Sunday, August 26, 2012

Menyebranglah Kemari dan Tolonglah Kami (kis. 16:4-12) #3



2.      Taat/ segera melakukan kehendak Tuhan.
Satu minggu yang lalu salah seorang jemaat berkata kepada saya setelah mendengarkan khotbah di hari minggu:  “Fong, saya kira jemaat sudah sering mendengar perintah untuk memberitakan injil seperti ini.  Kayaknya khotbah seperti ini sudah sering kita dengarkan, dan kita sudah tau semua.  Tapi toh hasilnya sampai sekarang sama aja.  Jumlah jemaat tetap-tetap aja.”   Setelah merenungkan mengapa ini bisa terjadi, saya menemukan bahwa seringkali ini terjadi karena kita hanya membiarkan Firman Tuhan itu bekerja dalam otak dan hati saja, tapi tidak pernah kita tuangkan dalam tindakan.  Tapi kita harus menyadari, bahwa kepekaan tanpa ketaatan untuk melakukannya maka semuanya sia-sia.  Percuma kita peka akan kehendak Tuhan, tetapi jika kita tidak taat dan segera melaksanakan kehendak itu, maka kita belum mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam diri kita.
Mari kita melihat kembali kepada sikap Paulus.  Setelah ia mendapatkan penglihatan tentang orang Makedonia yang berseru “Menyebranglah kemari dan tolonglah kami”, di ayat 10 dituliskan “Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.”  Dalam Alkitab terjemahan sehari-hari, dikatakan: Kami langsung pergi ke Makedonia.  Dalam versi bahasa Inggris juga dituliskan: immediately yang menunjukkan kesegeraan tanpa menunda-nunda.  Hal ini menunjukkan bahwa: Tanpa menunda-nunda lagi, Paulus segera  melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. 
Menariknya waktu saya menggali kata “Segera” ini, ternyata kata ini juga dipakai dalam beberapa kisah lain di alkitab.  Kata ini pernah dipakai ketika Yesus memanggil Petrus dan Andreas, ketika mereka sedang menjala ikan.  Ketika Yesus memanggil mereka, Petrus dan Andreas segera meninggalkan jala mereka, pekerjaan mereka, dan mereka memutuskan untuk mengikut Yesus.  Hal yang sama juga terjadi dengan Yakobus dan Yohanes, ketika mereka berdua diajak Yesus untuk menjadi murid Yesus, Alkitab menuliskan “Lalu mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.”  Pernah juga dituliskan ketika Petrus berjalan di atas air, dan lalu ia mulai ragu, lantas ia mulai tenggelam.  Alkitab menuliskan: “Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menangkap dia”.  Coba bayangkan jika Yesus menunda-nunda untuk menangkap Petrus? Pasti Petrus sudah tenggelam.  Kata segera ini juga yang dipakai untuk menunjukkan bahwa Paulus langsung pergi mengikuti apa kehendak Tuhan, yaitu ke Makedonia.
Memang segera bertindak merupakan sikap yang dikenan Tuhan.  Pernah dikisahkan ada seorang yang mendatangi Yesus dan berkata:  “Tuhan aku mau mengikuti Engkau, tapi ijinkalah aku menguburkan ayahku terlebih dahulu”  Apa respon Yesus?  Yesus mengatakan “Ikutlah aku, biarkan orang mati menguburkan orang mati.”   Ketika saya mempelajari kisah ini saya sempat bertanya-tanya.  Mengapa Tuhan begitu tega.  Orang mau menguburkan ayahnya apa salahnya.  Bukankah Yesus mengajarkan untuk menghormati orang tua yang telah mengasuh kita?  Kan menguburkan itu bagian penghormatan?  Kalau ada tim diakonia pada waktu itu mungkin mereka bisa protes sama Tuhan.  Kalau Yesus merupakan salah satu anggota gereja mungkin sudah disidang di rapat majelis.  Tetapi setelah saya mempelajari dengan baik, saya menemukan ternyata tidak seperti itu kisahnya.  Sebenarnya ayah dari orang ini belum meninggal.  Orang Yahudi punya kebiasaan jika ada seorang yang meninggal mereka langsung menguburkannya di hari yang sama.  Jadi jika memang ayah dari murid ini meninggal, tidak mungkin ia meninggalkan pemakaman hanya untuk bertemu Yesus sebentar.  Lagipula pasti bagi Yesus tidak masalah jika ia pergi menguburkan sebentar saja.  Namun pernyataan ini menunjukkan bahwa ayah orang ini belum meninggal.  Jadi pemuda ini seakan ingin berkata:  Tuhan saya mau mengikut Engkau, tetapi tunggu ayah saya meninggal, baru saya kuburkan, baru saya mengikut Engkau.  Dengan kata lain pemuda ini hendak menunda-nunda waktu.  Karena itu Yesus berkata:  Ikutlah aku, biarkan orang mati mengubur orang mati.
