Monday, December 17, 2012

Betapa Besar Kasih-Nya



Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Kasih yang besar terhadap seseorang dapat mendorong kita melakukan perihal-perihal yang tampak ‘bodoh’.  Ada orang rela manjat tebing yang tinggi hanya untuk mengukir nama kekasihnya.  Ada orang yang rela berteriak-teriak di keramaian jalan raya untuk menunjukkan cintanya, dsb.  Kasih mendorong kita melakukan hal-hal yang tidak masuk akan.
Cobalah renungkan... ketika Allah mengaruniakan kepada kita Anak-Nya yang tunggal, apakah itu bukan tindakan yang ‘tidak masuk akal’?  Dalam pemikiran kita, bagaimana mungkin seorang ayah mau menyerahkan anaknya untuk kepentingan orang lain.  Sangat tidak masuk akal.  Tapi Allah rela mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus, kepada setiap kita.  Mengapa?  Diawal ayat jelas dikatakan: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.  Ya....Betapa Allah mengasihi kita.  Mari jangan sia-siakan kasih Allah dalam hidup kita.  Hiduplah hari demi hari untuk menyenangkan hati-Nya. 
Kasih Allah terlalu besar bagi kita.

Tuesday, November 27, 2012

WASPADA TERHADAP DOSA KETAMAKAN (YOSUA 7) #2




Dampak Dosa Ketamakan

Setiap dosa pasti memiliki akibatnya.  Demikian juga dengan dosa ketamakan.  Pertama, ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri sendiri.  Misalkan saja Yudas Iskariot.  Karena ketamakannya dia menjual dan menyalibkan Yesus dengan harga 300 keping perak.  Tapi apa akibatnya?  Ia mendapatkan perasaan bersalah yang begitu besar.  Akibatnya ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.  Di kisah lain juga kita tahu tentang Ananias dan Safira.  Suami Istri yang hidup di jemaat mula-mula.  Karena ketamakannya, mereka rela menipu jemaat seakan-akan mereka menjual semua hasil tanahnya dan dipersembahkan, padahal hanya setengah saja.  Apa akibatnya?  Seketika itu juga Ananias dan Safira diambil nyawanya oleh sebab mereka telah mendustai Roh Kudus.  Demikian juga dengan Akhan.  Karena ketamakannya akibatnya ia harus dilempari batu oleh segenap bangsa Israel sampai mati.   Dari sini kita dapat melihat jelas bahwa ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri kita sendiri.

Bahkan lebih lagi, bukan hanya berdampak bagi diri sendiri, yang kedua: ketamakan itu dapat berakibat fatal bagi orang lain, termasuk orang yang didekat kita.  Saya sangat tertarik dengan pendahuluan di pasal ini.  Di ayat 1 dikatakan “Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel.”   Coba perhatikan kalimatnya: “Tetapi orang Israel berubah setia......”   Saya berpikir: mengapa yang dikatakan berubah setia adalah orang-orang Israel?  Bukankah kesalahan hanya dilakukan oleh satu orang yang bernama Akhan?  Mengapa yang disebut berubah setia semua orang Israel?  Bahkan seluruh bangsa Israel dihukum dengan kekalahan melawan bangsa Ai, dengan matinya puluhan orang Israel.  Dari sini saya memahami bahwa acapkali kejatuhan kita tidak hanya berdampak bagi diri sendiri, tapi berdampak juga bagi orang lain.  Coba perhatikan, selain merugikan seluruh bangsa Israel, kejatuhan Akhan membuat seluruh keluarganya turut mendapat hukuman, termasuk anak-anaknya, semua dilempari batu sampai mati.

Bukankah ini juga yang terjadi dengan kasus Gehazi.  Ketika ia menginginkan harta milik Naaman yang seharusnya diberikan kepada nabi Elisa, ia menipu supaya ia mendapatkan harta itu.  Akibatnya ia dihukum menjadi kusta.  Bahkan ia dikutuk dan dikatakan bahwa semua keturunannya akan menjadi kusta.    Itu juga yang dilakukan oleh Adam dan Hawa bukan?  Karena keinginannya untuk menjadi seperti Allah, akibatnya semua manusia harus menerima kutukan dosa.  Dari sini kita dapat melihat bahwa dosa ketamakan bukan hanya berakibat untuk diri sendiri, tapi juga untuk keturunan kita, juga orang-orang disekitar kita.  Sebab itu berhati-hatilah.  Waspadalah terhadap dosa ketamakan.  Di balik setiap ketamakan ada akibat yang berbahaya bagi kita juga bagi orang lain. 

Dikisahkan, seorang pertapa tua, dalam perjalanan meditasinya di dalam hutan belantara, ia menemukan sebuah gua batu yang di dalamnya penuh dengan harta karun.  Sang pertapa yang bijaksana ini, ketika melihat hal ini langsung saja berlari sekuat tenaga meninggalkan gua yang penuh harta karun tersebut.  Di tengah jalan ia berpapasan dengan tiga serdadu yang nampak keheranan menyaksikan sang pertapa tua yang sedang ketakutan tersebut.  Ketiga serdadu tersebut bertanya mengapa pertama itu berlari ketakutan, pertapa itu menjawab “Saya melarikan diri dari kejaran segerombolan setan.”  Didorong oleh rasa ingin tahu yang amat mendalam, ketiga serdadu itu mendesak, "Tunjukan hal itu kepada kami."   Karena dipaksa, sang pertapapun membawa ketiga serdadu itu menuju gua harta karun yang baru saja ditemukannya.   "Lihatlah!" kata sang pertapa, "Inilah setan, sang kematian yang sedang mengejar diriku."   Ketiga serdadu itu saling memandang dan merasa bahwa sang pertapa tua itu adalah seorang yang amat bodoh dan sedang dirasuki setan. Karena itu mereka melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya. Kini mereka bersorak atas apa yang baru saja mereka temukan, dan memutuskan bahwa salah satu di antara mereka harus kembali ke kota untuk membeli bahan makanan yang cukup serta membawa alat-alat untuk menggali dan menumpulkan harta karun tersebut, sedangkan dua yang lain akan menunggu dan menjaga dalam gua sehingga harta karun tersebut tidak jatuh ke tangan orang lain.  Salah satu di antara mereka menawarkan diri untuk menuju kota. Dalam perjalanannya ke kota ia mulai merancang suatu rencana jahat. Apa yang akan dibuatnya? Ia berpikir untuk meracuni makanan yang akan diberikan kepada kedua temannya. Bila keduanya mati keracunan maka harta karun itu akan menjadi miliknya tanpa harus dibagi-bagi.   Pada saat yang sama kedua serdadu yang menanti dalam gua juga sedang berembuk mencari jalan agar harta karun yang ada hanya dibagikan di antara mereka berdua. Keputusan mereka telah bulat, teman yang kini menuju kota itu harus dibunuh saat ia tiba kembali ke dalam hutan ini.   Maka terjadilah!!! Ketika sang teman datang membawa makanan serta beberapa alat yang dibelinya dari kota, ia dengan segera dibunuh oleh dua teman lain yang menunggu di dalam gua.   Setelah itu keduanya duduk berpesta pora menikmati makanan yang baru dibawa itu. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Pesta pora kini berubah kelabu. Keduanyapun mati keracunan, dan harta karun yang ada dalam gua tersebut ditinggalkan sebagaimana adanya sejak sedia kala.   Sang pertapa ternyata benar. Harta karun dalam gua tersebut ternyata telah berubah menjadi seumpama singa lapar yang siap menerkam dan membunuh. Ketamakan ternyata adalah suatu kekuatan yang bisa menghancurkan dan mematikan. 

Itu sebabnya dalam Lukas 12:15 Yesus memperingatkan kita untuk “"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Ya.. kita harus berwaspada terhadap ketamakan.  Ketamakan dapat mencelakakan diri kita.  Ketamakan dapat merusak relasi dengan orang-orang terdekat kita. Hubungan suami isri / orang tua anak bisa hancur karena ketamakan yang sibuk mencari harta dan kepuasan sendiri tanpa memikirkan relasi orang yang ada didekatnya. Ketamakan dapat menghilangkan damai sejahtera dalam diri. Ketamakan dapat membunuh kita.  Jika kita terus hidup dalam ketamakan yang hanya memuaskan nafsu pribadi, hati-hati, kita akan mengalami penyesalan dalam hidup kita, entah apa yang akan terjadi, yang pasti ada akibat yang buruk yang akan menimpa orang-orang yang tamak.

Langkah-langkah Menghadapi Ketamakan
Lantas bagaimanakah solusi untuk menghadapi ketamakan?  Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.  Memang solusi ini tidak mudah, itu semua tergantung kita mau atau tidak melakukannya. 
Pertama, cobalah untuk mensyukuri dengan apa yang kita miliki.  Ada seorang yang sangat kaya di Amerika pada awal tahun 1900an.  Ketika di tanya: menurut anda apakah itu kecukupan?  Ia menjawab, jika saya mendapatkan lebih dari apa yang saya miliki dari saat ini, itu baru cukup.  Dengan kata lain seumur hidup ia tidak akan merasa cukup.  Pdt Paul Gunadi pernah mengatakan bahwa “ketamakan itu adalah kegagalan untuk menghargai apa yang kita miliki.”   Dalam ketamakan tidak terdapat kedamaian, karena ia selalu merasa kurang.  Sebab itu mengatasi ketamakan dibutuhkan rasa syukur.    Jika ketamakan adalah sifat yang tidak pernah puas untuk memperkaya diri, selalu ingin beroleh banyak dan serakah, maka kita harus melawan ketamakan itu dengan sikap ucapan syukur, yaitu sikap puas dengan segala rasa terima kasih  kepada Tuhan terhadap apa yang telah ia terima dari Tuhan, dan apa yang ia miliki saat ini.  Dalam hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan akan mengikis ketamakan.  Ucapan syukur ini bukannya berarti setelah itu kita tidak usah berusaha atau bekerja sama sekali karena merasa cukup.  Tidak!  Ucapan syukur itu tetap membutuhkan usaha dan kerja keras, namun apapun hasil yang diperolehnya (entah sedikit, entah banyak) ia akan menyampaikan terimakasihnya kepada Tuhan, seakan-akan merasa puas dengan apa yang diraih.   Nah...Semakin sering kita mengucap syukur atas apa yang ada dalam hidup kita, semakin kita akan terjaga untuk tidak menjadi tamak dan tidak menginginkan apa yang dimiliki orang lain.  Sebab itu mari kita isi hati kita dengan ucapan syukur, puas dengan apa yang kita miliki, hargai apa yang kita miliki, dan jangan suka membanding-bandingkan apa yang kita punya dengan orang lain.  Orang yang tau bersyukur, adalah orang yang tau menghargai berkat Tuhan dalam hidupnya.

