Sunday, February 20, 2011

Firman-Mu Terang Dalam Hidupku (Mazmur 119:105-112) # 2



2. FT baik bagi mereka yang tertekan

Tidak ada seorang penghibur yang dapat menghibur lebih baik dari pada Alkitab. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih, maka berita Firman-Nya adalah berita penuh penghiburan dan kekuatan. Pemazmur menemukan hal itu ketika merenungkan FT. Di ayat 107 ia berkata “Aku sangat tertindas Tuhan....hidupkanlah aku dengan firman-Mu.” Kebanyakan penafsir mengatakan bahwa Mazmur 119 ini ditulis oleh Daud. Pada waktu ia menulis ini ia sedang berada dalam kejaran musuh. Entah dikejar oleh Saul, entah dikejar oleh Absalom, yang pasti hidup Daud sangat menderita. Nyawanya terancam, dan hidupnya menjadi tidak jelas karena statusnya adalah pelarian. Hidup sebagai pelarian itu tidak enak. Jauh dari keluarga. Harus berpindah-pindah tempat. Merasakan kesepian. Dan hidup dalam ketakutan. Saya membayang Daud tidak bisa tidur spanjang malam. Ia harus berjaga-jaga kalau-kalau pasukan musuh tiba-tiba datang menyerang. Karena itulah Daud berkata “Aku sangat tertindas Tuhan.” Jiwanya sengsara dan ia sangat menderita, seperti orang yang mau mati rasanya. Menariknya justru dalam penderitaan itulah ia berkata “Hidupkanlah aku dengan Firman-Mu”. Ditengah penderitaan yang dialaminya, ditengah kesusahan yang dialami, Daud sadar bahwa Firman Tuhanlah yang mampu menghibur bahkan menghidupkannya.

Memang didalam Firman Tuhan penuh dengan kata-kata penghiburan dan kekuatan. Bagi mereka yang cemas Firman Tuhan berkata “Jangan engkau khawatir....jika burung saja dipelihara apalagi engkau.” Bagi mereka yang berduka, Firman Tuhan berkata “Adakah seorang ayah memberi batu kepada yang meminta roti?” Kepada mereka yang merasa tidak dikasihi FT berkata “Sebab begitu besar kasih Allah kepada manusia” Jika engkau merasa sebagai orang yang tidak diinginkan Ft berkata ‘Jikapun ada ibu di dunia yang melupakan anak-anaknya, sekali-kali aku tidak akan melupakanmu.” Dan ketika kita takut akan apa yang terjadi di masa depan FT berkata “Sebab aku telah menyiapkan rancangan damai sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan” ....dan ada banyak lagi kebenaran-kebenaran Firman Tuhan yang dapat menguatkan dan menghibur kita.

Ijinkan saya mensharingkan pengalaman saya bersama Firman Tuhan. Sejak SMU tidak tahu apa sebab musababnya, tiba-tiba saya memiliki sebuah Fobia yang sangat menakutkan. Fobia itu semacam perasaan takut yang berlebihan dan tidak masuk akal. Nah Fobia saya itu adalah tidak bisa diruangan yang sesak pengap dan panas. Semua itu membuat saya mengalami ketakutan yang sangat. Setiap kali fobia saya membayangkan bahwa saya sedang dikubur hidup-hidup yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dan betul-betul kalau fobia tidak ada yang dapat mencegah rasa takut itu. Sampai pernah sanking parahnya, saya pernah pingsan oleh karena fobia itu. Lantas saya pergi konseling kepada seorang Pendeta dan menjelaskan semua keadaan saya. Iapun tidak membantu banyak. Ia hanya memberi pesan kepada saya untuk membaca Mazmur 139. Dan setelah konseling itu, Fobia saya terus menyerang. Hampir tiap malam saya tidak bisa tidur karena mengalami ketakutan. Sampai suatu saat ketika Fobia itu menyerang, saya teringat ayat yang disuruh baca sama pendeta itu. Akhirnya dengan perasaan takut saya membaca ayat itu pelan-pelang. Firman itu berkata demikian “Kemana aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu, kemana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.” Perkataan ini mengejutkan. Bukankah selama fobia saya merasa seperti dikubur hidup-hidup? Tapi FT berkata “jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.” Sejak saat itu setiap kali Fobia menyerang, saya selalu berkata tidak Tuhan ada disini, bersama dengan saya sekarang, dan dekat dengan saya. Ia senantiasa dekat dengan saya. Tidak ada satuhalpun yang dapat memisahkan saya dari Tuhan.” Keyakinan itu ternyata berhasil membuat saya keluar dari rasa takut itu. Beberapa tahun lamanya saya tidak lagi mengalami fobia. Setiap kali fobia menyerang saya akan ingat Firman ini, bahwa dimanapun saya berada, Tuhan ada disisiku. Firman Tuhan itulah yang telah menolongku keluar dari semua penderitaan dan kesesakkan yang saya alami.