Yesus menginginkan sikap ketaatan dan kesegeraan dalam hidup anak-anak-Nya.  Setiap kepekaan akan kehendak Tuhan harus diiringi dengan kesegeraan untuk melakukannya.  Bagi Tuhan sikap menunda-nunda itu bukanlah sikap seorang murid.  Buat apa kita mengetahui kehendak Tuhan, tapi kita tidak melakukannya dengan segera.  Sebab itu mari kita meneladani sikap Paulus.  Ketika ia mengetahui bahwa Tuhan mau ia melayani di Makedonia.  Ia segera mencari kesempatan untuk pergi kesana tanpa menunda-nunda.  Dalam terjemahan lain dikatakan:  Kami segera memutuskan!  Ini berarti, kehendak Tuhan seharusnya bekerja sama dengan keputusan kita.  Atau dengan kata lain:  Kehendak Tuhan harus diiringi dengan ketaatan dan kesegeraan kita untuk melakukan kehendakNya.
Michael Barret Fisher, seorang misionaris dari Amerika, baru-baru bersaksi di doa malam di gereja kita.  Saya sangat terberkati dengan kesaksiannya ketika ia berusaha menginjili untuk suku-suku terabaikan.  Setelah datang ke Makassar, Michael selalu berdoa agar Tuhan menunjukkan jalannya untuk dia bisa menginjili daerah yang belum mendengar injil.  Kemudian pada waktu ia berbicara dengan salah satu orang di Makassar, orang itu berkata “pak Michael, kalau bapak mau, saya ada kenalan di Selayar.  Dia tokoh penting agama mayoritas di sana.  Bisa dibilang dia pemimpin di daerah itu.”  Tanpa berpikir panjang dan tanpa menunda-nunda, Michael Baret langsung mencari kesempatan untuk berjumpa dengan pemimpin di Selayar itu.  Ia membuat appointment dengan orang yang mengenalkannya, dan mereka berdua pergi bersama-sama berkunjung ke tokoh penting Selayar tersebut.  Awalnya mereka berkenalan, berbincang-bincang persahabatan, dan tidak berapa lama Michael memberanikan diri untuk menyampaikan injil.  Dia berkata: “Pak, apakah bapak mengenal baik tentang siapa nabi Isa?”  Tanpa di duga bapak itu menjawab “Wah kebetulan sekali.  Akhir-akhir ini saya sering bermimpi didatangi oleh nabi Isa itu.  Sepertinya Ia ingin berbicara sesuatu kepada saya.”  Kemudian ia meminta Michael untuk menceritakan lebih jelas tentang Isa.  Mereka bertemu dalam beberapa kali, dan pemimpin itu kini memiliki iman kepada nabi Isa yaitu Yesus Tuhan kita.  Seandainya Michael menunda-nunda waktu, mungkin ia tidak mendapat kesempatan yang baik itu untuk mengabarkan injil.
Karena itu saudara, jangan menunda-nunda dalam melakukan pekerjaan Tuhan.  Seperti yang kita tau, bulan Agustus ini gereja kita mengadakan bulan misi.  Sepanjang bulan ini kita dicegokin dengan banyak khotbah yang mendorong kita, memotivasi, mengingatkan kita untuk terus mengabarkan injil.  Disetiap minggu kita sudah mendengar suara Tuhan yang memerintahkan kita untuk menginjili.  Pertanyaannya maukah kita segera melangkah untuk pergi membagikan kabar baik tersebut?  Mau kah kita taat dan segera melangkah untuk menjalankan panggilan Tuhan itu?  Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membagi kabar baik itu.   Jika anda seorang majikan, cobalah untuk menceritakan tentang Tuhan kepada pembantu saudara, disertai dengan sikap hidup yang baik.  Jika anda seorang pemimpin sebuah perusahan, anda bisa mengadakah ibadah rutin seminggu sekali sebelum bekerja.  Ada banyak kesaksian orang yang dimenangkan melalui ibadah-ibadah kantor seperti ini.  Jika anda seorang anak, mari memberanikan diri mengenalkan Yesus kepada keluarga kita yang belum percaya dengan teladan hidup kita.  Saya sendiri ketika ada kesempatan terkadang bisa menginjili anak remaja lewat facebook atau bbm. 
Kesempatan selalu ada, tetapi keputusan ada ditangan kita.  Apakah kita mau menunda-nunda, ataukah kita mau segera melakukan perintah ini.  Mari, jalankan amanat Tuhan.  Segera kabarkan injil-Nya.  Selamatkan jiwa-jiwa yang menjerit minta tolong kepada kita.

Menyebranglah Kemari dan Tolonglah Kami (kis. 16:4-12) #2



1.      Peka terhadap kehendak Tuhan.
Berbicara soal ‘peka’, tidak bisa dipungkiri bahwa dunia kita sedang kehilangan kepekaan.  Sistem globalisasi dan kapitalis yang menyebabkan manusia semakin sibuk dan penuh persaingan, menjadikan manusia menjadi hampir seperti robot:  Bagus dalam bekerja.  Tapi buruk dalam empati dan perasaan.  Otak semakin terasah, tetapi hati semakin tumpul.  Tentu kita masih mengingat kisah bocah di China yang bernama .... ketika ia ditabrak sebuah mobil, tanpa peduli semua orang melewati anak ini begitu saja.  Bahkan ada mobil yang lewat terus menambah penderitaan anak ini dengan melindasnya untuk kedua kali.  Inilah gambaran keadaan manusia.  Dunia kita berubah menjadi dunia yang mengerikan.  Dunia tanpa perasaan dan empati.  Namun apa yang terjadi di dunia kita, ternyata sudah menular mempengaruhi dunia kekristenan.  Banyak orang-orang Kristen yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan, namun mereka tidak peka terhadap orang-orang yang disekitarnya.  Mereka tidak peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Terlebih lagi, mereka tidak peduli terhadap kerinduan Tuhan untuk membagikan injil kepada mereka yang belum mendengar injil tersebut.
Tentu saja itu bukan sikap yang tepat.  Sebagai anak-anak Tuhan setiap kita harus memiliki kepekaan akan panggilan Tuhan.  Paulus adalah seorang yang peka akan kehendak Tuhan.  Awalnya dia adalah seorang penganiaya orang-orang Kristen yang begitu terkenal.  Ia menangkap dan membunuh orang-orang yang percaya kepada Tuhan.  Namun singkat cerita ia mendapat belas kasihan Tuhan dan iapun ditangkap oleh Tuhan.  Pauluspun bertobat.  Setelah itu ia baru menyadari bahwa betapa besar kasih Tuhan terhadap dirinya yang begitu hina dan berdosa.  Hal itulah yang mendorong Paulus untuk terus membalas kasih Tuhan, bukan sekedar dengan kata-kata, tapi dengan tindakannya.  Semenjak itulah Paulus berusaha untuk menyelami hati Tuhan.  Dan ia menemukan bahwa Tuhan menginginkannya untuk menjadi pemberita injil, secara khusus kepada orang-orang non Yahudi.  Semenjak itu ia terus berkeliling ke tempat-tempat yang belum mendengarkan injil, untuk memberitakan injil.  Paulus belajar peka akan kehendak Tuhan.
