Tuesday, December 30, 2008

Tahun Baru


Menyambut tahun baru
Limpah asa baru
Melupakan lembar biru
Kalbu berisi haru


Semangat jiwa berseru
Melibas obak yang berderu
Menahan sakit peluru
Manantang langit bergemuruh

Mari berseru
Kepada Sang Pembaharu
Penganugerah hidup baru
Penguasa hati Luruh

Hadirlah dalam seluruh
Hati yang luruh
Menjadi Guru
Hidup yang baru


Selamat Tahun baru
Bersama
Pembaharu
Sang Guru

Friday, December 19, 2008

God is "Blind"


Suatu ketika, ditengah kesibukan rutinitas di asrama, pernah raga ini mencapai puncak ketegangan yang sangat tinggi. Akhirnya saya memutuskan untuk memanjakannya dengan menghampiri panti pijet tuna netra yang terdekat.

Setibanya di sana, saya menjumpai banyak sekali para tuna netra yang berlalulalang sambil meraba-raba dari pintu ke pintu. Sampai seorang laki-laki skitar 40 umur daging mendapat tugas untuk melayani saya. Awalnya tentu saya mengajak berkenalan terlebih dahulu. Singkat cerita kami berbicara cukup panjang, saling menanyakan kehidupan masing-masing.


Tiba-tiba terbesit ide nakal untuk bertanya kepada bapak tersebut. Anggap saja namanya bapak A. Saya bertanya "pak apakah bapak punya istri?". "iya, dan satu anak" katanya. "Sudah berapa lama menikah pak?". Lalu ia menjawab "sudah 10 tahun lebih". Lantas sayabertanya lagi "pak, istri bapak cantik ngak?". Dengan tegas ia menjawab "YA CUantik dong, cantik banget". "Ah, bapak tau dari mana pak? apakah bapak meraba-raba bisa tau kalau istri bapak cantik?" godaku dengan nada sedikit nakal. Jawaban yang mengejutkan saya terucap dari mulutnya "Karena dia istri saya makanya dia cantik pak" katanya dengan senyumnya yang tampak begitu bahagia.

Tiba-tiba tercenung dari peristiwa ini tentang bagaimana karya Allah yang secara luar biasa telah memberi status baru bagi manusia. Kita tahu ketika manusia percaya kepada Tuhan (yang merupakan karya ROh Kudus), manusia dibenarkan statusnya dari orang berdosa menjadi orang yang dikuduskan. Bagaimana mungkin?
Karena Tuhan yang pantokrator (Maha kuasa) itu sudah mati dan menyerahkan dirinya bagi orang berdosa. Filipi 2:6-8 mengatakan "....yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib". Hal itu dilakukan-Nya dengan tujuan "....supaya setiap orang percaya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16)". Kematian-Nya mengantar manusia-manusia hina ini kedalam proses pengudusan.
Jika dipikir-pikir, bagaimana mungkin Allah melakukan hal itu? bukankah dalam Habakuk 1:13 dikatakan "mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman" ? Namun Ia yang tidak dapat melihat kejahatan itu malah datang kedunia yang keji bahkan mati untuk kelaliman itu sendiri.

Dalam hal inilah Allah tampak seperti orang buta. Tak pernah terbayangkan jika sang Raja Agung itu mau bersentuhan dengan mahluk nista dan hina. Ia sebenarnya tidak buta. Mata-Nya paling sempurna dan dapat mengetahui segala sesuatu. Namun Ia seakan menutup mata-Nya ketika menghampiri manusia dengan segala kekotoran dan kejijikannya, dan mengangkat manusia-manusia itu menjadi anak-anakNya. Kasihlah yang mendorong-Nya untuk menjadi buta akan kebusukan manusia.

Seperti Bapak A tadi yang menganggap istrinya sangat cantik bukan karena istrinya memang cantik. Namun karena itu istrinya (status) makanya ia dapat mengatakan bahwa istrinya sangat cantik. Demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Kita dapat menjadi anak-anak Tuhan bukan karena kita ini sudah kudus atau layak untuk menjadi anak-anak Tuhan. Namun karena DIA mau mengangkat kita menjadi anak-anakNya lah, maka kita menjadi kudus dan layak bahkan diperkenankan untuk berhadapan dengan-Nya. "Kebutaan-Nya" membuat kita dapat melihat. Agar kita yang buta ini dapat melihat Allah yang "buta" karena kasih.

Refleksi:
Menjelang moment natal ini. Mari kita menyadari akan eksistensi kita yang dahulu adalah buta. Jika kita bisa melihat kebenaran saat ini, bersyukurlah ! Terang itu sudah datang! Janganlah kita membutakan mata kita kembali dengan menikmati dosa dan menjauh dari Tuhan. Ingat kita adalah anak-anak Tuhan, di mana sang Bapa sudah melayakkan kita untuk menjadi anak-Nya. Hayatilah kedatangan-Nya dengan jiwa gemetar. Ingatlah tindakan-Nya yang menutup mata-Nya sendiri untuk kita.
God is "Blind", so that people can see the Truth. Amen


Monday, November 24, 2008

Tertinggi







Ingin menjadi yang tertinggi
Tanpa yang Maha tinggi....
Cita-citamu terlalu tinggi

Ditempat rendah
Bersama Yang Maha tinggi
Engkau akan ditinggikan

Sebab....
Yang Maha Tinggi
berkenan dengan hati rendah
Hati rendah
Menarik perhatian yang Maha tinggi

Engkau melangkah setinggi-tingginya
Engkau dapat terjatuh
Namun bersama Yang Maha tinggi
Engkau tak akan dibiarkan tergeletak

Meninggilah....
Bersama Yang Maha tinggi....
Ke tempat tinggi

Wednesday, November 12, 2008

DOA MANASYE: DOA YANG BERKENAN



Kisah raja Manasye ini dapat dilihat dalam 2 Raj. 21:1-18 & 2 Taw. 33:1-20. Raja Manasye ini adalah anak kandung dari raja Hizkia. Hizkia merupakan seorang raja yang berkenan di hadapan Tuhan. Dikatakan bahwa ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya. Dia menjauhkan berhala-berhala yang dibuat oleh pendahulunya. Dikatakan bahwa Ia percaya kepada Tuhan, Allah Israel. Ini terbukti ketika Hizkia mengalami sakit keras, ia langsung menangis dihadapan Tuhan. Bahkan Alkitab menyaksikan bahwa Hizkia berpaut kepada Tuhan, tidak menyimpang kekanan dan kekiri. Sampai-sampai dikatakan bahwa tidak ada seorang raja sebelum dan sesudahnya yang seperti dia. Wajar saja jika Tuhan menyertai kehidupannya dan segala pekerjaannya (2 Raj. 18:3-8). Tokoh Hizkia ini tentunya merupakan tokoh yang penting sehingga ditulis dalam 3 pasal.


Berbeda dengan Ayahnya, Manasye (sang anak terkasihnya) memiliki kehidupan 180o berbeda dari ayahnya. Tidak jelas mengapa, mungkin karena Hizkia meninggal ketika ia masih berumur 12 tahun (masih hijau), sehingga tidak ada pendidikan moral yang cukup. Akhirnya timbulah kekacauan dan kerusakan yang sangat parah pada jaman pemerintahan raja Manasye. Dikatakan bahwa ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Ia mendirikan kembali mezbah-mezbah untuk berhala-berhala yang telah dibuang oleh ayahnya. Ia mengubah ibadah yang benar dengan perselingkuhan rohani dengan banyak ilah lain. Bahkan ia mempersembahkan anak-anaknya sendiri sebagai korban kedalam api. Ia memanggil para peramal dan petenung sebagai aksi ketidak percayaannya kepada Tuhan. Celakanya, apa yang dilakukan Manasye ini menyeret umat Israel juga berbuat serong. Oleh karena itu, Alkitab menuliskan bahwa ia menimbulkan rasa sakit hati Tuhan. Bahkan sialnya, raja ini memimpin dalam periode yang sangat lama (55 tahun).


Namun sebenarnya bukan itu yang hendak difokuskan dalam tulisan ini. Sebenarnya penulis ingin memfokuskan tulisan ini pada kisah pertobatan Manasye, yang hanya dituliskan dalam kitab 2 Tawarikh. Pertobatan itu terjadi ketika Tuhan menghukum Manasye dengan mengirimkan raja Asyur untuk menangkapnya dengan kaitan (sebagai info: kaitan ini biasanya dikaitkan di hidung, seperti sapi, sehingga tawanan itu akan merasa sangat hina dan memalukan), bahkan membelenggunya serta menawannya ke negri Babel. Disaat itulah penulis Tawarikh menuliskan (2 Tawarikh 33:12-13):

“Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya, dan berdoa kepada-Nya. Maka TUHAN mengabulkan doanya, dan mendengarkan permohonannya. Ia membawanya kembali ke Yerusalem dan memulihkan kedudukannya sebagai raja. Dan Manasye mengakui, bahwa TUHAN itu Allah.”


Sungguh suatu pertobatan yang indah. Sekejam-kejamnya seseorang telah menyakiti hati Tuhan, tetap akan ada pengampunan untuknya. Itu dikarenakan bukan karena faktor manusia, melainkan faktor kasih Allah yang tak pernah habis menimpa umat yang berserah dan bergantung pada-Nya.


Namun doa seperti apakah, yang dapat membuat seorang manusia kejam dapat menerima kasih dan perkenanan Allah? Dalam Alkitab sama sekali tidak menuliskan isi doa Manasye. Namun kitab Apokrifa mencantumkan dengan jelas isi dari doa raja Manasye yang bertobat ini. Oleh karena itulah penulis ingin mengajak melihat keindahan doa pertobatan Manasye ini, tanpa mempersoalkan kanonisitas kitab Apokrifa tersebut, melainkan mendekatinya dengan permenungan pribadi yang mendalam, yang sesuai dengan kebenaran Alkitab.


THE PRAYER MANASSEH

Repentance

1. LORD ALMIGHTY

God of our Father, of Abraham, Isaac and Jacob,

and of their righteous offspring;

2. who hast made heaven and earth in their manifold array;

3. who hast confined the ocean by the word of command,

who hast shut up the abyss and sealed it with thy fearful and glorious name;

4. all things tremble and quake in the face of thy power.

5. For the majesty of thy glory is more than man can bear,

and none can endure thy menacing wrath against sinners;

6. the mercy in thy promise is beyond measure: none can fathorm it.

7. For thou art Lord Most High, compassionate, patient, and of great mercy, relenting when men suffer for their sins.

For out of thy great goodness thou, O God,

hast promised repentance and remission to those who sin against thee,

and in thy boundless mercy thou hast appointed repentance for sinners as the way to salvation.


8. So thou, Lord God of the righteous,

didst not appoint repentance for Abraham, Isaac, and Jacob,

who were righteous and did not sin against thee,

but for me, a sinner

9. whose sins are more in number than the sands of the sea.

My transgressions abound, O Lord, my transgressions abound,

and I am not worthy to look up and gaze at the height of heaven

because of the number of my wrong doings.
10.
Bowed down with heavy chain of iron,
I grieve over my sins and find no relief,
because I have provoked thy anger

and done what is evil in thine eyes,

setting up idols and so pilling sin on sin.



11. Now I humble my heart, imploring thy great goodness.

12. I have sinned, O Lord, I have sinned,

and I acknowledge my transgression

13. I pray and beseech thee,

Spare me, O Lord, spare me,

destroy me not with my transgressions on my head,

do not be angry with me forever, nor store up evil for me.

Do not condemn me to the grave,

for thou, Lord, art the God of penitent.

14. Thou wilt show thy goodness towards me,

for unworthy as I am thou wilt save me in thy great mercy;

15. and so I shall praise thee continually all the days of my life.

For all the host of heaven sings thy praise,

and thy glory is forever and ever. Amen

Sunday, October 19, 2008

Kala HP tak Berdering (3)

II. Kesepian juga memberikan kesempatan untuk lebih mengenal dan mendekat kepada Tuhan.

Setelah Ayub melihat dirinya sendiri, ia mulai memandang kepada Allah. Dan dari pergumulannya itu, ternyata membuatnya semakin mengenal akan Allah yang disembahnya. Di pasal 42:2 ia mengatakan “Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu”. Saudara, kesepian yang dialaminya mampu membuatnya sadar bahwa hanya Allahlah yang sanggup melakukan segala sesuatu. Pernyataan ini merupakan pernyataan bahwa Allah itu memiliki maksud dan rencana yang baik dalam pergumulan Ayub. Dan pengenalanya akan Allah semakin dalam dengan pernyataan “tidak ada rencana-Mu yang gagal”. Saudara, kesepian yang ia alami membuatnya bertemu dengan Allah. Dan pertemuan dengan Allah itu membuatnya sadar dan semakin mengenal Allah yang ia miliki. Bahwa Allah yang ia punya adalah Allah yang mahakuasa, mahatahu dan penuh hikmat. Kekuasaan Allah penuh. Allah berdaulat dan begitu Adil dalam hidupnya. Ayub begitu kagum kepada Allah yang ia miliki. Pengenalan kepada Allah yang lebih utuh ini membuatnya semakin dekat dengan Allah. Dan ia sangat menikmati kedekatannya dengan Allah. Kedekatannya dengan Allah membuatnya melupakan akan penyebab dari semua penderitaannya. Kedekatannya dengan Allah membuat dirinya semakin berserah penuh kepada Allah yang ia yakini akan memegang kehidupannya sampai pada akhirnya. Ia puas dan bersukacita karena bisa mengenal Allah yang ia sembah.


Elia pun mengalami hal yang sama dengan Ayub. Kesepian yang ia alami selain membuatnya mengenal akan siapa dirinya, ia juga semakin mengenal Allah yang menuntunnya selama ini. Pengenalan itu tentunya tidak lepas dari tindakan aktif Allah yang menghampiri Elia. Jika kita melihat 1 Raj 19:11-14, sangat menarik bagaimana Allah menghampiri Elia. Setelah Allah menyuruh Elia berdiri di atas gunung, dikatakan ada angin kencang yang membelah gunung-gunung, ada gempabumi, dan hujan api yang mengerikan. Tetapi tidak ada Tuhan di sana. Setelah itu datanglah bunyi angin sepo-sepo basa. Dan ternyata Tuhan ada di sana. Saudara, bahasa aslinya bunyi angin sepo-sepo itu sebenarnya memiliki arti “suara kesunyian yang lemah lembut”. Saudara, sungguh menarik jika kita melihat sebelum-sebelumnya, Allah biasanya hadir dalam hal-hal yang miracle. Jika kita membandingkan kiSaudaraah ini dengan kisah Musa di Kel. 19:16-20 dimana Allah hadir melalui gempa dan api. Namun kali ini berbeda. Allah menghampiri Elia dengan suara kesunyian yang lemah lembut. Apa maksudnya? Allah ingin menunjukkan bahwa Ia tidak hanya peduli dan bekerja akan hal-hal yang besar dan spektakuler saja. Ia juga bekerja dalam hal-hal kecil. Allah bukan hanya mahakuasa dan maha agung, Ia juga adalah Allah yang mahakasih. Allah ingin menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang begitu lembut yang mengerti segala persoalan yang Elia alami. Saudara, dari peristiwa itu Elia dapat mengenal Allah yang mahakuasa dan Allah yang lembut yang mengerti setiap kesusahan Elia. Dan kelemahlembutan Allah itu memberikan kekuatan kepada Elia yang sedang mengalami kesepian.

Saudara, orang-orang yang kesepian biasanya mengalami remuk hati, tetapi Mazmur 34:18 mengatakan bahwa TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Saudara, Tuhan dekat kepada setiap anak-anak-Nya yang sedang mengalami kesepian.

Saudara, Fanny Crosby adalah seorang lirikus lagu-lagu Kristen yang terkenal pada zamannya. Bahkan dapat dikatakan ia adalah lirikus terbesar sepanjang sejarah. Meskipun ia adalah lirikus yang terkenal namun bukan berarti hidupnya baik-baik saja. Ia juga manusia yang pernah mengalami depresi, goncangan, tekanan juga kesepian dalam hidupnya. Saudara, Fanny Crosby buta sejak kecil karena sakit keras yang menimpanya. Sejak umur 1 tahun ayahnya meninggal. Ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayahnya. Ia tidak dapat melihat apapun selama di dunia ini. Hanya satu hal yang dapat dilihatnya, yaitu kegelapan. Bersyukur ibu dan nenek Fanny adalah seorang Kristen yang taat yang terus mengajarkan prinsip-prinsip Kristiani kepada Fanny sejak kecil. Karena itulah Fanny bisa semakin mengenal Tuhan. Hingga suatu saat Fanny berkata “Saya bersyukur karena saya buta. Karena dengan kebutaan ini, saya dapat melihat Tuhan yang telah menyelamatkanku.” Saudara, ia bersukacita karena ditengah kesepian yang ia hadapi, mata hatinya dapat melihat Tuhan, dan hanya melihat Tuhan. Kesepian yang dialaminya membuatnya semakin mengenal dan semakin mendekat dengan Tuhan yang telah menyelamatkannya. Baginya itu adalah hal yang paling mebahagiakan dalam hidupnya. Ia mengatakan “saya lebih senang buta daripada dapat melihat”.

Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, demikianlah sebenarnya setiap kesepian yang kita alami adalah suatu kesempatan yang indah bagi kita untuk dapat melihat Tuhan lebih jelas lagi. Bahkan lebih dari itu, kesepian itu adalah sebuah anugerah agar kita bisa semakin mendekat dan mengenal Tuhan. Saudara, jujur saja saya adalah seorang yang sering mengalami kesepian. Kurangnya kasih sayang, penderitaan, dan pergumulan-pergumulan pribadi memaksaku untuk sering merasakan sepi. Pada waktu mengalami itu memang rasanya sangat tidak enak. Hati seakan terkoyak. Hidup seakan seorang diri di dunia ini. Bahkan ada keinginan untuk mati saja. Namun sekarang, setelah melihat kebelakang, saya dapat mengatakan bahwa “saya tidak akan pernah mengenal Tuhan sebaik saya mengenal-Nya saat ini, jika saya tidak pernah mengalami kesepian-kesepian itu”. Kesepian yang menghancurkan jiwa ini membuat saya dapat merasakan sentuhan tangan Tuhan yang begitu lembut menuntun hidupku.

Saudara, mungkin Saudara mengalami kesepian saat ini, dan mungkin saudara sedang putus asa, rasanya seperti ingin mati saja, seakan tidak ada lagi secercah cahaya untuk masa depan saudara. Saudara, pandanglah kepada Kritus, biarkan ia menyentuh hatimu. Tuhan itu dekat dengan orang yang remuk hati. Tangannya terbuka untuk kita. Sama seperti tanah yang gersang membutuhkan air yang lebih banyak, demikianlah setiap jiwa kita yang kesepian akan menerima curahan kasih Tuhan lebih banyak lagi. Dan itu semua mempunyai 1 tujuan, hanya 1: yaitu agar saudara dan saya dapat semakin mengenal Tuhan dan semakin mendekat dalam hadirat Tuhan.

Saudara, nikmatilah kesepian yang Saudara hadapi saat ini. Selain kesepian itu memampukan kita untuk melihat siapa diri kita lebih dalam lagi, kesepian itu juga akan mengarahkan kita untuk semakin mendekat dengan Tuhan. Tahukah Saudara, ketika kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, kita akan merasakan kedamaian yang sejati, yang memenuhi hati kita yang kosong karena kesepian itu. Kedamaian itu kita dapatkan karena kita akan mengetahui, bahwa Tuhan akan senantiasa menuntun kehidupan kita, hari lepas hari, melewati segala pergumulan yang kita hadapi. Amin

Kala HP Tak Berdering (2)

I. Kesepian membuat kita mengenal seutuhnya akan siapa diri kita.

Saudara, kesepian itu memiliki fungsi seperti sebuah cermin yang berfungsi untuk melihat siapa diri kita seutuhnya.

Saudara Kesepian adalah suatu hal yang diizinkan Tuhan. Pengkhotbah mengatakan: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk menangis dan meratap,”. Saudara, dengan seizin Tuhan semua ada waktunya. Demikian pula dengan kesepian. Ada waktunya kita mengalami kesepian karena memang Tuhan mengijinkannya.

Saudara, Ayub adalah salah seorang yang diizinkan Tuhan untuk mengalami kesepian. Kesepian itu didapati melalui penderitaannya. Jika kita melihat di pasal 1 maka kita dapat mengetahui dengan jelas bahwa semua kesepian yang diakibatkan penderitaan yang dialaminya itu adalah siizin Tuhan. Ia kehilangan semua anak-anaknya dalam waktu sekejap. Harta kekayaannya pun ludes dalam waktu yang bersamaan. Bukan hanya itu, ia tertimpa penyakit barah busuk yang sangat menyiksa. Tidak cukup penderitaannya, istrinya pun mengutuki dia bahkan meninggalkannya. Tidak ada lagi yang ia miliki. Ke-3 orang yang mengaku sahabatnya pun, tidak dapat berbuat banyak. Malah mereka menyalahkan Ayub, dengan menganggap Ayub sudah berbuat dosa kepada Allah. Ke-3 sahabatnya tampaknya berhasil menyempurnakan kesepian Ayub dengan tudingan-tudingan yang semena-mena. Semua orang yang ia sayangi pergi, menjauh dari kehidupannya. Saudara, Ayub merasakan kesepian yang luar biasa dalam. Seakan tidak ada orang yang memperdulikannya. Hidup serasa sebatang kara. Hal itu membuatnya mengeluh kepada Tuhan. Dari percakapannya dengan Tuhan ia seakan berteriak “Mengapa ini terjadi Tuhan! Apa salahku!” Saudara, Coba saja Saudara bayangkan jika semua hal itu menimpa Saudara, kitapun akan mengalami kesepian itu bukan?

Bukan hanya Ayub, Elia pun pernah mengalami hal yang sama. Dalam 1 Raj 19:1-15, dikisahkan tentang nabi Elia yang mengalami depresi dan kesepian. Setelah mengalami mujijat yang luar biasa dengan menurunkan air hujan di pasal 18, serta memperoleh kemenangan spektakuler dengan mengalahkan 400 nabi baal, ironinya setelah itu Elia mengalami ketakutan hanya karena ancaman seorang perempuan yang bernama Izebel yang hendak membunuhnya. Ia melarikan diri dan menyepi dipadang gurun. Ketakutan itu membuat ia depresi dan mengalami perasaan kesepian yang begitu mendalam. Kesepian itu terlihat dari ungkapannya di ayat 10 “hanya aku sendirilah yang masih hidup”. Elia merasa dirinya seorang single fighter, yang harus berjuang seorang diri melawan musuh-musuhnya. Kesepian yang amat mendalam itu membuat Elia menginginkan untuk mati saja. Ia ingin menyerah. Saudara, nabi juga manusia. Ternyata seorang nabi yang luar biasa juga dapat mengalami kesepian sama seperti kita.

Namun ternyata Tuhan memiliki maksud dari semua kesepian yang Ayub dan Elia alami. Kesepian itu ternyata membuat mereka bercermin tentang siapa diri mereka. Dalam Ayub 39:36-38 dapat kita lihat bahwa kesepian yang Ayub alami, membuatnya menyadari bahwa dirinya itu terlalu “hina”. Saudara, kata hina ini dapat diartikan juga “tidak layak” atau “tidak penting” bahkan tercela. Kalau bahasa aslinya “qallal” memiliki arti “aku ini kecil, terlalu ringan, dan tidak masuk hitungan”. Ayub menyadari bahwa dirinya hanyalah seperti sebuah debu, yang kecil, ringan dan mudah terhanyut oleh sedikit tiupan angin. Ayub tahu bahwa ia hanyalah orang yang berdosa yang terlalu lemah dan tidak berarti apa-apa. Kesadaran ini membuatnya malu dan menyesal ketika ia bertemu Allah karena ia sudah mengeluh dan protes kepada Allah, sehinga dikatakan bahwa ia menutup mulutnya dengan tangan. Ia sadar bahwa ia hanya seorang yang terbatas yang tidak pantas untuk memprotes Allah yang tak terbatas itu.
Begitu pula halnya dengan Elia. Kesepian yang ia alami membuatnya sadar bahwa ia tidak lah lebih baik dari para leluhurnya. Saudara, disini Elia mulai menarik dirinya dan melihat individunya sendiri. Dan ketika ia menarik diri, ia menyadari bahwa ia bukanlah siapa-siapa tanpa pertolongan Allah. Ia hanya manusia yang lemah, yang tidak berguna yang tidak lebih baik dari leluhurnya. Saudara, kesepian ternyata mampu membuat mereka melihat lebih dalam lagi pribadi mereka dengan perspektif yang baru.

Saudara, menyadari akan siapa diri kita merupakan suatu bentuk kerendahan hati yang luar biasa. Dan kesepian yang kita alami adalah salah satu sarana yang dipakai Allah untuk membuat kita semakin rendah hati dan menyadari siapa diri kita bahwa kita hanyalah manusia berdosa, yang kecil, terbatas dan yang sangat lemah serta membutuhkan Allah.

Saudara, saya mengingat tentang kisah seorang ayah yang suka menekan istri dan anaknya yang Kristen dengan mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Kalau ada pun Ia tidak bisa berbuat banyak. Ia mengatakan kepada istri dan anaknya “Kalian bisa hidup itu bukan karena Tuhan, namun karena kerja keras saya yang sibuk membanting tulang.” Ia merasa dirinya adalah penguasa atas hidupnya. Namun suatu saat, istrinya mengalami sakit keras yang membuatnya harus diopname dirumah sakit selama berbulan-bulan. Suaminya sudah membawa kedokter terbaik di daerahnya, namun semua itu ternyata tidak dapat menolong. Istrinya pun meninggal. Ia sedih sekali. Berbulan-bulan ia merasakan kesepian, karena istrinya yang biasa menjadi teman hidupnya dalam suka dan duka selama ini sudah tidak ada lagi. Suatu saat ketika ia pulang dari kantor, ia memanggil anaknya dan berkata “nak papa mau kamu berdoa sama Tuhan agar ia menjaga dan memelihara kamu”. Anaknya terkejut melihat sikap ayahnya yang berubah. Anak itu berkata “pa, bukankah selama ini papa mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada? Mengapa sekarang papa menyuruh saya berdoa kepada Tuhan?”. Ia menjawab “papa baru sadar, ternyata papa tidak berkuasa atas kehidupan seseorang, papa tak mampu berbuat banyak. Hanya Tuhanlah yang mampu. Sudah cukup kehilangan mama, papa tidak mau kehilangan kamu juga”. Saudara, kesepian yang ia alami karena kehilangan istrinya ternyata menyadarkan dia akan siapa dirinya. Ia menyadari bahwa ia hanyalah seorang yang terbatas dan begitu kecil, yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Saudara, mungkin pada saat ini Saudara sedang mengalami kesepian. Mungkin kita baru saja kehilangan orang-orang yang kita kasihi. Entah orang tersebut meninggal, ataukah karena relasi yang semakin jauh. Mungkin kita sedang mengalami kegagalan, ketakutan, dan berbagai kekhawatiran. Atau mungkin banyak masalah-masalah pribadi yang terlalu menekan hidup kita. Dan semuanya itu membuat kita merasa kesepian. Kita merasa seorang diri. Tidak ada yang peduli. Bahkan mungkin Tuhan terasa jauh sekali dari kehidupan kita. Saudara, ketahuilah bahwa itu semua diijinkan Tuhan, agar kita kembali becermin tentang siapa diri kita. Ia ingin membentuk kita menjadi manusia-manusia yang rendah hati. Ia ingin kita menyadari bahwa kita ini hanyalah manusia yang lemah, kecil, terbatas dan penuh dosa. Kita ini hanyalah debu pasir, yang begitu rapuh dan mudah terhanyut oleh keganasan ombak dunia ini. Saudara, memang kita hanyalah manusia yang terbatas, yang membutuhkan Tuhan untuk senantiasa menuntun hidup kita.

Saudara jika kesepian itu sedang melanda kita saat ini, jangan lah terlalu berputus asa, gunakanlah kesempatan itu untuk merefleksikan diri. Bersyukurlah karena Tuhan sedang membentuk kita untuk dapat menjadi anak-anakNya yang lebih rendah hati lagi. Melalui kesepian-kesepian yang kita alami ini, Ia mau agar kita dapat semakin hari semakin serupa dengan Dia.

Kala HP Tak Berdering (1)

Saudara, handphone (Hp) merupakan alat komunikasi yang bagi beberapa orang sudah menjadi kebutuhan primer. Tanpa Hp tidak enak rasanya. Saudara mungkin saat ini juga menganggap nya demikian. Coba saja saudara matikan hp saudara 1 hari saja, terutama saudara yang sudah memiliki pacar, apa jadinya? Tidak nyaman bukan? Mengapa tidak nyaman? Karena kita takut jika komunikasi kita terputus. Mengapa takut terputus, karena sebenarnya kita takut untuk mengalami kesepian. 1 hari tidak ada sms masuk saja bisa membuat kita merasa kesepian.

Saudara, kesepian adalah masalah yang pernah dihadapi semua orang dalam berbagai kalangan, baik orang miskin maupun orang kaya pernah merasakannya. Itu adalah suatu kenyataan yang harus dihadapi dalam hidup ini. Kesepian ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, misal: orang yang dekat meninggal, putus pacar, di phk, kegagalan dalam pekerjaan, kegagalan dalam berelasi, penyakit, di ancam dan sebagainya. Banyak sekali segi yang dapat membuat seseorang merasa kesepian.

Dan biasanya kesepian itu menjadi momok yang menakutkan bagi semua orang pada zaman apapun dan pada tingkat apapun. Saya rasa kita pun tidak menyukai apa yang namanya kesepian. Tampaknya kesepian itu jauh lebih mengerikan daripada penyakit-penyakit berbahaya. Buktinya sudah banyak orang yang bunuh diri karena mengalami kesepian. Bagi mereka, kematian itu jauh lebih baik dari pada kesepian. Karena kesepian itu benar-benar sebuah momok yang sangat menakutkan.

Saudara, saya percaya Saudara pun pernah mengalami apa yang namanya kesepian. Mungkin saat ini ada dari Saudara yang sedang mengalaminya. Saudara, merasa seorang diri, tidak ada yang peduli dan Tuhan pun terasa jauh. Saudara, Firman Tuhan ingin mengabarkan kabar baik kepada kita. Ternyata dalam setiap kesepian yang kita alami, ada kebaikan atau maksud Tuhan yang baik, yang dapat kita peroleh. Kesepian itu ternyata tidaklah selalu buruk. Apa saja kebaikan itu?

Friday, October 03, 2008

The Prayer

Tuhan, bawaku mengenal Engkau
Bukan Tuhan yang diciptakan oleh budaya
Bukan juga Tuhan yang dikarang manusia, dengan dalih Alkitab
Namun....
Aku ingin mengenal Tuhan yang menyatakan diri-Nya
Yang bebas, berkuasa, dan berkarya dalam setiap zaman.
Kusadari, Alkitab bukanlah kurungan tentang Engkau
Namun Engkau menyatakan sangat banyak di dalamnya
Singkapkanlah itu kepadaku
Agar melaluinya, aku dapat mengenal Engkau yang tidak terbatas itu

Tuhan Engkau berkenalan dengan ku lewat masa laluku, masa gundahku.
Dan engkau mempereratnya lewat manusia-manusia ciptaan-Mu.
Lalu Engkau mengajakku lebih dalam lagi mengenal diri-Mu lewat Firmanmu
Kugali dengan rasioku, kunikmati dengan rasaku, namun ..... kuakui, aku masih belum mengenal Engkau.
Keterbatasan otakku menghalangi; kedegilan rasaku menjauhkan
Ya Tuhan Allahku
Ampuni jika hamba-Mu ini salah
Beritau aku bagaimana cara untuk mengenal Engkau
Yang benar, Yang tepat
Seperti yang Engkau mau nyatakan kepadaku.

Saturday, September 27, 2008

PERCAYA AKAN JANJI PENYERTAAN TUHAN (2) (Kejadian 15)

Saudara, selain sikap percaya merupakan sikap yang dibenarkan, Alasan kedua:

2. Karena jika Allah sendiri yang berjanji, Ia yang akan bertanggung jawab.
Saudara, manusia boleh mengingkari janjinya. Tapi Allah sekali-kali tidak akan mengingkari janji-Nya.
Saudara, jika kita melihat keesokan harinya di ayat 7, menarik sekali dimana Tuhan kembali mendatangi Abraham dengan memberikan janji akan sebuah negeri. Jika kita membandingkan dengan ayat 1, kita akan menemukan pola yang sama dalam janji Tuhan. Tuhan seringkali menggunakan kata “Akulah /anoki/ ani” yang menekankan dirinya sendiri yang akan menjamin janjinya (Akulah Tuhan, akulah perisaimu). Namun pola respon yang diberikan abraham pun sama. Sekali lagi di ayat 8 dapat kita lihat bahwa Abraham ragu. Ia mungkin percaya akan janji keturunan. Namun janji akan negri itu masih diragukannya.

Namun Tuhan tidak marah, melainkan Tuhan menyuruh Abraham untuk menyembelih beberapa jenis hewan kurban dan memisahkannya menjadi dua bagian, kecuali burung-burung. Saudara, pada zaman itu, sudah merupakan sesuatu yang lazim, jika ada 2 orang yang mengadakan perjanjian, maka mereka harus menepatinya. Untuk meyakinkannya, mereka akan membelah beberapa hewan yang dikurbankan menjadi dua bagian, kemudian dua pihak yang berjanji akan melewati potongan-potongan hewan itu bersama-sama. Itu merupakan sebuah upacara suci untuk menyatakan kesungguhan mereka dalam menepati janjinya. Jika ada satu yang melanggar janjinya, maka mereka akan terkena kutukan bahwa nasib mereka akan sama seperti hewan-hewan semblihan tersebut.

Menariknya Saudara, di ayat 17 dikatakan “ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap serta suluh yang berapi lewat diantara potongan-potongan daging itu.” Saudara, perapian dan suluh seringkali melambangkan kehadiran YHWH. Itu kita dapat lihat dari kisah musa, Daniel, dll. Dan dalam peristiwa ini, suluh api tersebut melewati potongan korban tersebut. Ya, Allah melewati potongan-potongan daging itu. Apa maksudnya? Allah yang maha kudus itu bersedia masuk dalam kebudayaan manusia untuk memperkuat janji-Nya. Dan lebih menarik jika kita perhatikan, Allah melewatinya seorang diri. Tidak ada orang kedua yang melewati. Ini berarti Allah bersumpah setia kepada janji-janji-Nya. Perjanjian ini adalah perjanjian Allah, unilateral (sepihak), bukan Abraham. Allah seakan menempatkan dirinya pada kutukan jika Ia melanggar janji-Nya sendiri. Ia menyatakan bahwa Ia yang bertanggung jawab penuh terhadap janji-Nya. Mengapa ia bersumpah dengan dirinya sendiri? Ibrani 6:13 mengatakan, karena tidak ada yang lebih tinggi dari diri-Nya sendiri.

Saudara, demikianlah perjanjian Allah dengan manusia, yaitu perjanjian yang tanpa syarat. Allah kita adalah Allah yang tidak mungkin melanggar janji-Nya sendiri. Sekali Ia melanggar, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai Allah yang Mahakudus.

Demikian pula halnya dengan janji penyertaan Tuhan. Tuhan kita adalah Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Sebelum Ia dikandung oleh maria, Malaikat mengawali dengan nubuatan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki yang dinamai Imanuel yang berarti “Allah menyertai kita”. Ditengah kehidupannya, di Yohanes 14:16 Tuhan menjanjikan seorang penolong yang lain, yaitu Roh Kudus, supaya Ia diam didalam kita dan menyertai kita selama-lamanya. Dan di akhir kehidupan-Nya, setelah Ia menyampaikan amanat Agung, Ia juga menyampaikan janji yang berbunyi: “Ketahuilah, aku akan menyertai engkau senantiasa sampai pada akhir jaman”.
Saudara, dapatkah Tuhan melanggar janji-Nya? Tidak!

Untuk memperkuat perjanjian itu, apa yang Tuhan lakukan? Jika dengan Abraham ia menempatkan dirinya kedalam perjanjian itu, di mana jika Ia melanggar ia akan terkena kutukan; maka saat ini ia memperkuatnya dengan kematian-Nya sendiri. Ia yang tidak berdosa itu, mau masuk ke dalam kutukan dosa, supaya saudara dan saya, yang seharusnya binasa ini, dapat diselamatkan. Bukan hanya masuk dalam keselamatan, namun juga masuk dalam genggamannya, agar Ia dapat senantiasa menuntun dan menyertai kita. Bahkan terlebih, ketika Saudara dan saya percaya, maka kita akan menjadi anak-anak Allah. Saudara, orangtua normal mana yang tidak menjaga dan menyertai anak-nya?

Saudara, ada sebuah suku di Indian, yang memiliki kebiasaan untuk mendewasakan anak laki-laki yang masih remaja dengan cara yang unik. Anak remaja itu, harus di bawa ke dalam sebuah hutan rimba yang liar semalaman. Ia di bawa oleh orang lain yang bukan keluarganya, dan matanya ditutup kain, sehingga ia tidak bisa melihat apa-apa. Dan ketika hari menjelang malam, barulah kain matanya di lepas, dan orang yang membawanya pergi meninggalkannya. Anak tersebut tidak boleh menangis / berteriak. Jika ia menangis / berteriak maka ia gagal.
Suatu ketika ada seorang anak yang sedang dalam proses pendewasaan itu. ia dituntun sampai di hutan, dan tutup matanya di buka menjelang malam. Hari semakin gelap, udara semakin dingin, nyamuk semakin ganas menggigit. Bukan hanya itu, auman serigala mulai terdengar, dan banyak hewan-hewan buas mulai mencari mangsanya. Anak inipun begitu ketakutan, tapi ia tahu, jika ia menangis / menjerit maka ia gagal. Akhirnya ia hanya merem menantikan hari esok.

Akhirnya hari esok pun tiba. Matahari mulai terbit, dan ia merasa senang sekali karena ia bisa melewati ujian tersebut. Namun ketika hari semakin terang, ia sangat terkejut karena melihat banyak bercak-bercak darah di sekitarnya. Dan lebih terkejut lagi, banyak hewan-hewan buas disekitarnya yang sudah mati. Ketika ia melihat ke belakang, barulah ia sadari, bahwa sang ayah yang tegap perkasa sedang berdiri di belakangnya dengan membawa panahnya. Ternyata sang ayah berjaga-jaga semalaman tanpa terlelap untuk melindungi anaknya.

Saudara, demikian juga dengan Tuhan kita, Ia senantiasa menjaga dan menyertai anak-anak-Nya. Seperti pemazmur mengatakan: sesungguhnya tak pernah terlelap dan tak pernah tertidur penjaga Israel, demikianlah Tuhan kita tidak pernah terlelap dan tertidur dalam menjaga kehidupan anak-anak yang dikasihi-Nya.

Saudara, bukankah Tuhan telah memanggil kita untuk menjadi anak-anak-Nya. Tuhan yang telah memanggil kita itu juga yang akan menuntun dan menyertai setiap langkah kehidupan kita. Ketika kita tinggal didalam-Nya, maka penyertaannya ada pada kita.

Saudara, pergumulan apakah yang membuat kita tidak percaya akan penyertaan Tuhan? Apakah masalah keluarga yang menghambat kita? Atau mungkin masalah ekonomi yang kritis? Masa depan yang abu-abu? Sakit-penyakit yang tak kunjung sembuh? Atau mungkin duri dalam dagingmu, yang terus menyiksa dirimu?

Saudara, percayalah kepada Tuhan. Ia yang sudah mati buat kita, ia juga yang berkata kepada kita “Aku menyertaimu senantiasa” Kematiannya sudah membuktikan segalanya.

Saudara, manusia mungkin dapat mengikari janji-Nya. Tapi Tuhan, tidaklah sekali-kali ia akan mengingkari janji-Nya, sebab ia adalah Allah yang kudus, suci dan maha tinggi. Ia yang berjanji, maka ia yang akan bertanggung jawab.

Saudara, hiduplah didalam Dia senantiasa, dan . . . .Percayalah, bahwa Ia akan menyertaimu!

PERCAYA AKAN JANJI PENYERTAAN TUHAN (1) (Kejadian 15)

Saat ini kualitas sebuah janji semakin dipertanyakan. Semakin merosotnya moral manusia membuat kualitas sebuah janji itu semakin menurun. Tak heran jika sekarang ini kita melihat bahwa proses sebuah perjanjian panjang dan rumit; Masing-masing pihak yang berjanji harus membubuhi tanda-tangan di beberapa lembar dokumen; Banyak kertas yang harus diteliti dan ditelaah, agar tidak terjadi kekeliruan; Ada resiko yang diterapkan jika perjanjian itu dilanggar, kalau perlu ada jaminan yang harus dipegang, dsb. Namun apakah setelah semua proses itu dilaksanakan, para pembuat janji itu dapat merasa tenang? Tidak! Terus ada keraguan dan rasa tidak percaya terhadap pihak lain. Ada ketakutan kalau-kalau orang tersebut akan memanipulasi kita dan merugikan kita. Bukankah banyak contoh orang yang tidak menepati janjinya? Mis: Suami yang melanggar janji suci pernikahan; Pejabat-pejabat dan pemimpin yang korupsi; pendeta yang berselingkuh dan berbohong. Lalu terlintas pikiran, Jika pemimpin-2 bahkan pendeta saja tidak dapat dipercaya, lantas siapa yang dapat dipercaya? Dari fenomena-fenomena inilah terdengar pepatah “tidak seorangpun yang dapat dipercaya, seorang pun tidak”.


Namun sangat disayangkan, ternyata sikap tidak percaya ini tidak hanya ditujukan kepada manusia yang bobrok, tapi juga ditujukan kepada Allah yang kudus. Manusia yang susah mempercayai janji sesamanya, ternyata juga susah untuk percaya akan janji Tuhan, secara khusus janji penyertaan Tuhan. Bahkan orang yang mengatakan dirinya anak Tuhan pun kerapkali meragukan akan janji Tuhan. Mereka berkata: “Tuhan mana janjiMu? Bukankah Engkau berjanji akan menyertai ku?” Saudara, mungkin kita adalah salah satunya. Namun apakah Tuhan mengkehendaki hal itu? Saudara, sebagai hamba Tuhan, sudah semestinya kita percaya penuh akan janji-janji Tuhan. Ada 2 alasan mengapa kita harus percaya pada janji -Nya?

1. Karena sikap percaya adalah sikap yang dibenarkan oleh Tuhan

Saudara, sikap ragu memang merupakan sesuatu yang manusiawi, namun sikap tersebut bukanlah sikap yang dibenarkan oleh Tuhan.

Saudara, Abraham adalah seorang bapak beriman yang memiliki pergumulan naik turun dalam mempercayai janji Tuhan. Jika kita melihat di pasal 12 dan 13, Tuhan memberikan dua buah janji yaitu sebuah negeri dan janji keturunan. Awalnya ia percaya akan janji itu, namun sayang sekali, dalam perikop yang kita baca, Abraham ragu. Saudara, pasal 15 ini merupakan pasal yang menunjukkan akan kekrisisan Abraham akan janji Tuhan. Untuk pertama kalinya, 2 kali ia mengalami keraguan di pasal ini.

Tuhan tahu itu, oleh karena itu Tuhan menghampirinya terlebih dahulu dalam sebuah penglihatan. Ss, di ayat 1 Tuhan berfirman “Janganlah takut Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar. Saudara, “jangan takut” ini merupakan pola yang sering digunakan Allah melalui nabi-nabinya untuk memberikan kekuatan kepada umat-Nya. Bukan hanya itu, Tuhan juga mengatakan “Akulah perisaimu” yang berarti, Tuhan akan melindungi dan menyertai. Terlebih lagi, Tuhan mengatakan bahwa “upahmu akan sangat besar”. Saudara, bukankah ini perkataan yang menguatkan?

Namun sayang sekali, Bapak orang beriman itu ragu. Tapi itu merupakan keraguan yang manusiawi, sebab waktu itu umurnya hampir mencapai 100 tahun sedangkan sara sudah berusia 90 thn. Secara logika, mana ada orang yang berumur segitu bisa melahirkan seorang anak. Itu mustahil! Jadi, wajarkan jika Abraham ragu? Oleh karena itulah Abraham mulai tidak percaya akan janji Allah. Ini terlihat Di ayat 2&3 dimana Abraham seakan mengajukan proposal kepada Tuhan agar Eliezer, hambanya itu, dapat menjadi ahli warisnya. Saudara, sudah merupakan adat yang lumrah pada waku itu di daerah mesopotamia jika seorang suami istri yang tidak memiliki anak, boleh mengadopsi anak untuk menjadi ahli warisnya. Adopsi ini bertujuan untuk menjaganya dihari tua dan menguburkan dengan layak. Oleh karena itu Abraham ragu, ia mulai mengandalkan pikirannya sendiri. Ia seakan berkata “Tuhan sudahlah, biarkan Eliezer yang menjadi ahli warisku. Toh, semua orang juga melakukan hal itu. Toh itu hal yang baik & wajar”.

Namun apa yang terjadi? Meskipun keraguannya masuk akal, meskipun proposalnya adalah sesuatu yang wajar, tapi proposal tersebut ditolak. Ditengah keraguannya, Allah mengajak Abraham untuk keluar. Di sebuah padang yang luas, Allah memaparkan karya lukisan yang sangat menakjuban berupa bintang-bintang yang berhamburan dilangit. Lalu Allah menyuruh Abraham untuk menghitung bintang-bintang itu. Namun ketika Abraham mulai mencoba menghitungnya, dia sadar bahwa ia tidak mungkin dapat untuk menghitung semua bintang itu, karena sangat banyak. Tiba-tiba suara yang begitu lembut berbisik kepadanya “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Saudara, mungkin pada waktu itu Abraham menangis, dan dengan bibirnya ia mengatakan “Aku percaya”. Saudara, Abraham percaya, walaupun penglihatan akan bintang-bintang itu tidak dapat dijadikan dasar untuk berharap. Abraham percaya walaupun apa yang dipercaya itu tampaknya mustahil.

Saudara sikap percaya seperti apa yang ditunjukan oleh Abraham? Kata percaya (ibrni “Amen”) ini memiliki bentuk hiphil yang mempunyai makna kausatif aktif, yaitu sikap percaya yang disebabkan karena subjek tertentu. Saudara, ini menunjukkan bahwa kepercayaan Abraham ini bukan kepercayaan yang tak berdasar. Namun kepercayaan yang dikarenakan ada subjek yang berjanji yaitu Tuhan. Saudara, Kata ini sendiri berarti percaya penuh, teguh, dan kokoh; yang mengandung unsur keberserahan, dan keyakinan akan janji Tuhan.

Dan tahukah saudara, sikap percaya Abraham ini diperhitungkan Tuhan sebagai kebenaran. Saudara, sikap percaya ini memang berkaitan erat dengan pembenaran. Diperhitungkan ini berarti: Pembenaran itu diimputasikan kepadanya. Ia yang merupakan orang yang tidak layak, dianggap benar oleh Allah karena sikap percayanya. Peristiwa inilah yang kemudian dikutip oleh Paulus dalam surat-suratnya, yang kemudian menjadi sebuah ajaran teologi agung kaum injili “justification by faith”.

Saudara, bukankah Tuhan Yesus juga menuntut sikap percaya kepada orang-orang yang dilayaninya. Kepada murid-2 yang tidak percaya ia berkata “Hai orang yang kurang percaya, mengapa kamu bimbang?” Tetapi kepada orang yang percaya Ia mengatakan “Sungguh besar imanmu, jadilah padamu seperti yang kau kehendaki.”

Saudara, dalam buku “the life u always wanted” salah satu kisah nyata yang sangat berkesan bagi saya tentang seorang lansia yang bernama Mabel. Ia tidak mempunyai suami dan orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil. Suatu ketika ia terkena penyakit ganas yang membuatnya harus tinggal di RS selama sisa hidupnya. Tidak ada keluarga yang mengerti dan memperhatikannya. Perawatpun sangat sedikit pada waktu itu. Jikalau ada, mereka tidak akan tahan mengurusi Mabel, sebab penyakit Mabel sangat menjijikan. Mukanya digerogoti kanker, matanya buta, telinganya setengah tuli, ada luka besar di pipinya, yang membuat hidungnya bengkok, matanya turun sebelah, juga rahangnya turun sebelah, sehingga liur terus menetes. Baunya pun tidak sedap. Sudah 25 tahun ia terikat di tempat tidurnya. Hidup seorang diri dalam kesepian, bergumul dengan penyakitnya. Namun demikian ia tidak pernah menggerutu, bahkan ia seringkali menghibur pasien lainnya. Sampai suatu ketika ada yang melihat itu dan tertarik bertanya kepada Mabel, “Mabel selama 25 tahun di RS ini seorang diri, dan terus terikat di kursi roda, apa yang kau pikirkan?” Secara mengejutkan mabel berkata “Saya hanya berpikir tentang Yesusku. Saya berpikir betapa baiknya bahkan sangat baik ia dalam hidup saya. Saya adalah salah seorang yang paling puas, karena aku memiliki Yesus”. Lalu ia mulai menyanyikan lagu “Yesus segala-galanya..........”

Saudara, saya percaya, sikap Mabel yang percaya akan penyertaan Tuhan itu mendapatkan pembenaran oleh Tuhan.

Saudara, bagaimana dengan kita. Saudara, dalam hidup-Nya Tuhan banyak memberikan janjinya kepada kita. Salah satu janjinya yaitu janji bahwa ia akan menyertai kita. Sebenarnya kehidupan kita saat ini mirip dengan tokoh-tokoh iman dalam jaman PL. Jika mereka menanti kedatangan Tuhan, kitapun sedang menanti kedatangan Tuhan yang ke-2 kali. Dalam penantian itu sama-2 ada janji yang Tuhan berikan. Dan jika Tuhan menuntut sikap percaya untuk umatnya, maka ia pun juga menuntut kita anak-anak-Nya untuk percaya kepada-Nya. Saudara, sebenarnya mengandalkan kekuatan sendiri dalam menjalani penggilan ini merupakan salah satu sikap tidak percaya terhadap penyertaan-Nya.

Ss, Tuhan menginginkan sikap percaya terhadap janji-Nya. Walaupun temanmu tidak dapat dipercaya. Walaupun sahabat mu tidak dapat dipercaya. Bahkan mungkin keluargamu, saudaramu, istrimu, suamimu, atau orang yang paling dekat sekalipun tidak dapat dipercaya, Tuhan mau kita tetap percaya akan janji penyertaan-Nya. Walaupun pergumulan mu sangat mengkhawatirkan, walaupun keraguan itu manusiawi, sekali lagi, Tuhan tetap menginginkan kita percaya kepada-Nya. Karena itulah merupakan sikap yang dibenarkan oleh Tuhan

Sunday, September 21, 2008

Toleransi Dalam Dilema (II)

Ss, memang bukan suatu hal yang mudah untuk berdiri teguh melawan arus dunia ini. Seringkali kita tidak kuat untuk tidak mentolerir kebenaran. Namun, tahukah saudara, Tuhan tidak hanya memberikan celaan kepada orang yang mentoleransi kebenaran.

Tetapi Tuhan juga memberikan sebuah janji yang indah jika kita tetap bertahan dalam melakukan kebenaran.

Ss, diayat 22-23 Tuhan mengatakan:
Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu.
Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.

Dikatakan bahwa Tuhan akan menghukum orang-orang yang berbuat jinah, yang suka menekan dan menyusahkan anak-anak-Nya. Tangan Tuhan teracung bagi mereka yang suka menyiksa umat-Nya, dan Ia akan menghukum mereka menurut keadilan-Nya. Bukankah itu sebuah janji yang indah bagi setiap orang percaya. Sebuah janji yang mengajak orang-orang percaya untuk bersabar dalam menantikan keadilan Tuhan.

Selanjutnya di ayatnya yang ke 26-28 dikatakan:
“Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk—sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku, dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.”

Ss, ini sungguh merupakan sebuah janji yang indah, di mana orang-orang kudus kelak akan diberikan kuasa untuk menghakimi dunia. Di dalam kesementaraan dunia ini mungkin orang-orang dunia bisa mengatur dan mencelakakan kita. Lingkungan menekan kita. Ketidakbenaran menindas orang-orang yang benar. Namun bagi orang yang tetap setia pada kebenaran itu (yang tidak mentolerir kebenaran), kelak, mereka akan menghakimi dunia ini bersama-sama dengan Kristus. Kita akan diberikan kuasa yang utuh, untuk menguasai dunia bersama-sama dengan Tuhan. Bukankah itu suatu janji yang indah?

Bukan hanya itu, mereka juga dijanjikan “bintang timur”. Frasa ini mengandung arti akan pengharapan di masa yang akan datang. Kita tahu dalam kitab Wahyu, Kristus sendiri dikatakan sebagai bintang timur yang gilang gemilang, yang berarti Kristus itulah pengharapan dari segala-galanya bagi setiap orang Kristen yang menang. Pengharapan itulah yang akan diberikan kepada kita. Pengharapan di mana kita akan berjumpa dengan Tuhan, sumber pengharapan itu. Dan pengharapan itu juga yang akan mengakhiri kesusahan kita dalam dilema-dilema didunia ini, serta menggantinya dengan kegembiraan yang luar biasa dalam hadirat Tuhan.
Ss, surat kepada jemaat Tiatira ini diakhiri dengan perkataan “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat”. Ini menunjukkan bahwa semua yang dituliskan bagi jemaat Tiatira juga berlaku bagi kita saat ini.
Jadi saudara-saudara, hiduplah dalam kebenaran.
Taat dan setialah dalam melakukan perintah Tuhan.
Berjuanglah walaupun lingkunganmu tidak mendukung. Ingat Ada Tuhan yang senantiasa mendukungmu.
Dan ingat, ada pengharapan didalam kebenaran itu.
Leon Morris mengatakan “Unto the end reminds us that the Christian life is not a battle but a campaign. Perseverance is important”
Setialah! Amin

Saturday, September 13, 2008

Toleransi Dalam Dilema (I) (Wahyu 2:18-29)

Menjalani kehidupan sebagai anak-anak Tuhan ini penuh dengan dilema. Dilema antara melakukan kebenaran dari Firman Tuhan dengan realitas hidup yang membudaya dalam keseharian. Kebenaran itu dipertahankan pada mulanya. Namun karena bertentangan dengan realitas hidup, maka kebenaran itu semakin hari semakin terkikis. Bahkan apa yang seharusnya diangap tidak benar malah dianggap benar saat ini. Itu terjadi karena adanya toleransi.

Misalkan dalam kehidupan di kantor. Kita sama-sama tahu bahwa pembukuan ganda itu salah. Tapi jika kita tidak melakukannya, maka perusahaan kita akan kalah bersaing. Lalu timbulah toleransi disertai sebuah pernyataan “Semua orang toh melakukan pembukuan ganda. Itu hal yang biasa. Jadi itu bukanlah sesuatu yang salah”. Misal lagi, ketika kita di sekolah. Lingkungan kita semuanya merokok. Jika kita tidak merokok, kita akan susah bergaul dan tidak akan diterima oleh lingkungan. Bukan hanya itu, kita akan dianggap aneh, dikucilkan, bahkan mungkin sedikit “dianiaya”. Supaya tidak terjadi hal tersebut, lalu kita ikut terlibat dalam mengisap silinder kecil itu dan mengatakan “coba tunjukan ayat Alkitab yang mengatakan bahwa rokok itu dosa?”. Toleransi kebenaran berbicara dalam sebuah dilema.

Namun pertanyaannya, apakah boleh seperti itu? Bolehkah toleransi dibiarkan bekerja dalam sebuah dilema? Bolehkan kebenaran diganti dengan realitas hidup yang tidak benar? Ss, Dalam kitab Wahyu yang sudah kita baca, kita akan menemukan jawaban atas hal tersebut. Ada kebenaran-kebanran yang penting dalam kitab ini yang harus dipegang.

TUHAN MENCELA SIKAP TOLERANSI

Ss, kitab wahyu merupakan kitab pernyataan Allah yang ditunjukkan melalui rasul Yohanes. Kitab ini bersifat preteris (yang bermanfaat untuk masa lampau), historikal (untuk masa sekarang), dan futurist, yang mewakili kehidupan mengenai gereja di segala tempat dan segala abad. Oleh sebab itu, kitab wahyu juga tetap relevan terhadap zaman pasca modern saat ini.

Dalam perikop ini, Yohanes memulai dengan menyatakan “Inilah Firman Allah, yang mata-Nya bagai nyala api, dan kakinya bagai tembaga”. Di sinilah satu-satunya surat Kristus yang khusus menyebutkan diri-Nya sebagai Anak Allah. Ia mempunyai mata bagaikan nyala api yang mempunyai daya pandang menembus, yang berarti tidak ada sesuatu yang tersebunyi bagi-Nya. Api juga mempunyai fungsi menerangi dan sekaligus menghanguskan, sehingga segala dosa dan hal yang tidak berkenan bagi-Nya tidak akan tersembunyi dan tidak akan bertahan di hadapan-Nya. Sedangkan, kaki bagai tembaga itu berarti Ia mampu menghancurkan segala sesuatu, termasuk dosa. Dosa apa yang dilakukan jemaat Tiatira?

Ss, Tiatira merupakan kota yang terletak di lembah yang panjang yang menghubungkan lembah Hermus dan sungai Caicius yang kini dilalui jalan kereta api; dan posisi geografis inilah yang menjadikan kota ini begitu penting. Karena itu kota ini menjadi pusat perdagangan yang hebat, khususnya dalam industri kain celup dan barang-barang wol. Seperti yang kita ketahui, Lidia penjual kain ungu berasal dari Tiatira (Kis 16:14). Wajar saja jika kota ini mempunyai serikat dagang yang sangat banyak. Sarikat dagang ini adalah sebuah perkumpulan untuk saling menguntungkan dan melayani di antara para pedagang. Ada sarikat kerja dibidang wol, perunggu, lenan, pembikar roti, kulit dll.

Namun justru disitulah yang menjadi persoalan jemaat Tiatira. Jemaat mengalami sebuah dilema. Ss, dalam sarikat dagang pada waktu itu mereka mempunyai kebiasaan makan bersama. Hal ini sangat sering dilakukan di kuil-kuil. Mereka memulai dan mengakhiri acara makan dengan memberi pengorbanan resmi kepada dewa-dewi, dan daging yang dimakan adalah daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Selain itu, perjamuan bersama ini sering disertai dengan mabuk-mabukan dan perbuatan asusila. Apakah mungkin orang Kristen mengikuti sarikat semacam itu? Jika mereka menolak bergabung dengan serikat itu sama artinya dengan menolak persatuan dagang masa kini. Artinya, kehilangan prospek dalam dunia dagang. Disinilah mereka mengalami sebuah dilema. Jika ia mengikuti aturan main, maka mereka akan mendapatkan keuntungan dari sarikat itu. Namun jika mereka tetap ingin hidup benar, maka resikonya, dagangan mereka akan sepi, tidak laku, bahkan mungkin bisa terpuruk.

Oleh karena itu ada sebuah gerakan yang dipimpin oleh Izebel. Izebel ini mungkin bukan nama sebenarnya. Namun ini mewakili perempuan jahat yang ada dalam kitab PL, di mana Izebel itu menyesatkan orang-orang Israel untuk melakukan perjinahan rohani dengan menyembah Baal. Dalam kitab Wahyu, nabiah yang diberi nama Izebel inilah yang kemudian mengajak umat Kristen untuk berkompromi/ bertoleransi dengan standar-standar dunia untuk kepentingan bisnis dan keuntungan dagang, dengan mengatakan bahwa Roh Kudus dapat melindungi mereka dari bahaya apa pun. Izebel menyesatkan jemaat dengan menganggap praktik-praktik itu adalah sebuah kebenaranSaya kira, banyak jemaat yang akhirnya memutus kan untuk mengikuti sarikat-sarikat itu demi kelangsungan masa depan mereka. Namun pasti juga ada yang tetap bertahan. Oleh karena itu Tuhan mencela jemaat diTiatira.

Ironinya, Tuhan mencela mereka, walaupun sebelumnya di ayat 19, Tuhan memuji akan kasih mereka (yang tidak dimiliki jemaat Efesus, yaitu kasih mula-mula); iman mereka (yang merupakan inti kebenaran akan orang percaya); Pelayanan yang baik; ketekunan seperti jemaat di Semirna (dari kata hupomeno, yang berarti bertahan dibawah suatu tekanan); bahkan Tuhan menambahkan pujian bahwa pekerjaan mereka yang terakhir itu lebih banyak dari yang pertama (ay.19b). Ss, gereja ini merupakan sebuah gereja yang ideal. Namun Tuhan tetap mencela mereka.

Tuhan mencela mereka karena mereka membiarkan Izebel menyesatkan hamba-hamba Tuhan untuk berbuat zinah dan makan-makanan berhala. Kata membiarkan ini dalam bahasa aslinya “avfei/j” memiliki arti: tolerate, give up, permit. Ya, jemaat Tiatira dicela karena mereka mentoleransi suatu hal yang tidak benar dan membuatnya seakan-akan benar. Jemaat Tiatira dicela karena dalam dilema, mereka lebih memilih berkompromi terhadap pemikiran dunia. Jemaat Tiatira dicela karena mereka lebih memilih untuk memuaskan kebutuhan materi mereka daripada kebutuhan akan kebenaran.

Ss, sama seperti teguran terhadap jemaat Tiatira, sebenarnya Tuhan juga tidak mengkehendaki setiap kita (jemaat gereja-Nya saat ini) bertoleransi terhadap dilema yang menempatkan kita pada kebenaran dan ketidak-benaran. Dalam pergumulan serumit apapun, Tuhan tetap menginginkan kita untuk melakukan yang benar. Walaupun kerjaan kita terancam, meskipun kita mungkin akan kehilangan teman-teman kita, atau mungkin kita bakal dimusuhin oleh keluarga kita sendiri, apapun situasi dan kondisi kita, Tuhan tetap menuntut kita untuk melakukan yang benar. Tuhan tidak menginginkan kita mengambil sikap toleransi dalam sebuah dilema. Bahkan, Ia mencela setiap anak-anak-Nya yang suka mentoleransi kebenaran. Tidak peduli seberapa baik dirimu, seberapa giat dirimu melayani, seberapa tekun, bahkan seberapa kasihmu kepada Dia, Tuhan akan tetap mencela orang-orang yang tidak bertahan dalam kebenaran.

Jika dikontekskan kejaman sekarang, itu berarti Tuhan mencela orang-orang yang melakukan pembukuan ganda dikantor; Ia mencela anak-anak Tuhan yang lebih memikirkan pergaulannya dari hal-hal yang benar; Ia juga mencela setiap anak-anak Tuhan yang bersikap pasif ketika melihat ketidakbenaran, kecurangan, kesesaran terjadi digereja; IA juga mencela setiap anak-anak-Nya yang lebih mementingkan hidupnya daripada mementingkan kebenaran Firman Tuhan.

Monday, September 08, 2008

My Prayer

Tuhan...
Dalam kesesakanku...
Aku memerlukan wajah-Mu

Kugali-gali makna kebenaran
Kusimak taurat dan alamMu
Kupelajari gambar dan rupaMu
Kucari hikmat yang melayang-layang

Namun kutidak mendapat
Otak ini terlampau kecil
Terlalu kecil untuk kebenaran
Ingat satu melupakan dua

Oleh karena itu...
Rongsok hatiku sesak
Menangis iri jiwa
Meminta belaskasihan
Untuk sebuah kebenaran

Ya Tuhan...
Dalam kesesakanku
Aku merindukan Engkau
Sangat rindu....
Untuk menikmati kebenaran

--- Lihatlah Air Mataku ---

Thursday, August 28, 2008

Beranjak

Ku menatap gagah gunung itu
Berdiri tegar bak penjaga
Tak pernah tertidur ia
Tak pernah berlelah pula

Beratus-ratus tahun silam
Leluhurpun menatap sama
Gagah perkasa tak melayu
Tak letih meneduhi hati

Ribuan tahun ia setia disini
Menyaksikan lika-liku kehidupan
Sukacita kerlipan bintang
Dukacita lembah kelam

Wai perwiraku...
Tak bosankah engkau disana?
Tak inginkah engkau beranjak?
Atau... dapatkah engkau beranjak?

"Sekalipun gunung-gunung dapat beranjak
Dari pijakannya
Kasih Setia-Nya tak akan beranjak
Selama kaki berjejak"

Sunday, August 17, 2008

The Winner

Sebelum memasuki semester baru di Seminari Alkitab Asia Tenggara tahun 2008 ini, kami memulai hari dengan mengikuti seminar mengenai "The ultimate of God Desire", yang dipimpin oleh dokter Andi Wijaya. Dr. Andi Wijaya ini merupakan seorang seksolog Kristen yang sering menampakkan buah pikirannya di beberapa koran dan majalah. Dan ia dipakai Tuhan secara luar biasa di bidangnya.


Malam itu adalah sebuah malam yang luar biasa. Dengan berkobar-kobar, Dr. Andi menyatakan dengan jelas bagaimana Tuhan menginginkan kita, manusia sebagai ciptaan-Nya, untuk boleh memiliki relasi yang intim; Keintiman bak seorang suami yang hendak menjemput sang mempelai ke dalam dekapannya. Caranya merajut seminar yang menkoalisi ilmu kedokteranya dengan Firman Tuhan sungguh mengesankan. Seminar yang berlangsung selama sekitar 3 jam (dibagi 2 sesi) itu sungguh menjadi berkat bagi saya. Dan tentu juga bagi teman-teman, (terlihat dari isakan tangis yang terdengar di akhir seminar itu).


Bukan hanya ilmu kedokteran yang didapati, namun juga kebenaran Firman Tuhan yang diterapkan melalui ilmu tersebut. Jujur, banyak hal yang membuka wawasanku tentang kehidupan ini. Satu hal yang paling berkesan (bagi saya) dari beberapa hal yang mengesankan ialah mengenai permulaan kehidupan manusia.
Dr. Andi mengatakan bahwa (maaf jika tidak sesuai dengan apa yang diseminarkan) ketika sperma lelaki ditumpahkan ke dalam tubuh perempuan, itu tidaklah langsung menyebabkan kehamilan. Ada proses ajaib yang terjadi. Prosesnya begini: Ratusan sperma (bahkan ratusan juta) berlomba-lomba untuk mencapai kepada sel telur dalam saluran tuba di tubuh wanita. Dari ribuan sperma itu, hanya beberapa yang dapat menempel di rahim lapisan luar sel telur tersebut. Lalu dari beberapa itu hanya satu sperma yang terpilih saja yang dapat menyatu dengan sel telur, dan kemudian membuahkan sebuah kehidupan. Dalam sebuah film ditayangkan bagaimana kehidupan itu terajut perlahan, bermula dari detak jantung yang hari demi hari menganyam sesosok tubuh yang mungil, berharga dan ajaib.

Sembari terkagum dengan proses kehidupan manusia, tiba-tiba Dr. Andi memberi satu statement yang menyentuh palung hatiku. Ia mengatakan bahwa "Kita ini adalah umat pemenang. Sejak semula, dari ribuan benih yang ada, Tuhan hanya memilih satu benih yang ditakdirkan untuk menjadi pemenang. Dan pemenang itulah yang diijinkan untuk menjalani kehidupan. Jadi jangan ada orang yang pernah putus asa dengan menganggap dirinya tidak berharga. Sebab jika ia bisa hidup, itu dikarenakan karena ia adalah seorang pemenang."


Tanpa sadar, air mataku yang tertidur, dibangunkan kembali. Karena malam itu saya mendapat kekuatan bahwa saya adalah seorang pemenang yang berharga bagi Allah. Begitu berharganya sehingga Ia mau memberikan Anak-Nya yang tunggal, untuk hidupku, hidupmu, dan semua orang yang berdosa.

Sungguh sebuah seminar yang indah. Seminar itu mengawali semester ini secara luar biasa, dengan menawarkan kekuatan yang terkandung dalam kebenaran Firman Tuhan.

Thanks God, cause you created me so perfectly.

Friday, August 08, 2008

Ikan Gumpal Balon


Di perairan dekat Pulau Hokkaido sebelah utara Jepang barusan ini ditemukan spesies ikan yang lucu. Ikan itu bentuknya bulat, warnanya cerah, mukanya juga bulat seperti Doraemon. Oleh karena itu ikan itu diberi nama ikan Gumpal Balon (Eumicrotemus Pacificus).


Yang menarik, di bawah perut ikan ini terdapat piringan isap, yang sering digunakan untuk menempel. Agar tidak hanyut oleh arus kuat laut, ikan lucu ini biasanya menempel di sebuah karang yang keras. Ikan ini tampak kecil dan lemah, sehingga mereka tidak mungkin mampu melawan arus yang besar itu dengan usaha mereka. Yang mereka lakukan hanyalah menempel dan bertahan.


****

Di daratan dan pulau dekat perairan seluruh bumi ini juga ditemukan mahluk kecil dan lemah yang bernama Manusia (Antropus Kosmosicus, J ). Spesies ini sepertinya spesies yang paling sempurna. Mereka memiliki dua tangan, dua mata, dua kaki, dua telinga, hidung dan mulut. Mereka bisa berbicara, bercanda, menangis dan berpikir. Oleh karena itu mereka diberi nama manusia.


Tak kalah menarik, di dalam mereka juga terdapat piringan isap dalam hatinya, yang berfungsi untuk menempel pada Pencipta-Nya yang MahaKuasa itu, ketika melewati arus kuat badai. Piringan Isap itu berguna untuk bertahan agar mereka tidak hanyut oleh arus dunia ini.


Tapi sayangnya, spesies jenis ini tidak terlalu suka menggunakan piringan itu. Mereka lebih suka berenang dengan kekuatan sendiri menghadapi kuat arus dunia. Mereka pikir kuat arus dunia itu hanya dibatasi oleh apa yang namanya penderitaan. Padahal dikatakan bahwa waktu-waktu ini adalah waktu yang jahat; ini berarti mereka selalu berada dalam arus badai yang kuat, yang siap menghanyutkan mereka. Tapi sekali lagi sayang, mereka menyia-nyiakan piringan isap itu.


Bagi mereka yang suka menempel pada Batu Karang yang MahaKuasa itu, mereka akan bertahan dan terus bertahan. Sebab Batu Karang itu melindunginya. Tetapi mereka yang berjuang sendiri, akan terus hanyut mengikuti arus, dan akhirnya akan celaka oleh gelombang ganas arus dunia.


So Bagaimana keputusanmu?


Mazmur 73:28a "Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah"

Monday, August 04, 2008

Senja















Hari sudah semakin senja

Mentari mulai mengantuk

Merangkak dalam kegelapan

Melewati segala kesibukan


Sia-siakah pagimu?

Percumakah siangmu?

Apa yang kau perbuat

Hanya peluh yang berkeluh


Berjalan sendirikah engkau?

Sejak dini hari?

Sampai kehangatan mentari siang?

Kemana saja dirimu?


Sadarlah wai manusia

Hari akan berakhir

Matamu akan tertutup rapat

Mengakhiri kelam hidup


Engkau akan berbaring

Seorang diri

Dalam kekeringan

Bimbang tak terperi


Masih ada waktu

Sebab masi senja sekarang

Berbalik dan carilah....

Pencipta hari hidupmu


Dalam pembaringan

Di telapak tangan-Nya

Engkau akan tersenyum

Jiwamupun kan lega

Wednesday, July 30, 2008

AJAKAN SANG JURUSELAMAT (Mat. 11:25-29)

Hidup ini menuntut pengetahuan yang tinggi. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka ia akan semakin dihargai dan dihormati. Seseorang yang berpengetahuan rendah harus siap-siap ditelan rimba pengetahuan itu sendiri. Ya hukum rimba sudah tejadi dalam dunia ilmu pengetahuan.

Berbicara mengenai pengetahuan, dunia kita ini dipenuhi oleh empat jenis orang: (1) Orang yang merasa diri tahu dan memang ia tahu. Tipe ini adalah tipe orang yang objektif dalam pemahaman akan dirinya. Dia merasa mengetahui sesuatu hal, dan memang ia tahu. (2) Orang yang merasa diri tidak tahu dan memang ia tidak tahu. Orang jenis ini saya katakan adalah orang yang tahu diri. Dua tipe di atas ini menurut saya adalah tipe orang-orang yang bisa mengenali dirinya. Tetapi ada 2 tipe lagi yang menurut saya adalah tipe yang kurang baik. (3) Orang yang merasa diri tidak tahu, padahal ia tahu. Ini adalah jenis orang yang minder dan rendah diri. Sebenarnya mungkin ia mengetahui banyak, tetapi karena kurangnya keyakinan dan rasa percaya diri, maka ia menganggap dirinya bodoh dan tidak mengetahui sesuatu itu. Dan jenis orang yang paling parah (menurut saya) adalah: (4) orang yang merasa diri tahu, padahal dia tidak tahu. (sok tahu) Ia menganggap dirinya pandai, padahal ia bodoh. Ia congkak akan pengetahuannya namun di dalam ketidaktahuannya.

Sayang sekali, dunia kita ini dipenuhi orang-orang jenis yang ke-4 ini. Bukan saja orang-orang non-kristen, orang Kristen pun bertaburan orang-orang jenis ini. Bukan hanya orang awam, lebih dalam lagi; para pendeta dan hamba-hamba Tuhanpun banyak yang STh (sok tahu).


Dalam perikop Matius 11:25-29, Tuhan yang Mahatahu itu memberitahukan kepada kita hal-hal yang harus kita ketahui sebagai anak-anak Tuhan. Ada dua hal yang harus kita ketahui, yang dikemas dalam ajakan-Nya kepada orang banyak. Ajakan itu merupakan ajakan dari Juruselamat yang bersifat implisit dan eksplisit.


Ajakan Menjadi Orang Kecil


25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.

26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.


“. . . .Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai. . . .”. Apa yang di sebunyikan? Jika kita melihat perikop sebelumnya, Tuhan Yesus sedang berbicara tentang penghukuman kepada orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya dan menolak Dia. Mereka tidak akan mendapat keselamatan dan tidak akan masuk kedalam kerajaan Allah.


Kerajaan Allah ini disembunyikan “bagi orang bijak dan orang pandai”. Siapakah yang dimaksud dengan orang bijak dan orang pandai ini? Orang bijak dan orang pandai seringkali mengacu kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka adalah orang-orang yang di anggap bijak dan pandai oleh masyarakat. Mereka banyak mengambil keputusan-keputusan dan kebijakan. Mereka dikagumi dan dijunjung tinggi serta merupakan kalangan papan atas di masyarakat Yahudi. Bukan hanya masyarakat, mereka sendiri pun menganggap diri mereka pandai dan bijak. Mereka merasa diri mereka sudah mengetahui akan kebenaran tentang keselamatan, dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri dalam ketaatan menjalankan hukum. Mereka pikir, dengan usaha mereka melakukan hukum Taurat maka mereka dapat memperoleh kerajaan Allah itu. Hal itu membuat mereka congkak, angkuh, merasa diri paling benar bahkan mengangkat diri mereka setara dengan Mesias. Tidak heran jika mereka jadinya suka menghakimi dan menghukum, tetapi tiada kasih dan kepedulian sama sekali. Mereka ini adalah tipe jenis orang ke-4; yang merasa diri tahu padahal tidak tahu sama sekali. Mereka adalah jenis orang-orang yang sok tahu dan congkak.


Namun kenyataannya, kepada mereka inilah kerajaan Allah disembunyikan. Hal itu disembunyikan oleh kecongkakan mereka sendiri. Pengandalan akan diri sendiri menutup rapat hati mereka untuk mengetahui kebenaran yang sejati. Perasaan tahu mereka membuat mereka tidak tahu apa-apa. Perasaan mereka sudah tumpul. Mereka tidak menyadari keterbatasannya dan kebutuhan mereka akan Juru selamat. Mereka lebih memilih untuk mengandalkan usaha mereka melakukan hukum Taurat. Orang-orang tipe seperti ini adalah orang-orang yang dibenci oleh Tuhan Yesus.


Sebaliknya, hal kerajaan Allah tersebut dinyatakan kepada orang-orang kecil. Siapakah orang-orang kecil ini? Orang kecil adalah orang-orang berdosa yang menyadari akan ketidaklayakannya dan ketidak mampuannya untuk mencapai kerajaan Allah. Orang kecil ini adalah orang yang mengandalkan kekuatan Allah sepenuhnya. Orang kecil itu seperti perempuan kafir yang rela dianggap anjing demi keselamatan anaknya. Orang kecil itu seperti orang-orang yang cacat secara fisik, di jauhi masyarakat, namun ia tetap berjuang menemui Tuhan sambil berteriak “Tuhan tolong!”. Orang kecil itu seperti panglima yang menyadari bahwa dirinyanya hanyalah bawahan. Orang kecil itu seperti orang-orang yang mengalami kelaparan dan haus demi mengikuti Yesus. Orang kecil itu seperti orang sakit yang berkata “Aku Percaya”. Orang kecil ini adalah orang-orang yang membutuhkan belas kasihan Tuhan. Orang kecil ini adalah orang-orang yang menyadari bahwa dirinya hanyalah setitik debu yang rentan serentan kapas di dunia ini, dan membutuhkan pencipta debu dan kapas tersebut. Kepada orang-orang kecil inilah Tuhan berkata “Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.”


Ajakan untuk menjadi orang kecil ini adalah ajakan yang bersifat implisit. Tuhan Yesus mengajak kita untuk menjadi orang kecil, karena kerajaan Allah akan dinyatakan kepada orang-orang kecil ini.


Ajakan Untuk Datang Kepada-Nya


28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."


Namun, Tuhan Yesus tidak hanya mengajak kita untuk menjadi orang kecil yang menyadari akan kerentanan hidup dan keterbatasan diri; sebab jika hanya sampai di sana, kita hanya akan merasa kecil, lemah, tak berdaya serta tidak berpengharapan. Tetapi Tuhan Yesus juga mengajak orang-orang kecil ini untuk datang kepada-Nya. Ajakan ini bersifat eksplisit. Tuhan mengundang semua “orang kecil” yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya agar Ia memberikan kelegaan kepada kita semua. Hanya yang Maha kuasa dan Maha kasih lah yang dapat memberikan kepada kita kelegaan yang sejati. Kelegaan itulah yang akan menyegarkan, menenangkan, menghibur dan menguatkan kita. Sama seperti penggambaran yang ada dalam Mazmur 23 yang mengatakan TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”


Namun bukan berarti kita akan lepas dari segala kekusutan dan kegalauan hidup ini. Bukan juga beban kita hilang musnah, lenyap ditelan bumi. Namun Tuhan akan mengganti “kuk” kita dengan “kuk” yang baru. Di mana dikatakan bahwa kuk / beban yang dipasang-Nya itu enak dan ringan. Ketika Tuhan memberi beban kepada kita, tidaklah sekali-kali Ia membiarkan kita jatuh tergeletak. Tetapi Ia akan menopang segala beban kehidupan kita bersama-sama dengan-Nya. Tangan-Nya tidaklah kurang panjang untuk menolong kita. Tuhan akan memberikan ketenangan di tengah penderitaan, kedamaian di tengah kekacauan dan harapan ditengah keputusasaan hidup. Sembari memikul kuk, sembari juga belajar kepada-Nya yang lemah lembut dan rendah hati, bak seorang anak belajar dari ibunya, maka kita akan mendapatkan kelegaan.


Kawan, Tuhan mengajak kita untuk datang kepada-Nya. Janganlah kita mengandalkan kekuatan diri sendiri. Kita ini hanya orang-orang kecil yang membutuhkan Tuhan. Datanglah kepada-Nya segera, ia akan memberikan kepadamu kelegaan yang sejati. Sebuah kelegaan yang mungkin tak pernah terpintas di benakmu, namun kelegaan itu akan begitu nyaman dalam hatimu. GBu