Friday, December 25, 2009

Bintang Itu Bermakna



Pada suatu ketika terjadilah percakapan antara Pilatus (P) dengan Thrasyllus (T), seorang peramal sekaligus ahli astrologi, di sebuah undangan makan para petinggi Roma:


T: Kapan anda lahir, Prefek? Aku mau melihat lintasan peruntungan anda.


P: Ah aku tidak begitu percaya kepada astrologi. (Pilatus berterus terang)


T: Tidak apa-apa. Sikap anda tidak memengaruhi kepercayaan atas horoskop. Apakah anda tidak ingin mengetahui lebih dahulu apa yang akan terjadi pada diri anda, katakanlah di Yudea nanti? (Pilatus baru diangkat menjadi Prefek Yudea, namun ia belum pergi ke Yudea)


P: Mungkin. Tapi ramalan anda mungkin punya kekuatan di dalam menyiapkan orang yang secara tanpa sadar justru untuk membuat ramalan itu terwujud, sementara jika tidak. . . . .


T: Wah anda terdengar seperti kaum skeptis Yunani. Sebenarnya anda takut memberitahukan tanggal lahir anda karena takut kalau-kalau aku memengaruhi nasib peruntungan anda. Tak apalah. Aku sudah mendapat bayaran mahal untuk ramalan-ramalan ku, yang telah kutawarkan kepada anda secara cuma-Cuma.


Pilatus akhirnya sibuk berpikir untuk menerapkan diplomasi agar Thrasyllus tidak kecewa. Namun sebelum ia mengucapkan sepatah kata, Thrasyllus sudah mengalihkan pembicaraan. . . .


T: Jika anda sudah sampai Yudea, maukah anda melakukan sesuatu pertolongan yang penting bagiku?!


P: Ya, apa itu?


T: Nah, aku sedang mengajar astronomi kepada princes, dan astrologi. Suatu saat perhitunganku terganjal oleh suatu fenomena benda langit yang ganjil di langit tenggara. Sebuah bintang,. . .tidak, sinarnya jauh lebih besar daripada sebuah bintang. . .. mungkin suatu planet…. Bergerak dari cakrawala tenggara di suatu tempat di sebelah Selatan Syria dan di sebela utara Mesir, mungkin sekali dari Yudea.


P: Mungkinkah suatu komet?


T: Ya, mungkin lebih merupakan komet ketimbang yang lainnya, tetapi gerakannya tidak karuan. Ia muncul tepat dua tahun sesudah konjungsi perjumpaan Jupiter dan Saturnus pada lambing Pisces.


P: Apakah itu penting?


T: Planet Jupiter melambangkan penguasa dunia. Kedudukan lambang Ikan (Pisces) menunjukkan hari-hari terakhir. Dan Saturnus adalah planet Palestina. Maka ketika Jupiter berjumpa dengan Saturnus pada Lambang pisces itu berarti bahwa seorang penguasa akan muncul di Palestina pada titik kulminasi sejarah.

Komet sendiri memberi isyarat perubahan penting di Negara Roma. Apa yang mendominasi langit ketika Caesar terbunuh? Sebuah komet. Apa yang menandai perang Filipi juga sebuah komet. Apa yang mengisyaratkan kematian Agustus?


P: Sebuah komet?


T: Tepat sekali. Nah, berdasarkan kojungsi maupun planet itu, pemimpin dunia dari Palestina juga akan menyebabkan perubahan besar di Negara Roma.


Demikianlah percakapan yang seru antara Pilatus dan Thrasyllus dalam buku Pontius Pilatus I, Terbitan Dioma. Buku ini memang dikemas dalam bentuk novel, namun berdasarkan beberapa fakta sejarah yang tercatat.


Pemahaman yang dimiliki oleh astologi Roma ini ternyata juga dapat dilacak dari symbol astrologi Babel. Bintang-bintang itu, dalam astrologi Babel kadang-kadang diidentikan dengan bangsa-bangsa tetangga mereka, selain dikaitkan dengan makna lain. Dan pemahaman itu sama, di mana Planet Jupiter melambangkan penguasa dunia. Kedudukan lambang Ikan (Pisces) menunjukkan hari-hari terakhir. Dan Saturnus adalah planet Palestina. Jadi berdasarkan cara berpikir orang Babel, fenomena perbintangan itu dapat diartikan bahwa seorang Raja telah datang pada zaman itu di Palestina. Menariknya bintang seperti ini juga disebutkan oleh ahli perbintangan China. R. A Rosenburg, juga mengatakan bahwa bintang ini menampakkan diri mulai bulan Februari tahun 5 atau tahun 4 sebelum Masehi.


Kehadiran Yesus ke dunia memang luar biasa. Memang manusia bernamaYesus banyak. Yang di salib pada zaman dulu juga banyak. Bahkan katanya, ada orang lain yang bernama Yesus di luar Yesus tokoh Alkitab itu, yang juga tersalib dan mati. Tapi keberadaan bintang timur itu, menunjukkan bahwa hanya satu Yesus yang berkuasa atas dunia, dan seluruh ciptaan-Nya. Yaitu Yesus yang dalam Kitab Wahyu digambarkan sebagai Bintang Timur.


Bintang itulah yang akhirnya mengantarkan orang-orang Majus datang untuk menyembah Tuhan. Orang Majus tidak kecewa ketika ia melihat Raja itu terlahir di kandang binatang. Orang Majus itu juga tidak kecewa ketika melihat Yesus hanya berasal dari keluarga sederhana. Sama sekali tidak ada pemikiran bahwa mereka keliru. Sebaliknya mereka hanya berfokus untuk menyembah Tuhan.


Saudara, bayangkan saja. Orang-orang Majus itu tidak berasal dari bangsa Israel. Mereka belum pernah melihat karya perbuatan Yesus yang tersalib. Bahkan teks kitab kita tidak memperlihatkan jika mereka pernah mendengar ajaran-ajaran Yesus. NAMUN MEREKA TAU SIAPA YANG MEREKA HARUS SEMBAH.


Mari di masa-masa natal ini, kita belajar dari orang-orang Majus itu. Mari kita syukuri kembali kedatangan Sang Penguasa itu dalam dunia ini. Bukan hanya menunjukkan kuasanya, namun kasihnya pun jelas ternyatakan. di palang salib itu Karena itu mari kita menyembah Dia, dengan kesadaran penuh bahwa memang Yesuslah satu-satunya Tuhan yang patut untuk kita sembah. GBu


Merry Christmas

Wednesday, December 23, 2009

Tempat Berteduh



Dalam perjalanan dalam kota di kehangatan kota Semarang, terjadilah percakapan antara saya dengan salah seorang driver gereja keturunan China:

BK (nama samaran): Halo pak, bapak asalnya dari mana?
Me : Saya asli Samarinda pak, tapi sudah 10 tahun terakhir ini tinggal di Jawa.
BK: Ooh gitu, ini pertama ke Semarang ya?
Me : Iya pak. Kalo bapak sudah lama kerja sebagai driver di gereja?
BK: Barusan aja kok pak. Kurang lebih 1 tahunan.
Me: Oh ya, sebelumnya kerja di mana pak? (Maklum, karena dari raut wajahnya menunjukkan usia yang tidak terlalu muda)
BK: Yah, kerja macem-macem pak. Sebelum ke Semarang ini, saya sudah pernah bekerja di Malaysia, Singapura, Jakarta, Surabaya, dll (ia menyebutkan beberapa nama kota-kota besar lagi).
Me: Wah, hebat bapak sudah melanglang buana ya pak. Itu kerja apa aja ya?
BK: Yah, macam-macam juga. Saya pernah jadi kontraktor, bagian kepala pengawas, kerja bangunan, kerja kantor, wiraswasta, dan sebagainya.
Me: Wow, banyak pengalaman ya pak. (Walau demikian pikiranku berkata “aneh, sudah kerja sini situ, tapi kok milihnya sekarang jadi supir gereja”). Lantas pak, kenapa bapak memilih kerja di gereja? Sambilan pelayanan ya? (dalam benakku, dia ada kerjaan tetap, dan menjadi supir gereja hanya bagian pelayanannya).
BK: Yah pak, saya kerja sana-sini tapi di semua kerjaan itu saya ditipu terus. Kerja dah bertahun-tahun, hasilnya habis hanya dalam dua minggu karena ditipu. Hampir di setiap usaha yang saya lakukan saya pasti di tipu pak. Jadi pikirku kerja digereja aja, lebih tenang.

Kami pun terdiam. Saya tidak dapat melanjutkan percakapan ini, karena mobil sudah menepi ke tempat tujuan. Yah, saya harap apa yang diharapkan bapak ini benar-benar terjadi. Gereja memang seharusnya membawa shalom di tengah liarnya dunia kita. Gereja seharusnya menjadi pohon yang teduh untuk menaungi jemaat-jemaatnya dari sambaran petir di tengah ladang yang begitu mencekam. Gerejapun harus mampu menjadi batu karang bagi orang yang mau berlindung dan bersandar dari serangan musuh-musuhnya.

Namun jujur saya sedih ketika melihat realita bahwa gereja tidak dapat melakukan peran ini dengan baik. Saya sedih jika mendengar bahwa di dalam gereja terjadi permainan politik yang busuk. Saya sedih jika mendengar “pertandingan tinju” antara majelis dengan hamba Tuhan, atau antar sesama majelis, bahkan antar sesama hamba Tuhan. Saya sedih dengan tipu muslihat yang begitu putih terlihat dalam gereja.

Yah, pak BK, kiranya hal ini tidak terjadi dengan bapak. Saya berdoa bapak bisa mendapatkan kedamaian dalam pekerjaan baru bapak. Jikapun gereja bapak suatu saat mengecewakan, datanglah kepada Tuhan, ia tidak pernah mengecewakan bapak.


“Tuhan, jangan sampai gereja itu mengecewakan pak BK. Sebaliknya berikanlah setiap oknum di dalamnya belas kasihan, sehingga pak BK bisa menyadari perbedaan antara anak-anak-Mu dengan anak-anak si jahat. Pulihkan ia dari luka-luka yang sudah menggores sejarah hidupnya. Dan terlebih. . . .bawa Ia menjadi kesayangan-Mu. Amin

Monday, December 14, 2009

Kidung Sang Dara (Lukas 1:46-55) #3



2. Tidak hanya berfokus pada kemurahan Tuhan, Maria juga berfokus akan kesetiaan Tuhan (ay. 54-55).

Biss, pernah bayangkan jika Tuhan yang kita punya bukanlah Tuhan yang setia, apa jadinya kita. Seandainya Ia tidak setia, mungkin kita sudah ditinggalkannya, karena kita berkali-kali jatuh dalam dosa. Tetapi Ia tetap setia walaupun kita seringkali tidak setia kepada-Nya.

Itulah yang menjadi pokok pujian Maria di ayat 54-55. Maria memandang Tuhan sebagai oknum yang setia terhadap umat pilihannya Israel. Selama 400 tahun tidak ada nabi yang berbicara, dan suara Tuhan tidak lagi terdengar. Israel hidup dalam penjajahan. Mereka sering diminta upeti yang besar, yang sangat memberatkan mereka. Seluruh umat Israel sangat tertekan. Israel merasa telah ditinggalkan Tuhan. Disaat itulah mereka terus menantikan janji akan kedatangan Mesias yang dinubuatkan Yesaya. Mereka menantikan seseorang yang dapat membawa keadilan dan kedamaian bagi dunia. Mereka mendambakan kehidupan yang lebih baik.

Dan hari itu penantian itu tidak sia-sia. Dengan kedatangan Kristus ke dunia, itu berarti Tuhan menepati janjiNya yang sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Tuhan tidak meninggalkan Israel, walaupun Israel berkali-kali meninggalkan dan mengkhianati Tuhan. Tuhan datang membawa keselamatan. Ia datang membawa kedamaian. Ia datang membawa pengharapan. Karena itu, Tuhan kita adalah Tuhan yang setia.

Saudara, ada sebuah suku di Indian, yang memiliki kebiasaan untuk mendewasakan anak laki-laki yang masih remaja dengan cara yang unik. Anak remaja itu, harus di bawa ke dalam sebuah hutan rimba yang liar semalaman. Ia di bawa oleh orang lain yang bukan keluarganya, dan matanya ditutup kain, sehingga ia tidak bisa melihat apa-apa. Dan ketika hari menjelang malam, barulah kain matanya di lepas, dan orang yang membawanya pergi meninggalkannya. Anak tersebut tidak boleh menangis / berteriak. Jika ia menangis / berteriak maka ia gagal.

Suatu ketika ada seorang anak yang sedang dalam proses pendewasaan itu. ia dituntun sampai di hutan, dan tutup matanya di buka menjelang malam. Hari semakin gelap, udara semakin dingin, nyamuk semakin ganas menggigit. Bukan hanya itu, auman serigala mulai terdengar, dan banyak hewan-hewan buas mulai mencari mangsanya. Anak inipun begitu ketakutan, tapi ia tahu, jika ia menangis / menjerit maka ia gagal. Akhirnya ia hanya merem menantikan hari esok.

Akhirnya hari esok pun tiba. Matahari mulai terbit, dan ia merasa senang sekali karena ia bisa melewati ujian tersebut. Namun ketika hari semakin terang, ia sangat terkejut karena melihat banyak bercak-bercak darah di sekitarnya. Dan lebih terkejut lagi, banyak hewan-hewan buas disekitarnya yang sudah mati. Ketika ia melihat ke belakang, barulah ia sadari, bahwa sang ayah yang tegap perkasa sedang berdiri di belakangnya dengan membawa panahnya. Ternyata sang ayah berjaga-jaga semalaman tanpa terlelap untuk melindungi anaknya.

Ss, demikianlah Tuhan kita adalah Tuhan yang setia. Tak pernah sekalipun ia meninggalkan kita. Kesetiaan Tuhan diberikan kepada setiap anak-anak-Nya, yaitu setiap kita yang percaya kepada-Nya. Biss, mungkin pada saat ini, biss berada dalam kondisi yang sukar. Masalah keuangan yang begitu mencekik. Sakit-penyakit yang tidak kunjung sembuh. Masalah perasaan yang membingungkan, dan kita tidak tahu begaimana jalan keluarnya. Masalah-masalah pribadi yang begitu menusuk seperti duri yang tertancap dalam. Mungkin kita terus menerus menangis karena pergumulan-pergumulan itu. Bahkan mungkin kita putus asa dan kecewa. Biss, saya cuma mau mengatakan bahwa hidup ini memang tidak mudah. Tapi satu hal yang harus kita ketahui, Tuhan kita adalah setia. Kesetiaan Tuhan itu jauh dari cukup. Pergumulan hidup ini hanya sementara, tetapi kesetiaan Tuhan itu kekal. Bersandar kepada kesetiaan Tuhan, maka kita akan melewati semua pergumulan itu.

Biss, di bulan natal ini, sekali lagi saya ingin mengingatkan kepada kita akan kemurahan dan kesetiaan Tuhan. Ingatlah, bahwa kelahirannya di dunia ini adalah bukti akan kemurahan dan kesetiaan-Nya. Bagaimana Ia mengosongkan diri untuk menjadi manusia adalah bukti kemurahan-Nya. Dan bagaimana Ia selalu menepati janji-Nya, adalah bukti kesetiaan Tuhan.

Biss, Marilah kita memuji Tuhan kita. Tuhan yang pemurah, dan Tuhan yang setia. Naikkan kidung kita bagi Dia. Naikkan ungkapan syukur kepada Tuhan dari lubuk hati kita yang terdalam. Dan nikmati lah kemurahan dan kesetiaan Tuhan dalam setiap pujian kita.

Kidung Sang Dara (Lukas 1:46-55) #2



1. Ia berfokus kepada kemurahan Tuhan terhadap dirinya yang adalah orang kecil.


Biss, sebagaimana Mazmur 140:12 pernah mengatakan “TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin.” Demikianlah kemurahan Tuhan juga diberikan kepada orang-orang kecil.


Jika kita memperhatikan teks kita baik-baik, kita akan menemukan beberapa penekanan Maria akan hal ini. Ayt 48 dikatakan “Tuhan memperhatikan kerendahan hamba-Nya” Ayt 50 “Rahmatnya turun temurun atas orang yang takut akan dia” Ayt Ayt. 52 “Ia meninggikan orang-orang rendah” Ayt 53 “Ia menurunkan yang baik kepada orang-orang lapar.” Sebaliknya di ayat 51 ia mengatakan “Ia mencerai beraikan orang yang congkak hatinya. Dan menurunkan orang-orang berkuasa” Maria menekankan tindakan Tuhan terhadap orang-orang kecil.


Biss, waktu itu Maria berada dalam posisi marginal. Secara kebangsaan, Israel waktu itu sedang dijajah Roma. Selama berabad-abad beberapa penguasa memerintah Israel secara bergantian. Status bangsanya adalah sebagai bangsa yang terjajah. Lebih dari itu, Maria sendiri merupakan orang marginal di bangsanya. Pada zaman itu perempuan merupakan masyarakat kelas dua yang tidak terlalu dihargai. Mereka tidak boleh berbicara didepan publik, tidak boleh mengajar, dan suara mereka tidak dihargai. Jadi Maria merupakan kaum marginal dari yang marginal.


Tapi justru kepada orang kecil seperti Maria ini kemurahan Tuhan menimpa. Allah menitipkan bayi Yesus sang juru selamat itu dalam kandungannya. Yesus itulah yang kemudian membawa damai kepada dunia, memberikan keselamatan, dan membawa manusia kembali memiliki harapan. Karena itu Maria berkata bahwa semua orang akan menyebutnya berbahagia, karena darinya lahirlah sang Juruselamat. Dan karena kemurahan Tuhan itulah, Maria melupakan segala bahaya yang akan menimpanya, dan ia memuji Tuhan.


Biss, kemurahan Tuhan tidak memandang bulu. Ia bermurah hati kepada siapa ia mau bermurah hati. Bukankah Tuhan yang mahakuasa itu yang pernah bermurah hati pada orang yang sakit kusta? Bukankah Tuhan yang agung itu yang mau duduk makan bersama para pemungut cukai? Bukankah Tuhan yang suci itu juga yang berkata “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”? Biss, kemurahan Allah begitu besar bagi semua orang termasuk orang-orang kecil.


Biss, bukan hanya Maria setiap kita pasti pernah mengalami kemurahan Tuhan bukan? Sayapun pernah mengalami kemurahan Tuhan. Jika mengingat peristiwa kelahiran saya pasti terharu akan kemurahan Tuhan. Mama saya pernah mengatakan bahwa seharusnya kamu tidak dapat menikmati kehidupan ini. Waktu kecil mama mau menggugurkan kamu, mama stress waktu itu, jadi mama suruh orang pijet kandungan mama, makan nanas muda, kerja keras, dan minum obat-obatan. Namun suster bilang kalau bayimu terlalu kuat, gak bisa di gugurkan. Tiba-tiba ada teman mama nyeletuk: “kalau sampai bayi ini lahir, bayi ini pasti cacat.” Mama saya tertegur dan berdoa “Tuhan, ampuni kelakuan saya, jika Engkau mau titipkan bayi ini kepada saya, saya terima, tapi tolong jangan sampai bayi ini cacat”. Setiap malam mama saya berdoa dan Tuhan mengabulkan doa mama. Saya terlahir tanpa kekurangan apapun. Dan mama saya selalu mengatakan bahwa saya memang dipilih oleh Tuhan. Mengetahui hal ini saya sangat bersyukur. Saya menyadari bahwa ada maksud dan rencana Tuhan dalam kehidupan saya. Acapkali saya merasa bahwa hidup ini tak berarti, dan mulai putus asa, saya selalu mengingat hari kelahiranku, maka aku dikuatkan lagi dengan keyakinan bahwa jika Tuhan masih menginginkan aku hidup di dunia ini, maka Ia pun punya rencana dalam hidupku. Inilah kemurahan Tuhan dalam kehidupanku.

Biss, saya yakin bahwa biss sekalian juga pernah mengalami apa yang namanya kemurahan Tuhan. Di moment natal ini, mari kita merenungkan sejenak akan kemurahan Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita. Mari kita mengingat kemurahan-Nya ketika Tuhan mau datang ke dunia, terlahir di kandang hina, hanya untuk mati dikayu salib menebus dosa kita. Mari kita mengingat kemurahannya, yang pada saat tangan dan kaki-Nya masih terpaku dan bercucuran darah, tetapi berkata “Tuhan ampuni mereka, sebab mereka tidak tau apa yang mereka perbuat.” Bahkan dalam keseharian kita, rasakan kemurahan-Nya ketika kita menghirup udara di pagi hari. Rasakan kemurahan-Nya, ketika kita menemukan istri suami dan anak-anak kita masih ada bersama-sama dengan kita. Rasakan kemurahannya ketika kita bisa menikmati makanan setiap harinya. Rasakan kemurahannya ketika kita masih bisa merasakan cinta. Rasakan kemurahannya dalam setiap perkara kecil. Seperti ada seorang tukang becak yang saya ketahui. Yang pulang berlari-lari dengan girang menemui sang istri dan berkata “Mama-mama, hari ini saya dapat 20.000, akhirnya kita bisa makan dua kali.” Dan sang istri menjawab: “Wah, syukur ya pa”. Biss, masih banyak lagi kemurahan yang kita terima bukan? Sungguh kemurahan Tuhan tidak dapat digambarkan dengan pemahaman kita, terlalu luas, terlalu besar, dan terlalu panjang untuk diukur. Karena itu seperti Maria, marilah kita memuji dan mengagungkan Tuhan senantiasa karena kemurahannya.

Kidung Sang Dara (Lukas 1:46-55) #1



Alkisah ada seorang pedagang muda yang sering bepergian keluar kota dengan kapal layarnya. Pemuda ini tidak mengenal Tuhan. Hidupnya rusak. Dari mulutnya sering keluar kata-kata cacian kepada Tuhan. Sampai suatu saat, ketika ia sedang berlayar dengan tujuan dagang, tiba-tiba angin ribut terjadi. Laut mengamuk, angin mengganas. Kapal yang besar itu diombang-ambingkan oleh ombak yang dasyat sehingga beberapa bagian kapal mengalami kebocoran. Layar kapal mulai sobek oleh hempasan angin kencang. Beberapa kru kapal mulai membuang barang-barang ke laut. Namun hempasan angin semakin kencang, sehingga semua awak kapal harus berpegangan pada tiang-tiang kapal. Pemuda ini begitu ketakutan. Ia takut akan kematian yang akan menimpanya. Ditengah kepanikannya ia mulai mendengar beberapa orang di kapal itu berseru kepada Tuhan. Hati pemuda ini mulai goyah. Sejak kecil ia tidak pernah berdoa. Tapi ganasnya ombak itu membuatnya kehilangan pegangan. Dan akhirnya ia memutuskan untuk mencoba berdoa., demikian “Ya Allah, jika Engkau benar,Engkau pasti menepati janji-Mu. Ampuni aku. Sucikanlah hatiku yang kotor ini, selamatkan aku. Setelah ia berdoa, keajaiban terjadi. Badai itu menjadi reda, dan ombakpun mulai tenang. Pemuda ini begitu bersyukur kepada Tuhan akan kebaikan-Nya. Dan dari tanganya terciptalah sebuah kidung yang sangat indah. Pujian yang mengatakan: Amazing grace, how sweet the sound, that save a wretch like me. I once was lost, but now i’m found. Was blind but now, i see.”


Biss, inilah pujian syukur yang keluar dari hati terdalam oleh seorang pemuda yang bernama John Newton. Memang puji-pujian merupakan respon terbaik yang dapat dilakukan seseorang setelah ia memperoleh kebaikan Tuhan. Pujian seringkali mewakili isi hati yang terdalam. Pujian itu bukan hanya sekedar kata-kata, namun didalamnya terdapat nada keagungan, keindahan, dan penghormatan kepada Tuhan yang berkarya atas hidup kita. Oleh karena itu, setiap anak-anak Tuhan tidak bisa tidak, harus terus menerus memuji Tuhan atas kebaikan-Nya.


Pertanyaannya, apakah kita sering menaikan pujian syukur itu atas kebaikan Tuhan? Jika dalam keadaan senang mungkin kita bisa memuji Tuhan, tapi ketika kesedihan menimpa, adakah kita tetap memuji atas kasih-Nya yang besar? Ketika keuangan kita sedang seret, apakah kita tetap memuji Dia yang masih memberikan kehidupan kepada kita? Bahkan ketika kita putus asa dan kehilangan harapan, adakah kita masih memuji Dia yang telah mati di kayu salib untuk kita?


Biss, di Lukas 1:46-56 dituliskan akan pujian Maria (Magnificat) yang memuji karya Tuhan atas hidup dan bangsanya. Dalam perikop sebelumnya Maria dikabarkan akan melahirkan sang Juruselamat yang kudus, yang merupakan Anak Allah. Maria begitu bersukacita, karena itulah ia memuji Tuhan.


Ss, sebenarnya ada banyak alasan bagi Maria untuk tidak menaikan pujian. Pada waktu ia mengandung, kondisinya sedang bertunangan dengan Yusuf. Ia belum menikah, tapi ia sudah mengandung. Coba bayangkan bagaimana kira-kira respon Yusuf setelah mengetahui bahwa Maria mengandung, sementara mereka belum menikah? Bisa jadi Yusuf menceraikannya. Pikirkan juga bagaimana respon keluarganya? Bayangkan jika suatu saat anak biss menghampiri kalian dan berkata bahwa ia mengandung padahal belum menikah. Saya yakin akan terdengar bunyi PLAK!! (sebuah tamparan keras bisa dilayangkan.) Lalu ketika ditanya, siapa yang menghamili kamu? Lalu putri bapak/ibu menjawab, Roh Kudus. Saya bayangkan bunyi PLAK! yang kedua akan terjadi. Biss, ini bukan lah situasi yang mudah bagi Maria. Bukan hanya mendapatkan resiko penolakan, nyawanya pun terancam. Tentu kita mengingat kisah seorang perempuan berjinah, yang kemudian ketahuan dan hendak dilempari batu oleh orang-orang Farisi. Maria pun beresiko untuk dirajam oleh orang-orang Yahudi. Ia akan dianggap sebagai perempuan penjinah yang layak untuk dihukum mati. Biss, Maria pasti memahami semua kemungkinan ini. Kedatangan bayi dalam kandungannya bisa saja ia responi dengan kekhawatiran. Tetapi Maria tidak merasa sesak walaupun ia terdesak. Ketika hidupnya harus diuji, ia malah memuji dengan berkata “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku.”


Ss, seandainya kita berada dalam situasi yang sukar seperti Maria, dapatkah kita tetap memuji Tuhan? Bahkan ketika nyawa kita terancam, dapatkah mulut kita berkata “jiwaku memuliakan Tuhan”? Biss, Mengapa Maria dapat memuji Tuhan pada saat-saat seperti itu tidak lain ialah karena ia berfokus pada dua hal.

Monday, November 30, 2009

Meminang Kemurahan




Dambaku ya Tuhan . . .
Keadilan meminang kemurahan

Membawa kelembutannya ke peraduan
Bersetubuh menjadi kesatuan


Hentikan masa paceklik

Dimana keadilan dan kemurahan memekik
Keduanya saling mencekik

Menceraikan hubungan yang pelik


Biarlah mereka bercium-ciuman
Senantiasa dihangatkan pelukan

Melahirkan ketenraman nan nyaman

Kepada tujuh puluh tujuh insan


Biarlah kisah cinta mereka. . .

Menghantar rasa suka
Menyapu rasa duka

Kepada jiwa yang baka


Dambaku ya Tuhan. . .

Keadilan meminang kemurahan
Saling bermesra-mesraan

Sampai pada akhir zaman

Monday, November 23, 2009

Learn "Boanthropy" in the Bible



Pada tahun 1946, di sebuah rumah sakit Jiwa di Inggris, ditemukan jenis gangguan jiwa yang unik, bahkan dapat dikatakan “aneh”. Orang yang terkena jenis gangguan itu menghabiskan hari-harinya di tempat terbuka. Ia tidak suka menempati ruang tertutup. Namun demikian, cuaca panas atau dingin sama sekali tidak mengganggu kulit tipisnya. Serbuan hujan, hawa dingin, dan terik mentari juga tidak mampu membuat tubuhnya sakit. Setiap hari ia harus dimandikan dan dicukur oleh orang lain, karena ia tidak akan melakukannya dengan tangannya sendiri. Terlebih aneh, setiap hari ia hanya memakan rumput-rumputan (yang masih fresh on the ground). Nasi, kentang, atau makanan manusia pada umumnya tidak diminatinya. Bahkan ia dapat membedakan rumput mana yang baik untuk dimakan dan mana yang liar, atau yang haucek dengan yang puhaucek. Secara fisik, mungkin ia terlihat baik-baik saja. Hanya rambutnya lebih panjang dan kukunya lebih kasar dan tebal dari biasanya. Inilah penyakit boanthrophy; sebuah gangguan jiwa yang di alami seseorang dengan menganggap dirinya sebagai seekor lembu.


Tentu saja ini perihal yang langka, yang jarang terjadi di muka bumi ini. Tapi menariknya, kurang lebih 2500 tahun yang lalu (sekitar abad 6 SM), Alkitab pernah mengisahkan seorang yang menderita penyakit langka tersebut. Ia bukan orang biasa; ia bukan orang miskin yang menderita; ia juga bukan orang yang berkekurangan, sehingga harus mengalami gangguan jiwa. Tetapi ia adalah seorang raja yang agung dan kaya, bahkan yang teragung pada zamanya. Ia adalah Nebudkanezar.


Sejarah mencatat Nebudkanezar pernah diasingkan, meninggalkan pemerintahannya untuk beberapa jangka waktu. Ia diasingkan karena terserang penyakit boanthropy (seperti di atas), sehingga pembangunan kota Babel berhenti (Padaha raja Nebu, adalah raja yang hobi membangun kota. Salah satu karya yang terkenal adalah hanging garden, yang pernah masuk dalam keajaiban dunia). Apa sebabnya? Apakah dia tertekan? Atau dia mengalami kedukaan? Atau dia depresi berat alias stress? Tapi, bagaimana ia dapat berduka, jika ia menjadi penguasa nomor satu pada waktu itu. Apa yang ia perintahkan pasti terlaksana. Ia dilambangkan sebagai kepala emas (Dan. 2), yang menunjukkan kejayaannya selama memerintah. Ia juga memiliki istri yang cantik, yang konon katanya hanging garden itu diciptakan untuk menyenangkan sang istri. Lantas, apa yang menjadi penyebabnya?


Jika kita membaca kitab Daniel pasal 4, kita akan menemukan jawabnya. Penyebab semuanya itu adalah keangkuhan diri. Kesombongan yang besar menguasai dirinya, ia menganggap diri megaloman, penguasa tertinggi di dunia, bahkan merasa diri lebih tinggi dari para ilah. Mungkin dalam benaknya, tidak ada otoritas apapun yang ada di atasnya. Sungguh merupakan keangkuhan tingkat tinggi.


Padahal sebelumnya Allah sudah mengingatkan lewat mimpi, bahwa kekuasaannya akan di hancur-luluhkan. Bahkan dengan gamblang Allah mengingatkan, bahwa raja akan menjadi serupa dengan seekor lembu dan diberi hati binatang jika ia tidak mau mengakui bahwa Tuhanlah yang empunya otoritas dan kekuasaan tertinggi di dunia. Tapi raja Nebu tidak mengindahkannya. Ia memilih untuk memuaskan kekosongan batinnya dengan keangkuhan.


Akibatnya, ia harus ditundukkan serendah-rendahnya. Hatinya diganti dengan hati binatang. Bahkan tingkah lakunya menjadi seperti binatang. Ironi sekali bukan? Berawal dengan menganggap diri sebagai Allah, tapi berakhir dengan keadaan terendah, bahkan lebih rendah dari para budak sekalipun, yaitu dengan menjadi seekor binatang. Sangat menyedihkan.


Sepertinya di mata Tuhan, kesombongan merupakan dosa yang sangat menjijikkan. Begitu menjijikannya sehingga ia harus disetarakan dengan hewan. Sebenarnya raja Nebu masih bersyukur, karena dengan jalan itu, akhirnya ia dapat mengakui bahwa Allah Israel adalah oknum yang memiliki otoritas tertinggi (Dan. 4:37). Saya katakan bersyukur, sebab jika dibanding dengan Herodes, hukumannya jauh lebih ringan. Herodes pernah mengilahkan dirinya, dan seketika itu juga ia ditampar oleh malaikat Tuhan, karena tidak menghormati Allah. Dan sesegera itu juga meninggallah ia, tanpa ada kesempatan untuk bertobat (Kis. 12:23). Bukankah Adam dan Hawa juga mengalami kematian rohani ketika ia ingin memakan buah yang dilarang, agar menjadi serupa dengan Allah? Keangkuhannya membawa seluruh manusia keturunannya harus binasa dalam dosa. Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa keangkuhan adalah dosa yang sangat dibenci Tuhan.


Karena itu saudaraku, berhati-hatilah dengan keangkuhan hidup. Pdt. Paul Gunadi pernah berkata bahwa kesombongan merupakan dosa yang sering terjadi tanpa disadari. Bahkan terlebih mengerikan, kesombongan itu dapat masuk ke dalam segala aspek kehidupan kita. Dalam cinta bisa timbul kesombongan. Dalam pelayanan bisa timbul kesombongan. Dalam persahabatan bisa timbul kesombongan. Bahkan dalam doa pun juga dapat timbul kesombongan. Jadi marilah kita berhati-hati akan dosa yang satu ini. Berhati-hatilah dengan segala kelebihan yang kita miliki (jangan untuk membanggakan diri); Berhati-hatilah dengan anugerah yang sudah kita terima (jangan digunakan untuk memuaskan diri); Berhati-hatilah akan kekuasaan dan kekayaan kita (jangan digunakan untuk menindas orang lain); Jangan sampai keangkuhan hati kita membuat Allah muak dan jijik memandangnya. Marilah kita belajar menundukkan diri, dengan menganggap Ia sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan kita. GWus


Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.

Amsal 16:5


Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.

Mazmur 149:4