Saturday, September 26, 2015

MORE THAN HEROES


 
 
 
 
 
Amsal 16:32 “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota.”
Baru-baru saya mengendarai motor menuju rumah.   Di persimpangan sungai sadang dan latimojong, saya hendak belok kiri yang seharusnya kiri jalan terus.  Tapi karena disebelah kanan ada mobil truk yang lewat, sayapun terhenti karena jalannya tidak cukup besar.   Tiba-tiba terdengarlah bunyi “teeettt, teeettt, tettt, teett,”  Bunyi klakson yang cukup keras yang dibunyikan berulang-ulang oleh pengendara motor dibelakang saya.  Dari bunyi klason itu tampaknya dia lagi marah karena saya berhenti dan seharusnya kira jalan terus.   Klason pertama saya biasa, klakson kedua masi ok, klakson ketiga darah mulai mendidih, klakson keempat pikiran udah emosi “Ga liat ada truk apa didepan, dimana matanya.”   Kemudian klakson kelima, saya sudah tidak tahan, saya hentikan motor saya yang berjalan pelan, saya langsung menoleh kebelakang dan menatap mata dibelakang.   Ternyata bapak-bapak tua yang sedang menggonceng cucunya.   Hampir saja saya marah-marah dijalan, untung saya bisa bersabar sedikit.   Bapak itu gak sabar karena mau cepet belok, saya juga ga sabar karena diklakson terus menerus.
Inilah tantangan bagi kita.  Dunia semakin hari semakin kehilangan kesabaran. Ujian untuk tetap sabar semakin serin terjadi.  Ditengah dunia yang serba bisa dan semakin canggih saat ini, tanpa sadar dunia kita semakin hari semakin mengajarkan prinsip instant dalam melakukan segala sesuatu.  Lakukan secepat mungkin, dapatkan hasil sebanyak mungkin, kerjakan seefektif mungkin, selesaikan masalah sedini mungkin dsb.  Karena itu manusia terus hidup dalam langkah dan tindakan yang buru-buru.  Manusia terus berpacu dengan waktu.   Coba saja perhatikan di jalan raya.  Kita melihat bahwa sekarang di kota Makassar terpasang count down di lampu merah.   Sering gak kita dengar, countdownnya masih di angka 2, mobil dibelakang sudah klakson-klakson seakan-akan suruh jalan.  Coba lihat para mahasiswa atau masayarakat kita yang terkenal suka bikin kerusuhan.  Sangat mudah terpancing.  Dikata-katai sedikit, kesabaran hilang, bikin rusuh, demo, dan ungkit-ungkit pembantaian ras ini atau agama itu.   Dan kalau mau jujur, bukankah seringkali kitapun menjadi pribadi-pribadi yang tidak sabar dalam menghadapi kehidupan ini?  Pernahkah saudara kehilangan kesabaran karena diperlakukan tidak adil?  Pernahkah saudara begitu jengkel sama keadaan atau dengan seseorang yang membuat habis kesabaran saudara?  Saya yakin setiap kita pernah mengalami kehilangan kesabaran dalam hidup ini.
Dan tidak bisa dipungkiri, hidup dalam kesabaran itu tidak mudah.  Ketika kita sedang menanti sesuatu yang sangat kita harapkan, dan kemudian yang kita nanti-nantikan itu tidak kunjung tiba bertahun-tahun lamanya, masih bisakah kita bersabar?   Ketika seorang kawan mengkhianati kita dan terus berusaha mencelakakan kita, masihkah kita bisa bersabar terhadap kawan kita tersebut?  Ketika ada orang yang mengeluarkan kata-kata yang menyinggung harga diri kita, dapatkah kita tetap sabar mendengarkan semua perkataan itu?   Sungguh banyak lagi persoalan dalam hidup ini yang mampu merengut kesabaran kita.  Dan itu tidaklah mudah.  Sangat tidak mudah.
Namun hari ini Firman Tuhan mengajarkan kepada kita “Orang yang Sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai diri melebihi orang yang merebut kota.”  Mengapa Salomo (penulis amsal) bisa mengatakan hal tersebut?   Siapa pahlawan yang dimaksud disini?  Kalau kita pelajari konsep pahlawan pada waktu itu, saya kira pahlawan itu berbicara tentang seorang tentara atau pejuang, yang merelakan nyawanya untuk membela negara /merebut sebuah kota atau mempertahankan sebuah kota.  Ketika mereka hendak merebut kota, pada ummnya kota-kota tersebut memiliki sebuah benteng yang kuat.  Seorang yang mau menduduki kota harus memiliki fisik dan stamina yang kuat untuk dapat menembut benteng tersebut.  Sebab itu  Pahlawan pada zaman itu acapkali adalah orang-orang yang harus siap untuk mati di medan perang.  Mereka adalah orang-orang yang berani, berdedikasi, orang-orang yang kuat, dan orang-orang yang rela mati sampai titik darah penghabisan.  Itulah pahlawan.  
Tentu saja para pahlawan ini merupakan orang-orang hebat dan terpandang.  Jika seorang pahlawan berhasil menang dari petarungan, dan pulang kenegerinya, maka semua rakyat akan menyambut mereka dengan meriah.  Bukan Cuma menyambut, mereka juga akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya.  Mereka adalah orang-orang yang luar biasa.
Tapi ‘anehnya’, Salomo mengatakan bahwa orang yang sabar adalah orang yang melebihi seorang pahlawan, dan orang yang menguasai diri melebihi orang yang merebut kota.  Saya kira Salomo bukan mengatakan hal ini dengan sembarangan.  Ingat, Salomo adalah raja Israel yang paling berhikmat.   Orang yang berhikmat pasti mengeluarkan perkataan yang penuh hikmat yang ia dapatkan dari pelajaran kehidupan sehari-hari.  Kalau orang berhikmat asal bicara, maka ia tidak bisa disebut sebagai orang berhikmat.
Bagaimana bisa orang yang sabar melebihi seorang pahlawan?   Disini Salomo ingin mengajarkan beberapa hal.  Pertama, kekuatan manusia itu bukan terletak pada kekuatan fisiknya, melainkan kepada bagaimana ia dapat sabar dan menguasai diri.  Kemahiran seorang pahlawan itu bukan terletak dari bagaimana ia memainkan senjata dan mengatur strategi penyerangan, kemahiran seorang pahlawan terletak dari seberapa jauh ia dapat sabar / mengendalikan diri terhadap segala sesuatu.    Itu sebabnya mengapa ketika Paulus mengatakan tentang buah-buah roh,  Paulus mencantumkan kesabaran didalamnya.  Paulus tidak mencantumkan tentang kekuatan fisik, kepandaian, atau kepintaran sebagai buah-buah roh.  Tapi orang yang sabar, itulah karya Roh Kudus.  Dan ia menjadi lebih daripada pahlawan karena ada Roh Kudus dalam pribadi orang tersebut.
Kedua, dalam kesabaran ada hikmat kebijaksanaan.   Dan kekuatan dalam pribadi seseorang terletak pada hikmatnya.  Dibagian lain Salomo menuliskan “Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar. (Ams 14:17)”.  Sabar mendorong kita untuk lebih bijaksana.   “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan (Amsal 14:29)”.  Sejalan dengan itu, “Akal budi membuat seseorang panjang sabar, dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran (Amsal 19:11)”. Ya…  dalam kesabaran terdapat hikmat, akal budi dan kebijaksanaan.  Kesabaran memang sahabat dari pada hikmat. (St. Agustine).  Dan semakin berhikmat dan bijaksana seseorang, maka ia melebihi seorang pahlawan.  Kesabaran mengambil bagian dalam membentuk hikmat dan kebijaksanaan manusia.
Ketiga, kesabaran menghindarkan kita dari kesalahan besar.  Dibagian lain, Salomo dalam Penghotbah 10:4 mengatakan “Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.”  Ya… Kesabaran mencegah kita dari kesalahan-kesalahan besar.   Seringkali kesalahan yang kita buat, sebagian besar itu terjadi karena kita tidak sabar.   Kita tidak sabar, kita marah, kita menyakiti orang-orang di sekliling kita.  Kita tidak sabar kita memukul orang didekat kita.  Kita tidak sabar, kita cepat-cepat mengambil keputusan, dan ternyata keputusan itu keliru, dan kita tidak bisa mengubahnya.  Kita harus mengakui bahwa kebanyakan kesalahan-kesalahan besar terjadi karena kekurangan kesabaran.  Kita ingat kisah Saul bukan.   Dari seorang raja yang diurapi Tuhan, menjadi raja yang tertolak.  Mengapa bisa?  Karena ia tidak sabar utnuk menantikan cara Tuhan bekerja waktu ia dalam keadaan terpepet.  IA menunggu nabi Samuel, namun karena tidak kunjung tiba, maka Saul melakukan segala cara yang tidak sesuai yang Tuhan mau.   Karena itulah ia ditolak oleh Tuhan.   Seberapa banyak diantara kita yang hidup seperti Saul.   Karena tidak sabar, kita bertindak menurut apa yang kita mau, dan karena itu kita salah dalam mengambil keputusan.  Dan ketika kita ingin mengubah kembali keputusan itu, kita menyesal, karena kita sudah terlambat.  
Seorang ibu pernah sharing.  Betapa ia menyesal.  Ketika anaknya waktu kecil, kita tau bahwa semua anak suka bermain.  Suatu saat ibunya lagi sangat sibuk dan sedang banyak masalah.  Tapi anaknya itu terus bermain disekitarnya dan mengganggu pekerjaannnya.   Lantas ibu ini kehilangan kesabaran,  ia mengatai anaknya itu dengan makian kata-kata binatang, dan kemudian ia menampar anaknya.   Anak itu ketakutan.  Selanjutnya hari-hari mereka berlalu begitu saja.  Tahun demi tahun berlalu.  Anak itu pun beranjak remaja. Perlahan-demi perlahan anak ini semakin jauh dari ibunya.  Ibunya kebingungan dan terus bertanya kepada pendeta digerejanya, mengapa ia susah sekali dekat dengan anaknya sendiri.  Dan selidik punya selidik, ternyata kejadian hari itu, ketika sang ibu menamparnya dan memakinya dengan kata-kata binatang, pada saat itu perasaannya sangat terluka.  Dan anak ini menyimpan kebencian terhadap ibunya.  Hal itu yang membuat mereka tidak lagi dapat dekat.  Sang ibu menyesali kejadian hari itu.  Ketidaksabarannya membawa kesalahan besar.
Ya, benerlah kata-kata Salomo bahwa kesabaran mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan besar.  Ketidak sabaran mendatangkan penyesalan besar.  Sebab itu orang yang sabar jauh melebihi seorang pahlawan.  Karena ia memiliki kekuatan sejati, ia memiliki hikmat, dan ia bijak sehingga tidak ada cela terjadinya kesalahan-kesalahan besar.
Bukankah Yesus yang kita sembah juga merupakan Tuhan yang sabar.  Ketika Ia tau bahwa Yudas akan mengkhianati Dia, ia tetap melayani Yudas dan membasuh kakinya.  Ketika Petrus menyangkal Dia, IA sabar, bahka IA terlebih dahulu yang menghampiri Petrus.  Ketika ia datang menyelamatkan dunia dari dosa, tapi bukan pujian yang diterima, tapi olokan dan hinaan, bahkan ketika ia harus disalibkan sebagai orang yang memalukan, bukankah Yesus tetap sabar.  Padahal bisa saja ia menghukum manusia-manusia yang menyalibkan-Nya pada waktu itu.  Kesabaran-Nya melampaui akal manusia.  Kesabaran-Nya mengagumkan kita.  Tapi kesabaran-Nya jugalah yang ingin ditunjukkan untuk kita teladani.
Ya….Kesabaran manusia memang ada batasnya, kita sering mengatakan ini.  Namun ketika kita melihat Tuhan yang kesabarannya tidak pernah terbatas, semestinya kita jangan membatasi kesabaran kita.   YA, teruslah sabar.   Orang yang sabar itu memang menderita.  Sebab kita harus menunggu, bertahan, berjuang,  menyangkal diri  dsb.  Kesabaran tentu membutuhkan proses yang lebih panjang.  Jauh lebih enak segera bertindak.  Namun kesabaran selalu memberikan buah yang manis bagi hidupmu.  Sebab itu teruslah bersabar.  Ya.  Bersabarlah dalam segala hal.
BERSABARLAH DALAM MENANTI SEGALA SESUATU.  Penantian itu memang acapkali membuat kita bersusah hati.  Tapi bersabarlah senantiasa dalam pengharapan.  Nantikanlah segala sesuatu dengan iman.   Penantian tidak pernah sia-sia.    Seandainya apa yang anda nantikan tidak kunjung tiba,  saya yakin Tuhan pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang lain untuk kebaikan diri kita.  Entah ia ingin memakai kita untuk suatu hal lain.  Entah ia ingin membuat kita kuat.  Yang pasti tidak akan pernah sia-sia. 
Saya ingin menyaksikan pergumulan salah seorang rekan saya di tim LCS.  Tentu saja saya sudah ijin sama orangnya untuk menyaksikan ini.  Sebagian kita mungkin mengenal dia.  Saudara Martinus dan istrinya Meidy.  (Bisa berdiri).  Mereka menikah dari tahun 2009.  Sebagaimana pasangan-pasangan yang sudah menikah, semua pasangan menharapkan akan kehadiran seorang anak bukan.  Demikian juga mereka mengharapkannya. Satu tahun, dua tahun, 3 tahun mereka berusaha, tapi Tuhan belum memberikan mereka seorang anak.   Awalnya mereka sangatlah optimis.  Tapi setelah melewati 3 tahun itu, rasa optimis itu mulai tergerus.  Mereka memeriksa kedokter dan tidak ada masalah sama sekali.  Berkali-kali konsultasi ke dokter, mencoba suplemen ini dan itu, dan memeriksa kematangan sel telur.  Tapi semua upaya mereka tidak membuahkan hasil.  Orang-orang sekitarpun mulai memberikan masukan, opini,  dan tanggapan-tanggapan.  “Mungkin streessm mungkin rahimnya terbalik, mungkin ia capek, harus makan ini, harus makan itu, jangan makan ini dan itu.”  Bahkan pertanyaan-pertanyaan pun banyak terlontar:  Mengapa tidak punya anak?  Kapan kalian punya anak.  Lantas pertanyaan-pertanyaan itu membuat mereka frustasi.  Mereka mulai menarik diri dari orang-orang yang memungkinkan menanyakan hal yang sama.  Mereka menarik diri dari pasangan-pasangan muda yang sedang punya anak, agar mereka tidak larut dalam kesedihan.  Pergumulan dalam menanti seorang anak tidaklah mudah bagi mereka.
Sampai suatu saat, mereka bertemu dengan seorang hamba Tuhan.  Hamba Tuhan ini mengatakan kepada mereka:    pasangan yang menikah dan punya anak itu adalah hal biasa, namun pasangan yang menikah dan tidak memiliki masalah apa-apa, tetapi tidak mempunyai anak, itu baru luar biasa.  Dan Tuhan tidak akan membiarkan keadaan luar biasa ini, tanpa sebuah rencana yang besar.  Tuhan pasti punya rencana, Tuhan pasti sedang memakai kita untuk maksu dan tujuannya.  Asal kita mau peka dan berjalan sama Tuhan.”  Malam ini menjadi malam yang penuh tangis, tapi disanalah mereka kemudian belajar untuk beriman lebih lagi kepada Tuhan.   Merekapun merasa lebih tenang dan sabar menghadapi kenyataan itu.  Mereka sudah tidak lagi ngotot untuk memiliki buah hati, tapi mereka belajar untuk berserah.  Namun apa yang terjadi?  Ketika mereka belajar untuk berserah dan beriman.  Pada saat itulah Tuhan membuka kandungan mereka.  Tahun 2015 awal Meidy dinyatakan hamil, dan baru saja ia melahirkan kemarin.  
YA..  Sabar menanti akan berbuah manis.  Buah yang manis itu bukan kita yang tetapkan, tapi Tuhan yang tentukan.  Saudara Martinus dan Meidy mungkin menunggu 6 tahun.  Mungkin penantian kalian sudah 10 tahun, bahkan mungkin sudah ada yang puluhan tahun.  Bahkan mungkin ada yang tetap tidak mendapat karena Tuhan punya rencana yang lain.  Namun ingat, tetaplah Sabar.  Kesabaran dalam menanti menunjukkan bahwa kita beriman akan Rencana Tuhan.  Saya suka sebuah picture yang pernah saya dapatkan.  Disana dikatakan demikian: Yusuf menanti selama 13 tahun untuk mendapat rahel, Abraham menanti 25 tahun utnuk mendapat seorang anak, Musa menanti 40 tahun untuk dapat masuk ke tanah kanaan, Yesus menantis 30 tahun sebelum ia tampil dimuka umum.   Jika Tuhan membuat kamu menanti saat ini, kamu sedang berada di jalur Tuhan.  Tuhan sering melatih iman kita dengan cara menanti.  Sebab itu sabarlah, sabarlah.
YA.. Sabarlah dalam menanti segala sesuatu.  Apa yang saudara nantikan saat ini?  Menanti pasangan hidup, menanti seorang anak untuk pernikahan kalian, menanti kesembuhan dari Tuhan, menanti pemulihan relasi?  Penanti perubaha karakter anak kita?  Menanti hasil yang baik dari kerja keras kita?  Menanti keadaan berubah?  Apapun juga yang saudara sedang nantikan saat ini, nantikanlah dengan sabar dalam iman kepada Tuhan.
BERSABARLAH DALAM MENGHADAPI SEGALA SESUATU.   Bukan hanya bersabar dalam menanti segala sesuatu, kita pun harus bersabar dalam menghadapi segala sesuatu.  Kita tau bahwa hidup ini seperti  roda yang berputar.   Tidak selalu hidup kita bisa di atas, terkadang kita berada di titik terburuk dalam hidup ini.   Dan satu kejadian saja bisa membawa hidup kita kedalam keterpurukan.  Dan kita tidak bisa menghindari itu.   Bisa jadi penderitaan datang menimpa kita.  Bisa jadi kesusahan datang menerpa. Mungkin tekanan-tekanan kehidupan bisa menghajar kita dan merengut jiwa kita.  Pada saat itu terjadi dalam hidupmu, bersabarlah.  Jangan putus asa.   Sabarlah dalam menghadapi segala sesuatu.  Percayalah bahwa dibalik semua tekanan hidup dan penderitaan yang Engkau Alami, ada maksud Tuhan yang Tuhan siapkan untuk kita jalani.
Suatu ketika seorang pendeta bersaksi, sewaktu ia mendapat kesempatan ke Israel, ketika berjalan samping pertanian di Israel, ia bingung, ada pohon korma yang masih kecil-kecil, tapi semuanya di tindis dengan batu-batu yang cukup besar.  Terus dia bertanya kepada tourgatenya.  Mengapa pohon korma itu ditindis batu.  Apakah itu tidak bikin pohon itu mati dan tidak bertumbuh?    Kemudian tour gate itu menjawab:  Kami sengaja menindih pohon korma itu dengan batu, agar akarnya semakin menancap kedalam.  Kalau akarnya menancap kedalam, ia akan menjadi sebuah pohon korma yang kuat.   Memang pohon korma yang tidak ditindih batu akan lebih cepat bertumbuh dan cepat besar.  Namun hasil akhirnya, pohon korma yang ditindih batu akan lebih besar dan lebih kokoh dibanding korma yang tidak ditindih dengan batu.  Dan tourgate itu mengatakan demikian:  taukah, ketika akar itu sudah dalam menancap ke tanah, pohon korma itu akan menggulingkan sendiri batu yang menindih mereka.
Saya sangat terberkati dengan perumpamaan ini.   Hidup kita ini seperti pohon korma itu.  Adakalanya tekanan-tekanan kehidupan dan penderitaan diijinkan ada dalam hidup kita.  Tapi semua penderitaan itu mestinya memperkuat kita.  Penderitaan yang diijinkan Tuhan tidak pernah terjadi tanpa maksud dan tujuan.  Tekanan kehidupan, penderitaan, dan pergumulan memang menyusahkan kita.  Namun jika kita bersabar menghadapi semua itu, kita akan semakin kuat, dan hidup kita akan berlimpah dengan hikmat dan bijaksana.  Pada saat itulah, hidupmu menjadi more than Heroes.  Karena engkau menjadi orang yang bijak, tahan uji, dan menjadi kesaksian yang hidup lewat kesabaranmu.
Hal apa yang menguji kesabaranmu saat ini?  Pekerjaanmu, penyakitkah, penolakankah, pelakuan tidak adil dari orang terdekatmu, pengkhianatan kah? Atau apa?   Tetaplah sabar.  Jangan gegabah.  Sabar saja.  Karena, Berdoa minta Tuhan untuk menambahkan kesabaran dalam hidup kita.  Tapi bukan hanya berdoa, kita sendiri harus merendahkan hati untuk terus belajar untuk bersabar.  Jadilah pahlawan-pahlawan iman, yang sabar menantis segala sesuati, dan sabar menghadapi segala sesuatu.
 

