Sunday, May 29, 2011

Be a Leader



Nehemia 5:14 “Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda,....aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati.


Akhir-akhir ini berita surat kabar banyak memuat kekecewaan rakyat terhadap pemimpin negeri ini. Para pemimpin itu dianggap tidak memikirkan kepentingan dan kesusahan rakyatnya. Misalkan saja masalah pembangunan gedung DPR yang diperkirakan meraup triliyunan rupiah. Seakan-akan lupa ada ribuan rakyatnya yang masih menjerit kelaparan dan memohon pertolongan. Dengan gaji yang begitu tinggi masih meminta fasilitas ini dan itu. Pakai acara study banding yang hampir tidak menghasilkan apa-apa selain kritikan dan cacian. Padahal kerjanya kalau di rapat hanya tidur, berkelahi, melihat gambar-gambar porno (how come!!!! ckckckckck), dsb. Masih untung kalau datang rapat dan mau memikirkan masalah bangsa ini. Kadang sparuh peserta rapat bisa tidak hadir. Ahhh...wajar kalau rakyat kecewa... saya pun sebagai masyarakat yang terlahir di Indonesia kecewa dengan pimpinan negeri ini. Bahkan terkadang iri dengan para pimpinan negara lain yang benar-benar berupaya memikirkan kepentingan rakyatnya.












Mungkin para pemimpin kita harus belajar dari seorang bapak yang bernama Nehemia. Nehemia sudah menunjukkan bagaimana kualitas seorang pemimpin bersikap. Karena anugerah Tuhan Nehemia ditunjuk sebagai bupati di deaerahnya. Sebagai wakil rakyat ia sangat memikirkan kebutuhan rakyatnya. Karena itu dalam perikop di ayat ini dikatakan bahwa Nehemia tidak mau menuntut hak (gaji, fasilitas,jatah study banding, dsb) yang selayaknya diberikan kepada seorang bupati, padahal ia berhak untuk mendapatkannya. Mengapa? karena ia tidak mau semakin membebani rakyatnya yang sedang mengalami banyak kesusahan. Jika di negeri kita para pemimpin suka melebarkan teritori hak yang mereka miliki dan memakan hak-hak rakyatnya, Nehemia malah mengurangi hak miliknya untuk rakyatnya. Itulah sikap pemimpin yang semestinya. Saya kira pemimpin demikianlah yang layak disebut sebagai pemimpin.


“Jika anda seorang pemimpin, pikirkanlah kebutuhan orang yang engkau pimpin”

Sunday, May 22, 2011

Bertahan Dalam Pencobaan (Yakobus 1:12-18) #3



Sikap terhadap pencobaan
Bagaimanakah kita menghadapi cobaan? Di ayat 12 Yakobus berkata “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan....”. Inilah sikap yang tepat ketika menghadapi pencobaan: Bertahan. Yakobus meminta kita untuk bertahan ketika kita dicobai. Kita tidak diminta untuk berperang melawan pencobaan itu, seakan-akan kita mau memusnahkan pencobaan tersebut. Percuma saja, itu tidak akan mungkin terjadi. Selama kita hidup didunia yang jahat ini, kita akan terus dicobai. Satu-satunya sikap yang diperlukan untuk menghadapinya yaitu bertahan dan bersabar.

Bagiamana caranya bertahan? Paulus mengajarkan kita, ketika menghadapi pencobaan kita harus menggunakan perisai iman. Iblis slalu berupaya untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Segala macam cara akan dilakukan agar kita semakin hari semakin jauh dari Tuhan, dan kemudian meragukannya, bahkan meninggalkan iman kita kepada Tuhan. Disitulah kita tetap harus belajar beriman kepada Tuhan. Iman membuat kita bertahan. Percaya dan bergantung sama Tuhan, membuat kita mampu menepis semua serangan iblis. Iman akan membuat kita kembali kepada Tuhan. Selain itu kita butuh teman atau partner rohani yang bisa mengingatkan kita untuk tidak jatuh dalam dosa. Ingatlah selalu bahwa dibalik dosa-dosa itu ada akibat yang tidak baik untuk kita. Intinya bertahanlah bertahanlah.

Kepada setiap kita yang dapat bertahan, Yakobus berkata Berbahagialah..... atau Bergembiralah....Atau bersukacitalah..... Mengapa? Karena orang yang bertahan, lama-lama akan menjadi kuat dalam menghadapi pencobaan berikutnya. Dan orang tersebut akan menjadi tahhan uji. Dan setelah itu kita akan menerima mahkota kehidupan yang telah dijanjikan Allah kepada setiap kita. Mahkota itu merupakan simbol kemenangan yang biasa diberikan kepada pemenang dalam pertandingan olahraga. Bukan hanya sebagai simbol kemenangan, namun mahkota juga dapat dianggap sebagai simbol kehormatan. Apa mahkota bagi kita yang bertahan dalam menghadapi pencobaan? Yaitu kehidupan kekal. Tidak ada mahkota yang lebih indah dari itu.

Seorang CEO hendak mewariskan perusahaan besar kepada karyawan terbaiknya. Untuk itu ia memanggil seluruh karyawannya, memberikan masing² sebutir BENIH di tangannya dan berkata, "Sirami dengan teratur, rawat, dan kembalilah setahun dari sekarang dengan membawa tanaman yang tumbuh dari benih ini. Yang TERBAIK, pemiliknya akan menjadi penggantiku sebagai CEO perusahaan ini. Seorang karyawan, Rahmat, pulang ke rumah. Setiap hari disiraminya dengan air dan pupuk. Setelah 6 bln, di kantor, eksekutif lainnya saling membicarakan tanaman mereka, sedangkan Rahmat melihat TIDAK ADA PERUBAHAN yang terjadi pada benih miliknya. IA MERASA GAGAL.
Setelah setahun, seluruh eksekutif menghadap CEO, memperlihatkan hasil benih tersebut. Rahmat berkata pada istrinya bahwa ia tdk akan membawa pot yang kosong... ia tergoda untuk mengganti benihnya itu dengan benih yang lain. Namun istrinya mendorongnya untuk menyatakan yang sebenarnya. Rahmat menyadari bahwa istrinya menyarankan HAL YANG BENAR. Tuhan tidak suka jika ia berbuat curang dan tidak jujur. Memasuki ruangan meeting, Rahmat membawa sebuah pot kosong. Seluruh mata memandangnya kasihan. Ketika Sang CEO memasuki ruangan, ia memandang keindahan seluruh tanaman itu, hingga akhirnya berhenti didepan Rahmat yang tertunduk malu. Sang CEO memintanya ke depan dan menceritakan TRAGEDI yang menimpanya. Ketika ia selesai bercerita, Sang CEO berkata, "berikan tepuk tangan yang meriah untuk Rahmat, CEO yang baru". Ia berkata, “Aku memberikan kepada kalian sebutir benih yang sebelumnya TELAH KUREBUS DI AIR PANAS hingga mati dan tidak mungkin untuk tumbuh. Melihat bahwa benih itu tidak tumbuh, kalian menukarnya dan berbohong kepadaku. Lain halnya dengan Rahmat, dia mau berkata yg sebenarnya terjadi. Akhirnya perusahaan besar itu diwariskan kepada Rahmat.

Demikian juga halnya dengan anak-anak Tuhan. Mari tetap berada dalam jalur yang benar. Jangan biarkan diri kita termakan pencobaan untuk berbuat dosa dan ketidak benaran. Bagi setiap kita yang bertahan, berbahagialah..... karena mahkota kehidupan sudah tersedia didepan kita. Kita layak menjadi ahli waris kerajaan Allah. Tapi mungkin ada diantara kita yang berkata “Saya sudah tidak layak dihadapan Tuhan. Saya sudah melakukan banyak dosa, bahkan sampai saat ini saya tetap masih bergumul dengan dosa. Sudah tidak tidak ada kesempatan bagi saya.” Kepada kita yang berkata demikian, saya Cuma mau mengatakan bahwa itu bisikan iblis. Selagi kita hidup...itulah kesempatan itu. Karena itu mari berjuang kembali. Jangan mau menyerah terhadap dosa. Bangkit dan ambil tekad yang baru bahwa kita tidak mau lagi diikat oleh dosa. Dan kemabaliah pada jalur yang benar, untuk mengejar mahkota kehidupan yang tersedia didepan kita.
Karena itu: Pencobaan apakah yang sedang saudara hadapi saat ini? Jangan menyerah. Jangan membiarkan kita dikuasai oleh cobaan-cobaan itu. Tapi bertahanlah. Bersabarlah. Mahkota kehidupan sedang menanti kita.