Kedua, cobalah untuk lebih mementingkan dan mendahulukan kehendak Tuhan.  Terkadang ketamakan timbul oleh karena kekhawatiran akan masa depan kita.  Kita takut kalau masa depan nanti terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan; kita khawatir anak kita tidak terpenuhi kebutuhannya; kita khawatir kalau suatu saat kita akan hidup kekurangan; dan dari kekhawatiran ini mendorong kita untuk menginginkan banyak hal dan kalau perlu melakukan segala cara untuk dapat memperolehnya.  Saudara, jika itu yang saudara alami: mari kita pegang prinsip yang terdapat dalam Matius 6:33 yang mengatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  Ayat ini berbicara terhadap orang yang khawatir akan kehidupannya, yaitu akan apa yang akan mereka pakai dan apa yang mereka makan.  Tetapi Tuhan berkata: carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya.   Dengan kata lain, mari dahulukan kehendak Tuhan di atas kehendak kita.  Apa saja kehendak Tuhan yang berkaitan dengan ketamakan?  Tuhan mau kita untuk tidak terikat akan harta, apalagi menyembahnya, Tuhan mau kita bersyukur senantiasa, Tuhan mau kita mengasihi sesama, bukannya merugikan sesama kita, Tuhan mau kita melayani dia,  Tuhan mau kita hidup jujur tanpa kecurangan, Tuhan mau kita lebih banyak memberi daripada menerima, dan sebagainya.  Itulah kehendak Tuhan dalam setiap kehidupan anak-anaknya.  Dan Tuhan meminta kita untuk lebih dahulu mencari akan kehendak Tuhan.

Setelah kita mendahulukan kehendak Tuhan dan kebenaran-Nya, selanjutnya Tuhan mengatakan “...maka semuanya itu akan ditambahkan kepada-Mu”.   Apa yang ditambahkan kepada kita?  Semuanya.  Yaitu segala sesuatu yang kita khawatirkan tadi, termasuk mengenai masa depan kita, kecukupan materi dan sebagainya.  Ya... Semua itu akan ditambahkan kepada kita.  Disini kita diingatkan bahwa berkat itu datangnya dari Tuhan.  Berkat itu bukan milik kita.  Tapi milik Tuhan.  Dia yang berhak memberikan berkatnya kepada barangsiapa Ia berkenan.  Sesusah payah apapun jerihpayah kita, jika Tuhan tidak mau memberi berkatnya maka kita tidak akan mendapat.  Sebab itu mari kita belajar untuk mendahulukan kehendak Tuhan daripada kehendak kita.  Kehendak Tuhan jauh lebih baik dari pada kehendak kita.  Kehendak kita mungkin hanya memuaskan diri sementara saya, tetapi kehendak Tuhan bersifat kekal, di mana kita akan mendapatkan kepuasan yang kekal.

Diakhir khotbah ini saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang raja terkenal dari Makedonia yaitu Alexander the great atau Iskandar agung.  Ia adalah seorang raja yang berkuasa pada zamannya, dan tidak ada yang mengalahkan kebesarannya.  Suatu saat ia mengalami sakit keras.  Dan ia berkata kepada dokter yang merawatnya seperti ini:  “Ambilah setengah dari kekayaanku, jika kamu dapat mengantarkan aku untuk menemui ibuku sebentar saja.” Dokter menjawab: “Jangankah separuh, bahkan seluruh kekayaan baginda diberikan kepada hamba semuanya, hambapun tidak akan mampu menambah 1 tarikan nafas.”  Mendengar jawaban itu , air matanya pun berlinang dipipi sang raja.  Dia berkata:   “Seandainya saya tahu begitu berharganya 1 tarikan nafas, maka saya tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu hanya untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan.”  Kemudian sang rajapun berpesan, supaya nanti sewaktu diarak dalam peti mati menuju peristirahatannya yang terakhir ia minta agar kedua tangannya dikeluarkan, supaya setiap rakyatnya dapat melihat bahwa Alexander Agung yang hebat dan mampu menguasai wilayah terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia ini ternyata harus berpulang dengan tangan kosong. Tidak memiliki apa-apa dan tidak membawa apa-apa. 

Kelahiran dan kematian adalah awal dan akhir, yang terpenting dari hidup ini adalah bagaimana kita mengisi kehidupan yang ada diantara keduanya.  Untuk itu jangan lupa untuk selalu mengutamakan Tuhan dalam hidup kita.  Jangan isi dengan ketamakan, namun isilah dengan ucapan syukur, dan hal-hal yang memperkenankan hati Tuhan.


WASPADA TERHADAP DOSA KETAMAKAN (YOSUA 7) #1




Ketamakan merupakan sifat dasar dari setiap manusia.   Apa sih itu ketamakan?  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tamak itu diartikan:  selalu ingin beroleh banyak untuk diri sendiri; loba; serakah.  Sementara ketamakan dimengerti sebagai: keinginan untuk selalu memperoleh (entah itu harta, kekuasaan, materi, dsb) sebanyak-banyaknya.  Sejak awal manusia diciptakan, setiap kita memiliki kecenderungan untuk tamak, menginginkan materi sebanyak-banyaknya untuk kepuasan sendiri.  Lihat klip ini (baby berebutan dot: 1.25 mnt)Coba perhatikan klip ini, kedua anak ini sama-sama diberi compeng masing-masing satu.  Tapi mereka tidak merasa puas dengan apa yang mereka miliki, ada keinginan untuk memperoleh compeng sebanyak-banyaknya, kemudian mereka baku berebut.  Bukankah hampir semua anak-anak begitu?  Selalu ingin mengumpul lebih-dan lebih untuk kesenangan sendiri.  Dari sini kita disadarkan bahwa dalam setiap pribadi kitapun ada kecenderungan untuk jatuh kedalam dosa ketamakan.  Kita tidak bisa memungkirinya.  Setiap kita disini, tidak peduli orang kaya atau tidak, tidak peduli berapapun usia kita, tidak peduli apapun pekerjaanmu, bahkan termasuk saya sendiri yang notabene adalah seorang hamba Tuhan,... ya setiap kita sangat memungkinkan untuk jatuh dalam dosa ketamakan.  Mengapa?  Sebab sejak awal kita lahir, natur dosa yang satu ini sudah diturunkan dalam kedagingan kita.

Tetapi harus kita tahu bahwa Tuhan sangat membenci dosa ketamakan ini.  Dalam Alkitab berkali-kali Tuhan menegur, memarahi, bahkan mengutuk sikap-sikap anak Tuhan yang begitu tamak.  Itu sebabnya penting bagi kita untuk merenungkan tema ini, sebagai awasan dan pengingat bagi kita, untuk tidak terjatuh dalam dosa ketamakan.  Mari kita belajar dari kisah Akhan dari perikop yang sudah kita baca.  Saya yakin bahwa kisah ini ditulis dalam kitab ini untuk menjadi peringatan kepada setiap orang yang membacanya untuk menghindari sikap ketamakan dalam diri. 

Saya akan memberikan sedikit garis besar agar kita lebih memahami perikop ini.  Kitab Yosua ini menceritakan tentang bagaimana umat Israel akhirnya masuk ke dalam tanah pernjanjian yang dijanjikan Tuhan.   Sejak zaman Musa, umat Israel selalu dijanjikan bahwa mereka akan melewati padang gurun dan akan memasuki tanah perjanjian yang kaya akan susu dan madu.  Sesampainya di tanah itu, Musa meninggal dan digantikan oleh Yosua.  Tuhan memakai Yosua untuk memimpin umat Israel menguasai tanah perjanjian.  Sebab itu dalam kitab Yosua hampir sebagian besar isinya peperangan Yosua melawan bangsa-bangsa sekitar yang sudah berdiam disana.  Karena Tuhan telah menjanjikan tanah itu kepada Israel maka Tuhan juga memberikan kemenangan demi kemenangan menghadapi semua musuhnya.

Namun apa yang terjadi di pasal 7.  Ketika mereka akan berhadapan dengan suku Ai, yaitu suku yang sebenarnya sangat kecil dan sangat sedikit jumlah penduduknya, yang dikatakan bahwa hanya dengan 3000 pasukan saja cukup untuk mengalahkannya, namun Israel lari terbirit-birit kalah terhadap suku yang kecil itu.  Apa penyebabnya?  Selidik punya selidik, ternyata penyebabnya satu, karena umat Israel tidak taat kepada perintah Tuhan.  Seorang yang bernama Akhan telah mengambil barang-barang jarahan yang seharusnya dikhususkan untuk pekerjaan Tuhan.  Ketamakan Akhan membuat Tuhan tidak berkenan terhadap umat Israel sehingga mereka kalah menghadapi suku Ai.  Mari kita lihat, bagaimana sih awal mula ketamakan itu.

