Tuesday, February 24, 2009

Ilahi



Ya Bapa....
Aku tahu....
Keilahianku begitu tinggi
Namun tidak keIlahian-MU
Ku mengangkat wajahku
Karena ilahi menurut hemat saya
Namun sayangnya....
itu bukan karena Ilahi-Mu
Kusenang mengikuti tawaran dunia
Yang dipenuhi oleh ilah-ilah kotor
agar aku menjadi ilah juga

Ampuni aku Tuhan
Penuhi aku dengan Ilahi-Mu
Ilahi-Mu yang rendah hati
Lembut dan tak angkuh
Agar ilahiku terikat tak berkutik
Sehinggga ku mengenal
Ilahi-Mu yang menakjubkan
Dan mengobarkan jiwa
Amin

Friday, February 06, 2009

Melibatkan Tuhan dalam Keputusan Hidupmu 2 (Kej. 19:30-38)



Saudara, Tindakan incest dari dulu bukanlah tindakan yang wajar. Menurut budaya timur dekat kuno, hubungan incest itu merupakan suatu pelanggaran. PL juga menghukum segala bentuk dari perjinahan sesama saudara dengan kematian (im 20:12). Hukum Hamurabi juga menentang, dituliskan “if a man should carnally know his daughter, they shall banish that man from the city”. Bukankah tidak adil jika kita melihat peristiwa yang serupa yang dialami Ham dan Nuh. Ketika Nuh mabuk, lalu Ham melihat aurat ayahnya, dan karena perbuatannya itu ia harus mendapat kutukan. Seharusnya tindakan anak-anak Lot yang bejat ini juga harus dihukum.

Dan sebuah ironi juga kalau kita perhatikan, dimana Allah menghancur luluhkan kota Sodom karena bejatnya moral yang mereka miliki. Namun Allah tidak menghukum kedua anak Lot sama sekali karena kebejatan moral mereka.

Lantas, mengapa ia tidak mendapat hukuman? Jawabannya dapat kita lihat dalam Kej 19:16 “,,,,Sebab Tuhan hendak mengasihani Lot”. Kemurahan Tuhan lah yang mengijinkan Lot dapat bertahan hidup, bahkan sampai memiliki keturunan yang besar, yaitu Moab dan Amon. Keturunan Lotpun dilindungi Tuhan. Dalam Ulangan 2:9,19 Tuhan memerintahkan umat Israel untuk tidak memerangi mereka. Bahkan dari keturunanya itu akan datang seorang juruselamat. Allah memberi kemurahannya kepada Lot. KemurahanNya diberikan tanpa syarat kepada siapa saja yang Ia kehendaki, tanpa memandang kesalahan-kesalahan yang orang itu perbuat.

Saudara, waktu semester 4 lalu saya pernah mengalami pergumulan yang berat. Begitu beratnya sampai saya berpikir untuk keluar dari SAAT. Saya merasa diri hina dan tidak pantas ada disini. Apalagi waktu itu, sahabat saya ko Helmi juga bergumul untuk berhenti karena ada masalah keluarga. Saya sedih sekali. Saya berkata kepada Tuhan “Tuhan, ko Helmi orang yang baik, pandai, dan mencintai Tuhan. Seharusnya sayalah yang harus keluar, bukan dia”. Berminggu-2 saya bergumul untuk keluar dari tempat ini. Namun ditengah pergumulan saya, tiba-2 mama saya menelepon dan bertanya “dek, kamu dapet praktek di mana?” “Di pedalaman Kal-Tim ma” saya menjawab. “hah kok gak di gereja kota besar sih?” mama saya agak kecewa. Lalu saya menjawab “gak pa pa lah ma, justru ini kesempatan istimewa, tidak semua orang dapat kesempatan ini, gereja toh kapan-kapan juga bisa”. Tiba-tiba mama saya berkata “kamu memang dipilih Tuhan. Dek, kamu tau gak, waktu mengandung kamu, mama mau menggugurkan kamu. Mama lagi stress waktu itu, jadi mama suruh orang pijet kandungan mama, makan nanas muda, kerja keras, dan minum obat-obatan. Namun suster bilang kalau bayimu terlalu kuat, gak bisa di gugurkan. Tiba-tiba ada teman mama nyeletuk: kalau sampai bayi ini lahir, bayi ini pasti cacat.” Mama saya tertegur dan berdoa “Tuhan, ampuni kelakuan saya, jika Engkau mau titipkan bayi ini kepada saya, saya terima, tapi tolong jangan sampai bayi ini cacat”. Setiap malam mama saya berdoa dan Tuhan mengabulkan doa mama. Lalu mama saya berkata kepada saya “kamu memang dipilih Tuhan”. Hari itu saya menangis, karena jelas bahwa Tuhan masih mau memakai saya. Meski saya tidak layak, Tuhan masih memandang saya. Hari itu 1 hal yang kuketahui, jika saya ada di sini sekarang, itu semua hanya karena kemurahan Tuhan.

Saudara, jika saudara masih hidup saat ini, itu jelas karena kemurahan Tuhan. Bukankah kita seringkali seperti Lot. Mengambil keputusan berdasarkan hikmat dan kekuatan sendiri. Kita jarang melibatkan Tuhan yang kita rasa begitu abstrak dalam hidup kita, dan akhirnya kita salah dalam keputusan-keputusan itu. Seharusnya kita sudah tidak layak dihadapan Tuhan. Namun sebagaimana Tuhan memberikan kemurahan kepada Lot, demikian pula, jika kita masih diberi kesempatan untuk melayani Dia, itu adalah kemurahan yang terbesar bagi kita.

Saudara, jangan sia-siakan kemurahan Tuhan itu. Kembalilah memiliki hubungan yang intim denganNya. Libatkanlah Tuhan dalam setiap keputusan hidupmu. Bergeraklah bersamaNya. Ingat! Keputusan kita dapat menghancurkan hidup kita sendiri. Biarkan Ia dengan lapang mengarahkan sejarah kehidupanmu. Biarlah sejarah hidupmu boleh menjadi sejarah yang indah penuh makna, karena ada Bapa yang terlibat dalam setiap keputusanmu. Amin.

Melibatkan Tuhan dalam Keputusan Hidupmu 1 (Kej. 19:30-38)



Saudara, Ada statement yang mengatakan bahwa “Sejarah manusia dibentuk oleh orang-orang yang mengambil keputusan”. Apa artinya?? Ini berarti sumber sejarah adalah keputusan. Setiap keputusan dapat mempengaruhi sejarah kehidupan dunia ini. Misalnya: ibu Teresa. Keputusannya untuk pergi ke India berhasil mengubah sejarah India, bahkan dunia. Paling tidak setiap keputusan yang kita ambil dapat berdampak besar bagi sejarah kehidupan kita sendiri. Bahkan keputusan-keputusan terkecil sekalipun dapat berdampak besar dan turut menciptakan sejarah. Saudara, jika keputusan-keputusan yang kita buat sedemikian berpengaruh dan sedemikian pentingnya, tidakkah kita harus berhati-hati dalam mengambil keputusan? Walaupun kita sudah berhati-hati pun kita tetap dapat salah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu sebagai umat Kristiani, langkah yang paling tepat dalam mengambil keputusan ialah kita harus melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan kita.

Saudara, tentu masih teringat jelas dibenak kita, jeritan dan rintihan yang terjadi pada tanggal 26 des 04 di Aceh. Malam itu teman saya menelepon saya. Sembari menangis dia meminta tolong agar saya mendoakan keluarganya. Orang tuanya hilang, keluarganya banyak yang meninggal. Harta bendanya ludes. Orang yang hidup disana seakan sedang menghadapi hari kiamat. Tidak ada pengharapan lagi. Masa depan hancur berantakan. Untuk memulai kembali terasa begitu berat.
Saudara, mungkin itu juga yang dirasakan oleh Lot dalam kisah ini. Kota tempatnya tinggal dihancurluluhkan. Relasinya dan sahabat-2nya dibinasakan. Harta bendanya ludes. Bahkan istrinya menjadi tiang garam. Lot seakan tidak ada pengharapan lagi. Masa depannya hancur berantakan. Wajar saja jika Lot begitu tertekan, sehingga ia memilih untuk tinggal di gua yang biasanya digunakan sebagai kuburan pada waktu itu. Ini menunjukkan bahwa Lot mengalami depresi berat, sehingga ia membiarkan dirinya dalam keadaan mabuk ketika anak-anaknya menawarkan anggur kepadanya. Saya pikir ia pasti meneguk banyak anggur. Sebab menurut Arkeologi, daerah Moab merupakan daerah yang sangat kaya akan anggur.

Lalu jika kita membandingkan peristiwa Lot dan Tsunami Aceh, kita mungkin dapat memaklumi akan insident mabuknya Lot dan hubungan insestnya dengan kedua anaknya. Yah wajar ia begitu, dia kan lagi stres! Apalagi dalam tradisi Kristen, Lot dipuja-puja sebagai orang suci. Bahkan dalam 2 Pet 2:7 Petrus menuliskan bahwa Lot itu sebagai orang yang benar di zamannya. Lot seakan mendapat pemakluman dari peristiwa memalukan antara hubungannya dengan anak-anaknya. Namun sebenarnya Lot telah melakukan satu kesalahan. Kesalahan utama yang Lot lakukan ialah: Tidak pernah melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan-keputusannya.

Saudara, Alkitab seringkali membandingkan 2 tokoh, dimana tokoh yang satu biasanya lebih berkenan daripada satunya lagi, mis: Esau-Yakub, Kain-Habel, Daud-Saul, Ishak – Ismael, dsb. Tokoh Lot pun seringkali dikomparasikan dengan Abraham.

Ada beberapa perbedaan yang mencolok dalam diri mereka. Abraham merupakan orang asing di kanaan, dan ia menjadi orang yang berpengaruh. Lot juga orang asing di sodom, namun ia tidak memberikan pengaruh apa-apa (bahkan kepada istri dan anaknya). Mengapa ini terjadi? Kerena Lot suka mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan Tuhan. Tentu kita masih ingat ketika Lot mengadakan kesepakatan dengan Abraham sewaktu pekerja mereka bertengkar, Tanpa pikir panjang Lot langsung memilih tempat yang rupanya seperti taman Tuhan, yaitu sodom. Lot lebih memilih kenikmatan dunia yang tampak mata. Lot bergerak tanpa Tuhan. Sedangkan Abraham bergerak dengan Tuhan, Abraham selalu pergi berdasarkan kehendak dan perintah Tuhan. Jika kita perhatikan lagi di pasal 19:17, waktu malaikat menyuruh Lot dan keluarganya lari ke pegunungan. Namun Lot mengajukan keputusannya sendiri dengan memilih untuk tinggal di Zoar (19:20). Malaikat itu pun mengijinkan akan keputusan Lot bahkan memberi janji keamanan. Namun seakan tidak percaya dengan perkataan malaikat itu, Lot kembali pergi kegunungan karena takut (ay.30). Disini kita menemukan bahwa Lot selalu menjadi pengambil keputusan. Ia tak pernah melibatkan Tuhan.

Akibatnya keputusan Lot mulanya untuk memilih Sodom sebagai tempat tinggal itu berakibat besar untuk keluarganya. Saudara, dalam bukunya Politea & Nomoi, Plato pernah mengatakan bahwa etika dan negara itu berkaitan erat. Ia mengatakan bahwa kehidupan yang baik didapatkan dalam sebuah negara yang baik. Dalam negara yang buruk, warganya tidak dapat memiliki kehidupan yang baik. Saudara, hal ini dapat diterapkan dalam keluarga Lot. Sodom merupakan sebuah kota yang mewah yang merupakan representasi suatu kehidupan yang tanpa Tuhan. Yehezkiel menuliskan bahwa kota Sodom dipenuhi dengan kecongkakkan, hidup berlimpah dan kesenangan dunia ada padanya. Homoseks, seks bebas, hedonis dsb. Hidup seperti ini sangatlah mempengaruhi masyarakat. Tentu saja jiwa kota Sodom (yang sudah dihancurkan itu), juga tertanam di keluarga Lot. Lot pernah menawarkan anak-2nya untuk diperkosa oleh orang-2 Sodom. Istri Lot menjadi tiang garam karena ketidak relaannya meninggalkan kenikmatan-2nya. Anak-anak Lot, melakukan tindakan incest. Moral keluarga Lot rusak. Berbeda dengan keturunan Abraham yang diberkati. Penyebabnya utamanya sekali lagi ialah: Lot tidak melibatkan Tuhan dalam keputusan-2 hidupnya. Saudara, seorang yang hidup dekat dengan Tuhan, seharusnya ia senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap keputusannya.

Martin Luther merupakan seorang tokoh reformasi yang berjuang mati-matian dalam menegakkan kebenaran. Ditengah kesibukannya ia pernah berkata “karena semakin hari saya bertambah sibuk, maka saya membutuhkan waktu doa selama 3 jam”. Saudara, biasanya orang-orang jika semakin sibuk semakin lupa untuk berdoa. Namun Luther menyadari, bahwa semakin banyak kesibukan dan keputusan yang harus di ambil, semakin banyak ia harus bergantung dan berserah kepada Tuhan. Luther menyadari ia tidak dapat berjalan tanpa Tuhan. Ia harus melibatkan Tuhan.

Saudara bagaimana dengan kita, banyak keputusan yang harus kita buat dalam kehidupan ini. Keputusan masa depan, bekerja dimana, mau jadi apa, menikah atau tidak, kapan menikah, dengan siapa, dll. Saudara, sudahkah kita melibatkan Tuhan dalam keputusan kita? Sudahkah kita mengijinkan Tuhan untuk mengarahkan setiap keputusan yang kita pilih? Sudahkah kita merendakan hati untuk mendengar bisikan Tuhan? Atau kita malah menutup telinga kita kepada kehendak Tuhan, dan mulai memutuskan segala sesuatu berdasarkan pikiran kita? Atau mungkin kita lebih senang memilih “Sodom-sodom” dalam keputusan kita? Lebih mencintai kenikmatan dan kesenangan dunia, daripada memikirkan kehendak Tuhan.

Saudara, Sebenarnya orang yang tidak melibatkan Tuhan itu seperti seorang anak dan ayah yang sedang berjalan bersama, yang kemudian memutuskan untuk melepaskan pegangan tangan ayahnya. Akhirnya ia tersesat dan kehilangan arah. Saudara, tidak melibatkan Tuhan berarti kita memilih jalan yang berpotensi menghancurkan kehidupan kita. Hidup kita akan hancur tanpa Tuhan. Namun puji syukur kepada Allah, karena kemurahan Tuhan yang besar bagi kita, maka ia tidak akan membiarkan hidup kita hancur begitu saja. Itulah yang Lot alami.... (to be continiu