Saudara, masih banyak perkataan Firman Tuhan yang dapat menghibur dan menguatkan kita. Firman Tuhan baik bagi mereka yang tertindas dan penuh pergumulan. Karena itu pergumulan apa yang saudara alami saat ini, marilah datang kepada Tuhan. Nikmati penghiburan-penghiburan dari pada Firman-Nya. Ijinkanlah Firman itu menguatkan dan memberikan kelegaan kepada saudara. Baca dan renungkan firman Tuhan setiap hari seumur hidupmu. Maka kita akan dimampukan untuk melewati badai-badai dalam kehidupan kita.
Karena itu mari kita tekun dalam merenungkan Firman Tuhan ini. Selain Firman ini dapat menjadi penuntun hidup kita, Firman Tuhan juga baik bagi jiwa kita yang sedang tertekan. Milikilah surat cinta dari Tuhan ini. Bukan hanya sebagai buku, tapi milikilah dalam hati kita.

Firman-Mu Terang Dalam Hidupku (Mazmur 119:105-112) # 1



Beberapa bulan yang lalu ketika saya meneliti di internet, saya menemukan sebuah data yang menarik. Ada sebuah artikel yang melist buku-buku terlaris dan terpopuler di dunia berdasarkan jumlah eksemplar yang terjual. Nomor 9 ditempati oleh “The Lord of The Ring” yang diluncurkan pertama pada tahun 1954-1955 dan sampai saat ini buku ini laku terjual sebanyak 150 jt buah. Begitu terkenalnya buku tersebut sehingga diorbitkan filmnnya sebanyak 3 seri yang berturut-turut masuk dalam box office. Nomor 7 ditempati oleh buku yang berjudul “A Tale of Two Cities”, sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 1859 dan sudah laku hampir sebanyak 200jt eksemplar. Berikutnya kita langsung melihat 3 urutan pertama yang menduduki sebagai buku terlaris. Peringkat ke-3 di isi oleh buku kecil merah tanpa judul, yang berisi kutipan-kutipan dari Mao Zedong, yang merupakan buku yang sangat penting bagi rakyat China. Buku ini terjual sebanyak 800jt eksemplar. Buku terlaris ke-2 dipegang oleh kitab suci umat Muslim yang kita kenal sebagai Alquran. Buku ini laku sebanyak 900jt buah. Dan buku yang termasuk buku terlaris di dunia ini dalam sepanjang abad ternyata adalah ALKITAB, yaitu sebuah kitab suci umat Kristiani yang dikumpulkan menjadi satu pada abad pertama (kurang lebih sudah 1900 tahun), buku ini laku terjual sebanyak 2,6 Milliar.

Menariknya perjalanan menjadi buku yang terlaris ini tidak terjadi begitu saja. Berkali-kali sejarah mencatat bahwa keberadaan Alkitab terancam. Pernah suatu ketika, saat Alkitab masih beredar hanya di daerah kekuasaan Romawi, dan waktu itu kaisar Roma dipimpin oleh orang yang membenci kekristenan, yaitu kaisar Diolektian; ia memerintahkan untuk membakar semua kitab orang kristen yang beredar. Tapi pembakaran itu ternyata tidak berhasil memusnahkan seluruh Alkitab. Diam-diam ada beberapa orang Kristen yang menyimpannya, dan kemudian menggandakannya kembali. Bertahun-tahun Alkitab hendak dimusnahkan oleh orang-orang komunis dan Ateis, namun segala upaya itu gagal. Mengapa? Saya percaya karena ada Tuhan yang berdaulat atas sejarah kehidupan ini. Kita percaya bahwa Alkitab merupakan tulisan yang diilhamkan oleh Allah sendiri. Alkitab merupakan surat cinta dari Tuhan dan buku yang menyuarakan isi hati-Nya. Karena itu Tuhan tidak akan membiarkan tulisan-tulisannya itu dibakar begitu saja. Tuhan tidak akan membiarkan manusia meniadakan Firman-Nya. Karena itulah ia menjaga keberadaan Firman-Nya itu sampai saat ini, hingga dibaca oleh milyaran orang didunia.

Pernahkah terpikirkan dalam benak saudara: mengapa Tuhan memilih untuk menyuarakan isi hati-Nya dalam sebuah tulisan? Mengapa Tuhan tidak langsung bersuara saja atau mengirim imam dan nabi-nabi seperti zaman dulu? Saya kira alasannya cukup jelas. Sebuah perkataan bisa berlalu dalam hitungan beberapa detik. Namun perkataan yang dituliskan akan bertahan sepanjang jaman. Analogi paling jelas dapat kita lihat dalam keputusan-keputusan sebuah rapat. Jika dalam sebuah rapat tidak ada notulensinya, maka dapat dipastikan kelak akan terjadi kebingungan. Semisal kita membahas topik A. Dan kita memutuskan untuk menjalankan A. Satu sampai beberapa bulan kedepan tentu kita masih ingat. Tapi bagaimana untuk beberapa tahun kedepan? Dapat dipastikan kita akan lupa akan keputusan yang sudah dibuat dalam rapat. Karena itulah dibutuhkan notulensi. Sehingga kita tidak akan pernah lupa akan keputusan-keputusan itu.

Itulah sedikit gambaran mengapa Tuhan menuliskan Firman-nya dalam sebuah Alkitab. Tuhan mau kita terus mengingat setiap Firmannya. Jangan pernah melupakan Firman-Nya, apalagi mengabaikannya. Tuhan seakan ingin berkata kepada kita: “Anakku, simaklah firman-Ku. Ini adalah sesuatu yang penting. Ini adalah perkataan-Ku sendiri.” Tentunya jika Tuhan yang menulis buku ini, sudah pasti Alkitab adalah buku yang sangat penting bukan? Jika buku ini adalah buku yang sangat penting, maka sudah pasti buku ini memiliki banyak kegunaan. Pemazmur sendiri menggambarkan ada dua hal yang baik tentang Firman Tuhan dalam perikop yang barusan kita baca.


1. FT itu adalah penuntun hidup kita

Saya yakin ketika saya mengatakan Firman Itu pelita bagi jalanku dan terang bagi kaki kita, kebanyakan kita akan berkata “Ah saya juga tau maksudnya. Gak usah diajar saya juga ngerti” Saya yakin tanpa saya menjabarkannya lagi pasti setiap kita sudah mengerti, karena sudah terlalu sering kita mendengarkan akan bagian firman ini. Namun pertanyaannya “Seberapa jauh kita menghayati bahwa FT itu penuntun hidup kita? Seberapa jauh kita menyadari dan menghidupi bahwa Firman ini adalah penuntun jalan hidup kita?”

Pemazmur sangat menghayati apa arti dari Firman-Mu pelita bagi kakiku. Pasal 119 adalah pasal yang terpanjang dalam keseluruhan Alkitab. Di dalamnya terdapat 176 ayat. Menariknya dalam pasal yang sangat panjang ini seluruh ayatnya berbicara tentang bagaimana firman itu bekerja secara luar biasa dalam diri pemazmur. Dalam pasal yang sama pemazmur pernah berkata “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Yaitu dengan menjaga sesuai dengan firman-Nya.” Firman Tuhan juga dikatakan membuatnya lebih bijak dari musuh-musuhnya. Bahkan lebih bijak dari orang-orang yang lebih tua dari dia. Ia juga pernah berkata “Dengan hidup bersama dengan Firman Tuhan ia tidak akan mendapat malu.” Dan masih banyak lagi keistimewaan dari Firman Tuhan. Firman Tuhan itulah yang menjadi penuntun dalam hidupnya.

Karena itulah dalam ayat 105 ia berkata “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Saya kira kondisinya sama jika kita menggunakan motor atau mobil di jalan tol. Sewaktu di Bandung saya pernah pergi sama temen-temen pemuda malam hari. Dijalan tol itu sangat gelap karena semua lampu jalan dipadamkan. Kita hanya mengandalkan lampu yang ada di mobil kami. Kemudian sekali waktu temen saya yang nyupir itu iseng. Dia matikan lampu mobilnya dan keadaan waktu itu jadi gelap sekali. Kami tidak dapat melihat apa-apa. Temen-temen yang dibelakang langsung berteriak: “Ei gila lu, nyalakan! bahaya tau!” Kemudian lampu dinyalakan dan kita semua jadi lebih tenang. Saya kira demikian juga yang dimaksudkan pemazmur ketika mengatakan “Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Pelita waktu itu harus dibawa kemana-mana oleh orang-orang primitif. Jelas rumah-rumah tidak ada lampu, dan jelas belum ada lampu jalan. Satu-satunya yang dapat mereka andalkan adalah pelita itu. Pelita itulah yang menerangi jalan mereka. Karena itu mereka tidak boleh melepaskan dan melupakan pelita itu sama sekali. Demikian juga dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan harus terus kita bawa dan jangan pernah dilepaskan dan dilupakan. Hanya Firman yang mampu menuntun kehidupan kita. Karena itu di ayat 106 pemazmur berkata “Aku bersumpah dan aku akan menepatinya.” Firman yang mengarahkan agar tidak tersesat, Firman juga yang menolong dia untuk melewati segala jalan berliku. Firmanlah yang menuntun hidup kita.

Di PB Paulus juga pernah berkata dalam 2 Timotius 3: 16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Paulus menyadari bahwa Firman itu adalah penuntun hidupnya. Sebagai pengajar ia adalah guru yang terbaik, sebagai penyata kesalahan ia adalah pengkoreksi yang paling tepat dan objektif, sebagai memeperbaiki kelakuan ia adalah orang tua yang terbaik, dan sebagai penuntun pada jalan kebenaran ia adalah kompas yang terbaik. Karena itu betapa mengerikannya jika seseorang hidup di luar kebenaran Firman Tuhan, ia akan tersesat dan salah arah.

Di zaman ini segala pengajaran bisa masuk dan diterima oleh kita dan anak-anak kita. Paham-paham, media, teknologi, dan lingkungan kita dapat mengajarkan banyak hal yang keliru. Akhir-akhir ini negara kita lagi heboh dengan pertikaian antar agama. Dalam sebuah video yang saya saksikan, saya melihat bagaimana mereka membunuh dan memukul sesamanya sambil berteriak nama Allah karena alasan membela Allah. Bagi kita: dimana kebenaran itu kalau kamu membunuh sesamamu? Tapi bagi mereka itulah kebenaran yang harus dilakukan. Bagi kita itu dosa besar. Tapi bagi mereka itu adalah pahala besar. Dalam sebuah siaran ketika seorang teroris ditangkap, ada seorang ibu menangis-nangis sambil berkata: “tidak....gak mungkin anak saya itu adalah seorang teroris. Selama ini dia orang yang baik-baik dan mengasihi sesama. Dan dia taat pada ajaran agama. Gak mungkin dia adalah teroris!” Si ibu tidak terima untuk menghadapi bahwa anaknya telah mati menjadi teroris. Ia tidak menyangka bahwa anaknya sudah tersesat sejauh itu. Kita pun tidak tau ajaran apa yang dapat menyesatkan kita ataupun anak cucu kita. Karena itu kita butuh Firman untuk menerangi jalan hidup kita. Kita butuh Firman Tuhan yang membimbing kita.