Namun dalam mencari kehendak Tuhan terkadang kita bisa salah mengira antara maksud Tuhan dengan rencana kita.  Terkadang apa yang menjadi pemikiran kita belum tentu menjadi maksud Tuhan.  Itu yang dialami Paulus dalam perikop ini.  Ketika ia hendak pergi menginjili ke daerah Asia, dikatakan Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan disana.  Lalu Paulus berpikir untuk menginjili kedaerah Bitinia.  Namun sekali lagi, Roh Kudus yang disebut juga Roh Yesus itu tidak mengijinkan Paulus dkk.  Tidak jelas bagaimana Roh Kudus itu mencegah pergerakan injil Paulus dkk, mungkin lewat penglihatan, atau lewat nubuatan, atau kemungkinan besar disebabkan karena peristiwa-peristiwa sehari-hari.  Yang pasti Paulus tidak bisa masuk kedaerah-daerah itu.
Sebenarnya hal ini bisa membuat Paulus bertanya-tanya kepada Tuhan: Mengapa Tuhan tidak mengijinkan ia menginjili di dua tempat itu.  Bukankah itu ladang yang subur untuk diinjili?  Dan bukankah tempat-tempat itu juga belum mendengar injil?  Bisa saja Paulus melemparkan pertanyaan-pertanyaan itu.  Tapi ia tidak memilih langkah itu.  Ia tetap belajar dan berusaha untuk peka akan kehendak Tuhan.  Dalam hatinya ia yakin bahwa Tuhan memiliki maksud dalam semua hal yang dialaminya.
Sampai kemudian suatu malam, ketika ia tiba di Troas, ia mendapatkan penglihatan dimana seorang makedonia (yaitu orang eropa), berdiri dan berseru “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami.”  Barulah Paulus Sadar bahwa selama ini Tuhan melarang dia pergi ke dua tempat sebelumnya karena Tuhan mau Paulus menginjili di Makedonia, yaitu daerah Eropa.  Pauluspun peka akan maksud Tuhan.  Ia menundukkan dirinya dibawah pilihan dan maunya Tuhan.  Dan hasilnya luar biasa.  Ketika seorang tunduk dan peka terhadap kehendak Tuhan, maka kehendak Tuhan bekerja hebat atas orang tersebut.  Kita tahu Paulus akhirnya menjadi penginjil pertama di Eropa.  Dan kemudian pada abad-abad pertama sampai abad pertengahan, kita tahu bahwa Eropa merupakan tempat pusat dimana perkembangan teologi begitu pesat.  Marthin Luther, Calvin, Karl Barth, Thomas Aquinas, dan banyak lagi tokoh-tokoh besar lahir di Eropa.  Bahkan bisa dibilang agama Kristen Protestan adalah agama yang terlahir di daerah Eropa.  Semua tidak bisa disangkali oleh karena buah pelayanan Paulus.  Dan itu hasil kepekaannya akan kehendak Tuhan.
Seorang pemuda yang berasal dari Filipine, suatu saat dipanggil Tuhan untuk melayani menjadi hamba Tuhan.  Ia segera pergi ke Singapur untuk belajar teologi.  Ia bertekad setelah belajar di sana ia akan pulang ke negerinya untuk memberitakan injil.  Sewaktu di singapur, sebelum menyelesaikan studynya, ia mendapatkan kesempatan praktek di ladang terakhir kali.   Ia berharap bisa melayani di sebuah gereja.  Tapi karena satu dan lain hal, akibatnya ia mendapat ladang pelayanan di radio kristen disana.  Pertama dia sangat tidak menyukai tempat itu.  Karena tidak pernah sedikitpun berpikir untuk menjadi penyiar radio.  Tapi karena keadaan terpaksa akhirnya ia berusaha mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik.  Sesekali dia merasa putus asa dan kecewa dengan penempatannya.  Ia selalu berpikir untuk bisa jadi seorang pendeta di gereja.  Tapi ia tetap berusaha tunduk terhadap maunya Tuhan.  Ia pun belajar untk menjadi penyiar radio di sana.  Sampai suatu saat, ia mendapatkan surat dari sebuah perusahaan di Filipin, di surat itu menawarkan dia untuk membangun siaran radio Kristen di Filipina.  Karena di Filipina belum ada radio Kristen, dan tidak ada orang Kristen yang berpengalaman untuk mengurusi radio.  Akhirnya setelah praktek pemuda ini kembali Filipin, dan mulai membangun pelayanan radio pertama kali.  Iapun berhasil menginjili banyak jiwa disana.  Ia percaya ketika ia ditempatkan sebagai penyiar radio itu sudah diatur dan dirancang oleh Tuhan.
Biss, Saya percaya bahwa setiap kitapun ditempatkan oleh Tuhan di lingkungan kita sekarang, di pekerjaan kita, di keluarga kita, bukan sebuah kebetulan.  Tentu sudah ada maksud dan rencana Tuhan bagi kita.  Maksud dan rencana Tuhan itu bukan sekedar untuk kebaikan kita sendiri, (memberkati kita, menjaga kita, dsb) tetapi ada maksud dan rencana Tuhan bagi hidup orang disekitar kita, dan untuk pekerjaan misi.  Hanya saja seringkali kita yang tidak peka akan maksud Tuhan menempatkan kita.  Kita merasa semuanya itu nasib kita yang terjadi karena keadaan.  Tapi diluar pemikiran kita, kita harus menyadari bahwa Tuhan memiliki maksud tertentu ketika ia menempatkan kita disebuah lingkungan.  Dan maksud itu adalah maksud dalam pekerjaan misi.
Saya ingat seorang dosen saya berkata: “Ketika Yesus berkata ‘Hendaklah kamu menjadi saksiku sampai ke ujung bumi’,  jangan berpikir bahwa ujung bumi itu berarti harus masuk pelosok-pelosok terdalam, itu baru ujung bumi.  Tidak!  Bumi kita bulat.  Setiap tempat dimana kita ditempatkan adalah ujung bumi bagi belahan bumi satunya.  Sebab itu dimanapun kita berada kita harus menjadi saksi Kristus.”  Jangan berpikir bahwa kita mau menginjili kita harus jadi misionaris dulu masuk kedaerah terpencil.  Terlalu lama jika kita menunggu waktu itu.  Saat sekarang saja kita bisa menemukan banyak orang yang membutuhkan keselamatan disekitar kita.  Baik itu dikantor kita, di keluarga kita, rumah kita, entah sama keluarga yang belum percaya, atau sama orang-orang yang bekerja di rumah kita.  Mari kita peka terhadap orang-orang disekitar kita.  Tuhan sudah mempersiapkan maksud dan tujuannya atas setiap kita

Menyeberanglah Kemari dan Tolonglah kami (kis. 16:4-12) #1



Di sebuah surat kabar pernah mengisahkan tentang kisah seorang ibu bersama putrinya yang cacat yang mengalami tekanan hidup.  Mereka telah ditinggal oleh suami dan ayah tercinta.  Kawasan rumah yang mereka tinggali sangat tidak nyaman.  Mereka seringkali mendapat intimidasi dari geng pemuda di dekat tempat tinggalnya selama kurang lebih 10 tahun.  Rumah mereka dikencingi setiap hari. Kebunnya dihancurkan. Putrinya yang cacat diejek.  Seringkali ia dipukul dan pernah dikurung dalam ruang tertutup.  Selama 10 tahun itu juga sang ibu melaporkan hal tersebut kepada polisi untuk meminta tolong.  Beberapa kali dia juga mengirimkan surat kepada wakil rakyat di daerah setempat untuk mendapat pembelaan.  Namun upaya itu sia-sia.  Tidak ada respons.  Tidak ada yang peduli. Akhirnya beberapa waktu kemudian, ibu anak ini memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan membakar diri dalam sebuah mobil.  Mengejutkan? Sangat mengejutkan!  Kasus ini kemudian diangkat dalam sidang membahas tentang kinerja kepolisian.  Polisi cuma mengucapkan kata penyesalan dan permintaan maaf sedalam-dalamnya karena ketidakpeduliannya kepada keluarga yang ditinggalkan.  Penyesalan yang terlambat.  Tidak ada lagi yang dapat dilakukan kepada orang yang sudah mati.
Ini hanyalah segelintir kisah dari jutaan kisah penderitaan hidup manusia.  Sadar atau tidak sadar, ada begitu banyak orang di dunia ini yang membutuhkan pertolongan kita.  Ada banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita.  Bukan sekedar minta tolong untuk mengatasi persoalan mereka sehari-hari, namun kalau kita mengamati lebih jauh dan lebih mendalam, banyak orang yang membutuhkan pertolongan dalam jiwa dan batin mereka.  Banyak jiwa yang mengalami kekosongan dan kehampaan dalam hidup mereka.  Mungkin dalam usaha mereka sukses.  Mungkin di luar kita melihat mereka orang yang berkedudukan.  Mungkin kita melihat mereka selalu tersenyum.  Namun siapa yang tau, bahwa hati mereka kosong dan hampa.
Seorang kawan saya yang belum percaya Tuhan, ia memiliki istri yang cantik, anak yang lucu-lucu, usaha yang cukup berkembang.  Setiap minggu dia bisa melakukan hoby kesukaannya: memancing, iapun berkumpul dengan teman-teman dekatnya.  Dari luar ia tampak energik dan bersemangat.  Semua mengira ia memiliki kehidupan yang ideal.  Namun suatu saat, ketika ia berjumpa dengan saya, ia terlihat sedih.  Dan kemudian ia berkata kepada saya:  Mengapa saya merasa hidup ini kosong.  Mengapa saya merasa semua yang saya lakukan sia-sia?  Dan saya mengatakan kepada dia:  memang hidup kita akan sia-sia, dan semua yang kita lakukan akan tidak berarti, jika kita hidup di luar Tuhan. 
Hari itu mata saya tercelik, bahwa bukankah ada banyak orang-orang yang mengalami hal demikian.  Yang tampak bahagia dengan hidupnya, yang tampak memiliki segala sesuatu,  namun di relung hati yang terdalam, ia mengalami kekosongan yang juga mendalam.  Mereka menemukan adanya kesia-siaan dan ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.  Mereka berusaha untuk mencari makna kehidupan yang sejati, yang tidak bersifat sementara, yaitu sebuah kehidupan yang hanya bisa didapatkan ketika seorang berada dalam Kristus, namun mereka tidak mendapatkan.  Pertanyaannya: dapatkah mereka menemukan kehidupan itu jikalau kita, yang sudah menemukan kehidupan sejati itu, tidak mau membagikan hidup itu kepada mereka?  Roma 10:14 mengatakan “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak percaya kepada Dia?  Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.  Bagaimana mereka mendengar tentang dia jika tidak ada yang memberitaknanya?”  Mereka tidak akan mendapat jika tidak ada yang membagikannya.
Betapa egoisnya kita jika kita yang sudah menikmati kehidupan sejati di dalam Tuhan, yang sudah mendapatkan anugerah itu, tapi tidak mau membagikannya kepada orang lain.  Seorang misionaris pernah mengeluarkan perkataan yang cukup menyentak saya.  Dan seharusnya perkataan ini harus menyentak kita juga.   Dia berkata:  “Jikalah kita tidak peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang, maka sebenarnya kita belum menyelami hati Kristus.  Bahkan kita belum mengenal Tuhan. Sebab... hati Tuhan ada pada jiwa-jiwa yang terhilang.”  Sudahkah kita memiliki hati yang peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang?
Oleh sebab itu hari ini kita akan belajar dari perikop barusan mengenai teladan Paulus dalam menjalankan misi.  Dari kisah Paulus kita dapat mempelajari bagaimana seharusnya 2 sikap yang dimiliki oleh orang Kristen berkaitan dengan pekerjaan misi.  Sikap apa saja: