Tuesday, February 23, 2010

KEMAH SUCI (2): MIKROKOSMOS PENCIPTAAN



Memahami doktrin penciptaan merupakan suatu pembelajaran yang penting dalam berteologi. Pemahaman mengenai penciptaan merupakan sebuah landasan dasar sebelum memahami teologi-teologi lainnya. Melalui penciptaan, kita baru dapat memaknai konsep kejatuhan manusia, konsep keselamatan, serta konsep eskatologi. Melalui penciptaan, kita juga dapat mengenal akan pribadi Allah, Kristus, dan Roh Kudus beserta dengan karya-karya-Nya. Penciptaan ini juga menjadi bagian penting dari iman gereja (bisa kita lihat dari Pengakuan Iman Rasuli). Bisa dikatakan kehidupan manusia sepanjang sejarah berkaitan dengan penciptaan. Mungkin jika disusun ordonya demikian: Penciptaan yang baik oleh Allah – Kejatuhan ciptaan – Kerusakan ciptaan – Penebusan ciptaan – Pemulihan dan pengudusan ciptaan – Kesempurnaan ciptaan kembali. Oleh sebab itu, dalam pergelutan kehidupan ini, kita harus berefleksi dari visi penciptaan semula yang telah disiapkan oleh Allah.


Keberadaan kemah suci selain merupakan lambang kehadiran Allah, sebenarnya juga merupakan miniatur dari penciptaan atau mikrokosmos penciptaan. Beberapa poin yang mendukung pernyataan di atas antara lain:


- Terdapat pola yang sama. Dalam Kejadian 1 setiap penciptaan di mulai dengan kalimat “berfirmanlah Allah:.” Dalam perintah pendirian kemah suci dan setiap perabotnya terdengung kalimat “Berfirmanlah Tuhan kepada musa:” sebanyak 7 kali dalam Keluaran 25-31.

- Di hari ke-7 dalam penciptaan Allah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan. Firman Tuhan yang terakhir / yang ke-7 (7 melambangkan hari penciptaan) kepada Musa juga mengenai peringatan untuk menguduskan hari sabat (hari perhentian) dalam Keluaran 31:12.

- Semua ciptaan dalam Kejadian di pandang sebagai sesuatu yang baik (mis: Kej. 1:10b,12b). Penggunaan bahan-bahan untuk kemah suci juga merupakan bahan yang terbaik, yang mencerminkan kemuliaan dan keagungan serta kesempurnaan dari penciptaan dunia.

- Ada beberapa penggunaan kata-kata yang sama dalam kedua peristiwa ini (sperti klh dalam Kej. 2:2 dengan Kel. 29:32)

- Memiliki tujuan yang serupa, agar Allah dapat berintimasi dengan manusia.

- Musa memeriksa pekerjaan kemah suci dan melihat (r’h) bahwa Israel telah mengerjakan semuanya dengan baik. Ini merupakan alusi dari peristiwa penciptaan ketika Allah memeriksa dan melihat (r’h) citaan-Nya baik (Kej. 1:31).

- Musa memberkati (brk) umat setelah menyelesaikan pekerjaan kemah suci seperti Allah memberkati (brk) ciptaan-Nya.


Dalam dua perbandingan ini terdapat beberapa point. Pertama, Penciptaan harus berjalan sesuai dengan Firman Allah. Tujuan penciptaan itu tidak lain agar manusia dapat berintimasi dengan Allah. Kedua, manusia harus menghormati Allah (sejalan dengan perintah untuk menjalankan Sabat). Salah satunya dengan cara menjaga kekudusan hidup (seperti kesempurnaan ciptaan dan kekudusan perabotan bait suci), karena Allah mengkehendaki kesempurnaan dalam penciptaannya.


