Friday, April 04, 2014

SALING MEMBERKATI ( GALATIA 6:1-10)



 

Suatu ketika saya berjumpa dengan seorang anak remaja dan hendak menguji iman kristen dia dan bertnya:  menurut kamu, untuk apa sih kamu percaya kepada Tuhan?  Jawabnya simpel:  Supaya saya bisa masuk surga ko.    Cuma itu?   Terus dia diam dan berpikir panjang, seakan-akan tidak ada jawaban yang lain.   Dan tahukah saudara, bukan hanya anak ini, ternyata kalau kita bertanya kepada banyak anak Tuhan, merekapun akan menjawab sama, “Saya percaya Tuhan, agar saya diselamatkan dan kemudian saya bisa masuk surga.”  Jawaban ini tidak salah, namaun  jika tujuan kita mengikut Tuhan hanya untuk agar kita selamat, maka betapa egoisnya kita.   Mengapa egois?  Karena dengan demikian, kita hanya memikirkan kesenangan diri kita sendiri, yaitu agar kita bisa masuk surga.

Tentu tidaklah demikian.    Tuhan memanggil kita bukan hanya untuk menyelamatkan kita agar kita bisa masuk surga, tetapi lebih dari itu, Tuhan memanggil kita untuk hidup berbuah selama kita ada di dunia ini.   Panggilan kita adalah untuk berbuah dan memberkati sesama kita.  Itu sebabnya salah satu hukum terutama yang diberikan Tuhan kepada kita selain mengasihi Tuhan Allah kita adalah mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri.  Dan itu juga yang di tulis oleh Paulus di ayat2:  Bertolong-tolonglah dalam menanggung bebanmu.  Ya.. Setiap kita dipanggil untuk memberkati sesama.  Untuk itu dalam perikop yang kita baca, Paulus memaparkan beberapa sikap yang diperlukan agar setiap kita dapat hidup berbuah dan memberkati sesama kita. 

Yang pertama ialah sikap mengampuni.  Di ayat 1 dikatakan “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.”    Sikap pengampunan merupakan sikap ilahi, karena Yesus sudah menunjukkan kepada kita ketika ia mau mengampuni kita orang berdosa.   Sebab itu sikap yang dapat kita lakukan ketika orang bersalah kepada kita ialah, mari kita berikan pengampunan.   Pengampunan itu sangat memberkati sesama kita.

Kedua, jauhi sikap kesombongan.   Kesombongan merupakan perusak utama daripada relasi antar sesama manusia.  Ketika seorang menjadi sombong, maka ia akan cenderung untuk merendahkan orang lain.  Untuk itu Paulus berkata di ayat 3 “Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.”  Kita harus menyadari bahwa kita ini bukan siapa-siapa.   Kalau saudara merasa diri saudara berarti, dalam arti kita merasa kita lantas menganggap kita terlalu berjasa untuk orang lain, maka sebenarnya kita menipu diri sendiri.   Sebab sebenarnya setiap kita tidak ada artinya.   Tuhan yang memberikan segala kemampuan kepada kita dalam segala hal.   Sebab itu kita harus menghindari sikap sombong.

Berikutnya Paulus berkata di ayat 4 dan 5 “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.  Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.”  Dalam arti Paulus meminta kita untuk tidak lekas menghakimi.  Setiap kita diminta untuk menguji pekerjaan sendiri.  Umumnya kita lebih suka menguji atau menilai pekerjaan orang lain bukan?    Ketika orang lain berbuat sesuatu, kita komentari, kita kritik, kita ceritakan kejelekannya, tanpa sadar kita jatuh dalam penghakiman.   Tapi giliran pekerjaan kita yang di nilai dan dikritik, ooo kita defend mati-matian.  Kita berusaha untuk menang argumen.   Bukankah hal ini banyak terjadi?  Mungkin kita salah satu orang yang demikian.   Paulus sekali lagi mengingatkan kita untuk menguji pekerjaan sendiri.   Karena setiap kita akan memikul tanggungan kita sendiri.

Inilah ketiga hal yang ingin ia tekankan yang sesuai dengan pergumulan jemaat Galitea, yang saya kira juga baik untuk kita pelajari dan lakukan.   Mari kita suka memberi pengampunan, mari kita ringan tangan untuk menolong sesama kita, dan mari kita menjauhi sikap angkuh dan sikap menghakimi sesama kita.

 Dalam kesimpulannya, Paulus berkata di ayat 9: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”  Ya… jangan pernah jemu untuk berbuat baik.  Tapi jalani panggilan kita untuk mengasihi sesama, dan jadilah berkat bagi orang-orang yang ada disekitar kita.  Paulus mengatakan jangan jemu karena ia tahu, kadang kita bisa jemu dalam berbuat baik.   Apalagi jika perbuatan baik itu di salah artikan atau disalah pahami.   Atau orang yang kepadanya kita sudah berbuat baik, eh..kita malah mendapat balasan yang tidak baik.   Namun apa pun yang terjadi, jangan pernah jemu untuk berbuat baik.  Karena itu adalah panggilan kita ketika kita mengikut dan percaya Tuhan.

Baru baru saya sangat tersentuh ketika melihat acara Kick Andy.   Pada waktu itu yang menjadi nara sumber adalah seorang dokter yang dikenal sebagai dokter gila.   Namanya dokter Lie A Dharmawan.    Ia terkenal sebagai dokter gila.  Mengapa?   Karena ia mendedikasikan hidupnya untuk memberikan pengobatan kepada orang-orang daerah terpencil di Indonesia dengan menggunakan perahu kayu yang jelek.  Ia menamakan proyek ini adalah proyek rumah sakit apung.  Dengan kapal kayunya ini ia mengelilingi indonesia, kedaerah-daerah tidak terjangkau untuk memberikan pengobatan gratis.  Saat ini usianya sudah 70 tahun.   Dalam perjalanan hidupnya persama perahu apungnya, dr lie sudah mengoperasi dan bedah sebanyak 177 kali, dan telah merawat ribuan pasien.  Dan semua itu tidak mendapat bayaran.   Uangnya hanya didapat dari sukarelawan dan sponsor-sponsor serta beberapa tabungan yang ia miiliki.  Tahukah apa yang memotivasi ia melakukan hal ini?   Yang pertama, dr Lie sendiri dulunya adalah orang miskin.   Ia pernah merasakan bagaimana rasanya tidak bisa makan, Cuma minum air putih.   Mamanya pernah suatu ketika menyuruh ia bermain keluar, sementara ia menemukan, mamanya lagi menangis karena tidak punya beras dirumah.    Namun hal kedua yang memotivasi dokter lie adalah karena cintanya kepada Tuhan.   Dalam kesaksiannya di luar kick andy, ia pernah bersaksi.   Suatu saat ketika ia sedang mengambil waktu teduh:  kemudian ia merasa Tuhan berkata kepada dia:  “Maukah engkau melayani-Ku?” Spontan Dokter Lie menjawab, “Tuhan, jangan aku. Aku sudah terlalu capek.” Meski jawabnya bertendensi mengelak, dorongan untuk melayani sesama yang tak mampu dan sulit terjangkau secara geografis, terus bergema di relung hatinya. Ia pun “menyerah”; ia tak dapat lari dari kehendak-Nya.Akhirnya, Dokter Lie menjawab panggilan Tuhan melalui profesinya. “Ya Tuhan, aku mau. Aku mau melayani-Mu,” ungkapnya sambil berkaca-kaca. “Saya mendeklarasikan kesetiaan untuk melayani Tuhan,” imbuhnya seraya menyeka air mata yang berguguran di pelupuk matanya.   Cinta kepada Tuhan, membuat ia berkomitmen untuk memuliakan Tuhan dalam pekerjaannya.  Kini smua mata yang melihat kisah hidupnya memuliakan Tuhan.

Mari saudara,  Dr. Lie telah menjalani panggilannya untuk berbuat baik dengan talenta dan bidang yang dipercayakan kepadanya.  Mari kitapun mengambil bagian, dalam apa yang telah dipercayakan kepada  kita, untuk berbuat baik kepada sesama kita.  Mari kita saling tolong menolong dalam menanggung beban sesama kita.  Marilah kita saling memberi pengampunan, dan hindari sikap angkuh dan sikap menghakimi.  Jangan pernah jemu untuk berbuat baik,  sebab itulah panggilan kita sebagai pelayan Tuhan.