Friday, March 05, 2010
TALENTA & PELAYANAN (Matius 25:14-30) #1
Saudara, kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa “Diam adalah Emas.” Ini merupakan sebuah pepatah bijaksana yang biasa digunakan untuk tujuan mendatangkan perdamaian. Misalnya dalam sebuah rapat terjadi pedebatan yang hangat. Kita tau jika kita teruskan pembicaraan maka perkelahian dapat terjadi. Lantas kita memilih diam. Pada saat itu diam akan mendatangkan perdamaian. Selain itu diam dapat dikatakan emas karena diam dapat membantu kita menjadi terpusat, tenang, introspektif, dan bahkan bijaksana. Dan diam sering dapat menyampaikan maksud kita dengan jauh lebih efektif daripada argument yang paling persuasif sekalipun. Misalnya ketika ada teman kita yang sedang berduka, terkandang kata-kata penghiburan malah menggusarkan hatinya, sebaliknya diam duduk bersama orang itu bisa menjadi kekuatan yang sangat menghibur. Karena alasan inilah maka diam dapat dikatakan adalah emas.
Namun ternyata tidak selamanya diam itu emas. Terkadang diam menunjukkan bahwa orang tersebut tidak memiliki pengetahuan. Misalnya ketika seorang guru bertanya kepada muridnya tentang pelajaran yang sudah dijelaskan minggu lalu, dan jika murid itu diam, maka murid itu dapat dikatakan diam karena kurang memiliki pengetahuan. Terkadang juga diam itu malah “keterlaluan”. Misalnya jika kita melihat ada anak-kecil berusia 5 tahun sedang berusaha mengambil bola yang jatuh di parit. Dan dengan jelas kita tau, kalau anak itu meneruskan maka ia akan jatuh ke parit itu. Posisi kita bisa meraihnya, tetapi jika kita diam saja itu namanya keterlaluan. Jadi sebenarnya diam itu tidak selalu positif. Terkadang sifatnya negatif. Baik atau tidaknya hal ini tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang terjadi.
Kisah perumpamaan tentang talenta tadi juga menggambarkan sikap diam yang negatif. Dimana Tuhan menegur sikap diam dari hamba yang dipercayakan 1 talenta. Sebelumnya harus memahami terlebih dahulu bahwa perumpamaan talenta itu berada dalam konteks akhir zaman mengenai kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Bukan masalah kapan Yesus datang (seperti keinginan banyak orang untuk mencari tau) namun perumpamaan ini sebenarnya lebih mengajarkan kita tentang bagaimana kita harus bersikap selagi menunggu kedatangan Tuhan yang kedua. Karena itu pelajaran mengenai talenta ini penting bagi kita, karena kitapun sedang menantikan kedatangan Kristus yang ke-2 kali.
Saya rasa kita sudah sangat sering mendengar tentang kisah ini, yaitu kisah tentang 3 orang hamba yang diberi talenta masing-masing 5, 2, dan 1. Yang 5 dan 2 mengembangkan uang yang dipercayakan, sedangkan orang yang ke 3 menimbunnya. Dan kemudian Tuhan memuji yang memiliki 5 dan 2 talenta, dan memarahi orang yang punya 1 talenta. Saya yakin sudah betapa seringnya kita mendengar kisah ini. Namun mungkin ada beberapa point dasar yang kita lewatkan. Karena itu pada malam ini kita akan melihat beberapa point yang penting untuk kita pelajari, yang kemudian dapat kita refleksikan kembali dalam hidup kita.
1. Talenta dimilikki oleh semua orang
Saudara, setiap orang telah dipanggil untuk percaya kepada Tuhan itu mesti diberi talenta. Ayat 14 menuliskan “Sebab hal Kerajaan sorga sama seperti orang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hamba-Nya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.” Kata memanggil ini berasal dari kata “kaleo” yang sama dipakai ketika Tuhan memanggil orang-orang untuk percaya kepada-Nya. Kita adalah orang-orang yang sudah dipanggil dari gelap kedalam terang. Dan setiap orang yang sudah di panggil pasti dipercayakan minimal 1 talenta kepada dirinya. Jadi tidak ada orang percaya yang boleh mengatakan “saya tidak mau melayani Tuhan karena saya tidak punya talenta apa-apa”. Itu ungkapan salah, karena setiap kita sudah memiliki talenta itu.
