Tuesday, April 23, 2013

TUHAN TIDAK TINGGAL DIAM (Ayub 34:21-37)




Bacaan:  Ayub 34:21-37

Perikop kita hari ini kembali membahas percakapan Elihu kepada Ayub.  Sebenarnya tokoh Elihu ini merupakan sosok tokoh yang misterius.  Kita tahu selama ini bahwa semenjak Ayub  menderita, ada tiga temannya yang mendampinginya yaitu Elifas, Bildad dan Zofar.  Separuh lebih kitab ini berisikan percakapan atau lebih tepatnya perdebatan mereka bertiga mengenai teologi penderitaan.   Dan rata-rata yang kita kenal hanya keempat tokoh ini:  Ayub, bildad, zofar, dan elifas. 
Namun memasuki pasal 32, tiba-tiba tokoh baru muncul bernama Elihu.  Siapa Elihu?  Mengapa ia tiba-tiba muncul dalam percakapan?  Hal ini menunjukkan bahwa pada waktu itu bukan hanya 3 orang yang berbelasungkawa kepada Ayub, tapi ada orang lain yang ada disana termasuk Elihu.  Mungkin Bildad, Zofar, Elifas merupakan 3 orang yang terkenal berhikmat yang dituakan waktu itu.  Namun siapakah Elihu?   Dan pertanyaan yang lebih penting untuk dipertanyakan: Berada di pihak siapakah Elihu?  Di pihak Ayubkah atau di pihak ketiga teman Ayub yang sedang menghakimi Ayub?  Apakah Elihu sama seperti ketiga teman Ayub yang tidak mengerti perasaan Ayub?   Tidak!  Ia tidak sepenuhnya sama seperti mereka.  Mengapa saya katakan demikian?  Sebab kalau kita melihat di akhir cerita ini, kita akan menemukan bahwa hanya ketiga teman Ayub yang hendak di hukum oleh Allah.  Tuhan murka kepada ketiga teman Ayub karena mengucapkan kata-kata yang tidak benar, namun Ia sama sekali tidak murka dengan Elihu.  (lih pasal terakhir).   Ayubpun tidak dapat membantah apa yang dikatakan Elihu.  Berebda ketika tiga temannya yang berpendapat, Ayub selalu membantah.  Jadi saya kira Elihu tidak dapat disamakan sama ketiga teman Ayub.  Dalam ungkapan Elihu masih terdapat kebenaran-kebenaran sehingga Tuhan tidak turut murka dan menghukum Elihu.
Nah, dalam perikop yang kita baca saya kira ada satu kebenaran yang perlu kita pikirkan.   Diawali dengan pernyataan di ayat 21 dan 22 dimana dikatakan “Karena mata-Nya mengawasi jalan manusia, dan Ia melihat segala langkahnya; tidak ada kegelapan ataupun kelam kabut, dimana orang-orang yang melakukan kejahatan dapat bersembunyi.”  Elihu ingin memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang maha tahu.  Ia memperhatikan semua jalan manusia.  Ia melihat setiap langkah manusia.  Tidak ada satupun yang tersembunyi dihadapannya.
Bukan hanya pada kebenaran Tuhan yang maha tahu, kemudian Elihu ingin menyatakan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak tinggal diam.  Ia  tau akan semua kejahatan manusia, Ia tau akan semua penderitaan manusia, Ia tau setiap langkah-langkah yang manusia perbuat baik itu langkah yang baik maupun langkah yang jahat.  Dan Tuhan demikian tidak akan tinggal diam melihat kefasikan manusia.  Itu bisa kita baca dari ayat 23-30.  Ia bertindak terhadap setiap kefasikan manusia.  Ia tidak diam terhadap segala kejahatan manusia.  Dan itu berarti Iapun tidak tinggal diam terhadap orang-orang yang teraniaya.
Ya… Tuhan kita tidak tinggal diam.  Ia adalah Tuhan yang bertindak.  Ketika merenungkan hal ini saya mendapatkan dua aplikasi penting yang harus kita pegang sebagai akibat: Tuhan yang tidak tinggal diam.  Pertama, jangan takut jika ada orang yang berbuat jahat sama kita.  Jangan takut jika orang yang menganiaya kita, jangan takut jika ada orang yang seakan-akan selalu mencari masalah untuk menjatuhkan kita.  Jangan takut.  Mengapa jangan takut?  Sebab Tuhan kita adalah Tuhan yang bertindak.  Ia tidak akan tinggal diam terhadap orang yang berbuat jahat kepada anak-anak-Nya.  Ia seperti seorang Ayah yang tidak rela jika anak yang dikasihinya diganggu orang lain.  Ia akan membela anak-anaknya menhadapi ketidak benaran.  Dan sama seperti Paulus pernah berkata:  Jika Allah dipihak kita, siapakah yang harus kami takutkan?  …. YA jangan takut terhadap orang-orang jahat yang ada disekitar kita.
Selain itu, aplikasi yang bisa kita terapkan ialah mari kita intropeksi diri kita.  Adakah selama ini kita suka berbuat dosa terhadap Tuhan?  Setiap dosa kita merupakan suatu bentuk kejahatan.  Mungkin dosa itu bersifat sangat pribadi, hanya kita dan Tuhan yang tau.  Mungkin karena dosa kita, hal itu telah melukai orang lain entah itu keluarga kita, teman, atau mungkin menyakiti orang yang memang kita benci.  Apapun juga dosa yang telah kita perbuat, mari kita sadari, dan mari kita mohon ampun dihadapan Tuhan.  Ingat, Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak tinggal diam melihat kejahatan kita.  Tuhan kita adalah Tuhan yang bertindak.  Kalau aplikasi yang pertama Ia seperti seorang ayah yang akan membela anaknya ketika anaknya dijahati orang,  yang kali ini ia sperti seorang ayah yang harus menghukum anaknya yang telah melakukan dosa.   Saya pernah melihat seorang bapak yang marah sekali sama anaknya yang masih kelas 3 sd.  Anak itu disuruh berdiri satu kaki, lalu dipukul pantatnya sebagai hukumannya.  Apa penyebabnya?  Hal itu disebabkan karena anaknya waktu itu memukul teman-temannya waktu bermain.  Papanya marah karena papanya tidak pernah mengajarkan demikian kepada anaknya.  Sebab itu anaknya harus dihukum.  Demikian juga dengan Tuhan kita.  Ia akan bertindak dengan segala dosa-dosa kita.  Sebab itu jika kita masih bersikeras melakukan dosa yang sama mari kita segera mohon ampun dan bertobat.  Sebab Tuhan tidak tinggal diam melihat anak-anak-Nya terus melakukan dosa.
Ingat Firman hari ini.  Tuhan tidak pernah tinggal diam.   Ia tidak tinggal diam dengan segala kesusahan kita.  Sebab itu bersabarlah dalam setiap kesusahan kita.  DanTuhan tidak tinggal Diam melihat kejahatan kita, karena itu bertobatlah sebelum kita mendapatkan teguran-teguran dari-Nya.

Sunday, April 21, 2013

Dihibur Untuk Menghibur




2Kor.1:3b-4 “Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.”

Jangan selalu memaknai penderitaan dengan pemaknaan yang negatif.   Ada kalanya penderitaan diberikan agar kita dapat menolong orang lain yang menderita.  Itu yang dialami Paulus.   Ia pernah mengalami kesusahan dan pergumulan yang berat, seakan-akan seperti seseorang yang dijatuhi hukuman mati (ay.9).  Hatinya susah karena pergumulan-pergumulan itu.   Namun Paulus bersyukur kepada Tuhan karena Ia memiliki Allah yang merupakan sumber segala penghiburan.  Allah sumber penghiburan itulah yang memberikan kekuatan dan penghiburan dengan cara-cara yang ajaib.  Dengan penghiburan itu Paulus justru mampu menghibur orang lain yang sedang berada di dalam pergumulan.  Mari kita belajar dari Paulus.  Ketika menghadapi pergumulan yang berat, mari kita menghampiri Allah sang sumber penghiburan itu.  Nikmati kasih sayang-Nya.   Dan setelah mendapatkan penghiburan, biarlah hidup kita dapat menghibur orang lain yang sedang dalam pergumulan. (HF)
Jadikan penderitaan kita sebagai sarana untuk menghibur orang lain

Menabur dan Menuai




2Korintus 9:6 “Camkanlah ini: orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”

Banyak orang lebih suka menerima sesuatu daripada memberi kepada sesama mereka.   Hal itu umum terjadi karena logika yang keliru.  Kebanyakan orang berpikir jika mereka memberi, maka akan ada sesuatu yang berkurang yang ada pada diri mereka.  Sehingga ketika melakukan pemberian itu tampaknya merupakan suatu hal yang merugikan.  Namun tidak demikian dalam pandangan Paulus.  Bagi Paulus, orang yang suka memberi itu seperti orang yang sedang menabur.  Semakin banyak kita memberi, berarti semakin banyak kita menabur.  Dan semakin banyak kita menabur, itu berarti akan semakin banyak juga yang akan kita tuai nantinya.  Itu sebabnya Alkitab mengajarkan bahwa adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.   Selain itu, benarlah pepatah yang mengatakan bahwa ketika kita memberi justru kita mendapat.  Sebab dengan memberi, kita akan menuai sesuatu dari pemberian kita.  Berilah maka kamu akan diberi.  (HF)
Ingat:  Lebih berbahagia memberi daripada menerima