Monday, January 18, 2010

Menerawang Keinginan


Suatu ketika ada seekor ikan kecil yang berenang meliak-liuk ke sana ke mari. Perutnya yang belum terisi membuatnya harus mencari sesuap pangan untuk dimakan. Ia berenang ke dasar karang, namun tidak ditemukan makanan. Ia mencoba mencari lagi di rerumputan laut, namun alam lautpun kurang bersahabat.


Tiba-tiba teringat dibenaknya, bahwa daerah permukaan biasanya banyak makanan. Segera, dengan riang ikan tersebut melejit ke atas, mencari secercah harapan. Tetapi ketika masih dalam perjalanan, ia teringat akan perkataan orang tuanya “Boy, jangan deket-deket ke permukaan ya, di sana banyak mahkluk jahat yang berusaha memancing dan menjerat kita. Mereka sangat kuat. Kalau mereka mendapatkan kita, matilah kita. Kalo mau maen di dasar laut aja ya Boy.” Hatinya mulai ragu, daya renangnya diperlambat sedikit. Ikan itu mulai bimbang, “naik apa gak ya” pikirnya. Namun ternyata suara gong di perut itu terlalu kuat sehingga ia memutuskan untuk tetap pergi ke permukaan. Pelan-pelan ia mencari di atas permukaan laut. Tengok kiri, tengok kanan, putar ke depan, putar kebelakang. . . . . . AKHIRNYA ia melihat ada seekor cacing yang melayang beberapa cm dari permukaan air. Segera ia menghampiri cacing itu. Tapi, sebelum melahap terlintas lagi dibenaknya tentang beberapa hari yang lalu, di mana kawannya terangkat ke langit setelah memakan cacing yang seperti ini. Ikan tersebut kembali ragu, dan mulai berpikir “makan gak, makan gak, makan gak” pikirnya bingung. Namun karena keinginannya dan tekadnya sudah bulat, akhirnya ia memutuskan untuk menyantap mahluk kecil di hadapannya. Ketika ia melahapnya, betapa terkejutnya ia karena ada kail yang menyangkut di mulutnya, dan dengan segera ia diseret dan dibawa ke daratan oleh seorang pemancing. Maka tamatlah riwayat ikan tersebut. Ia mati karena keinginannya akan sesuap pangan.


Keinginan seperti ini juga yang harus diwaspadai oleh setiap anak Tuhan. Yakobus 1:14-15 menuliskan “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.


“Keinginan” berasal dari kata Yunani epithymia yang dalam konteks ini mengacu kepada keinginan daging atau hawa nafsu. Yakobus menggunakan ilustrasi seseorang yang sedang memancing untuk menjelaskan kata ini. Kata “diseret” (exelko) dan “dipikat” (deleazo) merupakan kata-kata umum dalam dunia perikanan. Yakobus yang berasal dan besar di daerah Galilea pasti tidak asing dengan hal ini. Seorang pemancing harus memilih umpan yang semenarik mungkin, agar ikan-ikan tersebut tergoda untuk memakannya. Ketika ia memakan umpannya, ia akan segera diseret keluar dan segera mati karena ketidaktahuannya. Kail itu tidak pernah mengejar ikan-ikan dengan sendirinya. Ia hanya berdiam dan menggoda. Keinginan ikan itulah yang menjerat dirinya sendiri. Sebenarnya demikian juga dengan keinginan manusia. Manusia memiliki berbagai keinginan dan kehendak. Iblis hanya memberikan kail dan umpan kepada manusia. Keinginan kitalah yang menuntun untuk memilih antara memakan umpan si jahat tersebut atau tidak. Karena itu kita mesti berhati-hati dengan keinginan kita.


Di tahun 2010 ini tentunya banyak harapan dan keinginan yang ada dalam benak kita. Mungkin pada 31 Desember 2009 lalu kita “make a wish” kepada Tuhan, memanjatkan segala keinginan untuk sepanjang tahun depan. Dalam doa tersebut mungkin kita ingin kaya, ingin punya pacar, ingin sukses, ingin pintar, ingin suatu pekerjaan tertentu, ingin mengenal seseorang lebih dekat, ingin menjadi pemimpin, ingin nilai bagus, ingin dihargai, ingin ke luar negeri, ingin studi lanjut, ingin bisa ini, ingin bisa itu, ingin ini, ingin itu, dan keinginan-keinginan lainnya. Namun mari menerawang kembali setiap keinginan kita. Jangan sampai segala keinginan tersebut malah menjerat dan menyeret kita ke dalam dosa yang mencelakakan. Memiliki keinginan tidak salah, tetapi jika keinginan itu berbuahkan dosa maka keinginan tersebut harus diwaspadai. Karena itu marilah kita serahkan segala keinginan kita sepanjang tahun ini kepada Tuhan. Berdoalah agar kita diberi hikmat seperti Salomo untuk dapat membedakan mana yang baik mana yang jahat. Biarkan Roh Kudus-Nya membimbing setiap keinginan kita untuk dapat sejajar dengan apa yang diinginkan-Nya.


Ingat Iblis Cuma memancing, kitalah yang memutuskan.

SELAMAT MENGEJAR KEINGINANMU DENGAN KEWASPADAAN PENUH.

GBU

Thursday, January 07, 2010

Identitas "Segullah", Penyemangat di 2010



Keluaran 19:4-5
"Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.

Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi."



Membaca ayat ini (sewaktu Saat Teduh), sepintas terkenang seorang dosen import kami yang bernama Mr Richard. Beliau seorang yang sangat pandai (dengan 3 gelar Dth nya [lek gak salah :p]), namun sayang pemakaian bahasa Indonesianya masi kurang begitu fasih, sehingga beberapa kali penjelasan yang diberikan tidak terjerat oleh otak kami.

Tetapi suatu kali saya terkesan dengan penjelasannya mengenai perikop ini (Kel 19). Secara khusus, pusat perhatian saya tercurah pada kata "Harta kesayangan-Ku." Kata ini berasal dari bahasa Ibrani "Segullah". Alkitab versi NAS menterjemahkannya "My own possesion"; NET dan NKJ "my special possesion"; bahkan NIV mengartikannya sebagai "My treasure possesion".

Kata "Segullah" seringkali digunakan untuk seorang raja, dimana setiap raja biasanya memiliki harta yang paling berharga yang sangat disayangi. Oleh karena itu, harta tersebut harus berada dalam perlindungan yang ketat.
Bayangkan jika kita menemukan berlian yang indah nan elok tiada duanya, tidak mungkin kita mengabaikannya disamping asbak rokok bukan? Tidak juga di dekat botol kecap. Berlian itu pasti di taruh di tempat yang super aman dan terlindung. Jika perlu di simpan di bank yang menjamin keamanannya. Sebab mutiara itu adalah harta yang berharga mka ia harus terlindungi.

Hal ini sama seperti seorang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus yang menyimpan harta berharganya di dalam lubang agar tidak dapat tercuri. Karena pada waktu itu memang tidak ada tempat yang lebih baik untuk melindungi hartanya selain di dalam tanah (karena itu Yesus pernah memberikan perumpamaan mengenai harta yang terpendam).
Apalgi seorang raja. Saya rasa segullah yang ia punya akan disimpan diruangan khusus yang dikawal oleh beberapa pasukan yang tidak boleh terlelap di depan pintunya. Wajar saja, jika seseorang menyayangi sesuatu, ia akan menjaga dan melindungi sesuatu itu mati-matian.

Menariknya, dalam Keluaran 19:5 ini Israel dikatakan sebagai "Segullah" milik Allah. Israel adalah bangsa pilihan yang mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari Allah. Tak heran bangsa Israelpun mendapatkan perlindungan yang luar biasa. Penjagaan Allah terlihat ketika bangsa Israel ke luar dari Mesir. Begitu banyak penyertaan yang diberikannya. Bahkan sesampainya di Kanaan, tangan Allah yang kuat itu tetap menjaga dan melindungi Israel. Hal ini wajar, karena sekali lagi, Israel adalah "Segullah" milik Tuhan, yang special dan berharga.

Kita orang percayapun sebenarnya adalah "Segullah" milik Tuhan yang special (bahkan very special). Apa yang tertulis dalam Keluaran 19:5 ini kemudian di lanjutkan dalam 1 Petrus 2:9 yang mengatakan "1 Peter 2:9 Tetapi kalian adalah bangsa yang terpilih, imam-imam yang melayani raja, bangsa yang kudus, khusus untuk Allah, umat Allah sendiri (Segullah). Allah memilih kalian dan memanggil kalian keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Nya yang gemilang, dengan maksud supaya kalian menyebarkan berita tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang luar biasa."
Dalam perikop ini Petrus mengingatkan kepada semua orang-orang percaya, bahwa mereka adalah umat Allah, atau "segullah" milik Allah.

Karena itu betapa bahagianya jika kita yang percaya boleh menjadi "Segullah" milik-Nya, yang special, dan yang berharga. Karena kita "Segullah" kepunyaan-Nya, maka Ia pasti akan melindungi kita dengan baik. Tidak ada satupun musuh yang dapat melepaskan kita dari perlindungan-Nya.
Mari kita hadapi 2010 ini dengan keyakinan bahwa kita adalah "Segullah" milik Allah yang berharga. Dengan keyakinan ini, biarlah 2010 boleh terlalui dengan penuh gairah dan semangat, serta dilimpahi dengan rasa syukur atas kehadiran-Nya yang senantiasa melindungi kita
GBus