Friday, June 12, 2015

KASIH SEMPURNA (HOSEA 3)



Suatu ketika seorang teman saya bercerita pengalamannya.  Pada waktu itu ia belum menikah dan akan melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya.  Mereka merencanakan segala sesuatu, dan hari pernikahan itu pun tiba.  Tapi di hari pernikahan itu sang calon suami agak gelisah.  Dan kemudian dia memanggil teman saya ini ketempat pribadi sebelum pemberkatan nikahnya.  Dan betapa terkejutnya teman saya, di sana ia mengakui semua kesalahannya, bahwa ia sudah main perempuan, ia sudah selingkuh tanpa sepengetahuan teman saya.   Teman saya begitu shock.  Sebentar lagi pernikahan dijalankan, dan undangan sudah pada hadir di gereja.  Dan dia mendengar berita itu bagaikan petir di siang bolong.  Akhirnya ia tetap menjalankan pernikahannya, tapi setelah itu ia sempat hampir jatuh pingsan karena tidak kuat menanggung beban.  

Tidak mudah memang menerima seseorang yang berkhianat, yang menciderai kepercayaan yang diberikan, dan yang menodai kesetiaan yang kita berikan.   Pengkhianatan acapkali menyebabkan perasaan sakit hati, kekecewaan, kepahitan, kemarahan, dan perasaan-perasaan negatif lainnya.   Kalau tau dari awal orang tersebut akan berkhianat pasti kita tidak mau menerima dia.

Tapi menarik sekali kitab Hosea yang kita baca.  Siapa Hosea?  Hosea merupakan seorang nabi yang dipanggil Tuhan untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada umat Israel.  Seorang nabi itu dapat menyampaikan pesan Tuhan dengan berbagai cara.  Bisa secara verbal, yaitu melalui ucapan.  Bisa juga secara actional, tindakan nyata sebagai analogi.   Nah, nabi Hosea kali ini diperintahkan Tuhan secara aksional dengan cara menikahi seorang pelacur.  Ini tentu bukan perintah yang mudah.  Hosea disuruh menikahi seorang pelacur yang tidak pernah menyatakan bertobat dari tindakan melacurnya.   Siapa yang mau menikah dengan perempuan demikian.  Kalau konteks sekarang, kita disuruh menikahi pelacur, amit-amit.  Pertama resiko akan kena penyakit.  Kedua, kita sudah tau pelacur itu pasti akan berkhianat suatu saat.  Karena dia belum sungguh-sungguh bertobat dari tindakan melacurnya.   Ini perintah yang tidak gampang untuk dilaksanakan.  Tapi demi ketaatan kepada perintah Allah, hosea memilih taat.

Akhirnya mereka menikah, memiliki anak, dan seperti yang diperkirakan, akhirnya istrinya kembali melacur, dia pergi selingkuh dengan pria lain. Tentu ini menyedihkan dan menyakiti hati Hosea selaku suaminya.  Kalau saya jadi Hosea saya mungkin akan berkata kepada Tuhan:  “Tuhan, benar kan.  Ini akibatnya menikahi seorang pelacur.  Dia kembali melacur.  Harga diri saya hancur.  Nama baik saya rusak. Dsb.”   Tapi menarik sekali,  tidak cukup sampai disana, memasuki pasal 3, datanglah kembali perintah Tuhan kepada Hosea.  Dan kali ini Tuhan memberi perintah yang sekali lagi sangat mengejutkan.   Tuhan mengatakan: Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah itu.   Ya.. Tuhan memerintahkan Hosea untuk mencintai lagi istrinya yang sudah mengkhianati, menyakiti dan mempermalukan dia.   Tuhan menyuruh Hosea membeli perempuan itu dari tangan orang yang membeli pelacur itu.  Sungguh bukan sebuah perintah yang mudah untuk dilakukan.  Sudah dikhianati, dipermalukan, kini harus mengeluarkan sejumlah uang (15 syikal perak dan 1,5 homer jelai) untuk kembali mengambil perempuan yang berkhianat itu.  Dan Tuhan meminta Hosea untuk menerima kembali.

Apa tujuan Tuhan memerintahkan nabi Hosea untuk melakukan semuanya itu?  Tuhan ingin bernubuat melalui tindakan Hosea nabi-Nya.  Tuhan ingin menyatakan bahwa betapa Tuhan mengasihi umat-Nya.  Meskipun Israel berkali-kali berselingkuh dengan menyembah ilah lain.  Meski Israel berkali kali melukai hatinya.  Meski Israel berkali-kali mengkhianati Dia.  Dan meski umatnya telah mempermalukan diri-Nya.  Ia tetap mengasihi mereka dan menerima mereka kembali.  Tuhan tetap mengharapkan umatnya untuk kembali dan bertobat.   

Ketika merenungkan bagian ini saya merinding.  Saya tersadar, bahwa kasih Tuhan itu memang terlalu besar dan tak pernah terpikirkan oleh kita manusia.  Seringkali kita meremehkan kasih Tuhan.  Kita sering merasa kita terlalu buruk untuk dikasihi.  Perbuatan dosa yang berulang-ulang membuat kita berpikir bahwa Tuhan sudah meninggalkan kita.  Seorang anak muda pernah berkata:  “Ko, saya kira Tuhan sudah tidak akan mengampuni saya lagi.  Saya selalu berbuat dosa yang berulang-ulang.  Saya bertobat dan saya melakukan lagi.”   Dan ternyata tidak sedikit orang yang berpikiran seperti demikian.  Kita menyamakan kasih Tuhan dengan kasih manusia.  Padahal kasih Tuhan itu terlalu luas.  Pengampunan-Nya, kemurahan-Nya, kasih-Nya, tidak masuk dalam akal manusia.   Ia selalu menerima diri kita apa adanya.  Itu sebabnya saya merinding.  Saya merinding kita saya menyadari bahwa Tuhan mengasihi kita sedemikian rupa. 

Ya, Tuhan mengasihi saudara.  Bahkan dia sangat mengasihi saudara.  Meski berkali-kali kita mungkin melukai hati-Nya.  Meski kita berkali-kali mendukakan dia.  Meski kita berulangkali melakukan kesalahan yang sama, kasih-Nya tetap melimpah bagi kita.  IA tetap menerima kita, asal kita mau kembali kepada-Nya.   Ya, kasih Tuhan teramat besar.  Meskipun ini bukanlah menjadi dasar untuk kita bisa berbuat dosa sesuka hati.  Seharusnya kasih Tuhan ini menjadi dasar bagi kita untuk bersyukur, dan kembali mendekat kepada Tuhan melakukan yang Ia mau, dan berusaha kembali untuk lebih mengasihi Dia.  Karena tidak ada yang mengasihi kita melebihi Tuhan kita.

Namun dalam kasih itu pasti ada pengajaran dan didikan.  Sama seperti pengamsal pernah mengatakan “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”   Adakalanya cara Tuhan mengasihi dengan memukul kita.  Tapi ada kalanya juga ia mengasihi kita dengan cara mendiamkan kita.  Di ayat3-4 dikatakan “Lama engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal, dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh dengan engkau.””Sebab lama orang Israel akan diam dengan tidak ada raja, tiada pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala, tiada efod, dan terafim.”  Ya, adakalannya Tuhan ingin mendidik anak-anak-Nya dengan cara berdiam diri.  Dengan berdiam diri, umat Tuhan akan merasakan kehampaan tanpa Tuhan.  Dengan berdiam diri, umat Tuhan akan menyadari bahwa ia membutuhkan kasih Tuhan.  Dengan berdiam diri, umat Tuhan akan mengintropeksi dirinya.   Ya, ada kalanya Tuhan berdiam terhadap kita.  Ada kalanya Tuhan tidak mengulurkan tangannya menolong kita agar kita disadarkan bahwa kita tidak bisa jauh daripada Tuhan.

Saya teringat dengan bagaimana cece saya pernah menghukum anaknya yang masih kecil.   Salah satu cara ia menghukum anaknya yang tidak mau mendengarkan perintahnya ialah, anak itu di taruh di pojok ruangan, dan anak itu harus berdiam diri selama beberapa waktu lamanya tidak boleh kemana-mana.  Kalau anaknya keluar dari pojok itu, ia akan ditaruh lagi disana dan waktu hukuman akan ditambah.  Selama anak itu mendapat hukuman, cece saya tidak akan menggubris dia.  Walaupun anak itu menangis tidak karuan.  Walaupun anak itu bilang mau ke wc.  Biar anak itu muntah-muntah.  Cece saya tidak akan perdulikan dia sampai anak itu sampai waktu yang sudah ditetapkan.  Tujuan hukuman ini adalah, agar anak itu sadar, bahwa ia sudah membuat mamanya sedih dengan kenakalannya.  Selain itu agar anak ini sadar bahwa ia tidak bisa hidup tanpa kasih orangtuanya.  Anak iini sadar bahwa ia harus bergantung sama orangtua mereka.

Adakalanya Tuhanpun melakukan hal yang serupa dengan kita.  Adakalanya dia memilih berdiam terhadap semua persoalan kita.  Bukan dia tidak baik.  Bukan Dia tidak perduli.  Tapi adakalanya Tuhan memilih jalan diam, karena ia mau kita lebih bergantung kepada-Nya, lebih bersandar, dan lebih menyadari bahwa kita tidak bisa hidup jauh daripada Tuhan.  Adakalanya Tuhan membiarkan kita berjuang sendiri agar kita sadar untuk tidak lagi melupakan Dia dan tidak lagi berbuat dosa yang menyakiti hatinya.
Tapi tidak selamanya Tuhan akan berdiam.  Sama seperti cece saya yang kemudian setelah selesai masa penghukuman itu, ia akan menghampiri anak itu, menanyakan sudah tau dimana salahnya, dan kemudian memeluk anaknya erat menyatakan bahwa ia tetap mengasihi anaknya.  Demikian juga Tuhan tidak akan terus berdiam.  Sampai di batas waktu yang ia sudah tetapkan,  IA akan menghampiri kita, menyatakan kuasanya, menyatakan kasih-Nya kepada kita, dan membuat kita kembali takjub akan semua karya Tuhan yang hebat dalam hidup kita.

Sunday, May 17, 2015

KEBANGKITAN KRISTUS




Akhir-akhir ini saya sedang membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang detektif Amerika yang terkenal.  Buku ini bagus karena ditulis oleh seorang detektif yang dulunya adalah seorang Ateis.  Sebagai seorang detektif mereka terbiasa untuk menalar dan melogikakan semua kasus-kasus yang ada dengan logika yang kuat.  Dan sejak lama detektif ini begitu anti dengan sesuatu yang bersifat supranatural.  Sampai pada kejadian-kejadian yang menimpa dia, dan membuatnya kembali berpikir untuk mencoba meneliti Alkitab, dan dengan cara detektifnya dia meneliti Alkitab.  Ternyata alhasil hidupnya diubahkan.  Dia menjadi seorang yang percaya Tuhan, dan menemukan bahwa banyak hal yang diperbuat Tuhan Yesus itu sangat logis.
Nah hari ini saya ingin menyampaikan beberapa pendapatnya tentang peristiwa kebangkitan Yesus yang dulunya dia rasa tidak masuk akal.  Namun ketika dia mengistevigasi kembali Alkitab, dia menemukan ada sesuatu yang justru tidak masuk akal jika kita tidak mempercayai kebangkitan Yesus.
Kemudian dia mencoba mengajak kita untuk berpikir seperti seorang detektif ketika berbicara tentang kebangkitan Yesus.  Caranya sederhana:  Dia membuat berbagai kemungkinan yang ada seputar kasus tersebut, dan dia mencari kesimpulan yang paling masuk akal yang paling mendekati kenyataan.
Pertama ia menyusun kebenaran-kebenaran yang bisa diterima oleh orang yang percaya kebangkitan maupun orang yang tidak percaya kebangkitan.  Pertama, Yesus mati di kayu salib dan dikuburkan.  Kedua, kubur Yesus kosong dan tidak ada orang yang menemukan jasadnya.  Ketiga, murid2 Yesus yakin bahwa mereka melihat  Yesus yang bangkit.  Keempat, murid-murid Yesus mengalami perubahan drasti setelah menyaksikan kebangkitan.  Baik orang Kristen dan orang ateis mengakui ini sebagai kebenaran.  Kemudian dia mulai masuk kedalam kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.

1.     Murid-murid salah tentang kematian Yesus.  Orang skeptis mengatakan, oh murid-murid itu mengira Yesus sudah mati, padahal Yesus belum sungguh-sungguh mati, tapi masih hidup dan kemudian menampakan diri dihadapan murid-murid ketika lukanya mulai mengering
Tapi ada masalah dengan pendapat ini:  Pertama, berkaca dari pengalaman, yakinlah bahwa setiap saksi mata yang pertama menemukan jenazah orang yang mereka sayangi akan segera mengecek tanda-tanda kehidupan yang paling kentara.  Apakah tubuhnya dingin, kaku, dan pucat.   Karena orang mati akan kehilangan panas tubuh dan terasa dingin saat disentuh.  Selain itu tubuh akan menjadi kaku.  Lagi pula Alkitab menyaksikan prajurir Roma sudah menusuk lambung Yesus untuk memastikan Yesus mati.  Seorang prajurit Roma yang tidak mungkin salah dalam membunuh orang.  Mereka terancam mati jika mereka membiarkan tahanan bebas dari penyaliiban.   Dan menariknya banyak buku-buku Romawi yang tidak pro kekristenan dengan jelas menyatakan bahwa Yesus mati.  Dan logikannya juga, tidak mungkin dalam 3 hari, Yesus yang terluka itu bisa menggulingkan batu dan berjalan menampakan diri kepada murid-murid dan berkata-kata dengan jelas tanpa terkesan menyakitkan.  Jadi kemungkinan ini gugur.

2.     Murid-murid berbohong tentang kebangkitan Yesus.  Beberapa orang non Kristen mengatakan murid-murid mengambil jasad Yesus dan kemudian mengarang cerita bohong. 
Tapi ada masalah juga dalam pokok pikir ini: 1.  Otoritas orang Yahudi pasti sudah mengambil banyak tindakan pencegahan untuk memastikan makam itu tersegel dan dijaga dengan rapat.  2.  Penduduk setempat akan tau bahwa cerita itu bohong.  3.  Perubahan hidup para murid dari sangat takut menjadi sangat berani setelah berjumpa Yesus yang bangkit sangat tidak mungkin terjadi kalau berita itu berita bohong.  Bagaimana mungkin berita kebohongan bisa membuat orang berani mengabarkan injil sampai mati?  Jadi hal ini juga susah diterima.

3.     Para murid berhalusinasi.  Beberapa orang skpetis juga yain bahwa murid, lantaran dilanda kesedihan yang mendalam, maka mereka berhalusinasi melihat Yesus hidup.  Memang ketika orang sedih berat karena kehilangan seseorang bisa mengalami halusinasi.  Tapi ada beberapa keberatan juga:  Pertama, argumen ini gagal menjelaskan tentang mengapa kubur Yesus kosong.  Kalau misalkan halusinasi, seharusnya kubur Yesus tetap ada.  Dan menurut pengamatannya selama menjadi detektif, tidak pernah halusinasi dialami oleh sekelompok besar orang dengan halusinasi yang serupa.  Meskipun halusinasi kelompok bisa terjadi sementara, halusinasi yang berlangsung dalam waktu panjang dan bertahan lama tidak pernah tercatat dalam sejarah dan tidak masuk akal.   Dan kita tau, bahwa tidak semua murid Yesus bisa menerima orang yang berhalusinasi dengan senang hati.  Contohnya ada Tomas yang skeptis dan tidak percaya perkataan murid-murid yang lain.  Tapi kini ia sendiri melihat dan hidup mereka.

4.     Ada juga yang mengatakan bahwa observasi para murid yang terdistorsi.  Artinya Cerita Yesus ini sebenarnya mati.  Tapi kemudian ceritanya berkembang berkembang, dan dilebih-lebihkan sehingga Yesus menjadi legenda sebagai Tuhan yang bangkit.  Tpi ada keberatan juga.  Kalau legenda, semestinya terjadi bertahun tahun setelah peristiwa tersebut.  Namun sejak awal kematian Yesus, ditemukan banyak catatan sejarah yang terpercaya yang bercerita tentang kebangkitan Yesus.  Dan kalau ini legenda, bagaimana dengan kubur yang menurut sejarah jasad Yesus tidak lagi ada?  Ini juga pendapat yang susah diterima.

Akhirnya Wallace, detektif yang menulis buku itu, kemudian mencoba menyimpulkan masalah-masalah apa yang terjadi jika memang yang terjadi demikian:  Bahwa Yesus benar-benar bangkit secara akurat.  Dan ternyata, kebenaran ini malah berhasil menjelaskan kubur yang kosong, observasi kebangkitan dan perubahan hidup para rasul.  Satu-satunya hal yang susah diterima ialah, karena hal ini bersifat supranatural.  Dimana tidak ada orang yang bangkit dari antara orang mati.  Dan apa yang supranatural itu bukan berarti tidak masuk akal (yang bertentangan dengan logika berpikir), tapi itu berarti kita belum dapat memikirkannya tapi secara logika berpikir masuk akal.
Disini meyakinkan kita sekali lagi bahwa kita memiliki Tuhan yang hidup.  Tuhan yang bangkit,Tuhan yang menang atas maut.  Betapa kita bersyukur memiliki Tuhan sumber pengharapan yang sungguh bangkit dari kematian.