Bagaimana dengan saudara? Sudahkah kita menjadikan Firman itu sebagai penuntun hidup kita? Sudahkah kita menjadikan Firman itu sebagai pelita yang selalu kita bawa kemana-mana; dan kita tidak mau sampai melupakannya? Dapatkah kita berkata seperti pemazmur berkata “Aku telah bersumpah, dan aku akan menepatinya”? apakah kita sadar bahwa begitu mudahnya pemahaman kita diombang-ambingkan. Jika pemahaman saja sudah salah, pasti apa yang kita lakukan akan juga salah. Karena itu mari kita menjadikan Firman Tuhan itu sebagai penuntun hidup kita. Hayati dan renungkan itu setiap hari. Jadikan Firman itu pedoman dalam kehidupan kita.

Monday, February 14, 2011

Refleksi Cinta



Cinta itu luas....
Tak terbatas oleh usia
Tak terbatas oleh status
Tak terbatas oleh gender

Cinta itu kaya...
Pergerakannya membuana
Suarannya membahana
Selalu menghasilkan karya

Cinta itu manis...
Semanis tetesan madu
Rasa pahit menjadi kaldu
Melenyapkan hati sendu

Namun....
Tidak ada cinta yang sempurna
Oleh manusia yang hina
Karena manusia tidak sempurna

Juga....
Tidak ada cinta yang abadi
Yang selalu mengabdi
Pada setiap pribadi

Hanya satu....
Cinta yang sempurna
Yang abadi mengabdi
Yang manis tanpa menjadi hambar
Yang kaya tanpa menjadi miskin
Yang luas tanpa terjadi persempitan

DIALAH KASIH BAPAKU – YESUS
Happy valentine all --- God Love You, so do i

Tuesday, February 08, 2011

Ketika Allah Tampak Sukar Dimengerti (Kej 22)




Hidup manusia ini penuh dengan apa yang namanya ujian-ujian kehidupan. Sama seperti ujian yang kita hadapi ketika masih duduk dibangku sekolah, ada kalanya ujian itu dapat kita mengerti, tapi ada pula waktu dimana kita tidak dapat memahami maksud ujian tersebut. Demikian pula terkadang ujian kehidupan ini tidak dapat kita pahami sama sekali. Kita bingung mengapa ujian itu tampak begitu berat, dan kita tidak mengerti mengapa hal itu terjadi dalam hidup kita. Bedanya dalam ujian di sekolah, kalau soalnya susah kita bisa mengosongkan dengan konsekuensi pengurangan nilai. Namun ujian kehidupan tidak demikian. Sesukar-sukarnya ujian tersebut kita harus menghadapinya. Tidak ada pilihan untuk melewatinya. Orang yang berusaha lari kelak harus kembali untuk menghadapinya. Kita tidak mungkin lari dari ujian tersebut.

Akibatnya beberapa orang menjadi putus asa dan kecewa. Bukan hanya kecewa terhadap hidupnya, tapi mereka kecewa terhadap Tuhan yang mengijinkan ujian itu menimpa mereka. Mereka berkata “Mengapa Tuhan....Mengapa ini harus terjadi dalam hidupku; Mengapa Engkau tega melakukan ini kepadaku; Mengapa harus aku; Apa salahku Tuhan; Bukankah aku seorang pelayan Tuhan? Bukankah aku setia kepada-Mu? Namun kenapa semua ini harus menimpa diriku? Mengapa Tuhan? Aku tak mengerti....sungguh aku tak mengerti.”

Memang terkadang kita tidak mengerti maksud dan rencana Tuhan. Ada kalanya Tuhan tampak begitu sukar untuk dipahami. Kita tidak mengerti motif Tuhan mengijinkan pergumulan-pergumulan itu terjadi dalam hidup kita. Dan ketika kita bertanya kepada Tuhan, Iapun tampak diam seribu bahasa. Beribu-ribu kali kita mencari dan menghubungi Dia, tapi hasilnya hanya miscall. Akhirnya semua ini semakin membuat kita tidak mengerti apa maksud dan rencana Tuhan. Lantas bagaimana semestinya sikap kita di tengah ketidak mengertian itu?

Karena itu marilah kita belajar dari tokoh PL yang bernama Abraham. Abraham juga pernah mengalami ketidakmengertian seperti ini terhadap Tuhan. Awal ketidakmengertian itu terjadi ketika Tuhan berfirman kepadanya: “Abillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran....” Mungkin ini merupakan perintah yang paling mengejutkan disepanjang hidup Abraham. Memang di ayat pertama pasal ini Alkitab menuliskan bahwa Allah hendak mencoba / menguji Abraham. Tapi tentunya Abraham tidak tau bagaimana akhir dari ujian ini. Disitulah ia mulai tidak mengerti.

Walaupun Alkitab tidak menuliskan bagaimana respon Abraham pada waktu itu, tapi mari kita membayangkannya. Dalam bayangan saya, setelah Tuhan memerintahkan dengan suara lugas “Abraham...ambilah anak yang engkau kasihi...dan persembahkanlah di atas gunung itu...” Saya kira Abraham terkejut setengah mati. Namun karena ia begitu takut sama Tuhan lalu dengan suara yang bergetar ia berkata “Ya..ya Tuhan...” Kemudian Tuhanpun pergi dan tidak terdengar lagi. Saat itulah Abraham sangat terpukul. Ia pun berjalan lemas dan gontai menuju rumahnya dengan pandangan mata yang kosong. Ia bingung bagaimana harus memberitau kepada Sarai. Tapi yang lebih ia bingungkan adalah bagaimana ia bisa hidup tanpa Ishak yang kepadanya sudah terlanjur dicurahkan seluruh kasih sayangnya.

Sesampainya dirumah: Sarah masih dengan ceria menyambutnya, dan ia menceritakan semua kejadian lucu yang dilakukan oleh Ishak sepanjang hari itu. Tapi Abraham tidak bergeming, mukanyapun tampak muram. Sarah pun mulai curiga bahwa ada masalah yang di alami suaminya. Lalu Abraham berkata “Sarah, aku ingin berbicara. Empat mata.” Lalu mereka mencari tempat untuk berdua. Dan diberitahukanlah semua yang disampaikan Tuhan itu kepada Sarai. Langsung saja Sarah tersentak kaget. Iapun mulai menangis. Dalam keadaan yang masih tidak percaya Sarahpun berkata “Tidak mungkin....Pasti kamu salah Dengar....Allah kita tidak pernah meminta darah manusia untuk dikorbankan..... Itu hanyalah kebiasaan ilah-ilah Kanaan. Kamu pasti keliru. Itu pasti bukan Tuhan?” Abraham pun menjawab “Tidak Sarah....Aku tidak keliru. Itu benar adalah Tuhan. Suara yang pernah menyuruh kita pergi ke keluar dari tanah tempat tinggal kita....Dan suara yang pernah berjanji untuk menjadikan kita sebagai bangsa yang besar. Ya...suara itu juga yang memerintahkan saya untuk mempersembahkan Ishak.” Dengan keadaan yang masih tidak terima Sarahpun kembali bertanya “Bagaimana mungkin Abraham....Bagaimana mungkin ini terjadi.... Bukankah Tuhan yang berjanji untuk memberikan kita keturunan.

Bukankah waktu kita mengambil Hagar dan melahirkan Ismael tapi Tuhan tidak mau menjadikannya sebagai anak perjanjian? Bukankah Tuhan berkata dari keturunankulah anak perjanjian itu? Dan masih ingatkah kamu Abraham, ketika Tuhan berjanji memberikan seorang anak ketika saya berusia 90 tahun, dan saya tertawa, bukankah Tuhan marah sama sikap saya? Namun mengapa sekarang, Dia yang memberi itu, dan Dia yang berjanji itu mau mengambil anak kita satu-satunya?” Mungkin pada saat itu Sarah dan Abraham merasa bahwa Allah sudah melanggar pernjanjian. Abraham pun terdiam mendengar segala pertanyaan Sarah. Lalu Sarah kembali bertanya “Sudah hampir 50 tahun kita menunggu kelahiran seorang anak. Dan sekarang....hanya dalam waktu sekejap Tuhan mau mengambilnya kembali. Mengapa ini terjadi...Mengapa? Jawab Abraham....Jawab pertanyaanku?” Dan Abraham pun mulai menangis, dan dia berkata “Aku tidak Tau Sarah.... Jangan tanyakan padaku....Aku juga tidak mengerti mengapa Tuhan meminta demikian.” Lalu mereka berdua menangis dalam ketidak mengertiannya. Sepanjang malam itu mereka ga bisa tidur. Sarah menangis sepanjang hari, sementara Abraham terlihat tegar, namun sebenarnya hatinya pun sangat hancur berkeping-keping. Mereka masih tidak mengerti mengapa Tuhan hendak mengambil anak satu-satunya yang sangat mereka kasihi.

Pernahkah Saudara mengalami hal demikian? Kita tidak tahu mengapa Tuhan menginjinkan sesuatu perkara terjadi dalam hidup kita? Kematian saudara Budiman (Jemaat GKKA UP) menyisakan banyak pertanyaan dalam benak kita. Kita bertanya: Mengapa harus meninggal seperti itu? Mengapa Tuhan tidak memberinya umur panjang? Tidakkah Tuhan dapat melihat kerinduannya yang masih membara untuk melayani? Mengapa harus begitu cepat? Dsb. Saya yakin dalam hidup saudarapun ada banyak hal yang tidak saudara mengerti. Mungkin saudara mengalami sakit keras yang tak kunjung sembuh. Mungkin keluarga anda tertimpa musibah. Mungkin anda memiliki anak yang cacat. Mungkin anda memiliki duri dalam daging yang begitu menyiksa saudara. Dsb. Keluarga saya sendiri pernah dalam satu masa dipukul banyak masalah. Ancaman perceraian, hutang melanda, ditipu orang, mendapat ancaman, dsb. Semua ini membuat kita tidak mengerti apa maksud Tuhan. Kita bertanya kepada Tuhan mengapa ini terjadi? Namun Tuhan tidak menjawabnya. Tuhan tampak begitu jauh, dan Tuhan tampak begitu sukar untuk dimengerti.

Lantas apa yang harus kita lakukan? Mari kita belajar dari Abraham. Abraham tetap taat di tengah ketidak mengertiannya. Meskipun ada begitu banyak pertanyaan yang belum terjawabkan, ia tetap taat untuk mempersembahkan Ishak. Bahkan Abraham tetap taat ketika Ishak bertanya kepadanya “Bapa.....dimanakah ternak yang mau dipersembahkan kepada Tuhan”, yang saya yakin ketika pertanyaan itu diucapkan, hati Abraham tercabik-cabik. Mengapa ia bisa taat? Semua itu karena ia sudah menaruh imannya kepada Tuhan. Imannya bukanlah iman yang buta, yang dilakukan tanpa rasio dan pengenalan yang jelas akan Tuhan. Namun imannya didasarkan akan kedaulatan Tuhan. Ibrani 11:19 mengatakan “Karena ia (Abraham) berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.” Itulah yang menjadi dasar baginya untuk percaya. Ia yakin bahwa Tuhan berdaulat bahkan mampu membangkitkan orang-orang mati. Ini iman yang sangat kuat. Ia belum pernah melihat Elia dan Elisha membangkitkan orang yang mati. Ia juga tidak pernah melihat Yairus dan Lazarus dibangkitkan. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa ada orang yang dibangkitkan sebelum Abraham. Bahkan Abraham pun belum mendengar Yesus yang mati dan bangkit pada hari yang ketiga. Walaupun semua itu belum ia denganr dan ia saksikan, namun imannya yang besar sudah mengatakan bahwa Tuhan mampu membangkitkan orang sudah mati. Karena itu Abraham tidak lagi takut dan khawatir. Ia memilih taat ditengah ketidak mengertiannya.

Saudara, mari kita juga belajar seperti Abraham. Mari kita tetap percaya akan kedaulatan Tuhan ditengah ketidak mengertian kita. Percayalah bahwa Tuhan sudah memegang setiap kehidupan anak-anakNya. Ia mempunyai maksud dalam setiap persoalan yang kita hadapi. Bagian kita adalah: Mari kita taat kepada Dia dan milikilah iman yang yakin teguh bahwa Tuhan akan menyediakan yang terbaik bagi setiap anak-Nya.