Monday, June 23, 2008

Buku Harian Pelayanan Misi di Tanjung Selor 22 Juni 08

Pagi hari ini kami berempat melayani Komisi Sekolah Minggu. Kami menampilkan pelayanan panggung boneka kepada anak-anak. Anak-anak di sni begitu bersukacita dan gembira, sebab di sini belum pernah di adakan palayanan dengan boneka. Bersyukur ada anak-anak yang mau percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat mereka.
------------------------

Siang harinya, kami pergi menguburkan bapak Jating Jalung, yang baru saja di panggil Tuhan. Suasana duka begitu mencekam, teriakan ketidak terimaan terdengar disana-sini. Air mata pun berguguran. Haru merasuk hati ku. Seakan aku bagian dari keluarga itu. Air matakupun gugur. Kehilangan memang sangat menyakitkan. Namun kehilangan bagi orang-orang Kristen semestinya terus berkembang menjadi sukacita. Karena kehilangan itu membuat kita menemukan.... ya, menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga. Yaitu perjumpaan dengan Bapa di tanah Air Surgawi. Semoga hal itu bisa menguatkan keluarga yang ditinggalkan.
---------------------

Malam harinya ada sesuatu peristiwa yang menarik. Kami di minta untuk membawakan sebuah games dalam kebaktian penghiburan... HAH... games!! saya terkejut. "Ya benar, bawain yang rame-rame ya" kata seorang majelis gereja. WHAT! RAME-RAME ! saya sangat-sangat terkejut. "Bukankah itu sangat-sangat tidak sopan. Orang lain berduka, kita malah tertawa." pikirku dalam hati. Kutenang kan dulu sejenak pikiran ini. Segera setibanya di rumah saya bertanya kepada seorang Hamba Tuhan di sana. Saya menjelaskan bahwa hal tersebut tidaklah sesuai dengan konsep yang kami jalankan selama ini. Namun ternyata ia mengatakan bahwa hal itu sudah menjadi adat bagi orang-orang dayak. Konsep mereka, mereka tidak ingin keluarga terus berduka. "Sesudah peti di masukkan ke dalam tanah, janganlah berduka lagi, tetapi bersukacitalah." begitu katanya. Orang Kristen tidak boleh terus menerus berduka dalam menghadapi kehilangan. Itulah yang ingin disampaikan.

Sebenarnya saya setuju seh. Setiap orang Kristen harus memiliki pengharapan di mana setiap kita akan bertemu dengan Bapa kelak. Dan di sana kita akan merasakan kehidupan yang berlimpah akan sukacita. Sangat jauh jika dibandingkan dengan kehidupan di dunia ini. Tapi...... Masakah harus secepat itu menghilangkan kesedihan ???.... ??? Yah akhirnya kami melakukan tugas itu juga. Sungguh kami berharap itu bisa memberikan sedikit penghiburan. Namun biarlah Tuhan sendiri yang memberikan penghiburan melalui cara-caranya yang ajaib.
Doakan yah.

BHPM di Tanjung Selor 20-21Juni 08

Tgl 20
Hari ini di desa Mara 1 kami memberikan pelatihan-pelatihan kepada beberapa majelis dan pengurus jemaat. Pelatihan-pelatihan yang kami berikan antara lain: Homiletik, pembinaan SM, training Mc, kepemimpinan, dan pembuatan program. Sepanjang hari kami memberikan pelatihan, dan cukup melelahkan. Pelatihan-2 ini cukup berjalan dengan baik. Namun beberapa pelatihan sepertinya tidak mereka tangkap dengan baik. Mohon dukungan doanya, agar pelatihan yang sudah mereka terima bermanfaat bagi orang-orang di sana ya. Thx.

Malam harinya kami pergi ke kebaktian penghiburan. Malam itu banyak orang-orang tua yang berkumpul dan turut berduka. Kami diberi kesempatan untuk menyampaikan FT (oleh sdr. Budianto) di sana. Bersyukur, FT yang disampaikan dari ratapan 3 boleh menguatkan mereka.