Sebelum mengakhiri khotbah ini mari kita baca bersama Yakobus 1:12 “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Bertahan Dalam Pencobaan (Yakobus 1:12-18) #2



Cara kerja pencobaan
Pencobaan pun ada cara kerjanya. Memang pencobaan dapat dikemas dalam bentuk apapun. Namun cara kerjanya umumnya sama. Pertama, pencobaan biasanya memikat hati dan tidak tanpak menakutkan. Yakobus menggambarkan pencobaan itu seperti dalam dunia pancing-memancing. Ketika ia berkata “Setiap-tiap orang dicobai oleh keinginan sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” sebenarnya ini merupakan bahasa yang digunakan untung menangkap ikan pada waktu itu. Cobaan itu hampir sama seperti umpan dalam memancing. Untung mendapatkan ikan, kita cuma butuh umpan. Tidak ada umpan ikan yang berbentuk ikan hiu, yang bisa bergerak-gerak sendiri mengejar ikan-ikan. Umpan seperti itu hanya membuat ikan-ikan menjauh. Tapi cukup dengan umpan yang digemarin para ikan. Ditaruh dalam pancingan dan dibiarkan tenang didalam air. Ikan-ikan akan tergoda dengan sendirinya. Keinginan untuk makan akan muncul, dan ketika ia makan, mungkin sentuhan pertama begitu menggoda, namun setelah ia melahap umpan itu, ia akan tertangkap kail, dan binasalah ikan itu.

Pencobaan pun demikian. Ia tidak tampak menakutkan dan mengancam. Kalo menakutkan tidak akan ada orang yang mau mendekati umpan si jahat. Ia tampak seperti makanan favorit kita. Menyenangkan, menggoda, dan menawan hati. Itulah pencobaan yang ditawarkan iblis. Kalau dipikir-pikir memang melakukan dosa itu tampak enak. Bahkan enak sekali! Mana ada dosa yang tidak enak untuk dilakukan. Kalau tidak enak, kita tidak akan tergoda untuk melakukannya. Tapi ingat, ada kail dibelakang tawaran yang enak itu. Sekali kita terperangkap dalam dosa yang ditawarkan, kail si jahat akan melukai kita, dan celaka akan menimpa kita.

Oleh sebab itu mari kita jaga keinginan hati kita. Ingat, iblis hanya mencobai dengan memberi umpan; kitalah yang memutuskan memakan umpan itu atau tidak. Seperti pepatah mengatakan “Kita tidak bisa mencegah burung terbang di atas kita, namun kita bisa mencegah burung-burung itu bersarang di kepala kita.” Demikian juga dengan pencobaan. Kita tidak bisa menghindari pencobaan-pencobaan yang ada disekitar kita, tapi kita bisa menghindari cobaan itu sehingga kita tidak jatuh dalam dosa. Karena itu mari kita memanage keinginan kita dengan baik. Tidak semua keinginan baik untuk kita penuhi. Jika kita mengingini sesuatu, mari lihat baik-baik, apakah keinginan itu akan membawa kita jatuh dalam pencobaan atau tidak. Apakah ada kail dibalik makanan yang terhidang didepan ktia.

Kedua, pencobaan itu dapat berkembang. Sama seperti perusahaan multilevel yang terus menggandakan cabang-cabang pekerjanya, demikian juga pencobaan bekerja. Jika yang pertama Yakobus memakai gambaran orang yang sedang memancing, kalimat berikutnya ia memakai gambaran dari tanaman. Yakobus berkata jika keinginan kita dibuahi, maka keinginan itu akan melahirkan dosa. Dan jika dosa itu sudah matang, maka dosa itu akan menghasilkan maut. Itulah cara kerja pencobaan iblis. Awalnya dia mulai menawarkan umpan yang menarik. Jika kita berminat dan tertarik, dan jika kita memakannya, maka akan melahirkan dosa. Awalnya mungkin dosa-dosa itu tampak kecil, yang seakan-akan tidak masalah jika kita melakukannya. Namun perlahan-lahan dosa itu akan terus berkembang dan menjadi jerat bagi kita, yang begitu mengikat. Yakobus mengatakan kalau dosa itu sudah matang maka dosa tersebut akan melahirkan maut. Itulah pencobaan. Sekali kita menyantapnya, ia akan terus mendorong kita untuk melakukan tingkatan yang lebih parah.

Suatu hari seorang pria berprofesi sebagai pemain sirkus mencari anak ular untuk dilatih. Setelah memasuki sebuah hutan, ia berhasil menemukan dua ekor anak ular yang masih kecil. Ia membawa pulang kedua anak ular tersebut kerumahnya dan mulai melatih mereka. Awalnya ia mulai melatih mereka membelit tangan sipemain sirkus, lalu juga kakinya. Setelah ular-ular tersebut semakin besar, sipemain sirkus semakin berani melakukan latihan yang berbahaya. Ular-ular yang kini sudah besar dibiarkan membelit seluruh tubuhnya. Tetapi ketika ia menyuruh ular-ular tersebut untuk melepaskan lilitannya, merekapun akan melepaskan lilitannya. Si pemain sirkus merasa bahwa ular-ular tersebut sudah cukup terlatih dan sudah saatnya ia mengajak mereka bermain sirkus. Selama beberapa kali ia melakukan atraksi bersama-sama ular kesayangannya, semua berjalan lancar dan ia mendapat banyak uang dari penonton. Tepuk tangan dan sorak- sorai penonton terdengar riuh-rendah ketika sang pemain sirkus keluar bersama salah satu ular kesayangannya. Ia pun memerintahkan ular tersebut membelit seluruh tubuhnya. Lama-kelamaan belitan ular tersebut semakin kuat, dan ketika sipemain sirkus memerintahkan untuk melepaskan belitannya, ular itu tidak menurut. Sebaliknya ia membelit semakin kuat, sehingga pemain sirkus itu terjatuh dan mati lemas.

Begitulah cara kerja dosa. Awalnya berawal dari hal kecil dan tampaknya tidak masalah jika kita bermain dengannya. Semua dosa, entah dosa perselingkuhan, berjudi, korupsi, pembunuhan, dan sebagai, selalu, tidak pernah tidak,pasti dimulai dari hal-hal kecil. Awalnya sangat memikat, dan tampak tidak masalah jika kita melakukannya sekali saja. Namun perlahan-lahan ia akan menggerek kita untuk melakukan yang lebih parah lagi, sampai kita sungguh-sungguh terjerat dan terlilit dan celaka olehnya. Karena itu janganlah kita bermain-main dengan dosa. Seringkali kita suka bermain-main dengan dosa. Berbohong sedikit ga apa-apa lah. Mencuri sedikit ga apa-apa. Gosip sama teman sendiri tidak apa-apa. Lihat gambar-gambar yang tidak benar sekali-kali juga ga pa pa. Dsb. Namun ingat: Orang yang terkena HIV awalnya juga berkata demikian. Orang yang meninggal karena kanker paru-paru awalnya juga demikian. Pembunuhan juga terjadi dimulai dari pertikaian kecil. Dan para koruptor besar itu juga berawal dari kebiasaan bohong sedikit-sedikit. Dosa yang tampak kecil perlahan-lahan akan memperbesar teritorinya.

Bertahan Dalam Pencobaan (Yakobus 1:12-18) #1




Saya mengenal seorang pria yang merupakan majelis jemaat di salah satu gereja di Indonesia. Dia seorang yang cinta Tuhan. Sejak kecil anak-anaknya sudah diajar untuk hidup takut akan Tuhan. Pelayanannya dapat dikatakan baik. Gesit, sigap, dan tanggap dalam menjalankan tugas-tugasnya. Ditengah kesibukan pelayanannya, pekerjaan dan keluarga tetap diperhatikannya. Ketika salah seorang pendeta mengunjungi gerejanya, pendeta itu menyaksikan bahwa majelis itu adalah seorang pelayan yang baik. Sikapnyapun sangat rendah hati. Terlihat dari ia sering memikirkan dan mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya.

Namun seperti petir di siang bolong. Tiba-tiba terdengarlah kabar bahwa majelis ini berselingkuh dengan seorang PSK. Bahkan ternyata hubungan itu sudah lama berlangsung, hanya tidak ada yang tau. Akan tetapi seperti pepatah mengatakan: Kebusukan yang ditutupi serapat apapun pasti akan tercium juga. Demikianlah kini semua orang di gereja itu mengetahui dosa-dosa dari majelis yang terkenal baik tersebut. Semua bertanya-tanya: Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bukankah dia seorang yang baik? Bahkan ia merupakan seorang yang cinta Tuhan. Namun bagaimana dia bisa terjatuh sedalam itu? Istrinya sempat menjadi stress dan mengalami gangguan mental. Anak-anaknya menjadi kecewa dengan ayahnya. Dan iapun mundur dari pelayanan di gereja. Majelis ini telah jatuh dalam pencobaan.

Sepertinya dalam hidup ini orang-orang Kristen tidak bisa lepas dari apa yang namanya pencobaan. Iblis akan terus berupaya untuk mencobai setiap anak-anak Tuhan supaya kemudian kita jatuh dalam kubangan dosa. Saya percaya setiap kita yang ada ditempat ini (atau yang sedang membaca tulisan ini) juga mengalami pencobaan setiap harinya. Iblis berada di sekitar kita dengan begitu liciknya sedang berupaya untuk menjatuhkan kita setiap hari, bahkan dimanapun kita berada. Karena itu mari kita merenungkan makna pencobaan yang diajarkan Yakobus kepada kita.

Hakikat Pencobaan
Banyak orang bertanya-tanya darimanakah datangnya pencobaan? Beberapa orang menganggap pencobaaan itu datangnya dari Allah. Mereka menganggap Allahlah penyebab kejatuhan manusia, sebab Allah yang mencobai manusia.

Namun Yakobus berkata dalam ayat 13 bahwa jika kita jatuh dalam pencobaan janganlah kita berkata bahwa pencobaan ini datangnya dari Allah, sebab Allah tidak dapat mencobai siapapun juga. Logikanya sederhana. Allah kita adalah Allah yang maha kasih. IA pun adalah Allah yang maha baik. Ia tidak mungkin melakukan yang jahat terhadap anak-anak yang dikasihi-Nya. Sama seperti orangtua yang jelas-jelas tau kalau pisau itu berbahaya bagi anak berusia 3 tahun. Ia tidak akan dengan sengaja menaruh pisau itu ditempat bermain anaknya. Karena orangtua yang baik tidak mungkin berbuat begitu jahat terhadap anaknya sendiri. Demikian juga Allah tidak akan pernah mencobai manusia dengan maksud menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Karena itu Yakobus berkata bahwa Tuhan tidak mungkin mencobai kita, sebab Tuhan sendiri tidak bisa dicobai oleh si jahat, dan ia tidak dapat mencobai siapapun.

Kita harus dapat membedakan antara pencobaan dan pengujian. Dalam bahasa inggris hal ini dapat di artikan menjadi trial dan temptation. Memang dalam bahasa Yunani (bahasa asli alkitab PB), pencobaan dan ujian itu hanya terekspresi dalam satu kata peirasmos. Namun dalam penggunaannya Yakobus membedakannya menjadi dua makna.

Apa beda ujian dan pencobaan (trial and temptation) ? Dari sumbernya ujian itu berasal dari Allah, sedangkan pencobaan itu berasal dari si jahat / iblis. Ujian bertujuan untuk memperkuat iman kita. Abraham pernah diuji untuk mempersembahkan anak satu-satunya. Ayub pernah diuji dengan penderitaan yang begitu berat. Semuanya itu jelas bertujuan untuk memperdalam iman mereka. Tuhan menguji anak-anaknya dengan tujuan baik, yaitu untuk mempertumbuhkan iman kita. Sedangkan pencobaan itu berasal dari Iblis dengan tujuan untuk menjatuhkan setiap anak-anak Tuhan. Iblis sangat senang jika setiap anak-anak Tuhan jatuh dalam dosa dan kemudian semakin jauh daripada Tuhan. Karena itu ia akan terus mencobai anak-anak Tuhan agar setiap anak Tuhan semakin hari semakin jauh daripada Tuhan.

Pernah suatu saat ada seorang kawan yang baru saja jatuh dalam dosa. Masalahnya sepele, tapi karena emosi meluap-luap maka kawan saya memukul orang lain hingga terluka. Kemudian kawan saya ditegur karena emosi yang berlebihan itu. Teguran itu ternyata berhasil membuat ia menyesal. Di tengah rasa sesalnya itu ia berkata “Yahhh.....proseslah...Tuhan sedang menguji saya.” Sungguh ini merupakan konsep yang sangat keliru. Tuhan tidak pernah sengaja menjatuhkan kita ke dalam pencobaan. Iblislah yang terus mendorong kita untuk melakukan tindakan jahat. Itulah hakikat dari pencobaan. Yaitu berasal dari si jahat guna menjatuhkan anak-anak Tuhan. Selanjutnya mari kita lihat bagaimana cara iblis mencobai kita:

Sunday, May 15, 2011

Corner Punishment




Mzm 38:22 Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN, Allahku, janganlah jauh dari padaku!

Salah satu habit unik yang dilakukan orang barat, yang agak berbeda dengan orang timur, adalah tentang bagaimana cara orang tua memberi hukuman kepada anaknya yang masih kecil. Kebiasaan ini dapat saya saksikan pada saudara dan keluarga saya yang sudah lama tinggal di luar negeri, yang lantas mengadaptasi budaya barat dalam mendidik anaknya. Ketika anaknya melakukan suatu kesalahan (entah karena nakal, tidak mau dengan kata orang tua, atau melakukan sesuatu yang dilarang) maka ia akan dihukum. Hukumannya tampak sederhana, namun bagi anak kecil, itulah hukuman terberat dalam hidupnya. Corner Punishment !! Itulah jenis hukuman itu. Jangan membayangkan anak itu diikat terus dipukul dengan rotan dsb. Sederhana saja, anak yang nakal itu hanya ditaruh di sudut ruangan dan disuruh diam disana tanpa boleh bergerak sedikitpun selama waktu yang ditetapkan (untuk anak kecil yang berusia 3-4 tahun biasanya 2-5 menit). Jika anak itu berpindah tempat, maka orangtuanya akan menaruh di pojok penghukuman kembali dengan waktu yang lebih lama lagi. Itulah hukuman yang sangat berat bagi anak kecil disana.

Ketika saya menyaksikan keponakan saya dihukum demikian oleh mamanya, ia tampak menangis tersedu-sedu. Tidak ada hukuman yang membuatnya menangis seperti hukuman itu. Hukuman itu tidak melukai fisiknya sama sekali, namun menyerang psikologi anak itu. Ia sedih ketika ia tidak bisa menghampiri kedua orangtuanya serta bermain bersama mereka. Percuma saja ia memanggil-manggil kedua orangtuanya, sebab orangtuanya tidak akan menanggapi dia dalam masa penghukuman tersebut. Karena itu ia sedih karena dalam waktu singkat itu, ia tidak dapat menikmati hubungan bersama orangtuanya, hubungan itu putus sementara waktu. Dan ia sedih karena kenakalannya membuat ia terpisah dari orangtuanya. Karena itu setelah hukuman dijalankan, biasanya anak itu langsung memeluk orangtuanya dan meminta sory atas kesalahan yang diperbuat, serta janji untuk tidak melakukannya lagi.

Saya kira hukuman terberat bagi kita manusia juga ialah ketika kita terpisah dari Tuhan yang adalah pencipta kita. Terpisah dari Tuhan membuat kita tidak lagi dapat menikmati kasihnya secara sempurna. Terpisah dari Tuhan juga menguak eksistensi kita yang merupakan manusia yang lemah tak berdaya.

Pemazmur pernah merasakan keterpisahan dari Tuhan. Keterpisahan itu membuatnya berseru “Jangan tinggalkan aku, ya Tuhan....”. Mungkin ungkapan ini terucap disertai dengan air mata dari hati yang terdalam. Apa sebabnya? Di pasal ini pemazmur mengakui dosa-dosanyalah yang membuatnya terpisah dari Tuhan. Dosa itu begitu menekan dia (ay.5). Ia menjadi luka karena kebodohannya sendiri (ay.6); dan dosa itu membuatnya sangat berdukacita (ay.7); dsb. Ia seakan seperti anak yang terkena corner punishment. Dosa telah menghalanginya untuk mendekat dan menghampiri Allah. Ia berseru namun seakan Tuhan tidak menjawab
Memang dosa merupakan satu-satunya musuh yang dapat menghalangi relasi intim kita dengan Tuhan. Kejatuhan manusia kedalam dosa membuat hubungan manusia terputus dari Allah. Manusia menjadi budak dosa dan dibelenggu oleh perbuatan-perbuatannya. Karena itulah manusia menjadi menderita. Menderita oleh perbudakan. Terlebih....menderita karena hubungan dengan Allah menjadi retak. Dosa menghalangi manusia untuk memandang wajah Tuhan. Dosa menyumbat telinga manusia sehingga suara Tuhan seperti sayub-sayub suara dari kejauhan.

Namun bersyukur pada sang Khalik. Kehadiran anak-Nya Yesus Kristus kedunia telah membawa kedamaian. Ia datang mengakhiri ’hukuman’ yang begitu menekan manusia. Ia menghampiri kita yang sedang berdiri dipojok ruangan. Dengan tangan lembutnya Ia mengusap air mata kesedihan. Dan dengan tangannya yang berlubang paku itu juga Ia memeluk kita. Darah-Nya membelah tirai bait suci, memberikan keleluasaan kepada kita untuk menghampiri Dia. Dan bersekutu dengan Dia kapanpun dan dimanapun kita mau.

Sudah semestinya bagi kita orang yang percaya saat ini mengatakan sory untuk apa yang sudah kita perbuat. Tidak hanya pernyataan maaf; namun alangkah indahnya jika disertai dengan komitmen untuk tidak bersentuhan lagi dengan dosa. Walaupun sudah percaya kepada Tuhan, dan tinggal dalam lingkungan keluarga Allah; selama kita hidup di dunia kita akan terus berurusan dengan dosa. Dosa akan terus menggoda kita dengan satu tujian: agar kita jauh dari Tuhan.

Banyak pelayan Tuhan yang digodai iblis, dan kemudian ia terjatuh dalam dosa. Dosa-dosa itu menghantui dirinya. Kehidupan rohani menjadi kering; perasaan tidak layak saat melayani; segala kegiatan gereja hanya menjadi rutinitas belaka atau teman-teman menyebutnya formalitas spiritual. Pada saat itulah ia akan merasa jauh dari Tuhan, seakan Tuhan meninggalkannya. Dan perasaan keterpisahan dari Tuhan itu akhirnya menjadi hukuman yang sangat mengerikan, dimana para pelayan Tuhan seakan telah ditinggalkan oleh Tuhan.

Tentunya kita tidak mau hidup jauh dari Tuhan. Apa daya kita hidup jauh dari-Nya. Karena itu selagi ada waktu, bertobatlah dari dosa-dosamu. Kembalilah kepadanya; katakan “sorry, saya berjanji saya tidak akan mengulangi lagi, dan saya berjanji akan hidup lebih baik”; Kemudian nikmatilah keindahan hubungan bersama dengan Tuhan yang telah menyelamatkan dan menciptakan kita. Amin.