Thursday, February 23, 2012

KETIDURAN ROHANI #2




Ciri kedua, orang Kristen yang ketiduran rohani adalah orang Kristen yang tidak bertumbuh.
Bisa saja ada orang Kristen yang berakar, tetapi ia tidak bertumbuh. Jika berakar itu berbicara tentang bagaimana relasi seseorang dengan Tuhan, bertumbuh ini lebih berbicara akan perubahan dalam hidup seseorang Kristen.
Seorang yang berakar sudah pasti ia bertumbuh. Namun jika ia tidak bertumbuh, maka pasti ada yang salah dengan orang tersebut. Sama dengan seorang anak yang misalkan pada waktu berusia 5 tahun tingginya 145cm, masuk usia 10 tahun ternyata tingginya tetap sama, bahkan sudah usia duapuluh tahun tingginya juga tetap tidak berubah, yah naik 1 cm jadi 146cm la. Kalau kita melihat pertumbuhan anak-anak demikian, kita pasti berpikir kalau ada yang salah dengan pertumbuhan anak itu. Tidak mungkin hal itu dapat dikatakan normal oleh pihak medis manapun bukan? Demikian juga seorang anak Tuhan yang tidak mengalami pertumbuhan, dimana ia tidak mengalami perubahan yang lebih baik dalam karakternya, sifatnya, tempramen dan kepribadiannya, sudah dapat dipastikan bahwa ia sedang tertidur secara rohani.

Karena itu jika kita ingin mengintropeksi kondisi pertumbuhan kita, beberapa pertanyaan yang dapat dipertanyakan kepada diri kita adalah: seberapa jauh hidup kita berintegritas dengan Firman Tuhan yang kita dengarkan selama ini? Ketika Firman Tuhan mengatakan ‘hendaklah kamu lambat untuk marah’, apakah kita sering membiarkan emosi kita menguasai diri kita? Ketika firman Tuhan mengatakan jangan berkata dusta, dan jangan mengatakan perkataan-perkataan yang kosong, apakah kita melakukannya? Atau jangan-jangan kita suka mengatakan hal-hal dusta dalam bisnis, atau perkataan-perkataan kosong dalam gosip-gosip kita. Intinya apakah hidup kita sudah sesuai dengan Firman Tuhan. Pertanyaan berikutnya seberapa jauh perubahan karakter dalam hidup kita sepanjang tahun ini? Apakah kita semakin menjadi orang yang sabar? Apakah kita menjadi orang yang disiplin? Apakah kita menjadi orang yang semakin lembut? Apakah buah-buah roh itu (kasih, kesabaran, sukacita, damai sejahtera, dsb) makin melimpah dalam hidup kita? Seberapa jauh kita berdukacita karena dosa-dosa yang kita perbuat? Dan seberapa jauh kita rindu untuk memiliki hidup yang kudus dihadapan Tuhan.

Ciri ketiga, orang Kristen yang ketiduran rohani adalah orang Kristen yang tidak berbuah.
Tuhan Yesus pernah berkata dalam Matius 12:33 “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” Dari perkataan Tuhan Yesus ini jelas sekali bahwa jika seseorang tidak berbuah maka sudah pasti ada masalah dengan spiritualnya. Karena dari buahnyalah kita dikenal.
Apa maksudnya berbuah disini? Kalau kita memperhatikan sebuah pohon maka tidak ada pohon yang berbuah untuk dirinya sendiri. Semua buah yang dihasilkan oleh sebuah pohon akan berguna jika itu diberikan oleh orang lain, entah dimakan hewan-hewan pemakan buah, atau dimakan oleh manusia. Seandainya ada sebatang pohon yang tidak mau membiarkan buah pohonya diambil orang lain, maka buah itu akan busuk di pohon itu sendiri dan tidak berguna bagi siapapun juga. Jadi artinya ketika orang kristen diminta berbuah, kita diminta untuk hidup menjadi berkat bagi orang lain. Hidup kita diminta menjadi terang bagi orang lain, dan menjadi garam untuk sekitar kita.

Pertanyaannya apakah ada pohon yang bertumbuh tapi tidak berbuah? Ada! Tuhan Yesus sendiri pernah mengutuki sebuah pohon ara yang tidak berbuah sama sekali. Sebenarnya Tuhan Yesus hendak menyindir orang-orang Israel yang seringkali dilambangkan dengan pohon ara. Ia menyindir umat Israel yang seringkali mengaku umat pilihan, yang sering menganggap satu-satunya bangsa yang mengenal Allah, tetapi mereka tidak menghasilkan buah sebagaimana sesuai dengan panggilan mereka untuk memberkati bangsa-bangsa lain.

Sudah merupakan kehendak Tuhan bagi kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Seorang Kristen yang tidak berbuah dapat dikatakan bahwa kerohaniannya sedang tertidur. Sebab kerohanian yang baik sudah pasti akan menghasilkan buah-buah yang baik pula. Itulah sebabnya jika ingin melihat apakah seorang itu memiliki kerohanian yang baik atau gak bisa kita amati dari buah-buahnya.

Karena itu untuk menguji apakah kita sudah berbuah atau tidak, perlu bertanya kepada diri sendiri: Seberapa jauh kita sudah mengasihi orang di sekitar kita? Donald S. Whitney mengatakan: “Ketika kasih makin dingin, dosa kita akan makin menampakkan diri dan kita makin tidak serupa dengan Yesus” Pertanyaan selanjutnya: Seberapa jauh kita sudah berbagi untuk sesama dan berkorban untuk orang lain? Seberapa jauh orang lain merasakan kasih dan kebaikan hati kita? Seberapa jauh kita dapat mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Seberapa jauh orang merasakan kemurahan hati kita? Intinya seberapa jauh orang lain sudah terberkati oleh tindakan-tindakan kita.

Suatu hari yang dingin menggigit di bulan Desember di kota New York. Seorang anak laki-laki, sekitar sepuluh tahun usianya, berdiri terpaku di depan sebuah toko sepatu di Broadway dengan mengenakan baju dekil, sepatu tambal, memandang ke dalam jendela, sementara tubuhnya menggigil kedinginan. Sekonyong-konyong, seorang perempuan menghampirinya dan menepuk pundaknya, “Sahabat kecilku, mengapakah engkau memandang begitu rupa ke dalam jendela?” “Aku sedang memohon kepada Tuhan untuk memberiku sepasang sepatu,” jawabnya. Perempuan itu segera menggandeng tangan si anak memasuki toko. Ia meminta pelayan untuk menyediakan setengah lusin kaos kaki bagi si anak. Lalu ia bertanya apakah pelayan dapat memberinya seember air dan selembar handuk. Segera pelayan menyiapkan semua. Perempuan itu membawa teman kecilnya ke bagian belakang toko dan, setelah melepaskan sarung tangannya, membungkuk, membasuh kaki-kaki si anak kecil, dan mengeringkannya dengan handuk. Sementara itu pelayan telah siap dengan setengah lusin kaos kaki. Sesudah mengenakan sepasang pada kaki-kaki si anak lelaki, ia kemudian membelikannya sepasang sepatu, membungkus kelima pasang kaos kaki sisanya, dan memberikannya kepada si anak. Ia membelai lembut kepalanya seraya mengatakan, “Tak diragukan lagi, sahabat kecilku, engkau merasa lebih nyaman sekarang?” Sewaktu perempuan itu berbalik untuk pergi, anak lelaki yang terheran-heran itu meraih tangannya, menatap wajahnya, dan dengan mata penuh airmata, bertanya, “Apakah anda istrinya Tuhan?” Perempuan itu hanya terdiam dan terkejut dengan pertanyaan anak itu. Yang pasti oleh karena kebaikan hatinya, anak itu merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Bagaimana dengan kehidupan kita? Sudahkah hidup kita berbuah untuk sesama kita? Sudahkah orang lain merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Adakah kita mengasihi orang yang ada disekitar kita? Atau jangan-jangan orang disekitar kita ‘eneg’ melihat kita karena sikap kita yang tidak baik; wajah tanpa senyum; dan perbuatan-perbuatan kita yang menyebalkan.

Melihat ketiga ciri-ciri di atas, mari kita bertanya pada hati kita, apakah kita sedang ‘ketiduran rohani’. Apakah kita sudah berakar? Seberapa jauh kita merindukan kehadiran Tuhan dalam hidup ini seperti rusa yang haus akan aliran sungai? Apakah kita sudah bertumbuh? Adakah perubahan dalam kepribadian dan karakter kita semakin hari semakin serupa Kristus? Dan sudahkah kita berbuah dan menjadi berkat bagi sekitar kita? Mari kita perhatikan baik-baik hidup kita, adakah kita berakar, bertumbuh dan berbuah bagi sekitar kita.

Sekali lagi, kita harus waspada, ketiduran rohani tentu akan ada dampak negatif bagi kehidupan kita. Bisa jadi berawal dari kelelahan rohani, yang kemudian membuat kerohanian kita tertidur, dan lambat laun, jika kita tidak berhati-hati, kita akan mengalami kematian rohani. Dan jika semakin banyak jemaat Tuhan yang mengalami kematian rohani, berikutnya hampir dipastikan gereja-gereja juga menjadi mati. Dan jika gereja menjadi mati, Kekristenan tidak akan menjadi berkat bagi siapapun. JOHN WESLEY pernah berkata “Saya tidak khawatir apakah gerakan Methodist ini akan hilang di masa depan, namun yang saya khawatirkan adalah di masa depan orang-orang Methodist tetap ada, besar dan berkembang ke seluruh benua,namun mati secara rohani, menjadi agama tanpa kuasa (Roh Kudus)”. Oleh sebab itu selagi kerohanian kita masih ada, mari kita bangun dan bangkit dari ketiduran rohani. Jangan biarkan api yang sudah sangat kecil itu menjadi padam dan tidak dapat menyala kembali.

Saya ingat kisah dimana Yesus sedang bergumul berat di taman getsemani, dan Iapun mengajak 3 murid-Nya untuk mendampingi. Namun karena mungkin sudah terlalu larut dan ketiga murid ini merasa lelah, akhirnya merekapun tertidur. Ketika mereka tertidur Tuhan menghampiri mereka dan berkata dalam Lukas 22:46 “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Memang waktu itu ketiga muridnya sedang tertidur secara fisik. Namun ketika Yesus menegur mereka ‘mengapa kamu tidur?’ saya kira itu bukan hanya berbicara tidur dalam arti kelelahan fisik, tetapi lebih berbicara tidur secara spiritual. Karena itu Yesus melanjutkan ‘Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Saya kira kalau hanya kelelahan fisik, Yesus tidak perlu menyuruh mereka bangun dan berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan. Orang yang hanya tertidur fisik tidak akan jatuh dalam pencobaan. Tetapi Yesus ingin membangunkan spiritual murid-murid, karena itu mereka disuruh berdoa dan berjaga-jaga, supaya mereka tidak jatuh dalam pencobaan.

Kepada setiap kita yang tertidur saat ini, Tuhan pun ingin berkata “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Mari kita bangun dan berdoa, jalin kembali relasi dengan Dia, teladani hidup Yesus, hiduplah berdasarkan ajaran-ajaran Yesus, Berakarlah, bertumbuhlah terus, dan berbuahlah.

KETIDURAN ROHANI #1




Lukas 22:46
Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."

Berbicara tentang tidur, kita tidak dapat memungkiri bahwa tidur itu merupakan sebuah anugerah. Tubuh kita sudah dirancang oleh Tuhan sedemikian rupa untuk menikmati waktu tidur. Bahkan penelitian mengatakan setiap hari manusia harus tidur minimal 6-7 jam. Kalau sampai kurang tidur, maka akan banyak efek negatifnya. Kemampuan otak menurun, konsentrasi berkurang, tenaga melemah, kekebalan tubuh menipis, penyakit akan mudah menyerang, dan parahnya kalau kekurangan tidur selama berhari-hari dapat menyebabkan stroke bahkan merengut nyawa manusia. Karena itu saya katakan sekali lagi bahwa tidur itu adalah anugerah Tuhan, dimana kita dapat me-recharge kembali tubuh kita yang sudah lelah bekerja sepanjang hari.

Tetapi berbeda dengan ‘ketiduran’. Kalau tidur itu baik dan banyak manfaat positifnya, ketiduran acapkali memiliki dampak yang tidak baik. Beberapa waktu yang lalu seorang pemuda datang kerumah saya, dia berkata bahwa ia seringkali ketiduran ketika mengendarai motor. Karena harus kuliah sambil bekerja, hal itu membuatnya mudah tertidur/ketiduran. Ia berkata sudah beberapa kali saat ia mengendarai motor, ia tertidur, dan pada waktu sadar ia sudah berada di got. Dia mengatakan kejadian itu sudah sering terulang. Untungnya sejauh ini ia tidak sampai tertabrak kendaraan yang lebih besar. Kalau tidak nyawa melayan bukan? Beberapa waktu lalu di media Kompas juga diberitakan dimana seorang hakim ketiduran ketika sedang menyidang masalah pembunuhan yang terjadi di Medan. Ketika saksi dan pihak keluarga lagi emosi dengan beradu oceh, hakim ini malah tertidur nyenyak di meja sidang dengan kepala tertunduk. Alhasil hakim ini menjadi cibiran dan sindiran. Semua orang mentertawakan dia. Kalau ketiduran di bioskop kita akan rugi. Ketiduran di bandara pesawat, bisa-bisa ketinggalan pesawat. Apalagi ketiduran di gereja, kita telah membuang waktu yang sangat berharga untuk mendengarkan dan merenungkan Firman Tuhan. Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa ketiduran itu banyak efek negatifnya. Itulah bedanya tidur dan ketiduran. Tidur biasanya sudah kita rencanakan. Tetapi ketiduran itu lebih sering tidak direncanakan, bahkan seringkali tanpa disadari.

Celakanya kalau kita melihat dalam dunia kekristenan, saat ini ada banyak orang Kristen yang mengalami ketiduran rohani. Dan gawatnya orang-orang demikian tidak menyadari bahwa kerohanian mereka sedang tertidur. Orang itu mungkin pergi ke gereja tiap minggu; bukan hanya tiap minggu, barangkali seminggu bisa 3 kali ke gereja; atau bahkan orang-orang ini mungkin mengambil bagian dalam pelayanan digereja; tetapi walau demikian tanpa mereka sadari, sebenarnya kerohanian mereka sedang tertidur. Tertidur secara rohani bukan hanya ketiduran dalam waktu beberapa menit atau beberapa saat saja seperti orang yang ketiduran pada umumnya, tetapi bisa jadi itu sudah berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan ada yang bertahun-tahun mengalami ketiduran rohani. Bukan hanya berjangka waktu lama, ketiduran rohani inipun bisa menyerang siapa saja. Ia bisa menyerang orang Kristen yang baru percaya, ia bisa menyerang para pelayan Tuhan; bahkan ia bisa menyerang kaum rohaniawan seperti pendeta dan penginjil.

Karena itu kita harus mengenal terlebih dahulu bagaimana sih ciri-ciri orang yang ketiduran rohani. Baru-baru ini saya ada membaca sebuah buku yang berjudul Spiritual Check-Up, yang dikarang oleh Donal S. Whitney. Buku ini mengatakan sama seperti tubuh kita yang harus sesekali dicheckup kesehatannya, demikian juga dengan kerohanian kita. Kadang penyakit itu tanpa kita sadari sudah ada dalam tubuh kita, sebab itu kita memerlukan paket check-up ke laboratorium medis untuk memastikan keamanan tubuh kita. Demikian pula dengan kerohanian kita. Sesekali kita harus mencheck-up kesehatan spiritual kita. Buku ini berisi alat-alat pengukur, berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan kepada setiap orang Kristen untuk dapat melihat kerohanian kita tertidur atau tidak. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut saya menyimpulkan menjadi 3 bagian besar ciri orang yang mengalami ketiduran rohani.

Pertama, orang Kristen yang tidak berakar.
Apa maksudnya tidak berakar? Tidak berakar disini memiliki arti tidak memiliki relasi dengan Tuhan. Ada orang Kristen yang menjadi Kristen hanya karena ikut-ikutan. Atau memang dari kecil sudah hidup di keluarga Kristen. Namun demikian ia tidak memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Ia mungkin tiap hari ke gereja untuk merenungkan Firman Tuhan., bahkan tiap hari ia bersaat teduh dan berdoa. Tetapi tidak ada relasi yang mendalam antara dirinya dengan Tuhan. Apakah mungkin itu terjadi? Sangat mungkin! Sama seperti seorang anak remaja yang pernah sharing kepada saya bahwa ia merasa tidak dekat dengan orang tuanya. Katanya walau tiap hari bertemu, kesekolah dijemput dan diantar, tiap akhir minggu makan bersama di mall, bahkan sering dibelikan barang-barang yang diinginkan (seperti hp, baju, dsb), tetap saja ia merasa tidak dekat. Ia tidak mau menceritakan apapun juga kepada kedua orangtuanya. Tiap kali ortunya ada di atas, ia turun kebawah, kalau ortu dibawah ia naik ke lantai dua. Sampai ortunya menjadi sedih sekali. Namun saya kira ada banyak keluarga yang disfungsi seperti demikian. Antara orangtua dan anak, antara suami dan istri, antara sesama saudara; bisa saja mereka tiap hari bertemu, namun tidak ada keintiman didalamnya.

Hubungan orang Kristen dengan Tuhannya pun dapat menjadi demikian. Bisa saja orang Kristen melakukan segala kegiatan rohani baik digereja maupun di rumah, tetapi ia tidak memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan. Segala kegiatan rohani hanyalah sekedar formalitas, atau rutinitas yang hambar, atau juga kebiasaan sejak kecil. Kebiasaan kegereja tiap minggu, kebiasaan berdoa, kebiasaan bersaat teduh, tanpa ada ikatan batin sama sekali dengan Tuhan. Mereka seperti kaum ahli Taurat dan orang Farisi pada zaman Yesus. Mereka adalah orang-orang yang giat melakukan ibadah, berdoa, bahkan hampir semua kegiatan agama diikuti dengan tekun. Namun mereka kehilangan yang paling esensi dalam segala kegiatan agama mereka, yaitu memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan.

Karena itu jika kita ingin mengukur akan seberapa berakarkah kita kepada Tuhan, mungkin kita bisa mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri: Apakah saya haus akan Tuhan? Apakah saya haus untuk terus merenungkan Firman Tuhan? Apakah saya rindu untuk mengenal Tuhan? Dapatkah hati kita berkata sama seperti Paulus yang pernah berkata dalam Filipi 3:10 “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia.”? Ditengah pengalaman rohani dan pengalaman pelayanan yang begitu kaya, Paulus masih merindukan untuk mengenal Tuhan lebih dalam. Orang yang tidak memiliki kerinduan mencari Tuhan, tidak berhasrat untuk ‘menemukan’ Tuhan dan bertambah dalam pengenalan akan Tuhan, maka ia adalah orang Kristen yang ketiduran Rohani.

Monday, February 13, 2012

AYAT-AYAT KASIH




PERINTAH SALING MENGASIHI

Matius 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Yohanes 13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Yohanes 15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
Yohanes 15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Roma 12:10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Roma 13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
1Korintus 16:14 Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!
Galatia 5:14 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
1 Tesalonika 4:9 Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
Ibrani 10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Ibrani 13: 1 Peliharalah kasih persaudaraan!
1 Yohanes 3:11 Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi;
1 Yohanes 3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
1 Yohanes 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
2 Yohanes 1:5 Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu — bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya — supaya kita saling mengasihi.

ALASAN DAN PENTINGNYA MENGASIHI

Yohanes 13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Efesus 5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
1 Petrus 1:22 Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
Yakobus 2:8 Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri," kamu berbuat baik.
1petrus 4:8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa

HAKEKAT DALAM SEBUAH KASIH

Markus 12:33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
1Korintus 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung† segala sesuatu.
1Korintus 13:8Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
1Korintus 13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

LARANGAN KASIH

Roma 12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!
Roma 13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia,
1Korintus 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
1 Yohanes 4:18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

JIKA TIDAK MENGASIHI

1 Korintus 13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
1 Yohanes 3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.
1 Yohanes 3:14 Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
1 Yohanes 4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
1 Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Friday, February 03, 2012

BERAKAR KUAT DALAM FIRMAN TUHAN #3




Karena itu untuk mengatasi hal ini, tidak bisa tidak, setiap kita harus mendalami Alkitab. Kita harus berakar kuat dalam Firman Tuhan. Kita harus menjadikan Firman Tuhan pedoman dalam hidup ini. Sebab itu mulailah membaca buku-buku teologi, buku-buku yang membahas topik Alkitab dengan mendalam. Mulailah ikut kegiatan-kegiatan gereja yang bersifat pengajaran. Mulailah membaca artikel-artikel yang banyak menggali Alkitab. Mulailah dengan serius dan kritis merenungkan dan memikirkan Firman Tuhan setiap hari. Ambilah waktu bersaat teduh, bukan sekedar membaca sambil lalu, tetapi renungkan Firman Tuhan itu sepanjang hari. Jangan sedikitpun melewatkan waktu perenungan Firman Tuhan dengan sia-sia.

Tetapi tentu tidak cukup bagi kita hanya merenungkan Firman Tuhan itu. Kitapun perlu untuk melakukan Firman itu setiap hari. Saya yakin ada banyak sekali orang Kristen yang sering mendengar Firman Tuhan tiap minggunya, bahkan seminggu bisa 3 kali kalau orang itu mengikuti komisi dan persekutuan doa. Tapi dari sekian banyak orang yang mendengarkan Firman Tuhan itu tidak banyak orang yang sudah melakukan Firman itu. Banyak orang yang mendengar tentang pengampunan, tetapi ia tetap tidak mau mengampuni. Banyak orang mendengar tentang kesetiaan, tetapi ia tidak setia. Banyak orang mendengar Firman tentang kekudusan hidup, keadilan, belaskasihan, dan banyak lagi, tetapi sedikit orang yang mau melakukan itu semua. Tuhan menginginkan kita melakukan Firman Tuhan dengan setia; dengan Konsisten; yang dalam keadaan apapun, dalam keadaan senang, atau dalam keadaan susah, bahkan kondisi terjepit sekalipun, kita tetap setia melakukan akan Firman Tuhan. Tuhan Yesus pernah berkata: orang yang mendengar Firman Tuhan tetapi tidak melakukannya, ia seperti orang bodoh yang mendirikan rumah diatas pasir. Dimana ketika angin melanda, robohlah rumah itu. Sebaliknya orang yang bijak adalah orang yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan itu, ia seperti seorang yang membangun rumahnya di atas batu karang; kokoh, tak tergoyahkan, dimana ketika badai datang, rumahnya akan tetap kuat.

Karena itu jika kita ingin berakar kuat dalam Firman Tuhan, mari kita serius merenungkan Firman Tuhan, serius menyediakan waktu untuk bersaat teduh, dan serius untuk melakukan Firman Tuhan tersebut. Dan pada saat kita sudah berakar kuat, saya yakin kita tidak akan mudah disesatkan oleh rupa-rupa pengajaran yang keliru. Bukan hanya itu, kitapun akan kuat menghadapi segala badai dan permasalahan hidup. Memang selain ajaran-ajaran yang keliru, hal yang dapat menggoyahkan iman kita adalah penderitaan. Banyak orang Kristen yang oleh karena penderitaan akhirnya memilih untuk mundur dari iman Kristennya. Ada banyak orang Kristen yang karena persoalan-persoalan kehidupan, membuatnya marah sama Tuhan dan tidak lagi percaya Tuhan. Mengapa hal itu terjadi? Karena mereka tidak berakar dalam Firman Tuhan. Mereka belum memiliki pengenalan yang dalam akan Tuhan.

Seorang yang berakar kuat dalam Firman Tuhan, ia akan dapat mengatasi permasalahannya dengan kekuatan dari Firman itu. Saya suka dengan pelajaran yang dapat kita petik dari pohon korma. Pohon korma itu banyak bertumbuh di perbatasan Israel. Jika kita menyusuri negeri yang kaya akan madu dan susu itu, kita akan menjumpai begitu banyak pohon korma ditanam disana. Alkitab pernah menuliskan bahwa pohon korma ini digunakan untuk berteduh, menghias bait Allah dan membuat pondok-pondok (karena daunnya yang rimbun). Tidak jarang dipintu-pintu gerbang istana terukir gambar pohon tersebut. Bahkan dalam Kidung Agung, keindahan tubuh wanita itu digambarkan seperti sesosok pohon korma.

Jujur saya belum pernah melihatnya langsung akan keindahannya. Namun keindahan itu semakin sempurna ketika saya mengetahui proses pertumbuhannya. Biasanya sejak awal pertumbuhan, pemilik pohon akan langsung menindisnya dengan sebuah batu yang cukup besar. Tentu saja jika kita membayangkan, pohon itu akan mengalami kematian. Namun ternyata tidak. Justru sebaliknya, pohon itu malah semakin bertumbuh dengan baik. Mengapa? Karena tindisan batu yang menekan pohon tersebut ternyata membuat akarnya akan semakin menancap ke dalam. Dengan demikian setelah akarnya kuat dan kokoh, pohon korma tersebut akan bertumbuh dengan lebih gagah, kokoh, dan lebat. Pohon korma yang ditindih batu selalu memiliki kualitas yang lebih baik daripada pohon yang tidak ditindih dengan batu. Yang tidak ditindih biasanya memiliki akar yang kurang kuat untuk menopang pohon itu ketika menghadapi tekanan-tekanan dari luar. Walaupun pertumbuhannya lebih cepat, namun hasilnya tidaklah memuaskan. Menariknya, ketika pohon korma yang ditindis batu itu sudah berakar kuat, dengan kekuatan itulah yang memampukannya untuk menggulingkan batu itu dengan sendirinya, tanpa bantuan siapapun juga.

Saya kira demikian juga yang terjadi dengan setiap kita yang berakar kuat dalam Firman Tuhan. Penderitaan dan tekanan kehidupan tidak akan menggoncangkan iman kita, sebaliknya malah memperkuat akar iman kita. Dan ketika akar dalam diri kita sudah semakin kuat, dengan sendirinya kita akan mengatasi masalah-masalah itu. Tentunya bukan dengan kekuatan kita sendiri, tetapi dengan kekuatan Tuhan yang sudah berakar dalam dalam hati kita melalui Firmannya.

Karena itu mari kita terus hidup berakar dalam kebenaran Firman Tuhan. Jangan biarkan ribuan ajaran diluar kekristenan menyesatkan kita. Jangan biarkan penderitaan melemahkan iman kita. Tapi biarkanlah Firman Tuhan itu berakar dalam diri kita, dan mengokohkan langkah kita dalam mengarungi ganasnya kehidupan ini.

BERAKAR KUAT DALAM FIRMAN TUHAN #2




Hal ini jugalah yang mendorong Paulus untuk berkata kepada jemaat di Kolose di ayat 6 dan 7 “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu,...”.
Perkataan ini ditujukan jelas kepada orang yang sudah percaya. Oleh karena itu Paulus berkata “Kamu yang telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita.” Dengan bahasa saya Paulus ingin berkata “Kamu yang sudah percaya Tuhan, kamu yang mengaku sudah diselamatkan,...” Ada apa dengan orang yang sudah percaya? Mereka diminta untuk tetap di dalam Dia (Kristus). Dalam terjemahan Inggrisnya ‘tetap dalam dia’ diartikan ‘live in Him / Walk in Him’; Hidup di dalam Dia dan Berjalan di dalam Dia. Itu artinya Paulus meminta setiap kita yang percaya untuk tetap hidup dalam kehendak Tuhan, hidup dalam hubungan dengan Tuhan.

Bagaimana Caranya? Selanjutnya Paulus berkata “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia”. Ini berarti setiap orang yang percaya tidak boleh berhenti sampai percaya saja, tetapi Paulus meminta untuk berakar di dalam Dia. Keliru besar jika kita berkata bahwa tujuan akhir hidup kita adalah ketika kita percaya Tuhan, karena dengan percaya Tuhan kita bisa masuk Surga. Sungguh keliru jika ada orang Kristen yang berkata bahwa “cukup percaya, yang penting saya selamat”. Saya kira orang-orang yang berkata demikian belum memahami bagaimana menjadi orang Kristen. Paulus meminta setiap orang yang menerima Kristus Yesus, bukan hanya hidup dalam Kristus, tetapi juga berakar dalam Kristus.

Mengapa Paulus meminta setiap orang Kristen untuk berakar? Sebab sama seperti sebuah pohon, jika sebuah pohon akarnya tidak dalam maka semakin mudah pohon itu tumbang saat angin badai melanda. Jemaat Kolose waktu itu terancam dengan banyak ajaran-ajaran sesat. Salah satunya adalah ajaran Gnostik yang mengajarkan bahwa keselamatan itu bisa didapat melalui pengetahuan tanpa percaya pada Kristus Yesus. Ajaran ini begitu manis dan mempengaruhi banyak orang Kristen. Orang-orang Kristen yang tidak berakar kuat dalam Firman Tuhan akhirnya dapat saja berpaling kepada ajaran-ajaran yang menyesatkan.

Tentu kita ingat bahwa Tuhan Yesus pernah memberikan perumpamaan tentang benih dan 4 macam tanah. Ada benih yang jatuh dipinggir jalan dan ia mati begitu saja karena tidak berakar sama sekali. Ada benih yang jatuh di semak duri, yang berakar dan bertumbuh, tetapi terhimpit oleh kekuatiran hidup dan akhirnya mati. Yang menarik ada juga yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tanahnya tipis. Tetapi ketika matahari terbit, ketika badai cobaan datang, tumbanglah ia. Mengapa? Sebab ia tidak berakar kuat. Benih yang paling bertahan adalah benih yang jatuh di tanah yang subur, dimana ia bisa berakar dalam, dan bertumbuh sehat, serta berbuah lebat. Perumpamaan ini sekali lagi mengingatkan kepada kita bahwa setiap kita harus berakar dalam Firman Tuhan. Tidak cukup menjadi percaya dan kegereja tiap minggu. Tidak cukup mendengarkan Firman Tuhan. Tetapi kitapun harus berakar kuat terhadap Firman Tuhan. Jadikan Firman Tuhan pedoman dalam hidup kita.

Di zaman teknologi seperti ini, begitu mudahnya kita mendapatkan pengajaran-pengajaran yang salah. Seorang yang terus menerus mendengar pengajaran yang salah maka ia akan menghasilkan iman yang salah dan perilaku yang salah. Misalkan ekstremenya para teroris. Mereka itu bukan orang yang tidak beragama. Mereka adalah orang-orang yang bergama secara kuat dan disiplin. Namun sayang, pemahaman mereka salah. Bagi mereka membunuh manusia yang diluar agama mereka itu tidaklah berdosa. Bahkan malah akan mendapat pahala besar dari Allah. Karena itulah mereka tambah bangga jika bisa melakukan aksi bom bunuh diri, dsb. Ajaran-ajaran yang keliru membuat perilaku mereka keliru juga.

Bagaimana dengan kekristenan? Saya kira dalam kekristenan juga ada banyak sekali pengajaran-pengajaran yang keliru yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Saya pernah mendengar seorang pendeta yang mengatakan bahwa orang Kristen yang makin rohani dan diberkati itu seharusnya makin kaya raya, hidup tidak sengsara, dan berumur panjang. Lalu dia mengutip ayat-ayat dari PL yang memang menuliskan hal itu secara harafiah. Tetapi sayangnya dia tidak melihat konteks ayat itu secara keseluruhan. Pendeta itu asal comot ayat untuk mendukung pengajarannya. Padahal kalau kita lihat di PB, secara khusus para rasul, kita akan menemukan bahwa mereka tidak kaya, bahkan hampir semua rasul itu mati menderita dalam usia yang tergolong muda. Apakah mereka bukan orang yang rohani? Tidak Tuhan mempercayakan injil kepada mereka. Apakah mereka orang yang tidak diberkati? Tidak, kalau tidak diberkati tidak mungkin mereka bisa memberkati banyak orang. Ini menunjukan bahwa berkat Tuhan atau tingkat kerohanian seseorang tidak diukur dari seberapa kaya dan berumur panjang ia. Namun sayangnya banyak orang Kristen yang punya konsep seperti ini. Sehingga banyak orang Kristen yang fokus hidupnya hanyalah mengejar kekayaan. Sesuatu yang rohani diukur dengan yang bersifat materi.

Pernah juga saya melihat sekelompok orang Kristen yang mengajarkan kekuatan sebuah pikiran. Pikiran positiflah yang membuat orang Kristen berhasil. Pikiran positif yang menentukan segalanya. Pikiran positif rahasia kesuksesan orang Kristen, dsb. Saya kira pendapat ini ada benarnya. Pikiran kita memang sangat mempengaruhi tindakan kita. Pikiran yang positif menghasilkan tindakan yang positif pula. Tindakan yang positif akan menghasilkan hasil yang positif. Logika ini seakan benar dan apa yang diajarkan cukup menarik. Tetapi ketika lama saya mengamat-amati ajaran-ajaran mereka, kita akan menemukan bahwa ajaran seperti ini berujung kepada pengandalaan kekuatan sendiri. Keberhasilan, kesuksesan, itu tergantung ditangan kita. Bukan lagi di tangan Tuhan. Karena itu kalau tidak berhati-hati, kitapun bisa memiliki konsep yang keliru. Memang benar bahwa pikiran positif sangat mendukung kehidupan kita. Namun jika itu menjadi yang utama, saya kira itu akan menjadi bahaya besar. Ini hanya beberapa contoh. Ada banyak lagi ajaran-ajaran lain yang berbahaya yang beredar dalam kekristenan, dimana kalau kita tidak hati-hati, kita akan memiliki iman yang keliru dengan perilaku yang keliru juga.

BERAKAR KUAT DALAM FIRMAN TUHAN #1





Sepanjang sejarah kekristenan yang sudah berdiri kurang lebih selama dua puluh abad ini, ada banyak sekali kritik-kritik tajam dari para ahli, pakar-pakar Alkitab, dan ilmuwan-ilmuwan yang dilontarkan kepada umat Kristen. Kritik itu bukan cuma berbicara soal masalah-masalah praktis, seperti sikap hidup orang Kristen, cara berpakaian, cara berdandan boleh rokok apa tidak, cara berbisnis dsb, ..... tidak! tetapi lebih kepada kritik terhadap akar atau dasar dari Kekristenan. Apa itu? Yaitu Firman Tuhan, atau kebenaran Alkitab.

Misalkan tentang Davinci Code, yang cukup menghebohkan beberapa tahun yang lalu. Disana dikatakan bahwa Tuhan Yesus yang kita sembah itu ternyata memiliki seorang istri yang tidak lain adalah Maria Magdalena, dan hubungan mereka menghasilkan keturunan. Dengan segala argumennya yang didasarkan juga dengan dukungan dari beberapa kisah Alkitab, Dan Brown, sang penulis ingin mehancur lantahkan dasar iman Kristen. Karena jika Yesus ditemukan menikah dan punya anak, maka kebangkitan dan kenaikannya ke Surga akan diragukan.

Ada juga perkumpulan yang menamakan diri Yesus Seminar. Perkumpulan apa itu? Perkumpulan ini terdiri dari 50 sarjana yang menguasai sejarah, tulisan-tulisan kuno, dan tentu saja mereka sangat mendalami Alkitab. Tugas mereka adalah meneliti baik-baik setiap teks Alkitab, secara khusus kitab injil, dan menyertakan dengan budaya pada waktu itu. Dan alhasil, mereka mengatakan bahwa hampir semua kisah Yesus dalam Alkitab hanyalah karangan murid-murid. Tidak ada yang benar-benar merupakan perkataan Yesus. Dan dari kesimpulan mereka, mereka menganggap bahwa Yesus hanya manusia biasa, dan bukan Tuhan. Ketika berbicara tentang kelahiran Yesus dari Roh Kudus, mereka berkata bahwa budaya jaman dulu sering mendewakan manusia biasa dengan mengatakan bahwa ia lahir dari dewa. Misalkan Hercules. Mungkin pernah ada tokoh yang begitu kuat dan perkasa, lantas didewakan dan dikatakan ia lahir dari seorang dewa. Bagi mereka Yesus pun demikian. Mereka bisa memberikan banyak bukti untuk menunjukkan bahwa Yesus hanya manusia biasa.

Hal-hal di atas hanyalah 2 dari ratusan bahkan ribuan kritik orang-orang yang ingin menjatuhkan kekristenan. Belum lagi kalau kita bicara tentang penemuan makam ‘kristus’yang begitu menghebohkan, penemuan injil Yudas, Injil Thomas (kitab-kitab lain diluar Alkitab kita yang mengajarkan doktrin yang bertentangan dengan Alkitab), dan sebagainya. Ada banyak sekali orang-orang yang ingin menjatuhkan kekristenan dengan menyerang Alkitab yang adalah Firman Tuhan.

Mengapa mereka hendak menghancurkan kredibilitas atau kebenaran dari Firman Tuhan? Karena para anti Kristus ini yakin, jika mereka dapat menemukan kesalahan dari Alkitab, dan jika Firman yang adalah akar dari kekristenan ini ditebang maka runtuhlah semua batang tubuh, dan kekristenan tidak akan lagi berbuah.

Memang kalau kita memperhatikan cara kerja iblis, akan tampak jelas dimana iblis suka sekali menyesatkan umat Kristen dengan menyerang atau mengacaukan pemahaman orang Kristen akan Firman Tuhan. Tentu kita ingat bagaimana kejadian pertama kali Hawa jatuh ke dalam dosa. Dengan liciknya ular berkata: “Tentu Allah berfirman: Buah pohon-pohonan dalam taman ini jangan kamu makan buahnya bukan? Sesekali kamu tidak akan mati.” Iblis memakai dasar Firman Tuhan tetapi ia mengubah Firman itu menjadi mirip Firman Tuhan. Lebih hebat lagi saat iblis menggoda Yesus. Lagi-lagi iblis mencobai Yesus dengan memakai Firman Tuhan. di pencobaan yang kedua ia berkata “(hai Yesus) Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Jika kepada hawa iblis memakai Firman Tuhan dan Firman itu diubah sedikit menjadi mirip Firman Tuhan; kepada Yesus iblis mengutip Firman Tuhan secara tepat, hanya saja penggunaannya salah. Itulah cara kerja iblis. Ia ingin menghancurkan dasar kekristenan, dengan harapan jika pemahaman umat Kristen akan Firman Tuhan kacau, maka tumbang jugalah kekristenan.

Tetapi berabad-abad lamanya orang hendak menghancurkan kekristenan, berabad-abad pula kekristenan bertahan bahkan semakin kokoh. Banyak orang yang mencoba meruntuhkan kebenaran Firman Tuhan dengan segala cara, tetapi mereka tidak dapat. Dan Kita harus bangga bahwa kekristenan selama ini sangat terbuka untuk dikritisi. Kebanyakan agama tidak membuka diri untuk dikritisi. Mereka takut kalau-kalau ditemukan kesalahan dalam kitab suci mereka atau ajaran mereka. Tetapi kekristenan berbeda. Alkitab boleh dibaca sama siapa saja, semua orang boleh bertanya dan mengkritisinya. Karena itu banyak para pengkritik yang mencoba menjatuhkan kekristenan lewat kritik-kritikannya. Namun sekali lagi, kekristenan terlalu kuat dan terlalu benar, sehingga tidak ditemukan kesalahan yang berarti sampai saat ini.

Namun tidak dapat dipungkiri meskipun kritik-kritik itu tidak menjatuhkan kekristenan, banyak orang Kristen yang kemudian kehilangan kepercayaannya. Mereka menjadi ragu akan iman Kristen dan memilih untuk mundur. Saya mengenal ada seorang pelayanan Tuhan di Indonesia ini, yang dulunya begitu mengasihi Tuhan, suka mendalami Firman Tuhan, bahkan dia salah satu penyampai Firman Tuhan. Namun karena terus menghadapi kritikan-kritikan akan Firman Tuhan akhirnya iapun menjadi goyah dan memilih mundur dari imannya. Bukan hanya mundur, terlebih ia menjadi salah satu orang yang turut andil dalam menyerang kekristenan. Mengapa itu bisa terjadi? Saya kira jawabnya satu, karena dia tidak berakar dalam Firman Tuhan. Karena itulah ia tumbang dalam perjalanan imannya.

Saudara, jika seorang yang begitu giat melayani saja bisa goyah imannya, apalagi setiap kita yang jarang-jarang membuka Firman Tuhan; yang kegereja cukup seminggu sekali; itupun di gereja banyak bbm-an / sms-an pada saat Firman Tuhan diberitakan. Jika kita tidak berakar dalam Firman Tuhan maka juga akan memungkinkan bahwa suatu saat iman kita menjadi tumbang.