Tgl 21
Baru smalam kami memberikan penghiburan bagi keluarga yang berduka, subuh hari ini, pukul 00.30, kami dikejutkan dengan meninggalnya seorang majelis gereja yang bernama Jating Jalung. Peristiwa ini begitu mendadak. Padahal oagi hari itu bapak Jalung masih bekerja dengan keadaan sehat. Tetapi pada malam hari tiba-tiba ia merasa sakit. Karena tidak ada Rumah Sakit di sana, maka bapak tersebut segera dibawa kekota yang sejauh 1 1/2 jam dari desa dengan menggunakan speed boat. Namun sayang sekali, di tengah perjalannya, hidupnya sudah di panggil Tuhan. Usianya baru 45 tahun, dan di memiliki 5 orang anak yang masih sangat kecil. Peristiwa ini mengaharkan bahwa kehidupan ini sangat singkat. Hidup manusia siapa yang tahu?? Kasihan istrinya yang harus menjadi janda di usia muda. Dalam dua hari ini sudah ada 2 orang di desa yang meninggal. Semoga Tuhan memberikan kekuatan kepada keluarga. Please pray for them.

BHPM di Tanjung Selor 19Juni 08

Sore ini kami berempat sampai di desa Mara 1 (desa tempat sdri. Irene melayani sewaktu 10 hari kami berpisah. Desa ini adalah desa terasyik (menurut kami) dari ke 4 desa yang sudah kami kunjungi. Desa ini terletak di lembah dekat sebuah bukit yang menaungi kami. Udara di sini terasa begitu sejuk berkat bukit tegar di sekitar yang menghalang-halangi terik matahari. Rumah yang kami tinggali pun nyaman. Luas, bersih, rapi dan sirkulasi udaranya sangat baik. Teras rumahnya pun luas. Di depan rumah terpampang lapangan yang luas membentang, dihiasi rumput hijau yang cantik. Penduduk biasanya menggunakan lapangan ini untuk bermain bola.

Hari ini kami langsung dipercayakan ibadah doa malam. saya melayani sebagai pemain musik sekaligus menyampaikan FT. Yang hadir ternyata lumayan banyak, yaitu sekitar 40 orang. Dan pelayanan hari ini boleh berjalan dengan baik. Thx God for these day.
GBus

Tuesday, June 17, 2008

BHPM di Tanjung Selor 17 Juni 08

Beberapa Artis ibukota turut memeriahkan KKR pemuda di Tanjung Selor kemarin. Salah satu tokoh yang cukup populer ialah pelawak Polo yang pernah terjerat dalam kasus Narkoba namun kini telah bebas. Dimulai dengan lawakan setelah itu ia memberikan kesakssian berupa cerita kehidupannya, pengalaman, serta menaikkan beberapa pujian. Tahukah saudara, ternyuata suaranya tidak seburuk yang kita bayangkan.

Namun yang menarik adalah ketika ia mengatakan bahwa semua anak Tuhan itu adalah Pdt. Bukan hanya bapak gembala, pendeta ini dan pendeta itu yang mempunyai gelar Pdt. Tetapi kita semua adalah Pdt. Saya cukup terheran-heran akan apa yang akan ia sampaikan. Lalu ia melanjutkan. Leoni itu pdT: yaitu Penyanyi dalam Tuhan; Bapak bupati juga pdT: pemerintah dalam Tuhan; saya juga adalah pdT: Pelawak dalam Tuhan; Banyak bapak-bapak yang pdT: pengusaha dalam Tuhan; dan saudara-saudara di sini juga merupakan pdT: pemuda dalam Tuhan. Dari semua yang ia sebutkan, ada 2 kata yang selalu sama diucapkan yaitu DALAM TUHAN. Seakan-akan ingin memberitahukan bahwa setiap anak-anak Tuhan, apapun profesinya, ia harus hidup di dalam Tuhan.

Tiba-tiba saya teringat bahwa Rasul Paulus juga sangat suka menggunakan istilah EN KRISTOU (di dalam Kristus) dalam setiap suratnya. Kitab Roma sendiri yang kaya akan pengajaran dan Teologi itu dipenuhi dengan frasa EN KRISTOU tersebut di dalamnya. EN KRISTOU adalah frasa unik yang merupakan ciri khas dari rasul Paulus. EN KRISTOU ini menyatakan bahwa Kristus adalah unsur yang menentukan hidup dari orang-orang percaya. Manusia dibabtis di dalam Kristus (Rm 6:3; Kita bebas dari dosa di dalam Kristus dan kita memperoleh hidup yang kekal juga di dalam Kristus (Rm. 6:23); Dalam Kristus kita dibebaskan dari kutukan hukum taurat (Rm 8:1); kita menjadi ciptaan baru hanya di dalam Kristus (2 Kor 5:17); Kita diampuni di dalam Kristus (Ef 4:32); kita dipanggil di dalam Kristus (1 Ptr 5:10); kita dikasihi di dalam Kristus (Rm 8:39); Pembenaran manusia terjadi di dalam Kristus (Rm 8:10, Gal 2:17). Orang Kristen secara pribadi adalah "orang di dalam Kristus" (2 Kor 12:2). Dan sebuah gereja ada di dalam Kristus (1 lor 4:15, Flp 1:13); umat percaya adalah satu tubuh di dalam Kristus (Rm 12:5); dan banyak lagi.
Oleh karena itulah Paulus dapat berkata di Gal 2:20 "Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Hidup yang sekarang aku hidupi secara jasmani adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."

Apa artinya itu. Artinya ialah: "Dalan Kristus" adalah segala-galanya. Manusia hanya dapat hidup di dalam Kristus. Hidup yang penuh arti hanya ada di dalam Kristus. Semua kekuatan, penghiburan dan pengharapan kita hanya didapatkan di dalam Kristus. Oleh karena itu saudara, hiduplah dan tinggal di dalam Kristus. Apapun profesi kita, siapapun kita, entah kaya atau miskin, tua atau muda, terkenal atau tidak,sehat atau sakit, sedang bersukacita atau berduka, mari kita tetap hidup di dalam Kristus. Sebab di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dan di dalam Kristus kita akan menemukan apa yang namanya hidup.

Monday, June 16, 2008

BHPM di Tanjung Selor (14-16 Juni 08)

Hari ini berakhirlah keterpisahan kami. Akhirnya kami berempat bergabung kembali untuk melayani secara tim ke berbagai desa.
Desa pertama yang kami kunjungi adalah desa Long Peso. Disini kami pergi bersama dengan dosen kami Ibu Rahmiati, juga dengan 4 orang ti misi (cewex semua loh). Untuk masuk ke desa tersebut kami harus menyusuri sungai Kayan dengan speed boat. Sungainya cukup luas dan nuansa alamnya....hmmm....mengesankan sekali. Selama 3 jam kami sangat menikmati alam ciptaan Tuhan.

Sesampainya di sini kami segera di sambut dengan makan siang. Setelah itu kami langsung melayani pengobatan gratis di rumah adat yang cukup besar (ada 2 lap badminton di dalamnya). Ternyata orang-orang desa sini sangat membutuhkan obat-obatan, karena di sini jalur transportasinya hanya melalui sungai, hingga obat-obatan kurang. Selain itu tidak ada dokter yang cukup memadai di sini sehingga sering terjadi kesalahan dalam memberikan obat.

Ditengah kesibukan pengobatan itu, kami ber-4 di minta untuk melayani komisi pemuda. Komisi pemuda di sini ternyata cukup maju. Mereka menggunakan band untuk musiknya. Lagu-lagunya pun up to date. Mungkin lagu-lagu di sini sudah lebih maju daripada beberapa gereja di kota-kota besar. Itu mereka dapatkan dari radio dan televisi. Tidak heran jika peminatnya banyak, yaitu dengan kehadiran rata-rata 90-100 orang.

Di hari minggunya kami memulai pelayanan kami dengan ibadah jam 9.00 yang dipimpin olleh bu Rahmiati. Jemaat yang datang begitu banyak. Itu di karenakan rakyat dari 7 desa berkumpul di desa itu setelah mendengar adanya pengobatan gratis di sana. Seandainya, banyak orang yang datang karena ada penginjilan gratis... pasti sangat mengesankan. Sayangnya manusia lebih mementingkan hal jasmani daripada hal rohani (just reflection)..
Hari minggu itu sungguh merupakan hari yang melelahkan. Setelah beribadah kami langsung melayani pengobatan gratis sampai pukul 21.00. Tanpa istirahat (kecuali makan siang). Di sela-sela pelayanan tersebut saya diberi kepercayaan untuk berkhotbah di komisi pria dan wanita jam 15.00-16.30. Sungguh hari yang melelahkan. Tetapi menyenangkan karena bisa melayani.

Hari senin kami sudah balik di pagi hari. Bu Rahmiati bersama tim dokter langsung pulang ke Surabaya. Sedang kami berempat akan melanjutkan pelayanan misi kami. Nantikan kisah kami selanjutnya ya. Keep pray for us. Gbu

Thursday, June 12, 2008

Signal

Pelajaran Dalam Mencari Signal:

Di desa Antutan ini sungguh sangat susah untuk berkomunikasi. Selain banyak orang yang pergi keladang untuk bekerja, di sini juga tidak ada signal. Apa lagi sewaktu tuan rumah yang saya tinggali tidak ada di rumah, nuansa desa sini betul-betul hening.

Tiba-tiba ada desas-desus bahwa kita bisa menemukan signal yang terletak di atas gunung yang kurang lebih 1 Km dari rumah. Demi melepas rindu yang hebat kepada keluarga dan sahabatku, sayapun melangkahkan kaki ini, berjalan setapak demi setapak ke atas gunung itu. Cukup melelahkan sih, namun apapun akan kulakukan guna melepas rindu.

Sesampainya di atas gunung, kita masih dipersulit dengan harus mencari titik yang tepat untuk menemukan seipet signal. Pencariannya cukup susah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika sudah menemukannya, maka kita harus berdiam diri seperti patung Liberti yang sedang menaruh tangannya di telinga. Jika ingin menelepon, maka bukan handphonenya yang di dekatkan ketelinga (seperti biasanya), telingalah yang harus mendekat ke Hp tersebut. Begitu merepotkan. Tetapi...Ah.... tidak juga terlalu repot. Kerinduan untuk berkomunikasi dengan kerabat-kerabatku membuat semua seakan begitu ringan.

Dalam relasi kita dengan Tuhan, sebenarnya kita sudah diberikan kemudahan-kemudahan oleh Tuhan. Ia menyediakan kepada kita sumber signal yang sangat kuat untuk berhubungan langsung dengan Dia. Entah di kota besarkah, di desakah, atau pedalamannya pedalaman, di atas gubung, di puncak Himalaya, di dalam kuburan dan di hutan rimba, kita selalu dapat menemukan signal untuk berhubungan dengan Nya. Tinggal melipat tangan dan mengarahkan hati kepada-Nya di dalam DOA, maka kita bisa berhubungan dengan-Nya di mana saja dan kapan saja.

Namun sayang sekali... Masalahnya ternyata bukan pada signal itu...masalahnya adalah tidak adanya kerinduan dalam hati kita untuk mencari Dia. Ya... tidak ada sedikitpun kerinduan yang menggerakan kita untuk berdoa secara khusyuk mencari Dia. Padahal manusia butuh untuk terus berkomunikasi dengan-Nya. Sebab doa adalah nafas hidup, yang memberikan kehidupan dan kekuatan pada anak-anak Tuhan. Namun manusia begitu angkuh, seakan-akan mampu menjalani hidup ini sendiri. Tidak!! kita tidak mungkin bisa bertumbuh tanpa doa. Tahukah, bahwa Dia sangat merindukan agar kita berkomunikasi dengan Dia??

Mungkin kita berkata "mengapa tidak Tuhan saja yang menghubungi kita duluan?". Tahukah kawan, Dia sudah sering menghubungi kita, namun kita seringkali mereject dan mengabaikannya dengan dalil sibuklah, malas, capek, lelah, bahkan kesibukan pelayanan pun kita jadikan alasan untuk tidak lagi berdoa dengan sungguh kepada-Nya. Padahal dapatkah kita melayani dengan baik tanpa berhubungan baik dengan Dia yang memberi pelayanan tersebut kepada kita??
Jadi kepingin tahu, apa jadinya kita jika signal itu sudah di cabut......

Kawan, jika anda tertegur dengan renungan ini......., menangislah dalam hati......, carilah dia..... lipatlah tanganmu...... berlututlah dan berdoalah. Selalu ada signal buat kita untuk menemukan Dia. Cepat!! Dia sedang menanti. Dan engkau akan mendengar suara lembut-Nya, bak seorang Bapak mengajar anak-Nya; bak seorang sahabat yang menghibur kawannya dan bak seorang Ibu yang menjaga anak yang dikasihi-Nya.

Berburu Babi

"Pelajaran Dari Berburu Babi"

"Cara berburu babi itu gampang" kata salah seorang dayak di sini. "Caranya begini..."lanjutnya: "Siapkan makanan yang busuk-busuk, lalu taruh ditengah hutan, dan kita naik ke atas pohon dengan membawa senapan kita. Babi itu kalau sudah mencium bau busuk, dia langsung datang. Dia tidak lagi mencium ada bau manusia di dekat sana, padahal semestinya ia dapat menciumnya. Jika babi itu sudah menikmati makanan busuk tersebut, maka kita dapat membunuhnya dengan mudah, karena jarak untuk menembak sangat dekat". Demikianlah laki-laki dayak tersebut dengan semangat menceritakannya kepadaku.

Saya merenung, manusiapun seringkali sama seperti babi tersebut. Manusia suka "memakan" sesuatu yang busuk yaitu DOSA. Ketika mencium busuknya dosa, manusia sudah tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, padahal ada pemburu-pemburu yang siap menangkap dan membunuhnya, yaitu iblis. Seharusnya manusia tahu bahwa ada iblis di balik itu semua. Namun sangat disayangkan, kabanyakan manusia sudah terbuati oleh banyaknya dosa. Manusia-manusia itu seakan-akan sudah siap untuk dibinasakan.

Oleh karena itu benarlah Firman Tuhan yang mengingatkan dan menasehatkan kita "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu si iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum, dan menanti orang yang dapat ditelannya." (1 Pet. 5:8).

Wahai manusia, Iblis siap memangsa kita jika kita tidak berjaga-jaga. Sebab itu berjaga-jagalah sambil bersandar kepada Tuhan, Gembala Agung kita. Ia akan melindungi kita.

Berjaga-jagalah dalam doa sambil mengucap syukur. Jangan kita tertidur, dan jangan kita terbuai oleh tipu muslihat si jahat. Tetapi berjaga-jagalah, karena berbahagialah orang yang berjaga-jaga.

BHPM di Tanjung Selor (9Jun 08)

Kesendirian itu ternyata tidaklah buruk. Kesendirian ternyata memiliki banyak manfaat. Dalam waktu-waktu itu saya banyak mengintropeksi diri, mencari kehendak Allah dalam hidupku dan pelayananku, bahkan semakin mengenal Tuhanku. Thanks God 4 this loneliness.

Nb: Saudara-saudara, bersyukurlah jika anda merasa seorang diri saat ini dan bersyukurlah jika masih ada sahabat-sahabat di sekeliling anda saat ini. GBU

Sunday, June 08, 2008

Buku Harian Pelayanan Misi di Tanjung Selor (7-8 Jun 08)

Dua hari ini adalah hari sabtu dan minggu. Dalam dua hari ini saya mendapatkan dua buah pelajaran yang berharga.

1. Belajar untuk siap melayani kapan saja.
Dalam dua hari ini, saya di minta untuk menyampaikan 5 khotbah yang berbeda. Satu di hari sabtu dan 4 di hari minggu. Saya baru diberitahukan jadwalnya pada kamis malam seblumnya. Saya di minta khotbah di komisi pemuda, remaja, kebaktian umum 2 kali dengan khotbah yang berbeda, komisi pria dan wanita. Waw,, ini pengalaman pertama saya harus berkhotbah sebanyak itu. Apalagi, orang-orang desa disini bukanlah orang-orang yang ketinggalan. Mereka cukup cerdas. (sudah ada televisi, dan banyak orang yang sekolah Alkitab di Tenggarong dan STT Jerrey Makasar). Saya harus bisa mempersiapkan semuanya itu. Yang paling mengejutkan ialah kebaktian kedua jam 8 malam itu. Sebenarnya bukan saya yang khotbah, namun karena jemaat ingin sekali lagi mendengarkan khotbah saya, maka sore itu jam 5 (3 jam sebelumnya) saya diminta lagi untuk berkhotbah. Tentu saya harus mempersiapkan khotbah yang berbeda, karena jemaat yang datang di malam hari adalah jemaat yang datang di pagi harinya. Saya teringat akan khotbah pak Paul Gunadi, bahwa seorang Hamba Tuhan harus siap diinterupsi untuk menjalankan pelayanan yang Tuhan kehendaki.
Bersyukur Tuhan memakai saya, banyak yang mendapatkan berkat dari Firman yang disampaikan. Roh Kudus bekerja melalui saya.

2. Belajar untuk menghargai sahabatku lebih lagi.
Dalam hari-hari ini saya tinggal seorang diri dirumah. Semua harus mengurus sendiri. Cuci baju sendiri, menampung air hujan untuk mandi dsb. Disaat-saat seperti ini saya jadi sangat merindukan komunita saya di SAAT. Tiba-tiba saya teringat mereka satu persatu. Disini saya menjadi mengerti bahwa diriku tidak bisa untuk tinggal sendirian dalam sebuah tempat tinggal. Saya membutuhkan komunita. I miss my family, M family, the durenz, dozen-dozen, and all my friend ini SAAT. Tuhan, terima kasih, karena malam ini saya jadi belajar untuk bisa menghargai orang-orang yang ada di sekitar saya.

BHPM di Tanjung Selor (6Jun 08)

Hari ini saya pergi ke kota untuk menjenguk ibu gembala di RS. Ketika masuk kekota, tiba-tiba SMS dari teman-teman berdatangan. Saya tidak tahu kapan teman-teman saya mengirimnya. Ada yang mengatakan 'gut nite' padahal ketika saya membacanya masih pagi :p. Tahukah teman-teman, SMS-SMS itu membuat saya bahagia, karena saya mengetahui ada teman-teman yang sedang mendoakan saya. SMS itu sangat menguatkan saya. Thanks all.

Setelah mengetahui ketika ibu harus menginap selama 4 hari, saya mulai merasa kesepian. Bapak dan anak-anak semua tidak ada di rumah. Mereka semua menemani ibu di kota. Jadi saya tinggal seorang diri di rumah bapak gembala di desa selama 4 hari.

Malam itu, saya benar-benar merasa sepi, seorang diri, tidak ada kawan untuk di ajak bicara. Akhirnya terbesit ide untuk menulis sebuah Sajak, yang berbunyi demikian:

"Hidup di desa memang begitu tenang. Udara segar dan nyaman. Bebas polusi. Lingkungan aman, masyarakat ramah dan tentram. Nuansa alam penuh jiwa merasuki diri. Bintang kerlap-kerlip lebih suka menggantung di atasnya. Seakan mengajak kawan-kawan bintang lainnya untuk bercanda. Namun apa artinya tanpa sebuah cinta? Apa artinya jika cinta tidak hadir di dalam hati? Ketenangan itu hanya mengacau pikiran. Keindahan alam menjadi pisau menyayat hati. Keramahtamahan hanyalah menimbulkan rasa rindu akan kampung halaman. Bagiku, lebih baik tinggal di tempat yang penuh kekacauan, namun disitu hadir insan cinta di hati. God, feel me with your love."

BHPM di Tanjung Selor (5 Jun 08)

Hidup di desa memang begitu tenang dan sepi. Sangat sepi karena masyarakat di sini banyak yang bekerja sebagai petani di ladang dan kebun. Biasanya mereka pergi hari senin, dan pulang hari sabtu. Jadi dari senin sampai Jumat, desa itu sangat-sangat tenang dan sepi. Masyarakat di sini dikatakan sebagai suku dayak kenya. Suku dayak ternyata memiliki subsuku-subsuku yang sangat banyak. Dan setiap subsuku memiliki bahasanya sendiri-sendiri.

Hari ini terasa begitu santai. Tidak ada kesibukan yang di lakukan.
Malam harinya, saya di sambut cukup hangat oleh seluruh pengurus gereja, kepala desa dan ketua RT. Mereka seperti nya sangat senang menyambut kedatangannku. Kami berkumpul sampai jauh- malam (stengah 12). Tahu gak, ternyata orang dayak di sini suka sekali bergurau. Mungkin hanya itu hiburan mereka, berkumpul dan bergurau.
Namun ditengah-tengah kebahagiaan kami, tiba-tiba ibu gembala sakit berat (malaria + tipes), sehingga ia harus pergi kekota, karena di desa tidak ada RS. Bapak gembala ikut menemaninya.

Temen-temen, doakan yah.

BHPM di Tanjung Selor (4Jun 08)

Hari ini kami berangkat ke Tanjung Selor dengan menggunakan perahu motor. Kami tiba pukul 12.00. Disana kembali di sambut hangat oleh Hamba Tuhan dari Gereja Kemah Injil Indonesia. Gereja ini ternyata cukup meraja lela di Kaltim.

Segera kami di beri tugas untuk berpencar selama 10 hari.
Budianto di desa Teluk Selimau, desa yang dekat kota dan ada signal.
Retno di desa Pejalin, cukup dekat (harus nyebrang dengan perahu lalu naik ojek), dan masih ada signal.
Irene di desa Mara1. Itu adalah desa yang paling jauh, jika ingin pergi ke sana harus menggunakan speed boat, dan di sana tidak ada signal.
Sedang saya bertugas di desa Antutan. Tempat ini sedikit lebih jauh dari desa Pejalin. Dan di sini tidak ada Signal.

Dalam perjalanan ke desa Antutan, saya menemukan pemandangan yang begitu indah, alami, sejuk dan bebas polusi. Sudah lama rasanya tidak menikmati alam seperti ini.
Di desa itu saya tinggal di rumah bapak gembala yang bernama Lunay Bawan. Orangnya ramah, dan ia menyambut saya dengan baik.
Karena sudah malam, stibanya di situ, saya tidak berlama-lama berbicang-bincang. Saya segera tidur.

BHPM di Tanjung Selor (3Jun 08)

Hari ini kami kembali bangun dan memulai aktivitas kami dengan berdoa pribadi, memohon Tuhan untuk melancarkan rencana kami untuk mengabarkan injil-Nya di Tanjung Selor.

Pukul 8.30 kami berangkat ke lapangan terbang Juanda Surabaya. Di sana kami bertemu kembali dengan petugas kemarin yang menolong kami. Kembali petugas tersebut menolong kami sampai kami dapat duduk tenang di atas pesawat. Sempat ada hambatan memang, di mana pesawat kami sempat di delay selama 1 jam. Namun itu bukanlah hambatan yang berarti, karena saya yakin Tuhan pasti akan menyertai pelayanan ini.

Di pesawat sempat terjadi peristiwa yang menaraik. Di mulai dengan seorang pramugari yang mengatakan "Harap tetap mengenakan sabuk pengaman, karena kondisi cuaca sedang buruk". Memang waktu itu awan mendung cukup tebal. Tiba-tiba pesawat kami berguncang cukup keras. Banyak orang yang berteriak kecil. Salah seorang ibu yang beragama Katolik yang duduk di dekat kami, langsung merespom "Ya Tuhan, Ya Tuhan". Mungkin itu hanya keceplosan, atau mungkin juga itu adalah respon yang sungguh keluar dari hatinya.
Sedang respon saya, saya menyanyikan sebuah lagu yang kunaikkan sebelum kami berangkat yang berbunyi "Aku berharap pada Tuhanku, dingarai atau lautan menderu, kutak bimbang, dia tak ingkar, Bapa Surgawi memeliharaku". Dan puji Tuhan. Kami dapat sampai di Tarakan dengan selamat, tanpa kekurangan sesuatu apapun.

Di Tarakan kami di sambut hangat oleh ibu Ester. Akhirnya kami bisa beristirahat dengan tenang. I'm waiting for tommorow. God Bless.

Tuesday, June 03, 2008

Buku Harian Perjalanan Misi di Tanjung Selor (2Jun 08)

Hari ini kami (4 Orang) berangkat dari Malang ke Surabaya, dan hendak ke Tarakan dengan penerbangan jam setengah 11 siang. Kami berempat (saya, budianto,retno, irene), dalam praktek dua bulan ini, diberi tugas misi di pedalaman Kal Tim (daerah Tanjung Selor), untuk menginjili dan mengama-ngamati kebutuhan di sana. Hari ini Kami mulai dengan doa, dan keyakinan bahwa Tuhan akan menyertai kami. Dan kamipun tiba di bandara 1 jam lebih cepat. Kami segera mengurus bagasi dan cek in tiket.

Ketika sudah hampir tiba waktunya kami berangkat, tiba-tiba ada masalah. Tabung oksigen salah seorang dari kami (untuk jaga-jaga terhadap sakit asma) terdeteksi dan petugas menanyakan tujuan kami membawa tabung tersebut. Kami mengatakan bahwa ada seorang yang punya penyakit asma, tetapi sekarang keadaannya sehat-sehat saja, kami membawa tabung tersebut hanya untuk berjaga-jaga. Tetapi karena dari pihak pesawat pernah mengalami trauma (karena ada yang meninggal di pesawat karena sakit), maka kami berempat tidak diijinkan untuk berangkat. Itulah yang terjadi di hari pertama. Saya memandang hal tersebut sebagai ujian dari Tuhan. Bagi saya, iblis memang tidak suka kalau anak-anak Tuhan ingin memberitakan injil. Sama seperti kisah Daniel 10, dimana Malaikat pembawa pesan Tuhan di hambat oleh Iblis (Penguasa-penguasa orang persia), karena memang Iblis tidak suka jika pesat tentang Kristus diberitakan.

Namun demikian Tuhan tetap menyertai kami. Ia melembutkan salah seorang petugas pesawat Sriwijaya, sehingga petugas itu dengan rela hati mengurus semua masalah ini yaitu masalah penggantian tiket, masalah bagasi, surat jalan dll. Kami jadi lebih tenang, karena seakan-akan petugas itu hendak memberitahukan pesan Tuhan bahwa: "Kalian gak perlu khawatir,kalian besok pasti akan berangkta". Praise The Lord. God Bless Us.
Saya percaya DIA juga akan menyertai pelayanan kami selama dua bulan di sana.

Akhirnya hari itu kami pulang kerumah saya di Surabaya dengan tenang. Hari itu saya yakin bahwa tangan Tuhan yang tidak terlihat itu akan menyertai kami.