Datangnya Ketamakan
Setelah didapati bahwa Akhanlah yang bersalah terhadap kekalahan Ai, lantas Yosua bertanya kepada dia: mengakulah, apa yang telah kau perbuat?  Coba perhatikan jawaban Akhan di ayat 21 “aku melihat di antara barang-barang jarahan itu jubah yang indah, buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya; aku mengingininya, maka kuambil; semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah, dan perak itu di bawah sekali."

Perhatikan setiap kata kerjanya.  Ketamakan itu pertama di mulai dari melihat. Ada sesuatu yang menggiurkan dimata kita, entah itu harta, wanita, jabatan, atau apa saja yang menarik penglihatan kita, dan kita belum memilikinya.  Dalam konteks Akhan, ia melihat barang-barang jarahan yang begitu indah dan mahal.  Dan apa yang kita lihat itu tidak bisa kita hindari.  Setiap hari kita akan melihat banyak hal menarik disekitar kita.  Namun tidak masalah jika kita hanya melihat.  Yang dapat menjadi masalah itu adalah ketika kita mulai menginginkannya.  Menginginkan itu sendiri sebenarnya tidak menjadi masalah.  Namun jika keinginan itu hanya untuk memuaskan nafsu pribadi, dan mengorbankan kepentingan orang lain, apa lagi bertentangan dengan Firman Tuhan, disitulah akan menjadi bahaya besar.   Setelah Akhan melihat harta yang menarik itu, ia menginginkannya meskipun ia tahu persis bahwa harta itu   sebenarnya dikhususkan untuk Tuhan.  Keinginan inilah pemicu jatuhnya dosa ketamakan.  Dan dosa itu benar-benar terjadi ketika ada tindakan yang mendukung keinginan itu.  Setelah mengingini Akhan langsung mengambil semua barang itu sesuai dengan keinginannya.  Dan dosanya semakin diperparah, karena setelah mengambil ia menyembunyikannya dalam-dalam.  Mengapa ia menyembunyikan?  Karena ia tau persis bahwa tindakannya itu salah besar.  Ia tau ia salah, tapi ia tetap melakukannya demi kepuasan nafsu pribadi. 

Inilah proses terjadinya dosa ketamakan.  Itu juga kan yang dilakukan para koruptor?  Mereka melihat ada kekuasaan atau harta yang menarik perhatiannya.  Lantas mereka menginginkan kekuasaan dan lapar akan kekayaan demi kesenangan mereka sendiri.  Lalu mereka menghalalkan segala cara untuk meraup semua itu. Setelah melakukan kecurangan itu, kemudian segala tindakannya disembunyikan erat-erat dengan tipuan-tipuan yang sangat licik.  Mana ada koruptor yang terang-terangan melakukan korupsi.

Sebab itu saudara, mari kita hati-hati dengan apa yang kita lihat dan apa yang kita inginkan.  Ada lagu yang mengatakan dari mana datangnya cinta?  Dari mata turun ke hati.  Namun bukan hanya cinta yang datang dari mata turun kehati, dosa ketamakan pun demikian.  Datang dari mata, dan turun kehati.   Jika kita tidak berhati-hati maka kitapun akan menjadi orang yang tamak, yang terlalu mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan orang lain.  Atau mungkin saat ini malah ada di antara kita yang sudah terjatuh dalam dosa ketamakan itu (entah tamak harta, tamak kuasa, atau tamak jabatan, dsb), dan saat ini sedang menyembunyikan dosa itu erat-erat.  Jika ada, mari perhatikan  poin berikut tentang dampak dari dosa ketamakan.

Sunday, August 26, 2012

Menyebranglah Kemari dan Tolonglah Kami (kis. 16:4-12) #3



2.      Taat/ segera melakukan kehendak Tuhan.
Satu minggu yang lalu salah seorang jemaat berkata kepada saya setelah mendengarkan khotbah di hari minggu:  “Fong, saya kira jemaat sudah sering mendengar perintah untuk memberitakan injil seperti ini.  Kayaknya khotbah seperti ini sudah sering kita dengarkan, dan kita sudah tau semua.  Tapi toh hasilnya sampai sekarang sama aja.  Jumlah jemaat tetap-tetap aja.”   Setelah merenungkan mengapa ini bisa terjadi, saya menemukan bahwa seringkali ini terjadi karena kita hanya membiarkan Firman Tuhan itu bekerja dalam otak dan hati saja, tapi tidak pernah kita tuangkan dalam tindakan.  Tapi kita harus menyadari, bahwa kepekaan tanpa ketaatan untuk melakukannya maka semuanya sia-sia.  Percuma kita peka akan kehendak Tuhan, tetapi jika kita tidak taat dan segera melaksanakan kehendak itu, maka kita belum mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam diri kita.
Mari kita melihat kembali kepada sikap Paulus.  Setelah ia mendapatkan penglihatan tentang orang Makedonia yang berseru “Menyebranglah kemari dan tolonglah kami”, di ayat 10 dituliskan “Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.”  Dalam Alkitab terjemahan sehari-hari, dikatakan: Kami langsung pergi ke Makedonia.  Dalam versi bahasa Inggris juga dituliskan: immediately yang menunjukkan kesegeraan tanpa menunda-nunda.  Hal ini menunjukkan bahwa: Tanpa menunda-nunda lagi, Paulus segera  melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. 
Menariknya waktu saya menggali kata “Segera” ini, ternyata kata ini juga dipakai dalam beberapa kisah lain di alkitab.  Kata ini pernah dipakai ketika Yesus memanggil Petrus dan Andreas, ketika mereka sedang menjala ikan.  Ketika Yesus memanggil mereka, Petrus dan Andreas segera meninggalkan jala mereka, pekerjaan mereka, dan mereka memutuskan untuk mengikut Yesus.  Hal yang sama juga terjadi dengan Yakobus dan Yohanes, ketika mereka berdua diajak Yesus untuk menjadi murid Yesus, Alkitab menuliskan “Lalu mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.”  Pernah juga dituliskan ketika Petrus berjalan di atas air, dan lalu ia mulai ragu, lantas ia mulai tenggelam.  Alkitab menuliskan: “Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menangkap dia”.  Coba bayangkan jika Yesus menunda-nunda untuk menangkap Petrus? Pasti Petrus sudah tenggelam.  Kata segera ini juga yang dipakai untuk menunjukkan bahwa Paulus langsung pergi mengikuti apa kehendak Tuhan, yaitu ke Makedonia.
Memang segera bertindak merupakan sikap yang dikenan Tuhan.  Pernah dikisahkan ada seorang yang mendatangi Yesus dan berkata:  “Tuhan aku mau mengikuti Engkau, tapi ijinkalah aku menguburkan ayahku terlebih dahulu”  Apa respon Yesus?  Yesus mengatakan “Ikutlah aku, biarkan orang mati menguburkan orang mati.”   Ketika saya mempelajari kisah ini saya sempat bertanya-tanya.  Mengapa Tuhan begitu tega.  Orang mau menguburkan ayahnya apa salahnya.  Bukankah Yesus mengajarkan untuk menghormati orang tua yang telah mengasuh kita?  Kan menguburkan itu bagian penghormatan?  Kalau ada tim diakonia pada waktu itu mungkin mereka bisa protes sama Tuhan.  Kalau Yesus merupakan salah satu anggota gereja mungkin sudah disidang di rapat majelis.  Tetapi setelah saya mempelajari dengan baik, saya menemukan ternyata tidak seperti itu kisahnya.  Sebenarnya ayah dari orang ini belum meninggal.  Orang Yahudi punya kebiasaan jika ada seorang yang meninggal mereka langsung menguburkannya di hari yang sama.  Jadi jika memang ayah dari murid ini meninggal, tidak mungkin ia meninggalkan pemakaman hanya untuk bertemu Yesus sebentar.  Lagipula pasti bagi Yesus tidak masalah jika ia pergi menguburkan sebentar saja.  Namun pernyataan ini menunjukkan bahwa ayah orang ini belum meninggal.  Jadi pemuda ini seakan ingin berkata:  Tuhan saya mau mengikut Engkau, tetapi tunggu ayah saya meninggal, baru saya kuburkan, baru saya mengikut Engkau.  Dengan kata lain pemuda ini hendak menunda-nunda waktu.  Karena itu Yesus berkata:  Ikutlah aku, biarkan orang mati mengubur orang mati.
Yesus menginginkan sikap ketaatan dan kesegeraan dalam hidup anak-anak-Nya.  Setiap kepekaan akan kehendak Tuhan harus diiringi dengan kesegeraan untuk melakukannya.  Bagi Tuhan sikap menunda-nunda itu bukanlah sikap seorang murid.  Buat apa kita mengetahui kehendak Tuhan, tapi kita tidak melakukannya dengan segera.  Sebab itu mari kita meneladani sikap Paulus.  Ketika ia mengetahui bahwa Tuhan mau ia melayani di Makedonia.  Ia segera mencari kesempatan untuk pergi kesana tanpa menunda-nunda.  Dalam terjemahan lain dikatakan:  Kami segera memutuskan!  Ini berarti, kehendak Tuhan seharusnya bekerja sama dengan keputusan kita.  Atau dengan kata lain:  Kehendak Tuhan harus diiringi dengan ketaatan dan kesegeraan kita untuk melakukan kehendakNya.
Michael Barret Fisher, seorang misionaris dari Amerika, baru-baru bersaksi di doa malam di gereja kita.  Saya sangat terberkati dengan kesaksiannya ketika ia berusaha menginjili untuk suku-suku terabaikan.  Setelah datang ke Makassar, Michael selalu berdoa agar Tuhan menunjukkan jalannya untuk dia bisa menginjili daerah yang belum mendengar injil.  Kemudian pada waktu ia berbicara dengan salah satu orang di Makassar, orang itu berkata “pak Michael, kalau bapak mau, saya ada kenalan di Selayar.  Dia tokoh penting agama mayoritas di sana.  Bisa dibilang dia pemimpin di daerah itu.”  Tanpa berpikir panjang dan tanpa menunda-nunda, Michael Baret langsung mencari kesempatan untuk berjumpa dengan pemimpin di Selayar itu.  Ia membuat appointment dengan orang yang mengenalkannya, dan mereka berdua pergi bersama-sama berkunjung ke tokoh penting Selayar tersebut.  Awalnya mereka berkenalan, berbincang-bincang persahabatan, dan tidak berapa lama Michael memberanikan diri untuk menyampaikan injil.  Dia berkata: “Pak, apakah bapak mengenal baik tentang siapa nabi Isa?”  Tanpa di duga bapak itu menjawab “Wah kebetulan sekali.  Akhir-akhir ini saya sering bermimpi didatangi oleh nabi Isa itu.  Sepertinya Ia ingin berbicara sesuatu kepada saya.”  Kemudian ia meminta Michael untuk menceritakan lebih jelas tentang Isa.  Mereka bertemu dalam beberapa kali, dan pemimpin itu kini memiliki iman kepada nabi Isa yaitu Yesus Tuhan kita.  Seandainya Michael menunda-nunda waktu, mungkin ia tidak mendapat kesempatan yang baik itu untuk mengabarkan injil.
Karena itu saudara, jangan menunda-nunda dalam melakukan pekerjaan Tuhan.  Seperti yang kita tau, bulan Agustus ini gereja kita mengadakan bulan misi.  Sepanjang bulan ini kita dicegokin dengan banyak khotbah yang mendorong kita, memotivasi, mengingatkan kita untuk terus mengabarkan injil.  Disetiap minggu kita sudah mendengar suara Tuhan yang memerintahkan kita untuk menginjili.  Pertanyaannya maukah kita segera melangkah untuk pergi membagikan kabar baik tersebut?  Mau kah kita taat dan segera melangkah untuk menjalankan panggilan Tuhan itu?  Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membagi kabar baik itu.   Jika anda seorang majikan, cobalah untuk menceritakan tentang Tuhan kepada pembantu saudara, disertai dengan sikap hidup yang baik.  Jika anda seorang pemimpin sebuah perusahan, anda bisa mengadakah ibadah rutin seminggu sekali sebelum bekerja.  Ada banyak kesaksian orang yang dimenangkan melalui ibadah-ibadah kantor seperti ini.  Jika anda seorang anak, mari memberanikan diri mengenalkan Yesus kepada keluarga kita yang belum percaya dengan teladan hidup kita.  Saya sendiri ketika ada kesempatan terkadang bisa menginjili anak remaja lewat facebook atau bbm. 
Kesempatan selalu ada, tetapi keputusan ada ditangan kita.  Apakah kita mau menunda-nunda, ataukah kita mau segera melakukan perintah ini.  Mari, jalankan amanat Tuhan.  Segera kabarkan injil-Nya.  Selamatkan jiwa-jiwa yang menjerit minta tolong kepada kita.

Menyebranglah Kemari dan Tolonglah Kami (kis. 16:4-12) #2



1.      Peka terhadap kehendak Tuhan.
Berbicara soal ‘peka’, tidak bisa dipungkiri bahwa dunia kita sedang kehilangan kepekaan.  Sistem globalisasi dan kapitalis yang menyebabkan manusia semakin sibuk dan penuh persaingan, menjadikan manusia menjadi hampir seperti robot:  Bagus dalam bekerja.  Tapi buruk dalam empati dan perasaan.  Otak semakin terasah, tetapi hati semakin tumpul.  Tentu kita masih mengingat kisah bocah di China yang bernama .... ketika ia ditabrak sebuah mobil, tanpa peduli semua orang melewati anak ini begitu saja.  Bahkan ada mobil yang lewat terus menambah penderitaan anak ini dengan melindasnya untuk kedua kali.  Inilah gambaran keadaan manusia.  Dunia kita berubah menjadi dunia yang mengerikan.  Dunia tanpa perasaan dan empati.  Namun apa yang terjadi di dunia kita, ternyata sudah menular mempengaruhi dunia kekristenan.  Banyak orang-orang Kristen yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan, namun mereka tidak peka terhadap orang-orang yang disekitarnya.  Mereka tidak peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Terlebih lagi, mereka tidak peduli terhadap kerinduan Tuhan untuk membagikan injil kepada mereka yang belum mendengar injil tersebut.
Tentu saja itu bukan sikap yang tepat.  Sebagai anak-anak Tuhan setiap kita harus memiliki kepekaan akan panggilan Tuhan.  Paulus adalah seorang yang peka akan kehendak Tuhan.  Awalnya dia adalah seorang penganiaya orang-orang Kristen yang begitu terkenal.  Ia menangkap dan membunuh orang-orang yang percaya kepada Tuhan.  Namun singkat cerita ia mendapat belas kasihan Tuhan dan iapun ditangkap oleh Tuhan.  Pauluspun bertobat.  Setelah itu ia baru menyadari bahwa betapa besar kasih Tuhan terhadap dirinya yang begitu hina dan berdosa.  Hal itulah yang mendorong Paulus untuk terus membalas kasih Tuhan, bukan sekedar dengan kata-kata, tapi dengan tindakannya.  Semenjak itulah Paulus berusaha untuk menyelami hati Tuhan.  Dan ia menemukan bahwa Tuhan menginginkannya untuk menjadi pemberita injil, secara khusus kepada orang-orang non Yahudi.  Semenjak itu ia terus berkeliling ke tempat-tempat yang belum mendengarkan injil, untuk memberitakan injil.  Paulus belajar peka akan kehendak Tuhan.
Namun dalam mencari kehendak Tuhan terkadang kita bisa salah mengira antara maksud Tuhan dengan rencana kita.  Terkadang apa yang menjadi pemikiran kita belum tentu menjadi maksud Tuhan.  Itu yang dialami Paulus dalam perikop ini.  Ketika ia hendak pergi menginjili ke daerah Asia, dikatakan Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan disana.  Lalu Paulus berpikir untuk menginjili kedaerah Bitinia.  Namun sekali lagi, Roh Kudus yang disebut juga Roh Yesus itu tidak mengijinkan Paulus dkk.  Tidak jelas bagaimana Roh Kudus itu mencegah pergerakan injil Paulus dkk, mungkin lewat penglihatan, atau lewat nubuatan, atau kemungkinan besar disebabkan karena peristiwa-peristiwa sehari-hari.  Yang pasti Paulus tidak bisa masuk kedaerah-daerah itu.
Sebenarnya hal ini bisa membuat Paulus bertanya-tanya kepada Tuhan: Mengapa Tuhan tidak mengijinkan ia menginjili di dua tempat itu.  Bukankah itu ladang yang subur untuk diinjili?  Dan bukankah tempat-tempat itu juga belum mendengar injil?  Bisa saja Paulus melemparkan pertanyaan-pertanyaan itu.  Tapi ia tidak memilih langkah itu.  Ia tetap belajar dan berusaha untuk peka akan kehendak Tuhan.  Dalam hatinya ia yakin bahwa Tuhan memiliki maksud dalam semua hal yang dialaminya.
Sampai kemudian suatu malam, ketika ia tiba di Troas, ia mendapatkan penglihatan dimana seorang makedonia (yaitu orang eropa), berdiri dan berseru “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami.”  Barulah Paulus Sadar bahwa selama ini Tuhan melarang dia pergi ke dua tempat sebelumnya karena Tuhan mau Paulus menginjili di Makedonia, yaitu daerah Eropa.  Pauluspun peka akan maksud Tuhan.  Ia menundukkan dirinya dibawah pilihan dan maunya Tuhan.  Dan hasilnya luar biasa.  Ketika seorang tunduk dan peka terhadap kehendak Tuhan, maka kehendak Tuhan bekerja hebat atas orang tersebut.  Kita tahu Paulus akhirnya menjadi penginjil pertama di Eropa.  Dan kemudian pada abad-abad pertama sampai abad pertengahan, kita tahu bahwa Eropa merupakan tempat pusat dimana perkembangan teologi begitu pesat.  Marthin Luther, Calvin, Karl Barth, Thomas Aquinas, dan banyak lagi tokoh-tokoh besar lahir di Eropa.  Bahkan bisa dibilang agama Kristen Protestan adalah agama yang terlahir di daerah Eropa.  Semua tidak bisa disangkali oleh karena buah pelayanan Paulus.  Dan itu hasil kepekaannya akan kehendak Tuhan.
Seorang pemuda yang berasal dari Filipine, suatu saat dipanggil Tuhan untuk melayani menjadi hamba Tuhan.  Ia segera pergi ke Singapur untuk belajar teologi.  Ia bertekad setelah belajar di sana ia akan pulang ke negerinya untuk memberitakan injil.  Sewaktu di singapur, sebelum menyelesaikan studynya, ia mendapatkan kesempatan praktek di ladang terakhir kali.   Ia berharap bisa melayani di sebuah gereja.  Tapi karena satu dan lain hal, akibatnya ia mendapat ladang pelayanan di radio kristen disana.  Pertama dia sangat tidak menyukai tempat itu.  Karena tidak pernah sedikitpun berpikir untuk menjadi penyiar radio.  Tapi karena keadaan terpaksa akhirnya ia berusaha mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik.  Sesekali dia merasa putus asa dan kecewa dengan penempatannya.  Ia selalu berpikir untuk bisa jadi seorang pendeta di gereja.  Tapi ia tetap berusaha tunduk terhadap maunya Tuhan.  Ia pun belajar untk menjadi penyiar radio di sana.  Sampai suatu saat, ia mendapatkan surat dari sebuah perusahaan di Filipin, di surat itu menawarkan dia untuk membangun siaran radio Kristen di Filipina.  Karena di Filipina belum ada radio Kristen, dan tidak ada orang Kristen yang berpengalaman untuk mengurusi radio.  Akhirnya setelah praktek pemuda ini kembali Filipin, dan mulai membangun pelayanan radio pertama kali.  Iapun berhasil menginjili banyak jiwa disana.  Ia percaya ketika ia ditempatkan sebagai penyiar radio itu sudah diatur dan dirancang oleh Tuhan.
Biss, Saya percaya bahwa setiap kitapun ditempatkan oleh Tuhan di lingkungan kita sekarang, di pekerjaan kita, di keluarga kita, bukan sebuah kebetulan.  Tentu sudah ada maksud dan rencana Tuhan bagi kita.  Maksud dan rencana Tuhan itu bukan sekedar untuk kebaikan kita sendiri, (memberkati kita, menjaga kita, dsb) tetapi ada maksud dan rencana Tuhan bagi hidup orang disekitar kita, dan untuk pekerjaan misi.  Hanya saja seringkali kita yang tidak peka akan maksud Tuhan menempatkan kita.  Kita merasa semuanya itu nasib kita yang terjadi karena keadaan.  Tapi diluar pemikiran kita, kita harus menyadari bahwa Tuhan memiliki maksud tertentu ketika ia menempatkan kita disebuah lingkungan.  Dan maksud itu adalah maksud dalam pekerjaan misi.
Saya ingat seorang dosen saya berkata: “Ketika Yesus berkata ‘Hendaklah kamu menjadi saksiku sampai ke ujung bumi’,  jangan berpikir bahwa ujung bumi itu berarti harus masuk pelosok-pelosok terdalam, itu baru ujung bumi.  Tidak!  Bumi kita bulat.  Setiap tempat dimana kita ditempatkan adalah ujung bumi bagi belahan bumi satunya.  Sebab itu dimanapun kita berada kita harus menjadi saksi Kristus.”  Jangan berpikir bahwa kita mau menginjili kita harus jadi misionaris dulu masuk kedaerah terpencil.  Terlalu lama jika kita menunggu waktu itu.  Saat sekarang saja kita bisa menemukan banyak orang yang membutuhkan keselamatan disekitar kita.  Baik itu dikantor kita, di keluarga kita, rumah kita, entah sama keluarga yang belum percaya, atau sama orang-orang yang bekerja di rumah kita.  Mari kita peka terhadap orang-orang disekitar kita.  Tuhan sudah mempersiapkan maksud dan tujuannya atas setiap kita

Menyeberanglah Kemari dan Tolonglah kami (kis. 16:4-12) #1



Di sebuah surat kabar pernah mengisahkan tentang kisah seorang ibu bersama putrinya yang cacat yang mengalami tekanan hidup.  Mereka telah ditinggal oleh suami dan ayah tercinta.  Kawasan rumah yang mereka tinggali sangat tidak nyaman.  Mereka seringkali mendapat intimidasi dari geng pemuda di dekat tempat tinggalnya selama kurang lebih 10 tahun.  Rumah mereka dikencingi setiap hari. Kebunnya dihancurkan. Putrinya yang cacat diejek.  Seringkali ia dipukul dan pernah dikurung dalam ruang tertutup.  Selama 10 tahun itu juga sang ibu melaporkan hal tersebut kepada polisi untuk meminta tolong.  Beberapa kali dia juga mengirimkan surat kepada wakil rakyat di daerah setempat untuk mendapat pembelaan.  Namun upaya itu sia-sia.  Tidak ada respons.  Tidak ada yang peduli. Akhirnya beberapa waktu kemudian, ibu anak ini memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan membakar diri dalam sebuah mobil.  Mengejutkan? Sangat mengejutkan!  Kasus ini kemudian diangkat dalam sidang membahas tentang kinerja kepolisian.  Polisi cuma mengucapkan kata penyesalan dan permintaan maaf sedalam-dalamnya karena ketidakpeduliannya kepada keluarga yang ditinggalkan.  Penyesalan yang terlambat.  Tidak ada lagi yang dapat dilakukan kepada orang yang sudah mati.
Ini hanyalah segelintir kisah dari jutaan kisah penderitaan hidup manusia.  Sadar atau tidak sadar, ada begitu banyak orang di dunia ini yang membutuhkan pertolongan kita.  Ada banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita.  Bukan sekedar minta tolong untuk mengatasi persoalan mereka sehari-hari, namun kalau kita mengamati lebih jauh dan lebih mendalam, banyak orang yang membutuhkan pertolongan dalam jiwa dan batin mereka.  Banyak jiwa yang mengalami kekosongan dan kehampaan dalam hidup mereka.  Mungkin dalam usaha mereka sukses.  Mungkin di luar kita melihat mereka orang yang berkedudukan.  Mungkin kita melihat mereka selalu tersenyum.  Namun siapa yang tau, bahwa hati mereka kosong dan hampa.
Seorang kawan saya yang belum percaya Tuhan, ia memiliki istri yang cantik, anak yang lucu-lucu, usaha yang cukup berkembang.  Setiap minggu dia bisa melakukan hoby kesukaannya: memancing, iapun berkumpul dengan teman-teman dekatnya.  Dari luar ia tampak energik dan bersemangat.  Semua mengira ia memiliki kehidupan yang ideal.  Namun suatu saat, ketika ia berjumpa dengan saya, ia terlihat sedih.  Dan kemudian ia berkata kepada saya:  Mengapa saya merasa hidup ini kosong.  Mengapa saya merasa semua yang saya lakukan sia-sia?  Dan saya mengatakan kepada dia:  memang hidup kita akan sia-sia, dan semua yang kita lakukan akan tidak berarti, jika kita hidup di luar Tuhan. 
Hari itu mata saya tercelik, bahwa bukankah ada banyak orang-orang yang mengalami hal demikian.  Yang tampak bahagia dengan hidupnya, yang tampak memiliki segala sesuatu,  namun di relung hati yang terdalam, ia mengalami kekosongan yang juga mendalam.  Mereka menemukan adanya kesia-siaan dan ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.  Mereka berusaha untuk mencari makna kehidupan yang sejati, yang tidak bersifat sementara, yaitu sebuah kehidupan yang hanya bisa didapatkan ketika seorang berada dalam Kristus, namun mereka tidak mendapatkan.  Pertanyaannya: dapatkah mereka menemukan kehidupan itu jikalau kita, yang sudah menemukan kehidupan sejati itu, tidak mau membagikan hidup itu kepada mereka?  Roma 10:14 mengatakan “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak percaya kepada Dia?  Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.  Bagaimana mereka mendengar tentang dia jika tidak ada yang memberitaknanya?”  Mereka tidak akan mendapat jika tidak ada yang membagikannya.
Betapa egoisnya kita jika kita yang sudah menikmati kehidupan sejati di dalam Tuhan, yang sudah mendapatkan anugerah itu, tapi tidak mau membagikannya kepada orang lain.  Seorang misionaris pernah mengeluarkan perkataan yang cukup menyentak saya.  Dan seharusnya perkataan ini harus menyentak kita juga.   Dia berkata:  “Jikalah kita tidak peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang, maka sebenarnya kita belum menyelami hati Kristus.  Bahkan kita belum mengenal Tuhan. Sebab... hati Tuhan ada pada jiwa-jiwa yang terhilang.”  Sudahkah kita memiliki hati yang peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang?
Oleh sebab itu hari ini kita akan belajar dari perikop barusan mengenai teladan Paulus dalam menjalankan misi.  Dari kisah Paulus kita dapat mempelajari bagaimana seharusnya 2 sikap yang dimiliki oleh orang Kristen berkaitan dengan pekerjaan misi.  Sikap apa saja:

Tuesday, July 17, 2012

DILEMAHKAN UNTUK MENJADI KUAT



Di dalam kekristenan terdapat banyak sekali pengajaran-pengajaran yang bersifat paradoks.  Paradoks itu artinya kelihatannya seperti saling bertentangan, namun kalau diteliti baik-baik, sebenarnya mereka tidak bertentangan sama sekali.  Misal:  Menjadi pelayan untuk menjadi pemimpin, hal ini tampak bertentangan bukan?  Menjadi pelayan tidak mungkin jadi pemimpin.  Namun sebenarnya hal ini tidak bertentangan.  Kita bisa menjadi pemimpin yang melayani.  Contoh pengajaran Kristen lainnya yang bersifat paradoks antara lain:  Melayani, bukan dilayani; menjadi mulia dengan melepaskan hak; orang yang dikasihi justru dihajar; melihat yang tidak terlihat; dsb. 

Namun dari semua paradoks itu, ada satu paradoks yang menarik perhatian saya.  Paradoks itu mengatakan “Ketika kita menjadi lemah, kita akan menjadi kuat”.  Hal ini sungguh tampak bertentangan.  Bagaimana mungkin seorang yang lemah bisa sekaligus disebut kuat?  Hal ini tampak tidak masuk akal bukan?  Namun realita menunjukkan demikian:  Ketika kita lemah, justru kita akan menjadi kuat.  Tentu saja semua ini ada penjelasannya.  Karena itu saya mengajak setiap kita untuk merenungkan kisah dari seorang yang bernama Gideon.

Kisah Gideon ini di awali dari pasal 6:1 yang menceritakan demikian “Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan; sebab itu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya.”  Selama tujuh tahun itulah umat Israel itu mengalami penderitaan dan tekanan yang berat.  Setiap kali mereka menanam sesuatu, pas sudah dekat musim menuai, orang-orang Midian datang untuk merampas hasil panen mereka.  Domba, lembu, dan segala ternak yang dimiliki orang Israel selalu di rampas. Sampai-sampai di ayat 6 dikatakan “sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu...” yang menunjukkan penderitaan yang begitu hebat.   Penderitaan itu tidak lain disebabkan oleh karena dosa mereka sendiri.  Karena perbuatan jahat itulah, maka Tuhan membiarkan mereka berjuang sendiri melawan orang-orang Midian.

