Saturday, January 28, 2012

BERLARI KEPADA TUJUAN (Filipi 3:10-14)




Sebuah analogi pernah menggambarkan kehidupan itu bagai sebuah mobil. Analogi itu menanyakan ‘mengapa kaca spion dalam sebuah mobil jauh lebih kecil daripada kaca mobil yang di bagian depan? Jawabnya supaya kita lebih sering mengarahkan pandangan mata kita kedepan, dan tidak terus menerus menengok kebelakang.’ Analogi ini cukup membekas dibenak saya, walaupun sudah sangat lama saya membaca analogi ini. Sadar atau tidak, manusia acapkali tergoda untuk terus menoleh kebelakang. Apalagi kalau usia semakin hari semakin bertambah. Kalau masih kecil kita suka penasaran akan apa yang terjadi di hari esok; Nanti SMP bagaimana; Nanti SMU bagaimana; Nanti kuliah bagaimana. Namun ketika kita masuk usia kepala 3 mulailah sesekali kita berkata “Dulu saya begini....Dulu saya tidak begini....” Dan semakin kepala usia bertambah maka semakin banyak pula perkataan “Dulu....” itu diungkapkan. Saya pernah mengunjungi seorang oma yang berusia 80 tahun lebih. Oma ini ingatannya masi kuat dan dia suka sekali bercerita. Tapi sepanjang ceritanya tidak pernah sekalipun mengungkapkan apa yang mau dia lakukan dikemudian hari. Ceritanya hanya dulu waktu di pacaran di jaman penjajahan belanda, dulu waktu masa pacaran bagaimana, dulu bangsa kita gak seperti sekarang, dulu kami hidup susah, dulu tidak seenak sekarang, dan sebagainya.

Akan tetapi tidak hanya berbicara pengalaman hidup, ternyata ada juga banyak orang Kristen yang bersikap demikian terhadap kehidupan rohani atau pelayanannya. Mereka suka sekali untuk menoleh kebelakang. Selalu melihat apa yang telah diperbuatnya dahulu, dan membanggakan masa lalunya. Bahkan ada beberapa orang Kristen yang merasa sudah terlalu lama melayani dan memutuskan untuk berhenti melayani, dengan dalih untuk memberi kesempatan yang lebih muda, dan sekarang waktunya untuk beristirahat. Beberapa bulan yang lalu saya tergelitik dengan perkataan seorang anak remaja saya yang masi duduk di bangku 3 SMP. Dia berkata begini “ko, saya berhenti dulu pelayanan, sudah lelah pelayanan, biar kasi yang lebih muda dulu.” Saya tertawa karena diusianya yang dini dia sudah berpikir untuk berhenti pelayanan. Tetapi pada kenyataannya banyak orang yang melakukan hal yang serupa. Memilih berhenti dalam perjalanan imannya, atau dalam perjalanan pelayanannya dengan banyak dalih yang dibuat.

Jika kita adalah orang-orang yang pernah berkata atau berpikir demikian, mari kita belajar dari teladan Paulus. Kitab Filipi ini adalah kitab yang ditulis dimasa-masa akhir hidup Paulus. Masa-masa ini merupakan masa-masa dimana Paulus sudah banyak sekali memiliki pengalaman iman, pengalaman rohani, serta pengalaman dalam pelayanan. Saya kira ketika Paulus menoleh kebelakang, iapun dapat tersenyum bangga akan apa yang sudah ia raih. Dalam pengalaman iman atau pengalaman rohani, ia pernah berjumpa dengan Tuhan secara langsung dalam cahaya yang membutakan dirinya. Berkali-kali ia mendapat pimpinan Tuhan melalui mimpi-mimpi yang menentukan arah pelayanannya. Ketika bergumul dengan duri dalam daging ia merasakan kasih Tuhan yang begitu besar dalam kelemahannya. Bahkan Paulus pernah diangkat ke Sorga sampai ke tingkat tiga.

Dari sisi pelayanan kita juga tau betapa kayanya pengalamannya. Kita tahu lewat Pauluslah gereja-gereja mula-mula berkembang dan berdiri di berbagai tempat. Paulus juga adalah rasul pertama yang memberitakan injil kepada orang-orang non israel. Jika saudara dan saya yang ada di sini bisa percaya kepada Tuhan saya kira kalau ditarik-tarik sebabnya itu juga hasil buah pemberitaan Paulus. Kita tahu betapa giatnya dia memberitakan injil kepada orang-orang yang belum percaya sampai-sampai berkali-kali nyawanya terancm. Bukan hanya itu, pelayanan yang dilakukannya pun sangat berkuasa. Berkali-kali ia membuat mujizat yang menabjubkan banyak orang. Pernah ketika ia digigit ular beracun tetapi ia tidak mati. Ia pernah menyembuhkan orang sakit dengan kuasa Tuhan, dan banyak lagi pelayanan yang dilakukannya yang begitu berkuasa.

Karena itu saya katakan, seandainya Paulus menoleh kebelakang dan melihat semua pengalamannya itu, memungkinkan sekali untuk dia bisa berpuas diri dan berbangga atas apa yang sudah di raihnya. Namun Paulus tidak melakukan hal itu. Sebaliknya di ayat 12 ia berkata “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah menjadi sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku juga dapat menangkapnya...” Apa yang hendak dikejarnya, dan apa sih yang ingin terus ditangkapnya? Jawabannya ada di ayat 10. Disana dituliskan “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,...” Hal-hal inilah yang ingin dikejar dan ditangkap oleh Paulus. Kerinduannya yang paling mendalam adalah untuk dapat semakin mengenal Kristus dan hidup serupa dengan Kristus. Ditengah usianya yang sudah tidak muda lagi, di tengah begitu kayanya pengalaman-pengalaman iman dan pelayanannya, Paulus masih merindukan untuk semakin hari semakin mengenal Tuhan dan semakin hari semakin serupa dengan Dia. Baginya pengenalannya akan Tuhan masih terlalu kecil, dan ia sadar bahwa ia belum menangkap hal itu secara utuh. Kerinduannnya inilah yang terus membuatnya giat melayani Tuhan sampai akhir hidupnya.

Paulus tidak sedikitpun mau terus mengagung-agungkan masa lalunya, kemudian berpuas diri. Ia pun tidak sedikitpun berpikir untuk berhenti dalam pelayanannya. Karena itu di ayat 13dan 14 ia berkata “tetapi ini yang aku lakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Paulus terus berlari, tanpa sedikitpun merasa bahwa ia sudah mencapai garis finish. Baginya hanya kematianlah yang dapat membuatnya berhenti berlari dan berlari.

Memang berbicara tentang pengenalan akan Kristus tidak boleh ada seorang pun yang merasa bahwa ia sudah mengenal Kristus begitu rupa. Pengenalan akan Kristus adalah proses seumur hidup. Demikian juga dengan pelayanan kita. Selagi ada sesuatu yang bisa kita perbuat untuk melayani Tuhan, mari kita layani Tuhan dengan segenap hati.
Saya kadang mendengar orang berkata “Tuhan, saya sudah puluhan tahun melayani Engkau. Berbagai bidang dan berbagai pelayanan telah saya ambil. Bahkan saya sudah banyak terlibat kedalam kepanitiaan. Cukup Tuhan. Sekarang saya ingin beristirahat, biarkan mereka yang muda-muda yang mengambil bagian.” Tetapi Tuhan menjawab “Tidak! Berapa banyakpun yang telah kau lakukan dan hasilkan, juga berapa lamapun kamu telah melayani, lupakanlah itu! Semua itu telah ada di belakang. Arahkan hidupmu kepada ada yang ada didepanmu.”
Ada juga orang yang berkata “Tuhan, saya berhenti di sini saja! Saya sudah tidak kuat lagi. Hidup saya terlalu berat. Saya sudah terlalu penat.” Tuhan pun ingin berkata: “Tidak, betapa gelapnya jalanmu, betapa lelahnya kamu berlari, terus lah berlari sampai garis finish. Arahkan pandanganmu ke depan.”

Mari kitapun yang disini demikian. Seberapa lama kita melayani, dan seberapa lelah kita menjalani kehidupan kerohanian kita, bahkan mungkin kita sudah jenuh menjalani proses pertumbuhan iman, yaitu pengenalan akan Tuhan setiap hari. Kita merasa ingin berhenti. Kita merasa ingin beristirahat. Atau kita ingin mengatakan kepada Tuhan “Sudah cukup Tuhan”. Tetapi mari kita belajar seperti Paulus dengan berkata “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” Mari kita terus berlari-dan berlari. Kejar terus akan pengenalan akan Tuhan. Terus giat melayani Tuhan. Sampai kita beroleh mahkota kemenangan dari Tuhan.

Sunday, January 22, 2012

RAHASIA MERAIH KEBERUNTUNGAN (Ulangan 28) # 3



Namun demikian kita tidak boleh membatasi berkat Tuhan itu hanya yang bersifat materi saja. Memang menjadi kaya dan hidup penuh harta tidak salah. Itu juga adalah berkat Tuhan. Namun kita harus ingat bahwa Tuhan bukanlah pusat di mana orang-orang mencari kekayaan atau harta. Jadi jangan samakan keberadaaan Tuhan dengan kuburan, gunung kawi, tempat keramat, atau dukun di mana orang-orang datang meminta kesembuhan atau kekayaan secara instan. Jika motivasi kita melakukan Firman Tuhan hanya unyuk mencari kekayaan, kita akan kecewa. Tuhan memberkati kita bukan supaya kita berlimpah harta untuk bisa memuaskan hawa nafsu kita; tetapi Ia memberikan berkat kepada kita supaya kita dapat hidup dalam kecukupan; dan terlebih, ia memberkati kita supaya kitapun dapat memberkati orang lain.

Sebenarnya ada berkat yang lebih penting bagi kita dari pada berkat materi. Berkat apa itu? Yaitu berkat Rohani. Mungkin kita berkata: loh, kan berkat yang diucapkan Tuhan di pasal 28 ini semuanya berisi berkat-berkat yang bersifat materi (kedudukan, kekayaan, keamanan, dsb)? Memang benar bahwa ulangan 28 itu banyak berbicara tentang berkat materi. Tapi kita harus memahami konteks waktu itu. Waktu itu yang disebut umat Tuhan adalah umat Israel secara fisik. Tuhan memilih mereka menjadi bangsa pilihan, dan Tuhan menjanjikan kepada mereka akan memasuki tanah kanaan secara fisik. Karena itu berkat-berkat yang dijanjikanpun berlaku secara fisik. Namun kita umat pilihan Tuhan yang sekarang berbeda. Saat ini setiap kita dapat dikatakan sebagai umat Israel secara Rohani. Dan tujuan kita bukan lagi tanah perjanjian secara Fisik, tetapi tanah perjanjian secara rohani, yaitu tanah Surgawi. Karena itu berkat-berkat yang disediakan kepada kita pun tidak sebatas berkat jasmani, tetapi lebih kepada berkat Rohani. Berkat Rohani itu bisa jadi iman yang kuat ditengah pergumulan; Berkat rohani juga bisa pengenalan akan Tuhan yang didapatkan ditengah-tengah penderitaan hidup; Berkat rohani dapat juga berbentuk perasaan syukur ditengah kehidupan yang sulit dan penuh kekurangan; berkat rohani bisa merupakan pengharapan ditengah jalan buntu yang kita hadapi; dan berkat rohani bisa juga merupakan perasaan damai ditengah keadaan kacau; dan sebagainya. Keluarga yang harmonis dan cinta kasih dari orang-orang dekat juga dapat terhitung berkat dari Tuhan yang bukan bersifat materi. Dan ketika kita dapat memiliki kesemuanya itu, maka kita bisa menjadi orang yang paling beruntung didunia ini.


Saya suka sekali dengan seorang pengarang lagu yang bernama Fanny Crosby. Selain lagu hymne yang diciptakan merupakan lagu-lagu yang indah yang masih terus dinyanyikan sampai saat ini, Crosby pun memiliki kisah hidup yang indah. Sejak ia kecil ia menderita sakit keras dan karena malapraktek yang dialami membuat matanya menjadi buta sejak kecil. Sejak kecil juga ia kehilangan ayah yang sangat dikasihi. Iapun hidup dalam keadaan yang sangat miskin. Tetapi bersyukur ada mama dan neneknya yang begitu cinta Tuhan. Setiap hari mereka memberitahu kepada Fanny tentang Firman Tuhan. Perlahan-lahan imannya bertumbuh. Ia semakin mendalami Firman Tuhan, dan iapun semakin terharu akan kasih Tuhan. Ketika ia berusia 8 tahun ia pernah menulis sebuah puisi yang berkata “O, betapa bahagia jiwaku, walau aku tidak dapat melihat, Aku katakan kepada dunia, betapa nyaman dan bahagianya aku, betapa banyak berkat yang ku nikmati, sementara yang lain tidak, untuk menangis dan berkeluh karena aku buta...Aku tak dapat, aku tidak akan.”

Akhirnya dengan keadaan yang demikian ia berhasil menggubah lebih dari 8.000 lagu hymne, dan dikatakan sebagai penulis lagu rohani paling produktif disepanjang sejarah. Salah satu pujian yang kita mungkin sering nyanyikan adalah “Jaminan mulia kuditebus, karena Yesus miliku abadi.” Selain itu ada juga “Yesus-yesus, dengar doaku, janganlah engkau lalui, brilah berkatmu” Dan pada masa-masa akhir hidupnya ia pernah berkata “Saya adalah orang yang paling beruntung didunia ini, karena ketika dalam keadaan buta, saya dapat melihat Tuhan dengan jelas, dan ketika saya ke Surga kelak, wajah pertama yang saya lihat adalah wajah juruselamatku.” Ditengah keadaannya yang buta, miskin, dan tanpa seorang ayah, Ia dapat merasakan berkat rohani yang besar dari Tuhan. Karena itu ia mengatakan “saya adalah orang yang paling beruntung”.

Bagaimana dengan saudara? Maukah saudara menjadi orang yang diberkati baik secara jasmani maupun rohani? Maukah hidup anda dipenuhi dengan kecukupan, dan pekerjaan yang diberkati? Maukah saudara memiliki perasaan damai, hidup yang penuh sukacita, perasaan syukur ditengah-tengah pergumulan-pergumulan hidup? Dan maukah saudara memiliki dan mengenal Tuhan yang adalah sumber berkat itu? Jika mau, syaratnya Cuma 1Mari kita terus memperhatikan firman Tuhan, mendengarkannya, serta melakukannya dengan setia. Percaya atau tidak, hidup kita akan limpah dengan berkat Tuhan.

RAHASIA MERAIH KEBERUNTUNGAN (Ulangan 28) # 2


Karena itu jika kita mau menjadi manusia yang paling beruntung, maka kita harus berusaha menjadi manusia yang paling erat, paling kenal, paling dekat dengan Tuhan yang adalah sang sumber berkat itu. Bagaimana caranya? Tidak ada jalan lain selain melirik kembali dari Alkitab kita. Alkitab kita memang bukan buku fengsui. Alkitab juga bukan buku hoki, yang bisa memberikan aneka keberuntungan jika kita memiliknya. Tetapi Alkitab adalah buku kehidupan, dimana kita dapat belajar semakin mengenal Tuhan dan belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya didalamnya. Dan jika kita menemukan Tuhan dan kehidupan yang sesungguhnya itu, maka kita dapat disebut sebagai orang yang sangat beruntung.

Hari ini kita cukup merenungkan 1 rahasia saja untuk mencapai keberuntungan yang dapat kita pelajari dari Ulangan 28. Kitab Ulangan ini merupakan kitab yang berisikan kumpulan khotbah-khotbah Musa selama umat Israel mengitari pada gurun. Khotbah-khotbah Musa ini berisi peraturan-peraturan, janji-janji, kesaksian, pelajaran dari pengalaman hidup, kekuatan, penghiburan, tapi tidak lupa juga ada teguran-teguran didalamnya. Setelah banyak menyampaikan nasihat-nasihat kepada umat Israel, hampir diakhir khotbahnya Musa menyampaikan perkataan-perkataan yang berkat dan kutuk. Dalam perikop inilah Musa memberikan satu rahasia penting kepada umat Israel jika mereka ingin menjadi beruntung.

Apa Rahasianya? Mari kita kembali melihat struktur dari penulisan ulangan 28:1-14. Perikop ini memiliki kata kunci di awal dan akhir paragraf, yang merupakan syarat untuk meraih keberuntungan. Sedangkan ditengah-tengah merupakan berkat-berkat yang akan diterima oleh umat Israel. Dan menariknya kalau kita perhatikan, berkat-berkatnya itu melingkupi banyak hal. Baik berkat atas status mereka sebagai umat pilihan. Dikatakan Allah akan mengangkat engkau diatas segala bangsa di bumi. Tidak akan menjadi ekor, melainkan jadi kepala. Berkat atas usaha mereka. Dikatakan hasil ladang, ternak, dan segala pekerjaan akan diberkati. Kandungan dari ibu-ibu atau Keturunan mereka juga akan diberkati. Perjalanan hidup diberkati. Dikatakan ‘diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar’. Dalam peperangan juga Tuhan memberikan berkat kemenangan. Dan banyak lagi berkat-berkat yang dijanjikan oleh Tuhan kepada umat Israel.

Tetapi harus kita ingat dan perhatikan, bahwa setiap berkat Tuhan itu diawali dan diakhiri dengan sebuah syarat penting untuk diperhatikan. Berkat itu merupakan konsekuensi dari syarat yang dituliskan. Apa syaratnya? Mari kita lihat di ayat pertama kedua dengan ayat yang terakhir. Di ayat pertama dikatakan “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka ....”. Selanjutnya ayat 2 dituliskan “Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan Allahmu.” Lalu ayat13b dan 14, setelah dibacakan segala berkat-berkat yang akan diberikan dikatakan “....Apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang kekanan atau kekiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini,....”.

Jelaslah syaratnya sangat sederhana, yaitu: “Mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan dengan setia.” Saya kira mendengarkan bukan hanya mendengarkan sambil lalu, seperti kalau kita sedang memasak atau baca koran sambil mendengar suara ditelevisi yang menyala sambil lalu. Tapi mendengarkan ini lebih kearah memperhatikan dengan seksama setiap Firman Tuhan yang kita baca atau dengarkan, bahkan kalau bisa sampai pada tahap merenungkan Firman itu siang dan malam. Pemazmur pernah berkata: “Berbahagialah orang yang kesukaannya merenungkan Firman Tuhan siang dan malam. Ia seperti pohon di tanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya.

Tetapi bukan hanya diminta untuk merenungkan, syarat meraih keberhasilan juga didapat jika kita melakukan Firman itu dengan setia. Saya yakin ada banyak sekali orang Kristen yang sering mendengar Firman Tuhan tiap minggunya, bahkan seminggu bisa 3 kali kalau orang itu mengikuti komisi dan persekutuan doa. Tapi dari sekian banyak orang yang mendengarkan Firman Tuhan itu tidak banyak orang yang sudah melakukan Firman itu. Banyak orang yang mendengar tentang pengampunan, tetapi ia tetap tidak mau mengampuni. Banyak orang mendengar tentang kesetiaan, tetapi ia tidak setia. Banyak orang mendengar Firman tentang kekudusan hidup, keadilan, belaskasihan, dan banyak lagi, tetapi sedikit orang yang mau melakukan itu semua. Tuhan menginginkan kita melakukan Firman Tuhan dengan setia; dengan Konsisten; yang dalam keadaan apapun, dalam keadaan senang, atau dalam keadaan susah, bahkan kondisi terjepit sekalipun, kita tetap setia melakukan akan Firman Tuhan. Tuhan Yesus pernah berkata: orang yang mendengar Firman Tuhan tetapi tidak melakukannya, ia seperti orang bodoh yang mendirikan rumah diatas pasir. Dimana ketika angin melanda, robohlah rumah itu. Saliknya orang yang bijak adalah orang yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan itu.

Inilah kunci atau rahasia keberuntungan bagi kita orang percaya: Mendengarkan, merenungkan, serta melakukan Firman Tuhan dengan setia. Menarik kalau kita perhatikan Alkitab kita. Kalau kita mencari semua ayat yang berbicara tentang keberuntungan, kita akan menemukan ada kurang lebih 8 ayat yang memiliki bunyi yang sama: “Jika kamu mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan, maka kamu akan beruntung.” Alkitab secara sistematis menyampaikan satu rahasia yang sama untuk mendapatkan keberuntungan, yaitu “mendengar dan melakukan Firman Tuhan.”
Memang terkadang kita merasa bahwa tidak ada kait mengait antara mendengar dan melakukan Firman Tuhan dengan berkat yang kita dapat dalam hidup ini. Tapi pada kenyataannya banyak sekali orang yang betul-betul mendapatkan berkat dari kebergantungannya akan Firman Tuhan. Desember yang lalu saya melayani di GKKA Balikpapan selama satu bulan. Kebetulan karena masa tenggang KTP saya habis, maka saya berniat untuk pulang kampung (di Samarinda), yang tidak jauh dari Balikpapan untuk mengurus KTP saya. Kurang lebih selama 4 hari saya berada diSamarinda. Tapi saya bersyukur, karena dalam 4 hari itu saya mendengar seorang kawan saya menyaksikan cara kerja Tuhan yang luar biasa. Ia bercerita ketika kami pergi keluar bersama. Saya tau ia bukan orang yang sungguh-sungguh percaya Tuhan. Ia tidak terlalu suka ke gereja. Tetapi karena dorongan istrinya maka iapun pergi kegereja. Pertama istrinya meminta dia untuk memberikan perpuluhan. Dia mengatakan: awalnya saya jengkel sekali. Orang usaha masi susah, mesin cetak sering rusak, ngapain sih kasi perpuluhan. Itu yang ada dalam benaknya. Karena itu setiap memberi perpuluhan ia merasa berat dan tidak iklas. Namun sampai suatu titik ketika ia mengalami masalah dalam pekerjaannya, ia tersadar bahwa berkat dalam hidupnya itu berasal dari Tuhan. Ia mulai pasrah kepada Tuhan, dan kejadian itu membuat dia tidak lagi bersungut-sungut dalam memberikan perpuluhan. Tapi setelah itu ia saya ingat sekali perkataannya. Ia berkata “Tapi tau gak, ketika saya memiliki hati yang berserah dan pasrah kepada Tuhan, ada aja berkat Tuhan yang tidak disangka-sangka. Pekerjaan jadi semakin maju. Saya sendiri bingung kok bisa demikian.” Saya kira inilah cara kerja Tuhan. Ia memberikan berkat lebih kepada orang yang merenungkan Firman-Nya dan melakukannya.

RAHASIA MERAIH KEBERUNTUNGAN (Ulangan 28) # 1






Dalam kesempatan kali ini ijinkan saya mengucapkan Gong Xi Fat Choi, Shangdi Zhufu, Wang Shi Ru Yi, Shenti Jiankang, , dan tidak lupa “Hong Bau la lai”. (Saya teringat dari kecil kami 5 bersaudara selalu diajarkan untuk mengucapkan kata-kata ini kalau ketemu orang yang lebih tua, kecuali kalimat yang terakhir ‘hong bau la lai’ nya ga usah diucapkan. Namun walau dibilang jangan diucapkan seringkali kami tetap mengucapkannya untuk menggoda orang yang lebih tua).

Hari ini kita bersama-sama merayakan imlek. Kalau ditanyakan: apa sih yang biasa diharapkan orang Tionghoa pada saat Imlek? Apa sih yang banyak diharapkan seorang dalam memasuki tahun yang baru? Saya kira jawabannya hanya satu: Rejeki, berkat, atau keberuntungan. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Hal itu terlihat jelas dari latar belakang atau filosofi yang terkandung dalam setiap tindakan atau budaya yang dilakukan kebanyakan orang pada saat imlek.

Misal saja kita tau bahwa pada saat Imlek, warna yang paling mendominasi adalah warna merah. Di beberapa tempat memasang bunyi petasan yang begitu ribut sepanjang hari. Ternyata ada kisah dibalik kebiasaan-kebiasaan tersebut. Orang China itu percaya pada sebuah mitos. Menurut cerita, dahulu ada seekor binatang ganas yang bernama ‘nien’. Binatang ini takut hawa panas dan sangat malas; kalau satukali tidur, tidurnya sampai satu tahun dan bangunnya pada waktu tengah malam menjelang tahun baru imlek. Begitu bangun, karena lapar, maka ia berjalan kesana-kemari untuk mencari makanan. Semua hal akan dimakannya, baik hasil ladang, hasil panen, ternak, dan terutama makanan kesukaaannya adalah manusia. Karena itu menjelang tahun baru masyarakat selalu berada dalam keadaan takut. Mereka takut menjadi santapan binatang itu. Sampai ada seorang pintar yang menemukan carai mengusir hewan ini yaitu dengan menggunakan petasan. Katanya ia pernah mencoba mengusir nien dengan petasan dan ternyata berhasil. Bukan hanya itu, seorang warga pernah melihat nien lari ketakutan melihat anak kecil yang berbaju merah. Mereka baru sadar bahwa hewan nien tersebut takut dengan warna merah. Lantas setiap menjelang tahun baru semua rumah di cat dan pernak-pernik di hiasi dan didominasi dengan warna merah. Semua ini dilakukan agar mereka tidak mengalami kerugian. Melainkan berkat yang mengalir atas rumah mereka..


Bukan hanya itu, bagi beberapa orang Chinese lainnya melakukan ritual yaitu dengan sembahyang kepada dewa dapur. Menurut kepercayaan orang Tionghoa, 1 minggu sebelum Imlek biasanya dewa dapur naik ke langit untuk menghadap kepada Tuhan Allah. Untuk menghindari laporan yang buruk oleh dewa dapur kepada Tuhan Allah, maka sebelum naik ke langit, diadakan upacara sembahyang dengan menyajikan sesajen yang sifatnya manis-mansi dan kue keranjang yang mengandung pelekat. Maksudnya sesajen yang manis-manis adalah agar laporan dewa dapur tentang tentang mereka hanya yang manis-manis saja. Yang buruk tidak usah dilaporkan. Sedangkan sesajen yang mengandung pelekat seperti kue keranjang dan sebagainya diberikan dengan tujuan agar dewa dapur sukar menyampaikan laporan yang jelek, karena mulutnya lengket. Semua ini mereka lakukan agar sepanjang tahun yang baru, hidup mereka penuh dengan berkat yang manis-manis.

Budaya lainnya lagi yang masih terus dilakukan, bahkan oleh orang Kristen adalah kegiatan membersihkan rumah. Pada umummnya menjelang imlek, seluruh keluarga akan kerja bakti membersihkan rumah. Debu-debu dibuang keluar sebagai petanda buang sial di tahun yang lalu. Semua yang kotor-kotor di tahun lalu dibuang. Namun setelah memasuki tahun baru, mereka tidak boleh menyapu rumah lagi saat bertepatan dengan imlek. Mereka percaya bahwa kalau menyapu rumah di hari itu maka berkat atau rejekinya juga akan disapu keluar. Kalau terpaksa harus menyapupun kalo bisa kotoran di rumah disapu ke sudut-sudut rumah saja, agar rejekinya tidak kemana-mana.

Semua kebiasaan atau budaya imlek ini sekali lagi menunjukkan kepada kita bahwa yang paling diharapkan pada saat imlek adalah rejeki, berkat atau keberuntungan. Memang tidak ada satu orangpun yang ingin mengalami kerugian dalam hidupnya. Saya kira bukan hanya orang-orang Tionghoa, namun semua manusia diseluruh dunia ini ingin mendapatkan keuntungan. Oleh sebab itulah banyak orang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal untuk mendapatkan keberuntungan. Seperti memasang boneka kucing untuk melariskan dagangan. Beberapa lagi sangat percaya dengan fengsui dalam membangun rumah. Pintu harus menghadap ketimur, wc tidak boleh ditengah ruangan, tempat tidur tidak boleh berhadapan dengan jendela dan sebagainya. Ada juga ritual kecil para pedagang pasar, dimana setiap kali dagangannya laku, ia akan melibaskan uang dari pembeli itu ke barang dagangannya sambil berkata “laris,laris,laris”, dengan harapan dagangannya semakin laku. Masih banyak lagi cara-cara orang untuk mendapatkan keberuntungan. Bahkan ada orang yang rela melakukan banyak kecurangan untuk meraup keuntungan. Lihat saja para koruptor. Dengan cara yang begitu licik mereka berupaya untuk mendapatkan keuntungan.
Namun benarkah semua itu dapat membuat kita beruntung? Benarkah semua ritual-ritual yang diciptakan oleh manusia dapat membawa kita kepada keberuntungan? TIDAK! Amsal 10:22 menuliskan “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” Alkitab mengatakan bahwa berkat itu jelas datangnya dari Tuhan. Orang China mengatakan berkan itu datangnya dari Tien / langit. Tapi apakah yang dapat diberikan langit? Tidak ada selain hujan dan petir. Berkat itu jelas datang dari Tuhan. Bukan sembarang Tuhan; tetapi berkat itu dari Tuhan yang menciptakan langit, yang berdaulat dalam sejarah, yang hadir kedunia dalam rupa manusia yang bernama Tuhan Yesus.

Saya tertarik dengan sebuah buku yang berjudul: Menemukan Tuhan dalam aksara Tionghoa. Buku ini memaparkan banyak aksara Tionghoa dimana kalau kita telusuri sumbernya maka kita akan ketemukan bahwa banyak konsep yang ada dalam aksara China yang serupa dengan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan. Misalnya kata ‘Fu’ = Kebahagiaan. Ternyata kata ini tersusun dari kata ,Tuhan + Satu+ Mulut (orang) + Taman, yang mengingatkan kita kisah di taman eden, dimana kebahagiaan sejati ditemukan pada saat manusia berada di taman eden, hubungan dengan Tuhan belum terpisah. Menariknya ada satu kata lagi yaitu ‘Xiang’ = Keberuntungan, yang kalau diperhatikan kata ini berasal dari kata Tuhan + anak domba. Dari dulu mereka sadar bahwa keberuntungan itu berasal dari Tuhan pencipta langit dan bumi. Bukan hanya Tuhan pencipta langit dan bumi, tetapi Tuhan yang mau menjadi manusia, yang menjadi anak domba untuk disembelih untuk pengampunan dosa manusia.

Sunday, January 15, 2012

TUHAN PERISAI HIDUPKU (Mazmur 3) #3



Dibait terakhir, yaitu bait ke-3, setelah Daud berseru kepada Tuhan, ia tidak berhenti sampai disana. Tetapi Daud menyatakan imannya ditengah-tengah pergumulannya. Banyak orang yang berseru kepada Tuhan, tetapi kemudian ia tidak yakin pada pertolongan Tuhan. Karena itu ia tetap merasa cemas dan khawatir. Tetapi Daud berbeda. Setelah ia berseru ia memilih untuk beriman kepada Tuhan. Menarik sekali di ayat 6 Daud berkata “Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!” Saya suka sekali ungkapan ini. Pada umumnya orang yang sedang berada dalam teror itu akan menjadi sukar tidur. Ketakutan, kecemasan, persoalan-persoalan acapkali memaksa dia untuk berpikir lebih keras dan membuatnya susah untuk tidur. Sebuah artikel yang pernah saya baca mengatakan setelah kejadian krisis moneter yang menimpa negara Amerika beberapa tahun lalu, dikatakan penjualan obat pil tidur semakin meningkat. Banyak orang yang susah untuk tidur sehingga harus menelan pil untuk membantunya tidur. Itu respon orang yang terteror permasalahan pelik pada umumnya. Tetapi Daud mengatakan “Aku membaringkan diri, lalu tidur, aku bangun.” Saya membayangkan seperti tukang becak dalam foto ini.
Dia dapat tidur nyenyak dan tentram walaupun suasana dipinggir jalan yang ribut suara motor. Saya kira keadaan Daud jauh lebih dari itu. Seakan tidak merasa khawatir, dia menyatakan bahwa ia mampu tidur dengan tenang dan nyenyak walaupun ada banyak masalah menghinggapi dia. Mengapa bisa? Kalimat selanjutnya mengatakan “.... sebab Tuhan menopang aku.”

Pernyataan iman itu lebih dipertegas lagi di ayat 7 dimana Daud berkata “aku tidak takut pada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.” Sekali lagi ini kalimat yang menarik. Ia membandingkan dirinya yang hanya satu orang melawan musuh-musuhnya yang puluhan ribu orang. Secara logika jelas Daud kalah jauh. Kalau semisal kita sedang berperang, saya yang berdiri dimimbar ini melawan saudara yang berada di bawah mimbar (sekitar ratusan orang), sudah jelas saya pasti kalah. Apalagi Daud seorang diri menghadapi puluhan ribu orang. Jelas ia akan kalah. Tapi Daud berkata “Aku tidak takut”. Mengapa ia tidak takut? Di ayat 8 memberi alasannya. Karena dia yakin bahwa Tuhanlah yang akan menolong dirinya, dan Tuhanlah yang akan berperang bagi dia. Daud meresponi seruan doanya dengan beriman kepada Tuhan. Dalam hatinya ia yakin bahwa Tuhan pasti mendengarkan seruanya. Ia tau bahwa Tuhan suka terhadap anak-anak yang berseru kepada-Nya. Karena itu ia dapat merasakan tenang dan damai sejahtera, tanpa merasa takut. Karena ia sudah menyerahkan semuanya kedalam tangan Tuhan.

Memang hal yang paling kita butuhkan untuk menghadapi segala teror dalam hidup kita adalah ‘iman’. Iman bukannya menghilangkan segala permasalahan itu, tapi iman memampukan kita untuk kuat menghadapi teror-teror tersebut. Iman tidak membuat suasana sekitar kita menjadi tenang, tapi imanlah yang mententramkan hati kita.

Ada seorang gadis buta yang hanya memiliki seorang ayah, sementara ibunya sudah meninggal. Gadis buta ini tidak memiliki siapa-siapa selain daripada ayahnya. Mereka berdua tinggal disebuah apartemen berlantai 10 di tengah-tengah kota. Suatu malam ketika sang ayah sedang keluar untuk membeli makanan, sementara anaknya seorang diri diapartemen itu, tiba-tiba kebakaran besar terjadi. Perlahan namun pasti, api itu terus menjalar melalap apartemen itu. Gadis buta ini sadar bahwa sedang terjadi kebakaran di apartemen itu. Ia mulai susah bernafas karena asap yang menebal. Karena itu cepat-cepat ia meraba-raba mencari jendela terbuka untuk dapat bernafas. Walaupun ia tidak dapat melihat tapi ia dapat merasakan panas api yang semakin besar. Dalam hatinya, celakalah saya. Bagaimana mungkin saya dapat lolos dari kebakaran ini. Tiba-tiba ada suara dari bawah, yaitu suara pemadam kebakaran yang berteriak “Nak, lompat nak...lompat....”. Tenyara para pemadam kebakaran itu telah membentangkan kain yang tebal dan lebar untuk menolong orang yang akan melompat dari gedung. Tetapi gadis itu berteriak “saya takut melompat.... Saya buta... saya tidak dapat melihat...” Petugas kebakaran itu berteriak lagi “Kalau kamu tidak melompat maka kamu akan mati.... Ambil resiko... lompatlah”... Saya kira bukan hal yang mudah untuk melompat dari apartemen lantai 10. Apalagi melompat dengan mata yang tidak dapat melihat. Itu seperti sebuah teror yang menakutkan. Tapi ditengah kekacauan dan kepanikannya, tiba-tiba ada suara lain yang berteriak “Sayang... lompatlah... Saya akan menangkapmu...” Gadis itu lantas tersenyum dan berkata “Baiklah papa, saya akan lompat.” Segala ketakutan si gadis buta ini mendadak sirna ketika mengetahui ada papanya yang menjaganya, yang tidak akan membiarkannya terjatuh dan terluka. Karena itu ia dapat tersenyum walau ia harus melompat.

Saudaraku, kitapun memiliki bapa diSurga yang mengasihi kita bukan? Dan Firman Tuhan juga pernah berkata bahwa : Ia tidak akan membiarkan kita jatuh tergeletak, sebab tanganya menopang kita bukan? Karena itu mari kita belajar untuk lebih beriman dan percaya akan pertolongan Tuhan terhadap apapun juga yang menjadi teror kita di tahun 2012 ini. Teror apapun yang menghantui saudara, baik itu teror ekonomi, keluarga, sakit penyakit, dsb, mari kita belajar untuk mengandalkan kekuatan Tuhan, berseru kepada-Nya, dan jangan lupa untuk beriman bahwa Tuhan pasti menolong. Ingat, Tuhan adalah perisai kita.

TUHAN PERISAI HIDUPKU (Mazmur 3) #2





Ia melanjutkan Mazmurnya dalam bait yang kedua. Jika Bait pertama merupakan pernyataan akan pergumulan kehidupannya, di bait kedua ini berisi akan respon terhadap pergumulan itu. Respon apa yang dilakukan oleh Daud? Ayat 5 jelas menuliskan bahwa “Dengan Nyaring aku berseru kepada Tuhan.” Ditengah teror yang menakutkan itu, bukannya ia mengandalkan kekuatannya, dan bukannya mencari pertolongan manusia, tetapi Daud berseru kepada Tuhan dengan nyaring. Kenapa harus dengan suara nyaring? Saya kira bukan karena ia menganggap Tuhan itu tuli, tapi lebih karena pergumulan yang terlalu beratlah yang membuat ia berteriak dan berseru kepada Tuhan. Ya... Daud memilih berseru kepada Tuhan.

Saya teringat dengan peristiwa yang pernah terjadi dengan anak sekolah minggu saya sewaktu di Malang. Suatu hari sore-sore saya ditelpon oleh orangtuanya minta tolong didoakan, karena anaknya mengalami patah tulang. Saya segera menghampiri kerumahsakit tempat anak itu berbaring. Disana mamanya bercerita demikian: sewaktu mereka sedang piknik ke taman bermain. Tiba-tiba ia mendengarkan suara orang jatuh dengan keras. Ternyata anaknya main di tiang gantung dan terjatuh dengan siku yang membentur tanah. Menariknya respon pertama ketika anaknya terjatuh anak itu berteriak: mama, mama....doakan ma..doakan ma”. Tuhan menjadi orang pertama yang dicari anak itu.

Itu juga yang dilakukan oleh Daud. Dalam pergumulan yang begitu berat ia memilih untuk bergantung dan berseru kepada Tuhan. Mengapa? Diayat 4 dengan jelas menyatakan karena bagi Daud, Tuhan itu adalah perisai. Ya.... Daud menggambarkan Tuhan itu seperti perisai yang mampu melindungi hidupnya dari segala serangan musuh. Memang Daud berkali-kali menyatakan Tuhan sebagai tempat berlindung. Ia pernah menggambarkan Tuhan seperti gunung batu, tempat pelarian terbaik pada waktu itu. Ia pernah menggambarkan Tuhan sebagai kota benteng, kota perlindungan. Selain itu Daud juga pernah menggambarkan Tuhan seperti gembala yang baik, yang selalu melindungi domba-dombanya. Kali ini ia mengatakan bahwa Tuhan itu adalah perisai. Semuanya itu gambaran bahwa Tuhan adalah satu-satunya tempat perlindungan. Bagi Daud tidak ada tempat perlindungan yang lebih aman dan nyaman daripada berlindung kepada Tuhan. Karena itu di ayat 9 yang merupakan kesimpulan, Daud berkata “Dari Tuhan datang pertolongan, berkat-Mu atas umat-Mu” Ya hanya dari Tuhan saja datangnya pertolongan.

Bagaimana dengan saudara di tempat ini? Bagi saudara siapakah Tuhan itu? Atm, yang kalau diminta pasti dapat? Ban serep, yang hanya kalau dibutuhkan baru digunakan, tapi kalau tidak disimpan lagi? Atau Apakah Saudara juga menganggap Tuhan juga sebagai perisai tempat perlindungan sama seperti Daud? Apakah saudara mengandalkan Tuhan dalam menghadapi tahun 2012 ini? Apakah Tuhan menjadi tempat perlindungan bagi saudara setiap hari? Atau jangan-jangan saudara lebih mengandalkan kekuatan sendiri dalam menghadapi persoalan hidup saudara.

Hari ini Daud mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah perisai, tempat perlindungan kita. Sudah banyak orang Kristen yang mengalami betapa Tuhan itu tempat perlindungan. Dari zaman pemazmur, rasul-rasul, bapak-bapak gereja, sampai saat inipun banyak yang merasakan bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan. Martin Luther, seorang tokoh reformator yang berkali-kali nyawanya terancam karena membela kebenaran pernah mengarang lagu yang mengatakan “Allah bentengku yang teguh, pasti ku tak akan goyah.” Ia menemukan bahwa Tuhanlah tempat perlindungannya. Saya suka sekali sebuah lagu lama yang mengatakan “Tuhanlah perlindunganku, Dialah kekuatanku, penolong diwaktu susah, amat terbukti. Haleluya-haleluya...ku mau puji Dia... Haleluya-haleluya, ku mau sembah dia”... Lagu ini terus mengingatkan kepada kita bahwa hanya Tuhanlah tempat perlindungan kita. Ya.... Tuhan memang dapat kita andalkan. Tuhan dapat selalu menjadi tempat perlindungan kita. Karena itu mari dalam segala pergumulan yang meneror kita, mari kita responi dengan berseru kepada Tuhan.

Saturday, January 14, 2012

TUHAN PERISAI HIDUPKU (Mazmur 3) #1



Baru-baru ini saya membaca artikel tentang kehidupan anak kecil. Disana dikatakan bahwa seorang anak kecil acapkali sering mendapatkan ‘teror-teror’ dari sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh orang dewasa. Ada anak kecil yang takut patung. Padahal ia sudah tau patung itu tidak dapat bergerak. Tetapi dalam bayangannya patung itu bisa sewaktu-waktu bergerak dan mengganggu dia. Ada anak kecil yang merasa terteror ketika bertemu seorang dokter. Saudara saya waktu kecil punya ketakutan ini. Ketika dibawa kedokter gigi oleh papa saya, mendadak dia melompat dari vespa yang dikendarai papa saya dan berlari kencang pergi masuk ke jalan-jalan kecil. Akhirnya terjadilah peristiwa kejar-kejaran di antara papa dan koko saya. Ada juga yang takut jarum suntik, yang tiap kali disuntik langsung pingsa. Ada juga anak kecil yang takut dengan sinterklaus seperti gambar ini; dsb.



Kita mungkin tertawa melihat gelagat anak kecil dengan ketakutan-ketakutannya dengan hal yang masuk akal. Namun sadar atau tidak sadar, ternyata perasaan di teror itu juga dialami oleh orang-orang dewasa. Walaupun teror-teror itu tidak seperti yang dialami seorang anak kecil, tetapi kita tidak dapat memungkiri bahwa ada banyak teror yang acapkali membuat kita takut dan cemas. Dan teror yang dihadapi seorang dewasa jauh lebih real/nyata dari apa yang dialami oleh anak kecil. Masalah ekonomi yang begitu menakutkan. Kita diteror akan harga barang yang terus melambung, mata uang rupiah yang terus melemah, dan masalah-masalah pekerjaan yang memberatkan kita. Atau mungkin ada sakit penyakit yang sedang meneror hidup kita. Kita sudah bergumul sekian lama, tapi sakit penyakit itu tidak kunjung pergi. Atau mungkin kita tidak sedang sakit. Namun karena usia yang terus bertambah, kita merasa takut kalau-kalau kita juga terserang sakit penyakit yang mematikan. Dan akhirnya kita terteror olehnya. Ataukah juga masalah keluarga. Kita terteror dengan pergaulan buruk anak-anak atau sikap pasangan kita. Kita terteror dengan perlakuan buruk di masa lalu. Kita terteror oleh ancaman perpecahan keluarga. Mungkin kita diteror oleh orang luar yang hendak merusak bahtera rumah tangga kita. Salah seorang jemaat yang pernah saya temui (bukan di Makassar) pernah bercerita. Dulu dia itu seorang muslim. Kemudian karena suaminya dia menjadi mengenal Tuhan, dan dia bersyukur bisa percaya Tuhan. Tapi beberapa tahun ia menikah, akhirnya datanglah orang ke-3 yang berusaha menghancurkan rumah tangganya. Akhirnya suaminya berselingkuh. Kacaunya, ternyata selingkuhannya itu beragama muslim. Dan suaminya menjadi muslim untuk menikahi selingkuhannya. Terus dia menyaksikan akan betapa sakitnya hatinya. Setiap hari rasa marah, bingung, benci, sedih, semua bercampur aduk meneror hidupnya.

Mungkin kitapun yang ada di tempat ini juga sering merasakan teror-teror itu. Masalah-masalah pribadi yang menghinggapi kita memberikan kita rasa takut, cemas, kesepian, ketakutan, kemarahan, kekhawatiran, dsb. Dan perasaan-perasaan negatif ini terus meneror kita setiap saat. Mungkin bertahun-tahun kita terteror dengan pergumulan-pergumulan itu. Dan teror itu terus menghantui kita, bahkan sampai di tahun 2012 ini. Mungkin di tahun 2012 ini rentetan teror lainnya sedang menanti kita. Kita tidak tau apa yang akan terjadi.

****

Karena itu dalam renungan kali ini saya ingin mengajak saudara belajar dari Daud, secara khusus dalam Mazmur 3 yang sudah kita baca. Mengapa? Karena dalam Mazmur ini Daudpun sedang merasakan terteror yang hebat menghantui dia. Tetapi kabar baiknya ia berhasil keluar dari perasaan terteror itu. Karena itu mari kita pelajari bersama mazmur 3 ini.

Mazmur 3 ini merupakan sebuah pujian atau lagu yang diciptakan oleh Daud waktu itu. Ini merupakan jenis mazmur ratapan, yaitu sebuah mazmur yang menyatakan pergumulan atau keluhkesah dari pada si pemazmur. Pujian ini terdiri dari tiga bait yang di tandai dengan 3 kali kata sela (seperti kidung pujian yang berbait-bait). Menarik kalau kita perhatikan, Pemazmur membuat pujian atau mazmurnya ini secara progresif. Mari kita liat satu persatu.

Bait pertama menyatakan akan pergumulannya yang berat yang dihadapi Daud. Di awal pujiannya ia berseru: “Ya Tuhan, Betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku.” Apa yang terjadi? Di ayat pertama menjelaskan akan latar belakangnya yaitu ketika Daud lari dari kejaran Absalom anaknya. Kalau kita membaca dari 2 Samuel pasal 15-18 kita akan tau apa yang terjadi. Pada waktu itu Absalom telah membuat kesepakatan yang curang. Dalam hatinya ia berniat untuk menggeser posisi ayahnya. Dengan cerdik setiap hari ia berdiri didepan pintu gerbang kerajaan. Sehingga setiap siapapun juga yang ingin menghadap raja, ia akan berkata: percuma kamu menghadap raja, dari pihak raja tidak ada seorangpun yang mendengarkan engkau. Lalu semua rakyat israel yang hendak menyelesaikan masalahnya, semuanya diselesaikan oleh Absalom. Dengan demikian ia berhasil merebut hati banyak orang Israel. Sehingga semakin lama semakin banyak rakyat yang condong kepada dia dan mulai membenci kerajaan Daud.

Setelah terkumpul banyak pengikutnya maka iapun memulai untuk melakukan sabotasi. Dia merencanakan pengangkatan dirinya menjadi raja dan penurunan jabatan raja milik ayahnya. Daud yang mendengar hal ini terpaksa melarikan diri. Disatu sisi ia tau bahwa kekuatan yang dihimpun Absalom sudah besar. Bisa saja suatu saat pasukan anaknya membunuh dia. Disisi lain kalau Daud dan pasukannya menyerang, mungkin saja bisa. Tapi resikonya ia akan melukai anaknya, bahkan mungkin membunuhnya. Seandainya musuh itu orang lain mungkin dia bisa melakukan strategi perlawanan. Tapi ini yang menjadi musuh dihadapannya tidak lain adalah anak kandungnya sendiri.

Coba bayangkan perasaan Daud. Saya kira perasaan takut, cemas, bingung, dan terutama sedih meneror dirinya. Karena itu dalam 2 Samuel 15:30 mengatakan “Daud mendakit bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut.” Yang menyatakan betapa sedihnya ia. Apalagi diayat 3 musuh-musuhnya mencibir dia dengan berkata “Baginya tidak ada pertolongan daripada Allah.” Musuhnya seakan berkata “Tuhan sudah meninggalkan Daud dan mengurapi absalom. Tuhan sudah tak peduli terhadap Daud... tidak ada pertolongan dari Tuhan...” Hal ini saya kira tambah menekan Daud. Daud sadar bahwa ia adalah manusia berdosa. Ia tau bahwa Tuhan pernah marah kepada Daud karena perbuatannya meniduri Batsyeba dan membunuh Uria. Karena perbuatannya itu Tuhan marah menghukum keluarganya. Saya kira Daud merasa semua masalah yang dia alami itu dikarenakan hukuman dari apa yang pernah ia perbuat dulu. Karena itu ia takut. Ia takut kalau Tuhan telah meninggalkan dirinya. Ia tau bahwa tanpa Tuhan ia tidak mungkin bisa berbuat apa-apa. Karena itu Daud begitu tertekan. Daud hidup dalam teror-teror yang mengerikan.

Namun dalam keadaan demikian ia tidak mau berdiam diri. Ia tidak mau bersikap pasif terhadap tekanan-tekanan hidupnya. Ia juga tidak mau bersikap sembrono untuk menyelesaikan masalahnya. Ia menyadari bahwa hidup memang tidak pernah luput dari masalah dan persoalan yang selalu meneror hidupnya. Karena itu ia tidak berhenti di bait yang pertama saja.

Thursday, January 05, 2012

Skandal Sandal Di Mata Buku Kekal




Imamat 19:15 Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran.


"Tidak ada keadilan, dimana keadilan?" Demikianlah sorak dari para pendemo kasus skandal sandal yang tidak masuk akal. Bermula dari seorang anak remaja (inisial AAL)yang mungkin karena iseng pergi mencuri sandal milik oknum anggota polisi, akibatnya tak main-main, selain diinterogasi, bahkan dipukuli dengan tangan dan benda tumpul, ia juga terancam lima tahun bui.
Publikpun angkat suara, bahkan suara-suara itu sudah bergaung di berbagai belahan bumi. Masyarakat segera mengumpulkan banyak sandal jepit yang murahan itu untuk diberikan kepada oknum polisi.

Nyatanya memang AAL harus diakui bahwa ia bersalah. Namun yang membuat hal ini tidak masuk akal ialah, bagaimana mungkin pencuri sandaljepit (seharga 30rban) harus dituntut 5 tahun penjara. Padalah pelakunya hanyalah seorang anak kemarin sore, anak baru gede, yang mungkin cukup untuk dinasihati oleh orang yang dewasa. Tetapi malah diperlakukan keras seperti seorang dewasa. Karena itu pemerhati anak, Seto Muyadi mengatakan, pemidanaan AAL adalah salah satu contoh tindakan yang kejam terhadap anak. Baginya penjara bukanlah tempat yang baik untuk mendidik anak.

Sementara itu para koruptor yang memanipulasi uang negara, yang dengan uangnya mungkin dapat membeli 5 pabrik sandal sekaligus, menerima vonis yang lebih kecil dari pencuri sandal. Hal ini semakin menunjukkan bahwa hukum hanya keras terhadap orang lemah, tapi tak berdaya terhadap orang yang berkuasa. Hukum itu tajam kebawah, tapi tumpul ke atas. Tidak ada keadilan.

Hal seperti ini jelas tidak berkenan di hadapan Allah. Alkitab yang adalah Firman Allah pernah memberitahukan kepada kita untuk tidak berbuat curang dalam pengadilan. Ayat ini melanjutkan "janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran." Allah memerintahkan Musa untuk menuliskan hal ini dalam konteks kekudusan hidup. Bagi Allah, orang yang menjaga kekudusan salah satu sikap yang harus dimiliki adalah sikap adil, menjunjung kebenaran. Tidak memiliki keadilan, maka hidupnya tidka kudus. Allah membenci sikap ketidakadilan yang hanya mendukung orang berkuasa, tapi tidak untuk rakyat kecil. Setiap ketidakkudusan itu merupakan suatu kejijikan dimata-Nya.

Mungkin ini menjadi peringatan juga untuk para petinggi negeri yang sudah sadar bahwa dirinya keliru, tapi masih terus bernikmat dalam kecurangan-kecurangan, dan peringatan juga untuk para hakim yang mudah tergiur oleh uang.... peringatan apa? Peringatan bahwa suatu saat Allah sendiri yang akan bertindak, karena Ia membenci ketidak adilan.

Wednesday, January 04, 2012

Ujian Di ‘Padang Gurun’



Ulangan 8:2a “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kau lakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama 40 tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu”

Dalam menjalani kehidupan ini tidak bisa dipungkiri bahwa kita akan melewati banyak “padang gurun” yang begitu menyesakkan kita. ‘Padang gurun’ kehidupan ini bisa menjelma dalam masalah keluarga, krisis ekonomi, pekerjaan, dsb. Yang pasti ‘padang gurun’ ini dapat membuat kita putus asa dan kehilangan pengharapan. Namun harus kita sadari bahwa seringkali Tuhan menggunakan situasi ‘padang gurun’ itu justru untuk mendidik dan mendisiplin anak-anak-Nya. Umat Israel sengaja ditempatkan di padang gurun selama kurang lebih 40 tahun karena Tuhan sendirilah yang ingin membentuk dan merendahkan hati mereka. Kesenangan acapkali mengajarkan seseorang untuk menjadi angkuh dan egois. Sedangkan pergumulan acapkali membentuk hati seseorang untuk lebih rendah hati. Karena itu jika engkau berada dalam ‘padang gurun’ saat ini, ingatlah, mungkin ada didikan Tuhan yang ingin disampaikan kepadamu.

Monday, January 02, 2012

Pengenalan Akan Tuhan



Filipi 3:10 “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia ....”

Apakah yang menjadi harapan anda di tahun 2012 ini? Apa yang menjadi kerinduan utama anda sebagai orang Kristen? Rindu akan berkat Tuhan? Rindu segala permasalahan anda dibereskan? Rindu akan persekutuan yang intim dengan sesama orang Kristen? Rindu melihat gereja kita menjadi megachurch? Atau apa?

Menarik kalau kita melihat apa yang pernah menjadi kerinduan dari Paulus, dimana ia berkata “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia”. Siapakah Paulus? Bukankah dia seorang yang sudah sangat mengenal Tuhan? Ia pernah mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara langsung yang membuatnya menerima pertobatan. Dia pengajar kitab suci yang mana ajaran-ajarannya terus diperbincangkan sampai hari ini. Dia seorang yang berkuasa: bisa menyembuhkan, tidak mati ketika digigit ular, mampu melakukan mujizat. Hidup Paulus dipenuhi oleh Roh Kudus. Apalagi ketika ia menuliskan surat Filipi ini ditulis di akhir hidupnya, dimana ia banyak mengalami pengalaman indah bersama dengan Tuhan Tuhan dan banyak pencerahan untuk menuliskan surat-surat yang berisikan doktrin dan teologi yang kental. Tetapi walau demikian ia tetap berkata "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia..." Ia merindukan untuk lebih mengenal Tuhan lebih dan lebih lagi. Baginya pengenalan akan Tuhan adalah proses yang harus terus dikejar seumur hidupnya.

Semestinya itu jugalah yang harus menjadi kerinduan utama kita sebagai anak-anak Tuhan: Semakin hari semakin mengenal Tuhan. Semakin dalam kita mengenal Dia, semakin kita tahu bahwa kita masih belum mengenal Dia. Dan semakin kita belum tahu bahwa kita belum mengenal Dia, semestinya itu juga yang mendorong kita untuk terus berupaya untuk semakin mengenal Tuhan. Biarlah ini juga yang menjadi kerinduan kita di tahun 2012. Mengenal Tuhan yang hidup, yang berdaulat atas sejarah, termasuk atas tahun 2012 ini.