Dalam 2 Korintus 5:17 Paulus mengatakan “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Semua orang yang percaya kepada Kristus merupakan ciptaan baru. Sebagai ciptaan baru tentu Allah menginginkan visi ciptaan semula dapat terjadi. Pertanyaannya bagi kita ialah: Apakah kita sudah menyadari bahwa kita adalah ciptaan baru yang harus berintimasi dengan-Nya? Sudahkah kita sebagai ciptaan baru menghormati Allah yang sudah menciptakan dan menyelamatkan kita? Sudahkah kita menjaga kekudusan hidup ini? Jika tidak ada perkembangan dalam proses pengudusan kita, layakkah kita disebut sebagai ciptaan baru? Mari sebagai ciptaan baru kita memuliakan Allah kita dan terus berelasi dengan Dia.

Monday, February 15, 2010

Kemah Suci (1): Pembawa Sukacita



Merayakan imlek merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang-orang Tionghoa. Bukan sekedar karena menerima uang (sebab merekapun harus memberi kepada orang lain), tetapi karena terciptanya suasana kekeluargaan yang erat. Malam sebelum imlek biasanya keluarga besar dari berbagai generasi berkumpul bersama untuk menyantap beberapa menu makanan yang beragam. Semua orang dewasa berhenti dari pekerjaannya, membekukan sejenak perusahaannya, dan melupakan sekilas masalah perhutangannya. Sedang anak-anak kecil mengenakan pakaian yang bagus, berlari-lari dalam rumah seraya bermain bersama teman sebayanya. Keesokan hari semua orang melakukan pai nien, yaitu acara mengunjungi kerabat-kerabat atau keluarga sepupu untuk memberikan ucapan selamat tahun baru, sembari melahap beberapa hidangan kecil. Pada waktu itulah tradisi menerima dan memberi angpau dilakukan. Perayaan seperti ini sangat melarutkan orang-orang Tionghoa dalam perasaan bahagia.


Salah satu desa di negeri tirai bambu (saya lupa namanya) merasakan kebahagiaan tersendiri dalam merayakan imlek kemarin. Selain merasakan hangatnya keluarga, desa kecil itu dikunjungi oleh presiden Hu Jintau, orang nomor satu di China. Kata papa saya (yang suka mengarahkan antena parabolanya ke siaran China), Presiden Hu selalu mengunjungi kerumah-rumah rakyat kecil setiap imlek. Ia selalu pergi tanpa pengawalan yang ketat agar dapat erat dengan rakyatnya. Presiden Hu membumi bersama masyarakat yang dicintainya untuk menghayati kehidupan rakyatnya. Tanggal 14 Februari kemarin ia menghampiri sebuah rumah sederhana, lalu membuat adonan kue bersama, bahkan mengikuti acara tarian adat yang ada di desa tersebut. Tentu saja perasaan bahagia tak dapat disembunyikan oleh masyarakat di desa itu (apalagi rakyat yang rumahnya dikunjungi). Senyum yang mengembang terus tampak dilayar televisi seakan tidak ada hari sebahagia hari itu. Mungkin perasaan mereka bercampur aduk. Ada perasaan suatu kehormatan tapi juga merasa tidak layak, merasa senang tapi juga tegang, merasa bangga tapi juga merasa malu dan takut. Tapi saya yakin semua perasaan itu dapat disimpulkan dalam satu bahasa, “bahagia!”. Mereka bahagia karena pimpinan mereka mau hadir di tengah-tengah mereka.


Umat Israel, juga pernah di datangi oleh pemimpin tertinggi mereka. Bukan manusia, bukan pula malaikat, melainkan Allah sendiri. Ya! Allah yang menuntun kehidupan mereka selama ini mau menghampiri umat Israel. Kehadiran-Nya nyata dalam eksistensi kemah suci. Sepertinya keberadaan kemah suci cukup penting, sehingga Musa memberi porsi 13 dari 40 pasal yang berbicara mengenainya. Tentu saja bukan inisiatif Musa sendiri, melainkan karena Allah yang berfirman kepadanya (Kel. 25:1), bahkan secara mendetail. Mengapa Allah menginginkan Musa mendirikan kemah suci? Apakah Allah ingin lebih disembah? Ataukah ada tujuan lain? Dalam Keluaran, satu-satunya tujuan pendirian kemah suci itu secara literal jelas ditunjukkan dalam pasal 25:8 “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Ya! Tujuan utama Allah memerintahkan Musa mendirikan kemah suci semata-mata agar Allah dapat diam di tengah-tengah umat-Nya. Sejak semula Allah sadar bahwa manusia tidak mampu diam dalam naungan-Nya, karena itu Ia diam ditengah-tengah mereka, sehingga umat-Nya boleh bernaung kepada-Nya. Kehadiran-Nya menjadi penolong bagi umat Israel untuk dapat mengenal-Nya lebih lagi. Kehadiran-Nya membawa umat Israel dapat lebih berintimasi dengan Dia yang transenden. Ini merupakan bentuk kerendahan hati, kasih, dan penyertaan dari Allah terhadap umat-Nya. Tentu saja umat Israel begitu bersukacita bak rakyat China yang didatangi oleh Presidennya tadi.


Dalam PB, kehadiran Allah ternyata lewat peristiwa inkarnasi Kristus. Yohanes 1:14 mengatakan “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.” Yesus hadir ditengah-tengah manusia untuk membawa damai, dan tentu saja agar Ia dapat berintimasi dengan manusia. Karena itu dunia bersorak-sorai menyambut-Nya. Kehadiran-Nya memperdamaikan manusia dengan Allah, dan membawa pengampunan dosa. Setelah Yesus naik ke Surga, Ia mengutus Roh Kudus (Yohanes 16:7). Roh Kudus itu diam ditengah-tengah manusia, untuk menginsafkan manusia dari dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh 16:8). Roh Kudus hadir juga untuk menyertai dan membimbing umat yang percaya kepada-Nya (Yo 14:16).


Dapat disimpulkan, sejak awal sampai saat ini (jam dan detik saudara membaca artikel ini) Allah hadir ditengah-tengah umat-Nya. Betapa seharusnya kita bersukacita dan bersyukur atas kehadiran-Nya. Kesadaran akan kehadiran-Nya seharusnya memotifasi kita untuk lebih mendekat dengan-Nya, mengasihi-Nya, menjaga kekudusan hidup, dan menggiring kita kepada sukacita yang sejati. Ya! Sukacita karena Ia yang transenden mau hadir ditengah-tengah kita. Bersukacitalah bersama-Nya. GOD WITH US.

Wednesday, February 10, 2010

PERSIDANGAN TANPA KATA


Kasus persidangan Antasari merupakan masalah yang sangat pelik. Terlihat dengan terpamernya kasus ini dalam headline beberapa surat kabar dalam jangka waktu yang cukup lama (hitungan bulan). Mantan ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) itu dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin untuk mendapat kan istrinya Rani. Selama ini ada dua kubu yang saling bersitegang memang, di mana masing-masing memaparkan alasan yang kuat dengan argumen yang pro dan kontra kasus tersebut. Masing-masing pihak menganggap diri benar dan menuduh pihak lain bersalah (dengan demikian salah satu dari mereka tentu ada yang berbohong). Ada yang mengatakan bahwa Antasari begitu bejatnya sehingga harus dihukum seberat-beratnya. Namun ada juga yang mengatakan bahwa itu hanya permainan politik dan konpirasi dari beberapa konglomerat yang terancam atas jayanya kinerja mantan ketua KPK tersebut. Sampai beberapa minggu yang lalu kasus ini masih terombang-ambing, sampai pembaca surat kabar ikut-ikutan bingung. “Walah, jelimet tenan toh, siopo sing bener sing salah gak roh wis, wes males ngikutin aku,” teman saya berkata.

Namun berita terakhir memaparkan wacana hukuman mati untuk Antasari. Tentu saja berita ini mengejutkan pihak-pihak yang pro tedakwa, sehingga pembelaanpun semakin gencar diungkapkan. Antasari dengan pembawaan yang tenang dan berwibawa terus menyatakan bahwa pihaknya tidak bersalah, semua tuduhan itu hanyalah kamuflase. Bahkan terakhir di layar televisi, Antasari membacakan sebuah pembelaan dalam bentuk pantun yang menggambarkan dirinya sebagai seorang gembala, yang terancam oleh terkaman harimau dan sengatan ular. Namun pada akhirnya gembala tersebut dapat meloloskan diri sedangkan harimau dan ular itu mati bersamaan. Berbagai bentuk pembelaan ini sebenarnya semakin menunjukkan kegalauan hatinya. Pembawaan yang bersahaja itu tidak dapat menutupi kebimbangan yang terkatakan lewat setiap pembelaannya. Tak heran ketika seorang rekannya melakukan dukungan terhadap dirinya di persidangan, ia menangis tersedu-sedu, dan berkali-kali melintangkan tangan di depan matanya yang mempertegas kegalauannya.

Rasa galau seperti ini memang selalu ada dalam persidangan (cont: Kasus Prita Vs Rs. Omni). Apa lagi jika tuntutan itu berujung pada hukuman mati. Masing-masing takut mengalami kekalahan dan menuai hukuman. Hampir tidak ada terdakwa yang tidak melakukan pembelaannya. Bahkan ketika seseorang jelas-jelas bersalah, orang itu tetap melakukan pembelaan.

Akan tetapi ada satu persidangan yang unik sepengetahuan saya. Kasus ini sama menghebohkannya dengan kasus Antasari (mungkin lebih heboh lagi). Berita persidangan sudah tersebar keseluruh negeri, sampai ke pelosok-pelosok sekalipun. Beberapa lembaran dilekatkan di tempat-tempat umum untuk menginformasikan masyarakat. Hanya dalam sekejap, berita persidangan ini menjadi headline dalam setiap surat kabar. Tentu saja banyak orang berkumpul ke tempat peristiwa setelah mendengar hal itu. Ya, itulah persidangan Yesus dari Nazaret. Yesus juga pernah diadili. Itulah pengadilan paling kontroversial yang terjadi kurang lebih 2000 tahun silam.

Kasusnya tidak kalah pelik! Yesus dituduh telah menghujat Allah dan memberitakan ajaran sesat, karena itu beberapa pihak Yahudi meminta hukuman mati dijalankan (sesuai dengan aturan hukum Yahudi). Pengajuan hukuman ini diserahkan kepada Pilatus yang menjadi hakim sekaligus wali negeri di Yudea. Tapi sayang sekali, di mata Pilatus Yesus tidak melakukan kesalahan apapun. Tuduhan tidak mampu menuduh, bukti tidak sanggup membuktikan. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi tentu tidak diam begitu saja. Mereka tetap memaksa Pilatus menghukum mati orang yang bernama Yesus tersebut. Segala alasan dikemukakan, dari masalah agama sampai ke masalah politik. POKOKNYA mati, tidak peduli salah atau tidak. Bahkan mereka memilih untuk membebaskan Barabas, seorang pemberontak besar pada saat itu (mungkin seperti membebaskan Amrozi cs). Padahal mungkin mereka sendiri yang menggeret Barabas untuk ditahan. Membingungkan! Pelik! Bukti masih abstrak tapi menginginkan hukuman yang konkrit. Keinginan akan hukuman mati seakan didorong oleh motif religi yang ada dibaliknya. Jangan-jangan mereka khawatir kalau anak tukang kayu tersebut akan menggeser posisi mereka.

Menariknya, tidak seperti terdakwa-terdakwa pada umumnya (spt. Antasari, Sokrates, dll), Yesus memilih untuk diam saja. Dia tidak membela diri, bahkan tidak ada argument yang menguatkan dirinya. Pilatus yang dikirimi surat oleh istrinya untuk tidak mengganggu Yesus terus berpikir untuk membebaskannya. Ia berkata kepada Yesus “Tidakkah kamu memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!” (Mark. 15:4). Pilatus sadar, jika Yesus menyatakan pembelaan diri yang kuat dan masuk akal (tidak seperti tuduhan-tuduhan yang tidak masuk akal itu), mungkin Yesus dapat dibebaskan karena pembelaan dari terdakwa sangat diperhitungkan pada waktu itu. Tetapi “Yesus sama sekali tidak menjawab sehingga Pilatus merasa heran” (Mark. 15:5).

Mengapa Yesus diam? Bukankah ada kesempatan untuk membela diri? Setidaknya memberikan penafsiran mengenai runtuhnya bait Allah kepada orang Yahudi sehinggap tidak dianggap sebagai penghujat Allah? Jujur saya terheran-heran melihat apa yang Yesus lakukan. Pendukungnya banyak, saksi mata juga banyak, saya yakin banyak orang juga akan membela dia. Bahkan Pilatus sendiri pun sebenarnya tidak menemukan kesalahan dalam diri Yesus. Mengapa ia dia tak berkata-kata? Satu-satunya jawaban yang terpikirkan olehku ialah karena “YESUS TAU BENAR AKAN TUJUAN KEMATIAN-NYA.” Yah, mungkin itu jawaban terbaik. Ia tahu waktu dan saat-Nya sudah tiba. Sudah waktunya untuk menjadi korban penebusan bagi banyak orang dan sudah waktunya untuk menggenapkan nubuatan para nabi. Kematiannya memiliki orientasi. Mungkin para terdakwa lainnya selalu membela diri karena tidak memiliki orientasi setelah kematian. Tetapi tujuan Yesus jelas. Mulutnya yang membisu tidak turut membutakan mata-Nya yang melihat jauh kedepan. Bibirnya tak bergerak, namun matanya fasih berbicara. Karena itu ia diam. Ya, itulah alasannya.

Jujur saya kagum dengan Yesus. Hati saya terpukau takjub melihat hikmat-Nya. Dan seluruh diri ini mengucap syukur karena saya boleh memiliki-Nya dalam hati, pikiran dan perasaan. Biarlah permenungan ini juga boleh menambah kekaguman dan kecintaan kita akan Tuhan Yesus. Amin.

Saturday, February 06, 2010

GARIS BESAR TENTATIF



BAB 1 PENDAHULUAN (KELAHIRAN)

HIDUP OLEH ANUGERAH

RUMUSAN ALLAH BAGI KEHIDUPANKU

LATAR BELAKANG KELUARGA

LUPUT DARI KEMATIAN

Luput dari keguguran

Luput dari pecahan kaca

Luput dari kebakaran

KASIH DARI ORANG TUA

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGRAH-NYA



BAB 2 FASE ANAK-ANAK (SD)

MASA-MASA ANUGERAH

PROSES PEMBELAJARAN

Pembelajaran bersosialisasi

Pembelajaran memimpin

Pembelajaran beragama

MASA-MASA BERMAIN PENUH CANDA DAN TAWA

AKAR PERMASALAHAN TERBENTUK / BERMULA

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGERAHNYA



BAB 3 FASE REMAJA (SMP-SMU)

KEHADIRAN ANUGERAH DALAM KETIDAKMENGERTIAN

PENGEJARAN IDENTITAS DIRI

KRISIS IDENTITAS

PERGUMULAN AKAN PENDERITAAN

GUNCANGAN BESAR DALAM JIWA

KEINGINAN UNTUK MENGAKHIRI HIDUP

BERTEMU DENGAN ALLAH UNTUK PERTAMA KALI

TINDAKAN ALLAH DALAM KEGUNDAHAN

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGERAHNYA



BAB 4 FASE PEMUDA (KULIAH DI UBAYA)

MEMAHAMI ANUGERAH SECARA KONKRIT

MENIKMATI KEBERADAAN ALLAH DALAM SEGALA PERSOALAN

MENIKMATI ALLAH ITU SENDIRI

PERLUASAN KESEMPATAN MELAYANI

PENERIMAAN PENUH AKAN DIRI

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGERAHNYA



BAB 5 MENJALANI PANGGILAN (KULIAH DI SAAT)

DITERIMA KARENA ANUGERAH

BELAJAR MELAYANI ALLAH

KOGNITIF TENTANG FIRMAN ALLAH BERKEMBANG

DIPERLENGKAPI DALAM BERBAGAI SEGI

ANUGERAH ALLAH DIKALA HATI SEDANG GALAU

KEPERCAYAAN DIRI TERBENTUK

PERTUMBUHAN KEYAKINAN AKAN PENYERTAAN ALLAH

PERLUASAN PELAYANAN

PENEMUAN AKAN REKAN YANG MENGASIHI DAN DIKASIHI

PENYELESAIAN YANG SEMPURNA

KESIMPULAN – 3,5 TAHUN KARENA ANUGERAHNYA



BAB 6 BERADA DI LADANG (GKKA MAKASSAR)

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGRAH-NYA



BAB 7 ………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGRAH-NYA



BAB 8 ………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGRAH-NYA



BAB 9 FASE TUA (60 KE ATAS)

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

………………………………………………………………..

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGRAH-NYA



BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN – HANYA KARENA ANUGRAH-NYA

SARAN – BERJALANLAH DALAM ANUGERAH



Judul penulisan: HIDUPKU HANYA KARENA ANUGERAH-NYA

Nb:

Kawan, inilah garis besar tentative kehidupanku. Masih banyak bab-bab kehidupanku yang belum terisi. Namun yang kutahu, setiap bab yang akan terisi kelak akan membawaku kepada kesimpulan bahwa semua hanya oleh anugerah-Nya.

Bagaimana garis besar kehidupanmu?

Wednesday, February 03, 2010

song " SAHABATKU"





Tak pernah ku sangka
Dalam dunia ini
Berjuta rintangan menanti

Tak pernah kuduga
Dalam hidup ini
Awan tebal silih berganti

Namun kita tak pernah sendiri
Bersama kita lewati. . . . kita hadapi

Ref:

Sahabatku, hai kawanku
Terima kasih kebersamaan ini
Sahabatku, Doakanlah
Biarlah Tuhan mengikat kita dalam kasih kekal-Nya
Sampai akhir hidup.

Monday, February 01, 2010

Menghidupi Relasi Yang Proporsial



Firman Tuhan di persekutuan lantai pria.


Saudara, saya pernah membaca sebuah status di FB yang mengatakan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan manusia itu harus proporsional (seimbang). Hidup manusia itu tidak selalu harus berlebihan karena segala sesuatu yang berlebihan belum tentu baik. Misal, banyak kerja baik, tapi jika berlebihan dan mengurangi jam istirahat dan berolahraga akan mengacaukan kesehatan kita. Kekurangan gizi jelas tidak baik. Tetapi menurut penelitian jika kebanyakan gizi juga akan menimbulkan banyak penyakit seperti diabetes, jantung, stroke, dsb. Karena itu gizi kita pun harus proporsional. Memiliki kepercayaan diri baik. Jika kepercayaan diri kurang maka seseorang akan menjadi minder. Tetapi jika percaya diri berlebihan akan dicap sombong dan sok tau oleh rekan-rekan kita. Contoh lain, orang yang terlalu diam membingungkan, tetapi orang yang terlalu ribut memusingkan. Seimbang merupakan pilihan terbaik. Masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukkan kepada kita akan pentingnya hidup yang proporsional (baik dalam relasi, percintaan, studi, dsb).

Hukum Taurat pun menawarkan sesuatu yang proporsional. Sebelumnya, kita harus memahami bahwa hukum Taurat memiliki signifikansi yang tinggi bagi orang Yahudi, karena hukum itu mewakili isi hati Allah. Dari hukum-hukum inilah kita dapat mengenal Allah Pencipta sebagai oknum pemberi hukum tersebut. Analoginya seperti ini, kita dapat mengenal seorang ayah dari hukum-hukum yang diberikan kepada anaknya. Ipar saya pernah mengajar ke anaknya “Kalo ada teman gangguin kamu, kamu langsung pukul saja”, yang menunjukkan jiwa pembalas dari ipar saya. Papa saya pernah mengajarkan kepada saya “dek, kalau ketemu orang yang lebih tua kamu harus sapa, jangan diam saja”. Saya diajarkan mengenai cara untuk menghormati orang yang lebih tua, dan memang papa saya juga selalu menghormati orang yang lebih tua dari dia. Demikian juga hukum taurat mencerminkan Allah yang memberi hukum itu. Karena itulah kita sebagai warga kerajaan Allah harus berusaha mengenal Allah dengan mempelajari hukum-hukum yang diberikan-Nya.


Dalam kitab Keluaran, pusat hukum-hukum itu dipaparkan secara gamblang pada Keluaran 20:1-23:19, dalam konteks di gunung Sinai. Menariknya, hukum Taurat yang diberikan oleh Tuhan ternyata juga menekankan sesuatu yang proporsional, yaitu dengan menekankan keseimbangan antara relasi manusia dengan Allah, dan relasi manusia dengan sesamanya. Hal ini tampak jelas lewat struktur teks yang ada di dalam pasal-pasal ini.

Rangkaian hukum di gunung Sinai itu dimulai dengan inti hukum dalam pasal 20 tentang 10 perintah Allah, kemudian dilanjutkan dengan hukum-hukum berikutnya dari pasal 20:22-23:19. Dari 10 hukum tersebut kita dapat membagi menjadi dua bagian. Hukum 1-4 menekankan relasi dengan Allah. Sedangkan hukum 5-10 menekankan relasi dengan sesamanya. Demikian juga dengan hukum selanjutnya, kita juga akan menemukan pola yang sama secara bergantian. Saya menemukan pola seperti ini:


20:22-26 Menekankan relasi dengan Allah. Tentang peraturan kebaktian, dan bagaimana sikap yang meninggikan Tuhan di atas segalanya.

21:1-22:17 Peraturan mengenai hubungan antara manusia dengan sesamanya. Dibagian ini dibahas mengenai hak seorang budak, jaminan nyawa dan larangan terhadap tindakan kekerasan. Bukan hanya jaminan nyawa, tetapi juga jaminan harta. Semua ini berintikan sebuah belas kasihan keadilan yang harus diterapkan bagi sesama.

22:18-20 Relasi manusia dengan Allah. 3 ayat ini disimpulkan berbicara mengenai peninggian Allah, dan tidak boleh menduakan Dia.

22:21-28 Mengenai hubungan manusia dengan sesamanya. Yaitu tentang kepedulian dan kasih terhadap orang-orang yang tidak mampu.

22:29-31 Persembahan kepada Allah.

23:1-13 Mengenai hubungan manusia dengan sesamanya. Berisi perbuatan yang dilarang seperti dilarang berbohong, berbuat jahat. Selain itu diminta untuk saling menolong sesama yang dalam kesusahan. Serta larangan untuk menindas orang yang lebih lemah.

23:14-19 Diakhiri dengan relasi antara manusia dengan Allah. Di mana umat Israel diminta mengadakan perayaan untuk mengingat akan kebaikan Tuhan, dan diminta untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan.


Struktur yang digunakan secara bergantian ini menunjukkan bahwa relasi manusia dengan Allah, dan manusia dengan sesamanya merupakan hal yang penting. Tuhan mengkehendaki kita untuk menjaga keseimbangan ini. Mengabaikan salah satu relasi akan membuat keseimbangan Taurat terganggu. Mengabaikan salah satu juga berarti kegagalan dalam mengerti dan mengikuti kehendak Tuhan.


Relasi vertikal dengan Allah itu penting. Kepentingan relasi dengan Allah terlihat dari struktur dimana hukum-hukum paling awal dan paling akhir berisikan mengenai relasi manusia dengan Allah. Jika diatur dalam kiasme, maka relasi dengan Allah merupakan bentuk A dan A’ yang merupakan kerangka dasar sebelum melanjutkan sebuah kiasme. 10 hukum Tauratpun memulai dengan memaparkan 4 hukum yang berelasi langsung dengan Allah. Ini menunjukkan bahwa relasi dengan Allah merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Yaitu sikap kita yang mencari Allah, memberikan yang terbaik, menghormati Dia, mengingat segala kebaikan Tuhan, dan dengan mengasihi Allah. Inilah hal mendasar yang harus diperhatikan oleh setiap anak-anak Tuhan.


Sedangkan kepentingan relasi horizontal terlihat dari porsi yang diberikan dalam hukum-hukum ini. Di 10 perintah, hubungan dengan sesama diberi porsi 6 dari 10 hukum. Jika kita melihat hukum-hukum yang terdapat dari pasal-pasal selanjutnya maka kitapun menemukan porsi hukum yang berkaitan dengan relasi antar sesama manusia jauh lebih banyak. Ini menunjukkan akan pentingnya relasi antar sesama manusia sehingga Tuhan memberi porsi yang banyak dalam perihal relasi dengan sesamanya. Relasi yang seperti apa? Yaitu relasi yang saling mengasihi, tidak egois, saling menghargai hak dan kepentingan orang lain, saling menolong, yang kuat menolong yang lemah dan bukannya menindas, dan relasi kekeluargaan yang intim.


Berarti dapat disimpulkan bahwa relasi vertikal dengan Allah adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan Kristen, namun dengan menjalin relasi dengan Allah, itu berarti kita harus memberikan porsi yang besar bagi relasi horizontal dengan sesama kita. Harus ada keseimbangan di dalamnya. Karena itu Yesus pernah berkata kepada seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terutama “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Tuhan Yesus sendiri mengajarkan pentinganya relasi dengan Allah dan relasi dengan manusia. Kehidupan-Nya juga mencerminkan pengajaran-Nya. Ia sering berlutut dan berdoa. Tetapi ia meluangkan lebih banyak waktu untuk melayani manusia. Mengabaikan salah satu, berarti kita gagal mengikuti kehendak Tuhan.


Jonathan Edwardspun meneladani Kristus. Ia merupakan salah satu pemimpin pembaharuan yang terjadi di Amerika pada pertengahan abad 18. Ia memberikan kepada kita suatu contoh dan teladan bagaimana caranya hidup seimbang. Edwards bangun pagi-pagi mempelajari Firman Tuhan selama beberapa jam setiap hari. Disamping itu dia menyediakan waktu untuk keluarganya, untuk membaca (baik buku teologia maupun buku lain), menulis, melayani orang lain, bahkan ia terjun dalam dunia politik. Edward telah memberi contoh tentang kehidupan yang seimbang antara relasi dengan Allah dan relasi dengan sesamanya.


Saudara-saudara bagaimana dengan kita. Jika kita meneropong kembali kehidupan kita, sudahkah kita memiliki keseimbangan antara relasi dengan Allah dan relasi dengan sesama kita? Dalam relasi dengan Allah, apakah kita sudah menghormati Tuhan dalam kehidupan kita? Apakah kita sudah menjaga hidup kita tetap kudus? Sudahkan kita menjadikan-Nya sebagai yang terutama? Apakah kita sering menjadikan Dia sebagai sumber kekuatan kita, atau kita lebih memilih mengandalkan kemampuan kita? Sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Dia? Apakah kehidupan kita memuliakan Tuhan? Atau malah mempermalukannya? Apakah hidup kita takut akan Tuhan? Apakah kita menikmati waktu-2 kita bersama Tuhan?


Dalam relasi kita dengan sesama, sudahkah kita meluangkan waktu kita untuk memperhatikan sesama kita? Ketika ada rekan kita yang kesusahan, apakah kita menyediakan tangan yang terulur bagi mereka? Atau jangan-jangan kita hanya berfokus dengan agenda-agenda kita. Ketika kita berada dalam posisi yang berotoritas, apakah kita menggunakan itu untuk melayani sesama kita, atau kita pakai untuk menekan mereka yang ada dibawah kita? Apakah kita sering menggunakan status “mahasiswa tingkat atas” untuk menakut-nakuti adik tingkat kita? Sudahkah kita memiliki hati yang penuh kasih dan berkorban untuk sesama kita?


Saudara, mari kita refleksikan bersama. Sejauh ini bagian mana yang lebih sering kita tekankan, dan bagian mana yang sering kita abaikan. Mari menjaga keseimbangan ini. Milikilah relasi yang intim dengan Allah, karena itulah sumber kehidupan dan kekuatan dan sumber hikmat bagi kita. Mari juga memberi porsi yang besar untuk melayani serta mengasihi sesama kita. Dengan menjaga keseimbangan demikian, kita telah melakukan apa yang Tuhan kehendaki, yaitu menjadi serupa dengan diri-Nya. Biarlah Roh Kudus menolong kita untuk melakukan Firman ini. Amin.