Singkat cerita umat Israel menyesal atas perbuatan mereka, dan merekapun mencari Tuhan.  Lalu Tuhan yang begitu mengasihi umat Israel bagai seorang ibu mengasihi anak-anaknya, Ia menolong Israel untuk keluar dari penjajahan bangsa Midian.  Tuhan membebaskan Israel dengan mengirimkan seorang hakim yang muda belia yang bernama Gideon.

Namun pada saat itulah kepercayaan umat Israel kepada Tuhan di uji.  Ketika mereka hendak berperang melawan Midian, bergabunglah bersama Gideon 32.000 pasukan siap tempur.  Sebenarnya ini merupakan jumlah yang cukup banyak, namun jika dibanding dengan pasukan Midian, jumlah 32.000 itu tidak ada apa-apanya.  Alkitab mengatakan pasukan orang Midian itu seperti belalang banyaknya, bahkan seperti pasir di laut.  Yang menyatakan terlalu banyak hingga tidak lagi dapat terhitung.  Mungkin diperkirakan ada ratusan ribu bahkan jutaan pasukan Midian.  Dengan modal keberanian, orang Israel berusaha melawan orang Midian dengan segala pasukan yang ada.

Tetapi apa yang terjadi sebelum mereka berperang?  Tiba-tiba Tuhan berfirman kepada Gideon bahwa pasukan yang bersama Gideon itu terlalu banyak, dan Tuhan mau Gideon mengurangi jumlah pasukannya.  Kemudian diadakanlah pengujian pertama.  Pasukan yang semula berjumlah 32.000 orang kini tersisa 12 ribu orang.  Semakin jauhlah perbedaan jumlah pasukan mereka.  Tapi tidak cukup disana.  Tuhan berfirman lagi menyuruh Gideon mengurangi jumlah pasukannya lagi.  Masih terlalu banyak kata-Nya. Diadakanlah pengujian yang kedua, alhasil yang tersisa tinggal 300 orang.  Bayangkan saja, dari 32.000 orang pasukan melawan ratusan ribu, menjadi 300 orang melawan ratusan ribu.  Dan Tuhan menyuruh Gideon berperang dengan 300 orang itu.  Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa iman percaya umat Israel dan Gideon sangat diuji. 

Ketika saya merenungkan hal ini, saya bertanya-tanya “apa maksud Tuhan akal hal ini, mengapa Ia sengaja mengurangi jumlah pasukan Israel sampai sesedikit itu.”  Ketika merenungkanya saya menemukan sebuah jawaban.  Terkadang Tuhan sengaja mengurangi kekuatan kita supaya kita dapat melihat kekuatan-Nya yang jauh lebih perkasa.  Terkadang Tuhan sengaja membuat kita lemah terlebih dahulu, agar kita dapat melihat kekuatan-Nya yang besar menaungi diri kita.  Inilah bagian yang hendak diajarkan oleh Alkitab.  Paulus sendiri pernah berkata “Saya suka bermegah dalam kelemahanku, sebab, dalam kelemahanku lah kuasa Tuhan menjadi sempurna.”  Semakin kita lemah, semakin kita memandang kepada Tuhan, dan semakin kita bergantung kepada kuasa-Nya.  Semakin kita lemah, maka semakin kita menjadi kuat
Pernahkah bapak ibu berada dalam kondisi demikian?  Saya  mengenal seorang perempuan yang baru menikah ketika usianya sudah menginjak kepala 3.  Perempuan ini dapat dikatakan seorang Kristen-Kristenan, yang tidak terlalu peduli tentang Tuhan, tapi ia tetap ke gereja tiap minggu karena rutinitas sejak kecil. Satu kerinduan bagi seorang perempuan yang baru menikah umumnya adalah ingin memiliki momongan.  Tapi perempuan ini belum juga memiliki momongan dalam 2 tahun usia pernikahan mereka.  Dengan segala upaya ia mengusahakan untuk bisa memiliki anak.  Ia pergi ke dokter, konsultasi, minum ramuan yang katanya bisa menolong perempuan untuk mengandung, masih tidak bisa lagi, ia mencoba keluar negeri untuk dibantu pengobatannya.  Ia menjaga kesehatannya dengan baik. Dan banyak lagi upaya yang dilakukannya.  Tapi 1 tahun berlalu, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun... perempuan ini tidak kunjung mengandung.  Akhirnya karena kekuatannya sudah sirna, iapun menangis dihadapan Tuhan.  Dengan tanpa daya ia datang kepada Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan.  Ia mulai sungguh-sungguh beribadah. Mulai rajin bersaat teduh.  Mulai suka mendengarkan khotbah-khotbah yang ada di televisi dan sebagainya.  Walaupun belum juga dikaruniakan anak, tapi perlahan-lahan imannya mulai tumbuh.  Emosinya mulai stabil.  Dan dalam dirinya ia yakin bahwa Tuhan akan menyediakan yang terbaik.  Dan iapun menjadi orang yang kuat dan tegar.

Terkadang memang Tuhan harus mengambil kekuatan kita agar mata kita dapat tetap memandang kepada-Nya.  Tuhan merindukan agar setiap kita dapat semakin percaya kepada-Nya dan semakin mengandalkan Dia.  Bagaimana dengan saudara di tempat ini? Mungkin saat ini saudara sedang mengalami banyak pergumulan.  Mungkin tekanan-tekanan dalam pekerjaan, masalah ekonomi, sakit penyakit yang menyerang, bencana alam, dan banyak lagi permasalahan yang datang menyerbu hidup kita.  Mungkin saat ini kita merasa kekuatan kita sudah hampir habis.  Kita mengharapkan sesuatu, namun bukannya semakin dekat dengan apa yang kita harapkan, realita menyatakan bahwa hampir mustahil kita bisa menggapai apa yang kita harapkan.  Jika itu yang saudara alami saat ini, janganlah putus asa, mungkin Tuhan sedang mengambil kekuatanmu agar engkau bisa semakin mengandalkan Tuhan.  Jangan pernah sekalipun menyerah, sebaliknya arahkan pandanganmu kepada-Nya.  Dan mari kita belajar untuk tetap percaya kepada kedaulatan Tuhan atas hidup kita.  Rencana Tuhan tidak pernah meleset atau keliru.  Ia tau jalan yang paling tepat buat kita.  Ia tau apa yang harus diperbuat bagi masa depan kita.  Ia mau kita menjadi anak-anak Tuhan yang kuat.

Tuesday, July 10, 2012

Mendengar Perkataan Tuhan


Yeremia 35:17b “Aku telah berbicara kepada mereka, tetapi mereka tidak mau mendengarkan, dan Aku telah berseru kepada mereka, tetapi mereka tidak mau menjawab”

Sebagaimana setiap orangtua menginginkan anaknya mendengarkan setiap nasehat yang diberikan, saya kira demikian juga Tuhan menginginkan setiap kita anak-anak-Nya untuk mendengarkan suara-Nya.  Namun sayangnya, ada banyak anak Tuhan yang tidak lagi mau mendengar suara Tuhan.  Mereka meremehkan Firman Tuhan yang diungkapkan setiap minggu dimimbar-mimbar gereja; mereka meremehkan Alkitab dengan enggan membuka dan membacanya dalam waktu-waktu teduh; mereka tidak lagi peka akan maksud Tuhan dalam setiap peristiwa yang mereka alami hari lepas hari.  Kondisi mereka sama seperti orang Yehuda waktu zaman Yeremia yang menutup telinga erat-erat terhadap suara Tuhan; menutup hati; bertindak sesuai kesenangan diri; padahal Tuhan selalu berbicara kepada mereka.  Sungguh hal ini sangat mendukakan hati Tuhan.  Tuhan yang adalah Bapa kita juga merindukan kita untuk selalu peka terhadap suaranya.   (HF)
Mari intropeksi diri....jangan-jangan kita salah satu orang yang tidak suka mendengar suara-Nya.

Monday, June 04, 2012

PENTAKOSTA (Kisah rasul 2:1-13)



Hari ini kita bersama-sama merayakan hari Pentakosta, yaitu hari turunnya Roh Kudus.  Pada umumnya hari pentakosta tidak mendapat tempat terlalu penting bagi kebanyakan gereja.  Kalau Natal dan Paskah biasanya dibuat perayaan besar-besaran, disusun panitia jauh-jauh hari, dibuat acara yang menarik, dan mengeluarkan biaya yang sangat banyak. Namun di hari pentakosta, semuanya tampak biasa. Tidak perlu mempersiapkan panitia, dilakukan ibadah seperti biasa karena selalu jatuh di hari minggu, tidak perlu mengeluarkan biaya speserpun, hanya cukup mempersiapkan tema yang berhubungan dengan itu.  Kalau diumpamakan sebagai seorang anak, mungkin hari Pentakosta itu seakan-akan seperti anak tiri yang tidak terlalu dianggap.  Bahkan seandainya jika saya mewawancarai beberapa jemaat disini tentang apa itu pentakosta, saya kira beberapa akan menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak tau.   Beberapa orang malah mengira bahwa Pentakosta itu hari kenaikan Tuhan Yesus.  Ini menunjukkan betapa banyak orang /gereja yang tidak menganggap penting hari pentakosta.

Namun demikian, bukan berarti hari Pentakosta bukanlah peristiwa yang penting.  Tidak!  Hari ini kita sedang memperingati hari yang sangat istimewa, hanya saja sering terlupakan.   Bagi orang-orang Yahudi jelas momen pentakosta adalah momen yang sangat penting.  Setelah umat Israel terbebas dari perbudakan Mesir dengan keperkasaan Tuhan yang mereka kenang sebagai hari Passover atau paskah, 50 hari setelah peristiwa itu Tuhan memberikan 10 perintah Allah di gunung Sinai kepada Musa.  Bukan cuma itu, bagi orang Yahudi di perjanjian Lama, hari pentakosta itu merupakan hari panen besar-besaran, yang menunjukkan pemeliharaan Tuhan.  Semua itu terjadi di hari ke-50 setelah pembebasan dari perbudakan Mesir, karena itu mereka menyebutnya pentakosta, yang berarti: hari ke-50.  Tuhan memerintahkan orang Yahudi  untuk merayakannya setiap tahun secara besar-besaran.

Itu bagi orang Yahudi.  Bagi Kekristenan saat ini pun hari pentakosta juga merupakan peristiwa yang penting.  Pentakosta melambangkan sebuah era baru dimana Tuhan bekerja dalam kehidupan anak-anak-Nya melalui Roh Kudus.   Kalau zaman PL orang menyebutnya sebagai zaman Allah Bapa, dimana Allah bapa sering bersuara dan menyampaikan Firman secara langsung;  Memasuki awal zaman-zaman PB secara khusus bagian kitab-kitab injil seperti Matius, Markus, Lukas, Yohanes, orang-orang  menyebutnya sebagai zaman Allah anak, dimana Allah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus.  Memasuki zaman kisah rasul, sampai zaman kita tinggal sekarang,  kita hidup dalam zaman Allah Roh Kudus; dimana Roh Kudus yang  berperan menjaga iman orang-orang percaya, dan memelihara kehidupan orang-orang percaya.  Ya, sampai saat ini Roh Kudus terus bekerja atas hidup orang percaya.  Bahkan bisa dibilang terbentuknya gereja yang paling pertama dalam sejarah kehidupan kita itu karena buah karya Roh Kudus.   Dan semuanya itu diawali melalui hari pentakosta.  Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa hari Pentakosta itu penting bagi kita, yaitu sebagai hari dimana kita merayakan akan turunnya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang percaya sampai saat ini.   Sebab itu tidak bisa tidak, di hari Pentakosta ini mari kita bersama-sama belajar kembali akan peran Roh Kudus dalam hidup kita. 

Sebenarnya apa sih peran Roh Kudus?
Seorang kawan saya pernah mendatangi saya, ia membuka kitab Kisah Rasul pasal 2 seperti yang sudah kita baca barusan, ia menyuruh saya membaca dan kemudian ia berkata: “Lihat Fong, Hari Pentakosta ditandai dengan para rasul dikuasai Roh Kudus, dan lalu mereka berbicara dengan bahasa-bahasa lain.  Itu bahasa Roh Fong.  Seharusnya orang yang memiliki Roh Kudus juga memiliki karunia ini.  Bahkan gereja yang memiliki Roh Kudus juga harus bisa berbahasa Roh.”  Wah, mendengar hal itu pertama saya rasa ada benarnya.  ‘Benar juga pendapatnya’ itu yang ada di benak saya waktu itu.  Dan saya setuju dengan ungkapannya. Namun ketika saya mempelajari Alkitab lebih dalam, saya menemukan hal yang berbeda.  Dalam kisah selanjutnya, ketika Roh Kudus juga turun di Samaria (Kis 8:14-17), ternyata Roh Kudus turun dengan adem ayem, tanpa ada gempa, tanpa lidah api, dan juga tanpa orang-orang yang menerima Roh Kudus itu kemudian semua bisa berbahasa roh.  Tapi Alkitab mencatat dengan jelas bahwa mereka menerima Roh Kudus.  Jadi kesimpulannya adalah:  Bahasa Roh ternyata bukanlah tanda bahwa seseorang sudah memiliki Roh Kudus atau belum.  Itu sebabnya jika ada orang berkata bahwa gereja a atau b tidak punya roh kudus karena gereja itu tidak bisa berbahasa roh, itu salah besar.  Karena bahasa roh bukanlah tanda bahwa sebuah gereja memiliki roh kudus atau tidak. 

Pernah juga saya mendengar orang berkata tentang gereja kita pada awal saya melayani di tempat ini.  Saya ingat benar, pada tahun 2010 ketika saya masih praktek di tempat ini, dan ketika gereja kita sedang fokus membangun SD – SMU Zion yang saat ini sudah berdiri kokoh;  Ada seorang, yang saya sendiri tidak tau siapa dia,berkata demikian “Gereja GKKA tidak mempunya Roh Kudus.  Lihat aja, bangun sekolah saja tidak jadi-jadi.”  Tapi benarkah demikian? Sungguhkah sebuah gereja dapat diklaim tidak memiliki Roh Kudus hanya jika ia lambat membangun gedung sekolah atau gereja?  Saya kira perkataan seperti ini tidak dapat dipertanggung jawabkan bukan?  Jadi apa sih ciri sebuah gereja atau seseorang yang memiliki Roh Kudus?

Ketika saya menyelidiki lebih lanjut kitab Kisah Para Rasul, saya menemukan ada satu ciri pasti bagi orang yang sudah menerima dan memiliki Roh Kudus.  Apa itu?  Ciri utamanya ialah: Seorang yang menerima Roh Kudus hidupnya akan menjadi saksi bagi sekitarnya.  Semakin seseorang dipenuhi Roh Kudus, maka semakin kesaksian hidupnya semakin memberkati banyak orang.  Roh Kudus berperan menjadikan dan memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup.

Tentu saya mengatakan hal ini ada dasarnya.  Kalau kita mempelajari kitab Kisah Rasul, maka kita akan menemukan kebenaran ini.  Pasal 1:8 merupakan ayat kunci dari keseluruhan kitab ini yang berbunyi “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan Kamu akan menjadi saksi-KU di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”  Coba perhatikan kata-katanya “....kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, kamu akan menjadi saksi-KU.....”  Inilah yang menjadi tema utama dari kitab Kisah Para Rasul, bagaiman Roh Kudus memimpin semua orang percaya untuk menjadi saksi Kristus.

Kesaksian itu dimulai dari peristiwa Pentakosta.  Ketika mereka berkumpul disuatu tempat, dan Roh Kudus turun atas mereka, tiba-tiba mereka berbicara dengan bahasa lain yang bukan bahasa mereka.  Saya tidak setuju ketika dikatakan bahwa bahasa lain ini disamakan dengan bahasa Roh yang biasa kita dengar sekarang.  Mengapa saya tidak setuju?  Karena bahasa roh yang diucapkan orang-orang saat ini tidak dimengerti oleh orang lain yang mendengarnya.  Namun bahasa yang diucapkan para rasul pada waktu itu berbeda, semua bahasa itu bisa dimengerti oleh orang lain.  Bahkan bahasa mereka bisa dipahami oleh berbagai suku bangsa: yaitu orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, (ada 12 suku), dll.  Orang-orang yang berkumpul waktu itu tercengang-cengang karena mendengar para rasul itu mendadak bisa bicara dalam bahasa mereka.  Saya ga bisa bayangkan.  Misalkan saya bicara bahasa samarinda disini “Unda handak kasi tau ikamlah, kada kawa bujur-bujur kah nyawa” – Eh, tiba-tiba bapak ibu mendengar dalam bahasa Makassar ‘Saya kasi tau mako na, baji-baji mako.”   Eh beberapa orang lagi mendengarnya dalam bahasa mandarin “Wo kau su ni na,...”  Pasti mencengangkan bukan?  Itulah yang terjadi di hari pentakosta.  Dan itulah kesaksian yang pertama semenjak Roh Kudus turun.  Roh Kudus menjadikan orang-orang percaya itu menjadi saksi bagi bangsa-bangsa lain, sebagai penegasan bahwa semua bangsa kelak akan menerima Kristus. 

Setelah peristiwa itu, ketika orang-orang percaya sudah menerima Roh Kudus, perikop berikutnya (2:14-40) menceritakan tentang bagaimana Petrus menyampaikan kesaksiannya tentang Kristus kepada banyak orang, dan 3000 orang bertobat karena kesaksianya.  Semua orang terheran-heran, karena Petrus hanyalah seorang nelayan biasa yang tidak berpendidikan.  Tetapi hari itu ia bisa bersaksi dengan luar biasa hingga mempertobatkan begitu banyak orang.   Bagaimana mungkin?  Roh Kuduslah yang memberikan kuasa bagi Petrus untuk melakukan itu semua.  Yesus sendiri pernah berkata dalam Yohanes 14:26 “tetapi penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan kuutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”  Jelas disini Roh Kudus yang memampukan dan memberikan keberanian kepada Petrus untuk berkata-kata.  Roh Kudus yang mengubah dan memperlengkapi Petrus untuk menjadi saksinya.

Bukankah kita sering dibuat tercengang dengan kehidupan seseorang yang dulunya begitu rusak, namun tiba-tiba berubah 180 derajat.  Saya pernah mengenal seorang yang dulunya adalah pecandu Narkoba yang juga sekaligus bandar narkoba kelas kakap.  Namun beberapa tahun saya tidak berjumpa dengannya, tiba-tiba saya mendengar ia saat ini sedang belajar di sekolah Alkitab menyerahkan diri menjadi seorang hamba Tuhan.  Ada juga seorang  Kristen yang dulunya saya kenal sebagai seorang yang sangat minder.  Ia sangat tidak berani berdiri didepan orang-orang banyak.  Namun kini ia melayani sebagai seorang motivator yang memberkati banyak orang.  Ada juga seorang yang dulunya kalau bicara gagap, tidak jelas apa yang dibicarakan.  Namun beberapa waktu lamanya saya tidak berjumpa dengan dia, sekarang ia sudah menjadi Liturgos handalan di gerejanya, yang memberkati banyak orang..  Bagaimana mungkin mereka bisa berubah demikian?  Saya percaya Roh Kuduslah yang mengubah mereka.  Roh Kudus mengubah, memperlengkapi dan memampukan mereka untuk dapat menjadi saksi-saksi Kristus.  Roh Kudus itu jugalah yang mengubah Petrus menjadi rasul yang sangat berkuasa.