Saudara, talenta itu jika pada zaman PB merupakan satuan mata uang, namun jika kita tafsirkan ke zaman sekarang, talenta itu bisa apa saja yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Bisa kepandaian, kemampuan main musik, bernyanyi, kemurahan, memberi, kekayaan, pengalaman-pengalaman kita, keluarga kita, karakter kita, dan sebagainya. Apa pun juga jenis talenta itu, yang pasti…..
2. Talenta merupakan pemberian Allah
Sebaliknya, di satu sisi kita tidak boleh merasa tidak mempunyai talenta apa-apa. Tapi di sisi lain, setiap kita yang dipercayakan banyak talenta juga tidak boleh menyombongkan diri, karena talenta yang kita punyai itu merupakan pemberian Allah. Allah yang empunya setiap talenta, ia hanya mempercayakan itu semua kepada kita untuk kita kelola dan bukannya untuk disombongkan.
Berdasarkan apakah Tuhan memberikan talenta itu? Mengapa tiap-tiap orang memiliki talenta yang berbeda?
3. Setiap orang diberi menurut kesanggupan.
Di ayat 15 dikatakan ada yang diberikan lima talenta, ada yang diberi dua, dan ada yang diberi satu, masing-masing menurut kesanggupannya. Ss, Tuhan kita adalah Tuhan yang maha tau, ia tau segala kesanggupan dan keterbatasan kita. Mengapa ada yang diberikan 5, ada yang 2, dan ada yang 1 itu sebenarnya bukan karena unsur pilih kasih dari pihak Tuhan. Namun sekali lagi, karena Tuhan melihat kemampuan kita. Ia memberi menurut kesanggupan kita masing-masing. Dia tau seberapa batas kemampuan kita, karena itu ia menaruh yang tidak lebih dan tidak kurang, namun tepat sesuai dengan keadaan kita.
Keadaannya seperti ini: Misalkan suatu saat ada seorang bapak penjual beras dan 3 anak laki-lakinya yang berusia 14, 10 dan 7 tahun. Pada suatu ketika, karena hari libur, tokonya kekurangan pegawai dan si ayah hendak memperkejakan ketiga anaknya tersebut. Ayah ini tau jelas kemampuan anak-anaknya, karena itu ia tidak menyuruh mereka memikul beban yang sama. Yang besar memikul 10 kilo, yang 10 tahun 5 kilo, dan yang paling kecil cukup mengangkat 3 kilo saja. Sang ayah tau bahwa anak yang paling kecil tidak akan mampu mengangkat yang 10 kilo. Demikian juga ia tau bahwa sayang sekali kalau anak yang paling besar hanya mengangkat tiga kilo. Karena itu sang ayah membagi porsi sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing. Anak yang paling kecil tidak boleh protes kepada papanya untuk beban yang kecil, karena itulah kesanggupannya. Jika ia diberi beban yang lebih sudah pasti ia tidak akan mampu mengangkatnya.
Saudara, demikian juga dengan kita. Tuhan memberi kepada setiap kita talenta kita masing-masing menurut kesanggupannya. Ada yang diberi banyak ada juga yang diberi sedikit. Ada yang dapat melayani di berbagai bidang, dari menulis buku, memimpin pujian, berkhotbah, bermain musik, dsb. Ada juga yang diberi kemampuan untuk bersosialisasi yang baik, walaupun tidak mempunyai kepandaian. Ada juga yang mungkin dititipkan harta yang banyak untuk melayani gereja. Ada juga yang diberikan ketekunan untuk menjalankan tugas-tugas administrasi yang memang membutuhkan ketelatenan. Minimal setiap kita memiliki pengalaman yang berbeda yang dapat menjadi bekal untuk melayani sesama kita. Setiap orang memiliki talentanya masing-masing. Dan sekali lagi itu semua diberi menurut kesanggupan kita. Ss, tahukah berapa harga sebuah talenta?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment