Tuesday, January 25, 2011

Bersukacitalah Senantiasa



Tetap bersukacita? Emangnya mudah? Tentu tidak. Bersukacita pada saat-saat yang berbahagia tentu sangat mudah untuk dilakukan. Namun jika diminta bersukacita dalam keadaan yang mendatangkan dukacita itu sangatlah sukar.

Seorang sahabat saya pernah mengalami permasalahan dalam pekerjaannya. Ia ditipu orang sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Ditambah lagi ia bertengkar dengan suadaranya yang membuat suasana menjadi tambah tidak kondusif. Akhirnya sahabat saya mengalami stress berat. Ia telpon saya dan bercerita tentang apa yang di alaminya. Tidak lama setelah ia bercerita, tiba-tiba ia menangis. Sebagai sahabat sayapun berusaha menghibur dia. Saya katakan “Fren, sabar yah....yang tabah. (dengan suara pelan).” Namun segera saja dengan nada tidak senang ia berkata “Kamu ini enak aja ngomong tabah dan sabar....Kamu kira mudah ya melakukan itu.” Langsung ia menutup telponnya. Kemudian saya menelpon kembali dan meminta maaf karena apa yang sudah saya katakan.

Memang tidak mudah untuk tetap tenang apalagi bersukacita di tengah kondisi yang tidak menyenangkan. Tidak mudah untuk bisa bersukacita di tengah keadaan yang penuh dengan pergumulan. Karena itu tidak pernah ada karangan bunga di acara kedukaan yang berbunyikan “Tetaplah bersukacita”. Hampir semua karangan bunga dalam acara kedukaan serempak dari tahun ketahun akan menuliskan “turut berdukacita”.

****

Menariknya Paulus pernah mengatakan kepada jemaat Filipi “Tetaplah bersukacita” justru ditengah kondisi-kondisi yang seperti itu. Beberapa penafsir mengatakan bahwa orang-orang Filipi hidup dalam dunia yang penuh tantangan serta penderitaan. Menderita seperti apa kita tidak tau pasti. Bisa jadi karena penganiayaan, bisa jadi karena tekanan dari kaisar yang jahat, dan bisa jadi karena penindasan. Memang pada zaman-zaman itu banyak orang Kristen yang harus menderita karena dianiaya. Yang pasti mereka hidup dalam zaman yang penuh tantangan dan penderitaan, sehingga Paulus harus mengingatkan mereka untuk jangan gentar dan tabah menghadapi penderitaan itu.

Namun justru dalam keadaan itulah Paulus menyerukan sebuah perintah “Bersukacitalah senantiasa” Ini bukanlah sekedar himbauan; bukan juga sekedar saran atau masukan. Tapi ini merupakan kalimat perintah. Bahkan perintah ini dipertegas dengan kalimat selanjutnya “Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Saya kira ini merupakan perintah yang sangat penting, sehingga Paulus harus mengulanginya sebanyak dua kali. Jika seorang guru memberi perintah kepada muridnya 1 kali, ada kemungkinan sang murid tidak menjalankan perintahnya. Namun jika guru tersebut mengulangi perintah itu sebanyak dua kali, maka jelas itu merupakan perintah yang sangat penting yang harus dilaksanakan. Apalgi kalau kita membaca keseluruhan kitab Filipi, kita dapat menemukan ada 16 kata sukacita yang terus diulang (baik dalam kata benda ataupun kata kerja) memenuhi kitab ini. Sampai-sampai ada penafsir yang mengatakan kitab Filipi ini adalah kitab sukacita. Mengapa demikian? Saya kira perintah untuk ‘bersukacita senantiasa’ dan itu merupakan perintah yang penting, sehingga Paulus harus menegaskannya berulang kali. Memang salah satu ciri khas orang Kristen ialah bahwa ia harus memiliki sukacita dalam dirinya. Karena salah satu buah roh adalah sukacita, maka seorang yang dipenuhi oleh roh harus memiliki sukacita itu.

Namun Paulus berkata demikian bukan karena ia tidak mau berempati dengan jemaat Filipi. Menariknya Paulus sendiri keadaannya sedang dipenjara ketika menulis surat ini. Bukan hanya itu, ada banyak orang yang mengincar kematian Paulus karena ia mengikuti agama Kristen. Pauluspun juga berada dalam penderitaan dan kesusahan waktu itu. Namun Paulus berhasil untuk tetap bersukacita. Di pasal 2 ia berkata “Sekalipun darahku dicurahkan, aku tetap bersukacita.” Ketika mengalami penderitaan ia tetap bisa bersukacita. Karena itu ia mengajak segenap jemaat Filipi untuk dapat bersukacita sama seperti dia.

Sukacita itu bukanlah perasaan senang yang sementara, yang bisa hilang sewaktu-waktu. Seperti seorang anak kecil yang begitu senang jika diberi mainan, namun hanya sesaat saja. Tidak! Sukacita itu harus lebih dari itu. Bagi Paulus sukacita itu harus didasarkan di dalam Yesus, di mana dalam sukacita itu ada keyakinan, ada kepastian, dan ada kepercayaan akan jaminan keselamatan dan pemeliharaan Tuhan. Keyakinan itulah yang akhirnya memberikan perasaan sukacita. Sehingga walau ia mengalami penderitaan ia akan tetap bersukacita. Bahkan walau ia harus menangis, tetapi dalam dasar hatinya ia tetap bersukacita. Mengapa? Karena ia yakin di dalam Tuhan hidupnya akan terpelihara dan terjamin.

Saudaraku, saya kira jika Paulus hidup di jaman sekarang iapun ingin memberikan nasehat....bukan....bukan nasehat..... tapi perintah kepada kita anak-anak Tuhan untuk ‘bersukacitalah senantiasa.....sekali lagi kukatakan bersukacitalah....” Dalam keadaan apapun kita mari usahakan untuk slalu bersukacita. Sukacita yang didasari oleh keyakinan bahwa hidup kita sudah diselamatkan dan Tuhan akan terus menjamin dan memelihara hidup ini sampai pada akhirnya.

Saudaraku, bagaimana dengan kita? Masihkah kita bersukacita dalam keadaan kita saat ini? Mungkin kita berada dalam pergumulan yang bergitu berat hari ini. Namun jangan biarkan pergumulan-pergumulan itu merampas sukacita kita. Bangunlah keyakinan yang kokoh bahwa ada Tuhan yang menjamin hidup kita. Sehingga di dalam Tuhan kita dapat tetap bersukacita. Akhir perenungan ini ijinkan saya berkata sama seperti Paulus berkata “Bersukacitalah senantiasa....sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Wednesday, January 19, 2011

Ruang Tunggu Kehidupan (1 Pet 2:11-17) #2


2. Melakukan Perbuatan baik

Selain kita diminta untuk menjauhkan diri dari keinginan daging, selanjutnya kita diminta untuk melakukan perbuatan baik. Apa bedanya dari point pertama? Bedanya ialah ketika kita menjauhi keinginan daging, kita berbicara tentang sikap yang sewajarnya bagi diri sendiri. Sedangkan melakukan perbuatan baik itu lebih berbicara tentang bagaimana semestinya sikap kita terhadap orang lain.


Menariknya dalam perikop yang kita baca, Petrus berulang kali berbicara tentang perbuatan baik. Sepertinya perbuatan baik ini merupakan penekanan dalam perikop ini. Kepada siapakah perbuatan baik itu ditujukan? Jawabnya jelas kepada semua orang. Baik kepada pemerintah, baik kepada tuan atau bos kita yang belum percaya, bahkan kepada orang-orang yang berbuat jahat kepada kita.

Kalau kita perhatikan konteks dari surat Petrus ini, banyak peneliti mengatakan bahwa orang Kristen pada waktu itu hidup dalam penindasan kaisar Nero. Kaisar Nero adalah kaisar yang sangat jahat. Bisa dikatakan ia adalah seorang psikopat. Ia pernah membunuh ibunya, bibinya dan saudaranya sendiri demi kekuasaan. Ia sangat membenci orang Kristen. Pernah suatu kali Nero membakar 2/3 dari kota Roma dan kemudian ia memfitnah orang-orang Kristen sebagai pelakunya. Di tangannya orang Kristen banyak yang terbunuh. Mereka dimasukan dalam kandang singa. Ada yang di adu dengan harimau gladiator. Parahnya ratusan orang Kristen acapkali di ikat di sebuah tiang dan dibakar pada malam hari untuk menjadi obor taman di istana. Betapa sengsara orang Kristen yang hidup dalam zaman pemerintahan Nero. Tapi justru kepada raja seperti inilah Petrus mengatakan bahwa orang Kristen harus tunduk kepada pemerintah. Selama kehendak pemerintah tidak bertentangan dengan kehendak Allah maka setiap orang Kristen harus tunduk, meski pemerintah itu kejam. Orang Kristen diminta untuk tetap berbuat baik walaupun dipimpin oleh pemerintah yang demikian.

Mengapa kita harus berbuat baik? Jawabnya jelas yaitu agar dengan perbuatan baik maka orang-orang yang belum percaya dapat memuliakan Tuhan. Banyak kesaksian yang menunjukkan bahwa seorang suami yang belum percaya dapat bertobat setelah melihat kelakuan baik istrinya. Si istri tidak berkata apa-apa, tapi kelakuannya sudah mengatakan banyak hal. Ada juga saya mengenal seorang atasan yang akhirnya memutuskan untuk percaya kepada Tuhan setelah melihat sikap dan tindakan bawahannya yang baik dan begitu ringan tangan kepadanya tanpa maksud yang menjilat, maka atasan itu memutuskan untuk percaya kepada Tuhan. Ada banyak lagi orang-orang yang dimenangkan oleh karena melihat perbuatan baik anak-anak Tuhan. Melalui itulah kita dapat memuliakan Tuhan. Memang tidak ada khotbah yang lebih baik selain khotbah yang berasal dari sikap hidup kita.

Suatu ketika ada seorang pemuda dari India yang sedang menempuh pendidikannya di daerah Afrika yang berbasis Kristen. Sedang pemuda itu masih beragama hindu. Disanalah pemuda tersebut mengenal apa yang namanya Kristen. Suatu ketika ia mengikuti sebuah KKR yang diikuti oleh banyak pelajar; dan ternyata KKR tersebut berhasil membuatnya tertarik dengan Yesus Kristus. Pemuda itu mulai membaca Alkitab, dan ia sangat tertarik dengan tokoh yang bernama Tuhan Yesus itu. Baginya Tuhan Yesus adalah sosok yang rendah hati dan penuh kasih. Untuk mengenal lebih dalam tentang Tuhannya orang kristen, maka ia mulai membaca buku-2 yang mendalami tentang Tuhan. Khotbah dibukit merupakan bagian Alkitab yang sangat disenanginya.

Namun sayangnya, sewaktu ketika ia memutuskan untuk pergi kegereja, ia malah mengalami kekecewaan. Mengapa? Pada waktu itu digereja ada orang-orang yang bertindak rasial, yang suka mendiskriminasi. Mereka menyakiti dan menindas orang-orang yang rasnya dianggap lebih rendah. Mereka juga menindas orang-orang yang berbeda kulit dengan mereka. Dan ketika pemuda itu hendak masuk kegereja, ia ditolak oleh orang-orang Kristen itu sendiri. Akhirnya ia mengalami kepahitan yang sangat dengan orang Kristen.

Padahal pemuda itu sangat kagum dengan Tuhan Yesus, tetapi ia tidak dapat percaya kepada Tuhan karena orang-orang Kristen itu sendiri telah menjadi batu sandungan. Akhirnya pemuda itu tetap berada dalam agama hindu. Ia hanya dapat mengagumi Tuhan Yesus, tetapi tidak percaya. Tahukah Saudara, pemuda itu bernama Mahatma Gandhi, seorang pemimpin India yang begitu dihormati. Ia adalah seseorang yang giat menyuarakan anti-diskriminasi. Ia pernah menjadi perdana menteri di India. Di akhir hidupnya ia pernah berkata: “Sayang Tuhan Yesus itu adalah Tuhannya orang Kristen. Kalau bukan, saya pasti sudah mengikuti Dia”. Sayang sekali, andaikan Mahatma Gandhi menjadi Kristen, pasti orang India banyak juga yang menjadi Kristen saat ini. Perbuatan kita dapat menarik dan menghambat orang datang kepada Tuhan.

Karena itu marilah kita berbuat baik. Nyatakan kasih Kristus dengan perbuatan kita. Muliakan Tuhan dengan hidup ini. Jika Yesus adalah Tuhan dan guru kita senantiasa berbuat baik selama hidup di dunia ini, marilah kita yang adalah murid meneladani Dia. Berbuatbaiklah kepada semua orang. Bukan hanya kepada yang kita kenal, tetapi juga kepada yang tidak kita kenal, bahkan kepada orang-orang yang memusuhi kita.

****
Inilah ruang tunggu kehidupan. Mari selama kita di ruang tunggu ini kita terus menjauhkan diri dari keinginan daging, dan marilah kita senantiasa berbuat baik kepada semua orang. Sehingga hidup kita tidak menjadi batu sandungan, melainkan menjadi berkat bagi banyak orang. Bagaimana jika kita tidak melakukannya? Kita tidak tahu. Yang pasti saudaraku, Alkitab mengatakan bahwa setiap apa yang kita lakukan dan apa yang tidak kita lakukan di dalam ruang tunggu kehidupan ini kelak akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Karena itu sekali lagi, mari kita isi kehidupan kita selama di ruang tunggu ini dengan menjaga kekudusan hidup dan melakukan perbuatan baik.

Ruang Tunggu Kehidupan (1 Pet 2:11-17) #1




Pada tahun 2004 seorang sutradara yang bernama Steven Spielberg membuat sebuah film layar lebar yang cukup menarik dengan judul “The Terminal”. Film tersebut dilakoni oleh seorang aktor yang cukup familiar bagi pecinta layar lebar yang bernama Tom Hanks. Tom Hanks memainkan peranan sebagai seorang yang bernama Victor Navorski. Dalam film ini dikisahkan di mana Victor yang berasal dari sebuah negara yang bernama Krakhozia sedang berjalan-jalan ke NewYork City untuk melakukan sebuh misi yang dipesan oleh orang tuanya. Karena ijin tinggalnya segera berakhir maka Victor segera memesan tiket untuk pulang kembali kenegara asalnya. Namun karena ada satu dan lain hal, maka ia tidak diijinkan pulang. Ditambah tidak ada satu orangpun yang mengerti bahasanya maka semakin susahlah ia untuk kembali ke negaranya. Saat itulah ia terperangkap dalam bandara tersebut. Mau kembali ia tidak bisa, tapi mau tinggal di Amerika sudah tidak diijinkan. Maka terjadilah ia menunggu selama kurang lebih 9 bulan di bandara. Ia makan disana, mandi disana, tidur dikursi ruang tunggu, dan melakukan semua kegiatannya disana sambil menunggu kesempatan bahwa ada pesawat yang akan membawanya pulang. Selama 9 bulan ia hanya bisa menunggu dan menunggu. Karena itulah di cover depan film ini tertuliskan “Life is waiting”

Saudara, Keadaan Victor ini sebenarnya kurang lebih menggambarkan bagaimana keadaan manusia saat ini. Sama seperti Victor yang menunggu untuk bisa berangkat dan harus menunggu di ruang tunggu bandara, saat inipun kita sedang berada dalam ruang tunggu kehidupan. Hanya saja dalam film itu ia terperangkap (atau terpaksa tinggal disana) dan tidak bisa keluar dari bandara tersebut. Sedangkan kehidupan kita sudah terencana bahwa kita memang harus berada di ruang tunggu kehidupan ini.

Tapi yang jelas ruang tunggu ini jelas bukan tujuan akhir kita. Suatu saat kita pasti akan keluar dari ruang tunggu ini. Sama seperti kalau kita hendak bepergian keluar kota atau keluar pulau dengan pesawat terbang. Setelah memasukan semua bagasi dan check in, kita akan diarahkan untuk masuk ke dalam ruang tunggu. Tentunya tujuan akhir kita bukanlah ketika kita bisa memasuki ruang tunggu tersebut. Tujuan akhir kita adalah menaiki pesawat dan pergi kekota yang hendak dituju bukan? Kehidupan kitapun demikian. Saat ini kita masih berada di ruang tunggu. Dimana kelak, ketika ada panggilan maka kita akan pergi meninggalkan ruang tunggu kehidupan ini. Kapan itu? Ketika kita sudah dipanggil Tuhan.
Hanya saja dalam lapangan terbang kita tahu jadwal kapan kita berangkat. Tinggal melihat di papan boarding, maka kita sudah tau pasti kapan dan jam berapa kita akan meninggalkan ruang tunggu tersebut. Akan tetapi dalam ruang tunggu kehidupan ini kita tidak pernah tau kapan akan keluar dari ruang tunggu ini. Sewaktu-waktu, siap-ga siap, mau-ga mau, kita akan dipanggil untuk meninggalkan ruang tunggu tersebut. Ada orang yang hidup puluhan tahun baru dipanggil. Ada juga yang cuma belasan tahun sudah harus meninggalkan dunia ini. Kita tidak akan pernah tahu kapankah akan keluar dari ruang tunggu ini.

Lalu ditengah ketidak tahuan itu apa yang seharusnya kita perbuat? Apa yang harus kita kerjakan selama di ruang tunggu ini? Rasul Petrus memberitahukan kepada kita untuk hal ini. Memang Petrus tidak menggambarkan kita seperti orang yang berada di ruang tunggu. Namun Petrus memberikan penggambaran yang mirip dengan itu. Dalam ayat 11 rasul Petrus menggambarkan kita sebagai pendatang. Surat ini memang ditujukan kepada para pendatang atau perantau. Seperti saya kalau kalian berlibur ke singapure hanya untuk jalan-jalan sebagai pendatang, demikian juga surat 1 Petrus ditujukan kepada para pendatang atau para perantau yang di negeri orang. Namun jauh lebih dari itu, Petrus ingin mengingatkan bahwa sebenarnya kita semua, ya semua manusia itu adalah pendatang di dunia ini. Sama seperti ketika di ruang tunggu kita hanyalah sementara, demikian juga sebagai pendatang kitapun cuman sementara. Sama seperti pada suatu saat kita akan dipanggil dan keluar dari ruang tunggu itu, demikian juga sebagai pendatang kelak kita akan diminta untuk pulang kembali ke negeri asal kita, yaitu negeri Surga.

Lantas pertanyaannya sekali lagi bagi kita orang-orang yang percaya: apa yang harus kita lakukan selama menjadi pendatang ini? Apa yang harus kita lakukan selama berada di ruang tunggu? Apakah kita mau bermalas-malasan? Apakah kita tidak tau apa yang harus kita lakukan? Diam-diam saja tunggu dipanggil? Ataukah kita memilih hidup seenaknya? Perikop yang kita baca barusan memberitahukan kepada kita dua hal:


1. Menjauhi keinginan daging

Setiap kita tidak bisa lepas dari apa yang namanya kedagingan. Selama kita tinggal di dunia yang berdosa ini maka kita tidak akan dapat melepaskan kedagingan ini. Sebenarnya apa sih keinginan daging itu? Dalam Galatia Paulus menggambarkan keinginan daging itu adalah keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak allah. Keinginan daging adalah keinginan-keinginan yang mengarah pada dosa. Paulus memberi contoh bahwa keinginan daging itu antara lain seperti: Percabulan, perbuatan-perbuatan cemar, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, pencideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Kalau dengan kata-kata saya berarti keinginan dagin itu antara lain: Pikiran kotor, perbuatan yang tidak senonoh, ke dukun, memberhalakan benda atau seseorang, suka marah, suka iri, egois, suka buat masalah, dan suka berfoya-foya gak jelas hanya untuk memenuhi hasrat pribadi, pikiran negatif, kesombongan dan sebagainya.

Jika demikian sebenarnya hampir setiap kita tidak lepas dari kedagingan tersebut. Coba jika kita mengintropeksi diri kita, kira-kira keinginan daging apa yang masih melekat dalam diri kita saat ini? Saya kira ada banyak sekali keinginan daging yang menguasai kita. Untuk keinginan daging inilah Petrus meminta kita untuk menjauhkan diri dari keinginan-keinginan itu. Tuhan sendiri berkata: Roh memang penurut tapi daging lemah. Karena daging lemah, maka marilah kita menjauhi keinginan-keinginan daging.

Bagaimana cara menjauhi keinginan daging tersebut? Contoh paling jelas dalam Alkitab ialah kisah mengenai Yusuf dan Potifar. Kita tau bahwa Potifar adalah pejabat tinggi di kerajaan Mesir. Sudah jelas pasti istrinya cantik bukan kepalang. Bukan hanya cantik, tapi saya membayangkan ia juga seksi, harum, dan menawan. Istri Potifar yang cantik ini tapi tergoda dengan Yusuf yang adalah pegawainya sendiri, dan mengajaknya untuk tidur. Saya kira Yusuf yang muda pada waktu itu berpotensi besar untuk jatuh dalam godaan seksual tersebut. Ia seorang yang muda dan energik, yang sangat mudah tergoda dengan godaan lawan jenis. Apalagi jika lawan jenisnya itu aktif menggoda dia. Ingat! Yusuf bukanlah orang tua yang sudah kurang bersemangat. Dia anak muda yang penuh dengan hasrat. Orang tua aja bisa tergoda dengan godaan wanita (Contoh: kita pernah mendengar kakek berusia 60 tahun memperkosa anak smp). Apalagi Yusuf sebagai anak muda. Kondisi Yusuf saat itu seperti seseorang yang sedang berdiri di tebing yang licin yang siap tergelincir jatuh oleh dosa seksual. Tapi Yusuf memilih untuk lari. Dia tidak sok kuat menantang godaan itu, tapi ia lebih memilih menjauhkan diri dari godaan tersebut.

Intinya janganlah kita bermain-main dengan api. Jangan sok jagoan untuk menantang keinginan daging itu. Tapi mari kita menjauhinya. Saya suka dengan kesaksian yang di berikan oleh Billy Graham. Kita tahu bahwa Billy Graham merupakan salah satu pendeta paling berpengaruh di abad 20. Beliau sudah kkr kepada ratusan juta orang dan sudah mempertobatkan jutaan orang untuk percaya kepada Tuhan. Dalam bayangan kita pasti orangnya adalah orang yang suci yang bebas dari keinginan daging. Namun ternyata tidak. Ia juga manusia yang dipenuhi oleh keinginan daging. Karena itu ia beserta beberapa rekannya membuat 1 kelompok yang saling terbuka dan saling mengoreksi. Dalam kelompok itu mereka membikin beberapa aturan. Pertama, mereka tidak boleh pergi berduaan dengan wanita kecuali istri dan anak mereka. Keadaan keuangan mereka harus transparan satu dengan lainnya. Dalam seminggu minimal harus ada beberapa kali pertemuan untuk saling berbagi mendoakan. Mereka tidak boleh membicarakan keburukan pekerja kristen yang lain, dan apa yang mereka lakukan harus diketahui oleh istri-istri mereka. Dan banyak lagi aturan-aturan yang lain. Mengapa mereka membuat aturan semacam itu? Jawabnya jelas, karena mereka hendak menjauhi dan menghindari keinginan daging. Mereka tidak mau membiarkan keinginan daging itu membawa mereka jatuh kedalam dosa. Mereka tidak menantang keinginan daging itu, tapi mereka berusaha menghindari godaan-godaan dari keinginan daging tersebut.

Mengapa kita perlu menjauhi keinginan-keinginan itu? Agar kita sebagai orang Kristen dapat menjadi teladan dan contoh bagi orang yang belum percaya. Sudah cukup banyak orang-orang di luar Kristen yang kecewa melihat sikap hidup orang Kristen. Seberapa sering saya mendengar orang-orang yang belum percaya berkata “Ah...orang Kristen sendiri begitu hidupnya...ngapai jadi orang Kristen?” Mereka kecewa karena sikap hidup orang Kristen itu sendiri. Ketika hidup orang Kristen tidak lagi menjadi contoh yang baik; ketika kita gagal untuk menjauhi keinginan-keinginan daging; maka sebenarnya kita gagal untuk memuliakan Tuhan yang merupakan salah satu tujuan kita hidup. Karena itu saudara, mari kita menjauhi keinginan-keinginan daging tersebut. Hindarilah segala sesuatu yang bisa mencobaimu. Jika saudara sering terjatuh ketika berada di warnet, ayo kita hindari tempat yang membuat kita jatuh. Jika saudara sering emosi atau iri dengan orang-orang tertentu, hindarilah dahulu orang-orang itu sampai kita bisa bener-bener menguasai diri kita. Jika kita lemah dalam keuangan, dimana kita terlalu suka berfoya-foya...hindarilah tempat-tempat yang sering membuat kita jatuh dalam kefoya-foyaan itu.

Friday, January 14, 2011

Ia Tetap Tersenyum

Hari itu saya melihat ia tergulai lemah. Tangannya menggenggam erat legam tiang tangga. Urat-urat di lengan kurusnya mulai terlihat. Kulitnya pucat pasi. Matanya tampak tegang bak sedang berperang dengan musuh yang berat. Ada kalanya mata itu menjadi layu menandakan bahwa ia sudah lelah berjuang. Nafasnya begitu cepat, tampak jelas dari dadanya yang kembang kempis, seakan sudah jauh berlari. Sesekali ia mengerang kesakitan bagai seorang ibu yang melahirkan. Seluruh tubuhnya mengatakan bahwa ia sangat menderita.

Itulah yang dialami seorang saudara seiman yang bernama Frengki Ursia. Di usianya yang masih belia ia harus menghadapi kanker hati yang ganas menyerangnya. Dahulu kita pernah berbincang sejenak tentang gymn untuk kebugaran tubuh. Kini tubuhnya lunglai tak berdaya. Betapa terenyuh hati ini melihat kondisi itu ketika terakhir kali menjenguknya. Mulut ini tak mampu lagi untuk berkata-kata. Hanya tekad hati yang berbicara bahwa saya harus terus mendoakannya.

Sesekali saya menatap matanya yang tampak lelah. Namun ia tidak sadar bahwa saya sedang menatapnya. Sampai di sebuah momen ia pun menatap saya. Saya memandang mata sayunya. Iapun memandang sepasang mata yang menaruh kasihan kepadanya. Dan betapa terkejutnya saya....ia TERSENYUM. Senyuman itu penuh makna bagiku. Senyuman itu seperti misteri. Yang pasti hati ini tergetar dan kembali terenyuh. Karena ia masih dapat tersenyum dalam derita yang menggocohnya. Sayapun ikut tersenyum. Saya tersenyum bangga melihatnya senyumnya. Ia tidak berbicara, tapi senyumnya sudah berbicara banyak. Bahkan senyum itu sudah mengajarkan saya untuk mensyukuri hidup ini.

Terimakasih Ursia. Saya (dan kami semua) akan terus berdoa untuk kesembuhanmu. Karena saya masih ingin melihat senyuman itu. Hope the best for you. God always with you.

Friday, January 07, 2011

Sariawan itu Mengajarkanku.....1



Pernahkah anda terserang sariawan? Pernahkah anda mendoakan sariawan anda agar disembuhkan? Pernahkah anda mendoakan secara khusyuk untuk itu? “Hah.....Buat apa?” Mungkin itu yang ada dalam benak saudara. Itu juga yang ada dalam benak saya....dulu. Tapi jujur saya pernah! Saya pernah berdoa secara khusyuk karenanya. Ijinkan saya membagikan sebuah pengalaman saya.

Pada hari kamis tanggal 9 Desember 2010 badan saya serasa hangat atau biasa kita sebut sebagai panas dalam. Dalam keadaan itu biasanya yang terjadi tenggorokan menjadi kering, atau bibir pecah-pecah, atau sariawan berkemah di dalam mulutku. Nah, kali ini pilihan terakhirlah yang terjadi. Sebuah sariawan kecil bersarang di bawah lidah kecilku. Kecil saja.... Mungkin diameternya hanya 1-2 mm. Awalnya saya tidak terlalu peduli. “Ah paling-paling juga sembuh sendiri” pikirku.

Namun keesokan harinya sariawan tersebut berkembang semakin besar. Hal ini disebabkan karena letaknya persis di atas gigi bawah yang selalu bersentuhan dengannya. Akibatnya setiap kali berbicara maka sariawan itu akan bergesek dengan gigi tersebut. Maka semakin besarlah ia. Itu di hari Jumat. Malamnya saya mulai berpikir “Bagaimana kalau besok masih tidak sembuh? kemudian hari minggu juga masih tidak sembuh? ARGGHH TIDAK....Saya kan mau khotbah hari itu. 2 Kali lagi. Bagaimana ini?” Saya pun mulai menggunakan obat-obat khusus sariawan malam itu dengan harapan besok sudah sembuh.

Keesokan harinya di hari Sabtu, bukannya membaik; sebaliknya sariawan itu bertambah besar, bahkan kali ini membuat saya tidak bisa berbicara. Setiap kata yang keluar begitu menyakitkan. Jika harus berbicara, saya akan mengarahkan lidah saya ke sebelah kanan agar lukanya tidak tergesek dengan gigi bawah. Akibatnya saya berbicara seperti seorang yang pelat, yang harus berjuang keras untuk mengeluarkan sebuah kata.

Di saat itulah hati ini sungguh bergumul. Perasaan khawatir menghinggapi saya. Dan hari itu saya memutuskan untuk berlutut dan berdoa kepada Tuhan: “Tuhan, besok saya akan melayani Engkau dalam pemberitaan Firman. Tapi...bagaimana mungkin saya bisa melayani kalau saya tidak bisa berbicara seperti ini? Bagaimana mungkin jemaat akan mendapatkan berkat jika ucapan saya tidak jelas di telinga mereka? Bagaimana mungkin jika.....?” sayapun terdiam. Tiba-tiba saya disadarkan satu hal bahwa berkat itu datang dari Tuhan. Tuhan bisa bekerja menggunakan apapun untuk memberkati umatnya. Lantas saya mengakhiri doa saya dengan berkata kepada Tuhan “Tuhan....saya hanya berharap kepada-Mu. Hamba bergantung penuh pada kekuatan dan kuasa-Mu. Amin.” Sepanjang hari itu saya melangkah dengan keyakinan. Iman saya serasa semakin kokoh. Saya yakin Tuhan yang akan mengerjakan segalanya dengan baik.

Akhirnya....Di minggu pagi....ketika saya terbangun....apa yang terjadi? PUJI TUHAN!!! Sariawan saya belum sembuh. Tetap bengkak dan besar. Ngomong juga tetap pelat. Namun saya bersyukur, tak tahu mengapa, pada hari itu firman bisa disampaikan dengan jelas. Beberapa jemaat menghampiri saya dan merasa terberkati karena Firman itu. Ya... PUJI TUHAN....Tuhan sudah bekerja dengan luar biasa. Saya tahu bukan karena saya, tapi karena kuasa Tuhan. Betapa saya beryukur untuk hal itu. Saya bersyukur juga untuk sariawan ini. Sebab sariawan itu sudah mengajarkanku lebih lagi apa artinya berharap dan bergantung pada Tuhan. Thanks GOD.

Sunday, January 02, 2011

Save Your Time



(Khotbah Tutup Tahun)
Efesus 5:15-17 "15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, 16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. 17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."

Waktu....semua manusia didunia ini terperangkap oleh apa yang namanya waktu. Kehidupan kita dibatasi dan ditentukan oleh sebuah waktu. Diawali ketika kita berada dalam kandungan ibu. Diakhiri juga dengan waktu kematian pada saat yang tidak pernah kita ketahui.

Bukan hanya terperangkap oleh apa yang namanya waktu, kitapun dikuasai olehnya. Waktu begitu menguasai kita, sehingga kita harus mengikuti segala aturan main yang ditetapkannya. Kita tidak bisa mengatur dan memerintah waktu sesuka kita. Ketika kita sedang mengalami masa-masa yang tidak menyenangkan, kita menginginkan waktu itu segera berlalu bukan? Kita ingin mempercepat waktu, namun kita tidak kuasa untuk mempercepatnya. Seperti seorang tahanan yang ditawan 1 tahun penjara, setiap hari disel ia menantikan waktu untuk dibebaskan. Kalau boleh waktu bisa diputar lebih cepat 1 tahun agar ia bebas. Namun jelas tidak bisa. Waktu berjalan sesuai apa yang ia inginkan. Ada kalanya juga kita begitu bahagia, misal ketika berkumpul bersama orang-orang terdekat yang dapat berbagi kasih dengan kita, dan kita menginginkan waktu itu berhenti sejenak, kalau bisa hari itu jangan berlalu. Namun sekali lagi waktu akan terus berjalan tanpa peduli apa yang kita rasakan, juga tanpa peduli apa yang kita inginkan. Waktu begitu berkuasa dan begitu berotoriter. Tanpa kompromi kita harus mengikuti apa yang dikehendaki oleh waktu.

Ada orang yang berusaha menguasai waktu. Pada awal tahun 1994 silam, sebuah pesawat sipil Italia terbang di angkasa pantai Afrika. Tiba-tiba, pesawat lenyap dari layar radar di ruang kontrol. Petugas di bandara semuanya jadi panik. Di saat petugas bandara di landa kecemasan, pesawat sipil itu muncul lagi di ruang udara semula, dan radar dapat melacak kembali sinyal pesawat tersebut. Terakhir, pesawat sipil ini berhasil mendarat dengan mulus di bandara wilayah Italia. Namun, awak pesawat dan 315 penumpangnya sama sekali tidak tahu bahwa mereka pernah lenyap. Dengan perasaan bingung kapten pilot berkata : “Pesawat kami tampak stabil setelah lepas landas dari Manila, dan tidak terjadi insiden apapun, namun, di luar dugaan petugas di ruang kontrol melaporkan kehilangan jejak pesawat, memang agak tidak normal. Tetapi, kenyataannnya tidak dapat dibantah : ketika tiba di bandara, jam setiap penumpang terlambat 20 menit. Ini adalah hal yang jarang terjadi. Dari sini orang-orang berupaya segiat-giatnya untuk menguasai waktu dengan menciptakan mesin waktu. Bergantung pada teori Einstein yang mengatakan: “waktu dapat mengalami perubahan dalam kecepatan cahaya. Waktu bisa dipercepat dan bisa diperlambat”; banyak ilmuwan berusaha menciptakan mesin waktu. Sehingga mereka bisa menguasai waktu, mempercepat dan memperlambat sesuai dengan keinginan mereka. Namun apa daya, waktu masih terlalu superior. Waktu sendiri telah membuktikan bahwa manusia belum mampu menguasai waktu.

Oleh sebab itulah saya katakan bahwa kita hidup dalam misteri waktu. Waktu yang menguasai hidup ktia. Perlahan-lahan waktu jualah yang membuat kita tua dan tidak berdaya. Kita tidak tahu kapan kita bisa keluar dari kurungan waktu ini. Hanya orang mati saja yang dapat keluar dari kurungan waktu tersebut. Waktulah yang menentukan itu semua. Ada yang ditentukan berumur pendek. Ada juga yang ditentukan untuk memiliki umur panjang. Kita tidak tahu kapan hidup kita berakhir. Sama seperti sebuah pujian dari vg Yerikho yang mengatakan “Jam kehidupan di putar sekali, dan tak seorangpun tau kapan kan berhenti. Mungkin hari ini....mungkin besok....mungkin nanti, cepat atau lambat tak seorang tau, bila waktunya.” Waktu itu misteri. Kita tidak akan pernah dapat memecahkan misteri waktu tersebut, sebab kita tidak dapat menguasai waktu.

****

Lantas bagaimana. Apa yang dapat kita lakukan terhadap waktu yang merupakan misteri ini. Memberontak? Sudah pasti tidak bisa. Mengeluhkannya? Juga tidak ada gunanya. Paulus sangat memahami bagaimana seharusnya anak-anak Tuhan menghadapi misteri waktu tersebut. Itulah yang diungkapkan kepada jemaat di Efesus. Di ayat 16 dituliskan “Dan pergunakanlah waktu yang ada.....”. Apa maksudnya? Dalam terjemahan lain dikatakan “Pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.....” Ada juga yang mengartikannya “Pakailah waktu itu seefektif mungkin...” “Jangan sia-siakan waktu yang diberikan kepadamu....” Atau dalam bahasa saya “jangan buang waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna. Pakai setiap kesempatan yang ada.” Paulus tidak mengkehendaki kita untuk melawan waktu. Ia juga tidak mengharapkan kita menguasai waktu. Lebih tepatnya ia mengarahkan kita untuk memanfaatkan waktu yang ada. Dengan demikian benarlah pepatah yang mengatakan bahwa waktu adalah emas.

Beberapa waktu lalu saya menerima Email yang bertemakan ‘Jam weker unik yang membuat kita pasti bangun pagi’. Gbr 1. Ketika kita neken alarm snoz, ia akan bergerak dan mencari tempat untuk bersembunyi. Sehingga saat alarm nyala, anda akan mencari weker itu bersembunyi dimana. Setiap jam ini bersembunyi ditempat yang berbeda-beda. Gbr2. Weker ini diciptain untuk bangunin orang. Cara mengaktifkannya mudah. Tinggal tarik pinnya¸kemudian teriakkan kata” Fire in the hole” dan lempar ini kekamar orang yang sedang tidur. Setelah 10 detik akan terdengar bunyi ledakan keras. Dan jika orang itu ingin mematikan suara ledakan, ia harus mencari orang yang melemparkan weker itu untuk menancap kembali pinnya. Gbr3. Weker ini ketika bunyi akan terbang ke langit-langit. Jadi kalau mau mematikan kita harus berdiri dan menangkapnya. Gbr4. Weker ini akan menyala dengan suara ayam yang nyaring. Dan akan mencecerkan telurnya. Untuk mematikannya, kita harus memuti telurnya kembali dan memasukann kedalam jam. Gbr5. Weker ini berbentuk puzlle. Sewaktu weker menyala, jam akan melemparkan 4 puzle ke udara. Kalau kita mau mematikannya kita harus menyusun puzle itu kembali. Pertanyaan di benak saya ialah: Mengapa diciptakan weker-weker tersebut? Saya yakin ia menciptakan jam-jam ini karena ia sangat menyadari akan pentingnya waktu. Waktu adalah sesuatu yang berharga yang tidak boleh disia-siakan. Karena itu harus digunakan dengan sebaik-baiknya.

Pertanyaannya saat ini, sudahkah kita memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya? Sudahkan kita menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakan waktu itu dengan hal-hal yang tidak berguna? Dan Sudahkah kita memakai waktu ini dengan efektif? Kalau kita melihat kembali di tahun 2010 yang hampir kita lalui. Adakah kita menggunakan waktu itu sebaik-baiknya? Atau jangan-jangan kita sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Jujur kalau saya mengintropeksi diri saya di tahun ini. Saya menemukan bahwa banyak sekali waktu yang saya buang untuk hal-hal yang tidak berguna. Menonton televisi seharian.... bermain game yang tidak bermanfaat sampai lupa waktu.....Cerita-cerita gosip yang tidak perlu....dan banyak lagi kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sia-sia untuk dilakukan. Jika demikian sebenarnya kita gagal dalam memanfaatkan waktu....kita membiarkan diri kita terbuai dan dikuasai oleh waktu.

****

Menariknya dalam bahasa asli kalimat “pergunakanlah waktu yang ada” ini seharusnya diterjemahkan menjadi “slamatkanlah waktumu....” seperti yang terdapat dalam sebuah lagu “Slamatkanlah waktumu....detik-detik di dalam hidupmu...” Apanya yang diselamatkan? Mengapa Paulus menggunakan kata ini? Kalau kita mendengar perintah “slamatkanlah” tentunya seakan ada sebuah bahaya yang mengancam bukan? Misalkan kita bilang: Dokter selamatkan anak saya – pasti anaknya sedang dalam keadaan sakit keras, shingga sang orangtua memintanya untuk menyelamatkan anaknya. Atau misal pemerintah mengatakan “kita harus slamatkan orang-orang yang ada di Mentawai.” Tentunya hal itu dikatakan karena ada orang-orang yang menjadi korban bahaya dan butuh pertolongan. Kalau gitu apa yang Paulus maksudkan dengan slamatkanlah waktumu? Mengapa kita harus menyelamatkan waktu kita? Mengapa kita harus menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya? Jawabannya jelas: Karena hari-hari ini adalah hari yang jahat. Waktu-waktu ini adalah waktu yang jahat. Dimana Iblis atau si jahat juga terus berusaha untuk memanfaatkan waktu ini untuk menjerat anak-anak Tuhan hinga kita tidak lagi hidup dalam kebenaran. Olehnya waktu berusaha untuk membinasakan dan menyesatkan kita. Karena itulah Paulus menyerukan “Slamatkanlah waktumu.....pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.”

Mungkin kita terus bertanya lagi: Bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya? Bagaimana saya dapat menyelamatkan waktu ini? Ayat 15 dengan jelas memberitahukan kepada kita. Dimana kita di minta untuk memperhatikan bagaimana kita hidup, jangan seperti orang bodoh, melainkan hiduplah seperti orang yang bijaksana. Hal ini berkaitan dengan ayat 17. Dimana orang bijaksana itu merupakan orang-orang yang senantiasa mencari kehendak Allah. Berarti sebaliknya orang yang bodoh atau bebal adalah orang yang tidak pernah mencari kehendak Allah. Orang bebal adalah orang yang hidup sesuka hati. Ia tidak pernah mencari tau apa kehendak Allah. Yang ia cari adalah kepuasan untuk dirinya. Kehendaknya yang terjadi. Semuanya dilakukan agar hatinya senang, bukan hati Tuhan. Sehingga fokus hidupnya adalah untuk dirinya sendiri. Orang bebal atau orang bodoh adalah orang yang hidup seenaknya. Ia sama seperti orang yang tidak berjaga-jaga.
Sedangkan orang yang bijaksana adalah orang-orang senantiasa mencari kehendak Tuhan. Orang bijaksana itu berbeda dengan orang pandai. Orang bijak belum tentu pandai; sebaliknya orang pandai belum tentu bijak. Orang pandai itu hanya hebat di otak. Sedangkan orang bijak itu hebat dalam praktek kehidupan sehari-hari. Dia tahu apa yang harus ia perbuat, dan ia tahu apa yang harus ia lakukan, yang sesuai dengan kebenaran. Itu semua tidak hanya di otak. Selain itu orang bijak tidak mencari kepuasan pribadi, tapi ia memikirkan apa yang disenangi oleh Tuhan dan apa yang dikehendaki oleh-Nya. Karena itu fokus hidupnya tidak lagi kepada diri sendiri. Dia tahu diri, dimana hidupnya bukanlah fokus utama dari kehidupannya. Ia sadar bahwa ia adalah seperti bumi yang mengelilingi matahari yang adalah pusat alam semesta. Ia tidak mengatakan bahwa matahari yang mengelilingi dia. Matanya hanya memandang kepada Tuhan. Setiap hari ia selalu bertanya “Tuhan, apa yang Kau inginkan untuk aku lakukan”. Oleh karena itu Ia juga akan terus membaca dan merenungkan Firman Tuhan, karena ia tahu persis bahwa didalam firman inilah Tuhan berbicara. Dengan kata lain orang yang bijaksana itu adalah orang yang hidup sesuai dengan keinginan Allah. Itulah orang bijak
Sebenarnya alasan mengapa kita harus terus berupaya untuk mencari kehendak Tuhan ialah karena hanya Tuhan yang berkuasa atas waktu. Kita manusia terbatas dan dikuasai oleh waktu. Kita manusia terkurung oleh waktu. Namun Tuhan menguasai waktu itu. Waktu tidak dapat membatasi dan menguasai-Nya. Ketika pewahyu mengatakan “Dialah alfa dan omega”, maka itu menyatakan kekekalan Tuhan yang tidak diawali oleh waktu dan tidak dapat diakhiri oleh waktu. Waktu tunduk dihadapan Tuhan. Dialah yang mengatur waktu. Raja Salomo sadar akan hal ini. Karena itulah ketika Tuhan menawarkan sebuah permintaan kepadanya ia memilih agar ia beroleh hikmat untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Ia memilih hikmat dan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Ia sadar bahwa Tuhan adalah penguasa waktu ini, sementara ia hanyalah seorang tawanan waktu. Karena itulah ia bersandar dan mencari kehendak Tuhan, dengan sebuah keyakinan seperti yang dikatakan dalam pengkhotbah 3:11 “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”
Analoginya sebenarnya jelas. Jika kita tahu bahwa ada seseorang yang menguasai kita maka kita harus mencari tahu apa maunya orang itu. Jika kita bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Tentunya kita harus cari tahu apa sih yang atasan inginkan untuk kita lakukan. Kita tidak boleh melakukan sesuka hati yang tidak sesuai keinginan atasan. Demikian juga ketika kita sadar bahwa Tuhan yang menguasai waktu ini, mari kita mencari apa yang menjadi kehendakNya untuk setiap waktu yang harus kita jalani.

Pada tahun 1896, terbit sebuah novel yang berjudul karya Charles Seldon cukup ramai dipasaran. Buku ini berjudul “what would Jesus do” yang berbicara tentang apa yang kira-kira akan Yesus lakukan dalam kehidupan sosial diwaktu itu. Inti dari Novel ini kemudian semakin di populerkan oleh seorang pengkhotbah yang bernama Henry Maxwel. Pada tahun 1935 ketika Henry berkhotbah, tiba-tiba ada seorang geladangan menghampiri dia dan berkata didepan umum “Bagaimana mungkin kalian bisa memuji Tuhan dan berkata semua bagi Yesus, segala kemuliaan bagi Dia. Semua hidupku bagi Yesus... Tapi kalian tidak pernah melakukan seperti apa yang Yesus lakukan. Kalian tidak melangkah seperti langkah Yesus. Kalian tidak punya belas kasihan seperti Yesus. Kalian terlalu menikmati kekayaan untuk diri kalian.” Kemudian pengemis itu keluar dan jemaat yang mendengarnya terdiam. Pernyataan gelandangan ini ternyata sangat mengganggu hati dari pendeta Henry Maxwel... Dia mulai berpikir “Iya gelandangan itu benar....kita belum melakukan seperti apa yang Yesus lakukan.” Semenjak itu Pdt. Henry terus mengkhotbahkan tentang hal itu. Ternyata itu sangat berdampak bagi banyak orang yang mendengarnya. Para pengusaha ketika berbisnis dan hendak melakukan transaksi jadi bertanya “Kira-kira, jika Yesus di posisi saya, apa yang akan ia lakukan?” Para ibu rumah tangga dan para pelajar juga demikian. Merka bertanya jika Yesus diposisi mereka apa yang akan mereka lakukan.” Akhirnya hal ini semakin merebak bahkan masuk dalam surat-surat kabar pada waktu itu. Beranjak dari sinilah 55 tahun kemudian, pada tahun 90-an orang-orang menerbitkan berbagai acesoris seperti gelang, kalung, cincin, dsb yang bertuliskan “WWJD / What Would Jesus do / Apa yang Akan Yesus lakukan” sebagai pengingat, sehingga setiap mereka ingin melakukan sesuatu mereka akan bertnya, kira-kira jika Yesus jadi saya, apakah ini yang akan Ia lakukan. Dengan kata lain, mereka hendak mencari kehendakTuhan dalam setiap apa yang mereka perbuat.

Bapak ibu yang dikasih oleh Tuhan, beberapa jam lagi kita akan memasuki tahun 2011. Kita akan membuka lembaran baru di tahun yang baru. Di tahun 2010 ini mungkin kita sudah melakukan begitu banyak kekeliruan. Kita tidak menggunakan waktu semaksimal mungkin. Kita hidup seperti orang bebal. Melakukan apa yang ingin kita lakukan tanpa memikirkan apa yang Tuhan inginkan. Kita hanya memikirkan kepuasan diri sendiri; kebanggaan kita, rencana kita, pekerjaan kita, dsb; yang penting hati senang. Sama sekali tidak memikirkan apa yang menjadi kesukaan hati Tuhan. Dengan demikian sebenarnya kita sudah menjadi korban dari kejahatan waktu. Kita tidak mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Dan kita telah menyia-nyiakan waktu ini.
Namun biarlah apa yang sudah berlalu tetap berlalu. Yang penting sekarang mari kita memasuki tahun 2011 dengan lebih bijaksana. Mari kita jalani hari-hari didepan kita, yang dikatakan Paulus sebagai hari-hari yang jahat, dengan mencari kehendak Tuhan. Mari kita temukan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi kita tiap harinya. Bertanyalah pada diri sendiri sebelum melakukan segala sesuatu, dan sebelum mengambil keputusan-keputusan dalam hidup kita “Kira-kira apa yang akan Yesus lakukan jika Ia berada di posisiku?” Mari kita libatkan Yesus dalam setiap hal dalam hidup kita. Baik dalam keluarga, pekerjaan, permasalahan hidup, dan semua aspek hidup kita. Biarlah Dia sang penguasa waktu itu, menjadikan kita bijak dalam menjalani waktu kehidupan ini. amin