Bukan hanya kesaksian secara verbal, selanjutnya (2:41-47) dikisahkan tentang bagaimana jemaat mula-mula itu menjadi saksi melalui perilaku mereka.  Mereka menjadi saksi Kristus ketika mereka berbagi kasih kepada sesama yang membutuhkan, walau harus mengorbankan kenyamanan diri sendiri. Alhasil melalui kesaksian hidup mereka, jemaat yang percaya semakin bertambah. Pasal 3 sampai 5 banyak berbicara tentang kesaksian rasul-rasul dan jemaat mula-mula, kisah tentang Petrus menyembuhkan orang lumpuh, kisah salah satu jemaat mula-mula yang bernama Barnabas yang dikatakan sebagai penghibur, dsb.

Dipasal 6-7 muncullah saksi yang lain yang bernama Stefanus yang dikatakan sebagai seseorang yang penuh dengan Roh Kudus.  Stefanus bersaksi bagi banyak orang, dan hasilnya ia menjadi martir pertama bagi kekristenan.  Pertama orang mengira kesaksian Stefanus itu sia-sia belaka.  Tapi orang-orang itu keliru.  Karena dari kesaksian Stefanuslah akhirnya injil pertama kalinya keluar dari lingkungan Yudea.  Dipasal 8 dikisahkan bagaimana Filipus bersaksi di Samaria dan Etiopia.   Dan sisa pasal selanjutnya kita melihat bagaimana Paulus, Barnabas, dan para rasul lainnya, dengan berani menjadi saksi menyampaikan tentang Kristus kepada banyak orang.  Sampai akhirnya tergenapilah apa yang Tuhan katakan di awal “....Kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi”.  Inilah kunci dalam cerita di kitab kisah rasul.  Roh Kudus turun memampukan mereka menjadi saksi-saksi Kristus.

Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang yang mempunyai roh Kudus adalah seseorang yang menjadi saksi bagi banyak orang.  Karena jika Roh Kudus ada dalam pribadi kita, tidak bisa tidak, ia akan mendorong kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus.  Semakin seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, semakin kehidupannya menjadi saksi dan berkat bagi banyak orang.  Karena itu jika kita ingin mengetahui apakah Roh Kudus ada dalam hidup kita atau ada dalam sebuah gereja, cobalah untuk melihat kehidupan kita, apakah hidup kita sudah menjadi saksi yang hidup.  Sudahkah hidup kita menyatakan kasih Kristus di tengah dunia.  Sudahkah hidup kita memberkati orang disekitar kita.  Itulah tanda utama seseorang yang hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus.

Bagaimana caranya agar hidup kita dapat dipenuhi oleh Roh Kudus?  Pertama:  Mari kita rendahkan hati kita untuk dibentuk dan mau dikuasai Firman Tuhan.  Jauhkah segala keegoisan diri kita.  Ego diri merupakan penghalang utama Roh Kudus berkuasa dalam diri kita.  Sebaliknya, kuasai hidup kita dengan Firman Tuhan.  Semakin kita membiarkan diri kita dikuasai Firman Tuhan maka semakin hidup kita akan dikuasai Roh Kudus.  Orang yang dikuasai Firman Tuhan itu tidak menjalankan hidupnya berdasarkan egonya.    Sebab itu mari kita terus merenungkan Firman Tuhan dan membiarkan Firman itu menguasai hidup kita.  Semakin kita dikuasai oleh Firman Tuhan, semakin kita dipenuhi oleh Roh Kudus, dan semakin hidup kita menjadi saksi yang hidup bagi banyak orang. 

Selain itu milikilah kepekaan akan suara Roh Kudus.  Kadang Roh Kudus bisa sewaktu-waktu berbicara lewat hati kita untuk menggerakan kita untuk melakukan sesuatu.  Pekalah dan taatlah akan hal itu.  Ketika di seminari, saya berjumpa dengan seorang adik kelas yang duduk sendiri.  Saya menyapa dia dan diapun tersenyum menyapa saya.  Namun ketika saya hendak pergi meninggalkan dia, tiba-tiba suara nurani berkata ‘Fong, dia lagi ada masalah, coba kamu dampingi dia.’  Tapi logika saya mengatakan ‘gak tuh, dia tadi senyum-senyum kayak ada masalah.’  Tapi saya berusaha mentaati apa yang menjadi bisikan pertama yang saya yakin itu bisikan Roh Kudus.  Saya menghampiri dia dan saya bertanya “apakah kamu ada masalah?”  Iapun terkejut, dan berkata, “kok kamu tau kalau saya lagi ada masalah?”  Lalu ia menangis, dan menceritakan semua pergumulan hidupnya yang berat.  Setelah ia cerita iapun merasa lega.  Kadang-kadang kita merasakan dorong itu bukan?   Biss, Jika Roh Kudus mendorong kita untuk melakukan sesuatu pelayanan, jangan ditahan-tahan.  Tapi pekalah dan taat lakukan apa yang diminta.  Semakin kita peka terhadap pekerjaan Roh Kudus, semakin hidup kita dikuasai oleh Roh Kudus. 

Ingatlah, menjadi saksi itu bukan sekedar menyampaikan Firman Tuhan di atas mimbar seperti para hamba Tuhan yang ada di gereja-gereja.  Tapi menjadi saksi itu juga dapat ditunjukkan dalam kehidupan kita sehari-hari, melalui perbuatan kasih kita, melalui kebaikan hati kita, melalui telinga-telinga yang mau mendengar keluh kesah orang lain, dan melalui tindakan, atau juga melalui teladan hidup kita.  Seberapapun hebatnya seseorang, seberapa multitalentednya ia, seberapapun banyaknya kemampuan yang ada pada seseorang, namun jika bukan Roh Kudus yang bekerja maka sia-sialah semua upayanya.  Sebaliknya, jika ada seorang yang sederhana sekalipun, yang tidak pandai bicara, yang tidak punya banyak kemampuan, namun bila hidupnya penuh dengan Roh Kudus ia akan menjadi berkat lewat kesaksiannya hidupnya. 

Ada seorang bapak yang sangat sederhana.  Ketika ia percaya kepada Tuhan, Roh Kudus memenuhi hidupnya.  Ada kerinduan yang besar dalam dirinya untuk bersaksi.  Tetapi bapak ini tidak punya kemampuan apa-apa.  Uang tidak punya, keahlian tidak punya, bicara pun tidak pandai, sehingga ia harus berpikir keras bagaimana caranya bersaksi tentang Kristus.  Akhirnya ia menemukan satu cara untuk bersaksi.  Bagaimana caranya?  Tiap hari ketika ia pergi bekerja naik kereta api, sebelum turun ia menepuk pundak orang-orang dan berkata “Percaya Tuhan, kalau tidak masuk neraka.”  Habis mengatakan itu ia pergi.  Hanya itu yang bisa dilakukan oleh bapak sederhana ini selama bertahun-tahun.  Setahun, dua tahun, sampai beberapa tahun ia melakukan hal yang sama dengan setia.  Namun sampai suatu titik ia berpikir bahwa apa yang ia lakukan sia-sia.  Ia merasa tidak ada orang yang bakal bertobat hanya jika ia berkata demikian.  Iapun mulai putus asa.  Sampai suatu ketika, saat bapak ini sedang duduk-duduk santai.  Seorang pemudi datang kepadanya dan berkata “pak, mungkin bapak tidak mengenal saya, tapi saya mau mengucapkan terimakasih kepada bapak.”  Bapak itu terheran-heran.  Kemudian pemudi ini melanjutkan perkataannya “Dulu hidup saya kacau, hidup seenaknya, namun ketika bapak menepuk saya dan mengucapkan kalimat singkat itu, saya tersentak dan berpikir, bagaimana jika saya mati saat ini, pasti saya masuk neraka.  Semenjak itu saya mulai mencari Tuhan.”  Mendengar hal itu bapak itu kembali bersemangat untuk bersaksi.  Roh Kudus lah yang memampukan bapak itu menjadi saksi melalui kesederhanaanya.

Bagaimana dengan kita?  Sudahkah hidup kita dipenuhi oleh Roh Kudus?  Sudahkah kita menjadi saksi yang hidup bagi orang lain?  Seorang ayah yang dipenuhi Roh Kudus akan menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagai kesaksian yang hidup, dimana anak-anaknya respek dan mengagumi dia sebagai seorang kepala keluarga.  Seorang ibu yang dipenuhi Roh Kudus, ia mampu mempertobatkan suaminya yang belum percaya melalui sikapnya yang baik.  Seorang pekerja yang dipenuhi Roh Kudus dapat membuat rekan-rekannya yang belum percaya menjadi tertarik untuk mengikuti apa yang kita percayai karena kesaksian hidup kita yang jujur dan berintegritas.  Seorang pelajar yang dipenuhi Roh Kudus akan menjadi panutan bagi teman-temannya atas seluruh pergaulannya yang berbuah.  Intinya, seorang yang dipenuhi Roh Kudus, kehidupannya akan menjadi saksi bagi banyak orang.  Sudahkah kita hidup dipenuhi Roh Kudus? 

Mungkin pertanyaan yang lebih penting:  Maukah hidup kita dikuasai oleh Roh Kudus?  Maukah hidup kita menjadi berkat bagi sesama kita? Maukah kita menjadi saksi yang hidup untuk orang lain?   Kiranya di hari Pentakosta ini, setiap kita dapat mengambil komitmen kembali untuk hidup dipenuhi oleh Roh Kudus dengan menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup.