja, tradisinya begitu.  Kenapa ga boleh makan di atas panggung, tradisi bilang hal itu ga sopan sama Tuhan.  Kalau kita tidak hati-hati kita bisa terjebak dalam tradisi tanpa mengerti makna sesungguhnya. Hati hati.
Bukankah para ahli taurat adalah orang-orang yang sudah terjebak dan terperangkap oleh rutinitas dan tradisi?  Akitifitas yang mereka lakukan saya kira sangat baik.  Berpuasa, berdoa sehari 5 kali, memberi sedekah, mempelajari Firman setiap hari, menghapal ayat, dan sebagainya.  Tapi kenapa Tuhan bilang mereka seperti kuburan yang luarnya bagus, tapi dalamnya bobrok?  Kenapa Tuhan katakan mereka keturunan ular beludak?  Kenapa Tuhan berkali-kali menyebut bahwa mereka itu Munafik? Karena mereka melakukan semua itu hanya sekedar aktifitas.  Tapi hati mereka, jauh dari Tuhan.  Tuhan tidak mau akan hal itu.
Sebab itu mari kita uji spiritualitas kita.

5. Spiritualitas yang benar itu bukan hanya didalam gereja, tapi disetiap hidup kita.
Ya, spiritualitas yang sejati harus tercermin dalam setiap aspek kehidupannya.  Bukan Cuma pada saat digereja.  Tapi bagaimana kalian diskolah, dikampus, dirumah, sudahkah spiritualitas itu memancar.  Atau jangan-jangan hanya pada saat mau pelayanan mingu, duh baru beberapa hari sbelumnya baik-baik, jadi senyum2, jadi murah hati, dsb.  Harusnya ga demikian ya.  Spiritualitas yang terbangun harusnya disetiap waktu disetiap saat. Ada integritas di tengah spiritualitas yang benar.

No comments: