Showing posts with label Anugerah. Show all posts
Showing posts with label Anugerah. Show all posts

Saturday, October 06, 2018

Orang Terdekat



"Orang yang paling mampu melukai hati kita adalah orang terdekat kita sendiri", saya kira ini sebuah kebenaran yang telah dialami banyak orang.  Termasuk saya.  Entah kenapa, hati ini tampak begitu rapuh dan mudah terluka dengan apa yang dilakukan oleh orang yang paling dekat.  Yang seharusnya jika itu dilakukan oleh orang lain, mungkin sakitnya tidak seperti itu.  Namun ketika orang terdekat kita yang melakukannya, sakitnya itu tidak terkatakan.


Misal: Kalau teman biasa mengkhianati kita atau menolak kita, kita akan lebih tenang, dan kemudian berkata "Cukup tau dalam hati", ternyata orangnya begitu.  Namun ketika sahabat atau kekasih kita yang mengkhianati  atau menolak kita, kita akan bertanya "Why do you hurt me", dan seakan ada sesuatu yang menghujam jantung, dan ada gravitasi besar yang memaksa air mata kita keluar dari pelupuk mata.


Dilematis sekali bukan?   Kalau dipikir-pikir, seharusnya karena dia sahabat atau kekasih kita, seharusnya mereka adalah pribadi yang paling kita maklumi, dan pribadi yang bisa kita terima apa adanya.  Tapi disatu sisi, sebuah hal kecil mudah melukai hati kita.  Ini dilematis yang terjadi jika kita ingin menjalin relasi dengan orang dekat kita.

Sebagian besar orang lantas memilih untuk membangun tembok, dengan dalih "takut terluka", "Cukup sekali jantung terkoyak", atau "Mau hemat air mata".  Mereka menarik diri dari keterbukaan untuk terjalinnya relasi terdekat kembali.  Menutup kamar hati mereka erat-erat, agar tidak ada satu pribadipun yang bisa masuk kedalamnya.

Nah, hari ini saya cuma teringat dengan peristiwa ketika Yesus dikhianati dan ditolak oleh rasul Petrus, murid terdekatnya.  Saya kira tidak perlu dijelaskan kembali, betapa dekatnya relasi Yesus dengan Petrus.  Yesus mengasihi Petrus melebihi kasih sebagai guru dan murid.  Tapi ia mengasihi seperti seorang sahabat, seorang ayah, sebagai orang yang terdekat. 
Bagaimana ya kira-kira perasaan Yesus ketika PEtrus mengatakan: Aku tidak mengenal dia?  DAn itu terjadi ketika Yesus mengalami pergumulan yang sangat berat.  Sedih, terluka, kecewa, atau bagaimana?  Ingat, PEtrus sangat dekat dengan Yesus, dan orang terdekat itu juga yang menyangkal dan menolakYesus.

Tapi satu hal menarik yang saya perhatikan, bukan soal perasaan Yesus, tapi apa yang Yesus lakukan setelah itu.  Ia yang kembali mencari Petrus, IA yang kembali menerima PEtrus, IA kembali memberikan kesempatan kepada Petrus untuk mengasihi Dia kembali, dan kembali menjalin relasi kedekatan.  Bahkan Yesus memilih Petrus untuk menjadi pemimpin dari rasul-rasul lain, dan memakai PEtrus dengan luar biasa.


Ahh, Tuhan.  Saya mau punya hati seperti itu.  Hati yang terus terbuka untuk mengasihi.  Hati yang mau menerima kembali.  Hati yang siap mengampuni, bahkan sebagaimana hati ini terluka.
Mampukan kami Tuhan.  PErtebal kembali hati yang rapuh ini.

Tuesday, July 17, 2012

DILEMAHKAN UNTUK MENJADI KUAT



Di dalam kekristenan terdapat banyak sekali pengajaran-pengajaran yang bersifat paradoks.  Paradoks itu artinya kelihatannya seperti saling bertentangan, namun kalau diteliti baik-baik, sebenarnya mereka tidak bertentangan sama sekali.  Misal:  Menjadi pelayan untuk menjadi pemimpin, hal ini tampak bertentangan bukan?  Menjadi pelayan tidak mungkin jadi pemimpin.  Namun sebenarnya hal ini tidak bertentangan.  Kita bisa menjadi pemimpin yang melayani.  Contoh pengajaran Kristen lainnya yang bersifat paradoks antara lain:  Melayani, bukan dilayani; menjadi mulia dengan melepaskan hak; orang yang dikasihi justru dihajar; melihat yang tidak terlihat; dsb. 

Namun dari semua paradoks itu, ada satu paradoks yang menarik perhatian saya.  Paradoks itu mengatakan “Ketika kita menjadi lemah, kita akan menjadi kuat”.  Hal ini sungguh tampak bertentangan.  Bagaimana mungkin seorang yang lemah bisa sekaligus disebut kuat?  Hal ini tampak tidak masuk akal bukan?  Namun realita menunjukkan demikian:  Ketika kita lemah, justru kita akan menjadi kuat.  Tentu saja semua ini ada penjelasannya.  Karena itu saya mengajak setiap kita untuk merenungkan kisah dari seorang yang bernama Gideon.

Kisah Gideon ini di awali dari pasal 6:1 yang menceritakan demikian “Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan; sebab itu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya.”  Selama tujuh tahun itulah umat Israel itu mengalami penderitaan dan tekanan yang berat.  Setiap kali mereka menanam sesuatu, pas sudah dekat musim menuai, orang-orang Midian datang untuk merampas hasil panen mereka.  Domba, lembu, dan segala ternak yang dimiliki orang Israel selalu di rampas. Sampai-sampai di ayat 6 dikatakan “sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu...” yang menunjukkan penderitaan yang begitu hebat.   Penderitaan itu tidak lain disebabkan oleh karena dosa mereka sendiri.  Karena perbuatan jahat itulah, maka Tuhan membiarkan mereka berjuang sendiri melawan orang-orang Midian.

Singkat cerita umat Israel menyesal atas perbuatan mereka, dan merekapun mencari Tuhan.  Lalu Tuhan yang begitu mengasihi umat Israel bagai seorang ibu mengasihi anak-anaknya, Ia menolong Israel untuk keluar dari penjajahan bangsa Midian.  Tuhan membebaskan Israel dengan mengirimkan seorang hakim yang muda belia yang bernama Gideon.

Namun pada saat itulah kepercayaan umat Israel kepada Tuhan di uji.  Ketika mereka hendak berperang melawan Midian, bergabunglah bersama Gideon 32.000 pasukan siap tempur.  Sebenarnya ini merupakan jumlah yang cukup banyak, namun jika dibanding dengan pasukan Midian, jumlah 32.000 itu tidak ada apa-apanya.  Alkitab mengatakan pasukan orang Midian itu seperti belalang banyaknya, bahkan seperti pasir di laut.  Yang menyatakan terlalu banyak hingga tidak lagi dapat terhitung.  Mungkin diperkirakan ada ratusan ribu bahkan jutaan pasukan Midian.  Dengan modal keberanian, orang Israel berusaha melawan orang Midian dengan segala pasukan yang ada.

Tetapi apa yang terjadi sebelum mereka berperang?  Tiba-tiba Tuhan berfirman kepada Gideon bahwa pasukan yang bersama Gideon itu terlalu banyak, dan Tuhan mau Gideon mengurangi jumlah pasukannya.  Kemudian diadakanlah pengujian pertama.  Pasukan yang semula berjumlah 32.000 orang kini tersisa 12 ribu orang.  Semakin jauhlah perbedaan jumlah pasukan mereka.  Tapi tidak cukup disana.  Tuhan berfirman lagi menyuruh Gideon mengurangi jumlah pasukannya lagi.  Masih terlalu banyak kata-Nya. Diadakanlah pengujian yang kedua, alhasil yang tersisa tinggal 300 orang.  Bayangkan saja, dari 32.000 orang pasukan melawan ratusan ribu, menjadi 300 orang melawan ratusan ribu.  Dan Tuhan menyuruh Gideon berperang dengan 300 orang itu.  Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa iman percaya umat Israel dan Gideon sangat diuji. 

Ketika saya merenungkan hal ini, saya bertanya-tanya “apa maksud Tuhan akal hal ini, mengapa Ia sengaja mengurangi jumlah pasukan Israel sampai sesedikit itu.”  Ketika merenungkanya saya menemukan sebuah jawaban.  Terkadang Tuhan sengaja mengurangi kekuatan kita supaya kita dapat melihat kekuatan-Nya yang jauh lebih perkasa.  Terkadang Tuhan sengaja membuat kita lemah terlebih dahulu, agar kita dapat melihat kekuatan-Nya yang besar menaungi diri kita.  Inilah bagian yang hendak diajarkan oleh Alkitab.  Paulus sendiri pernah berkata “Saya suka bermegah dalam kelemahanku, sebab, dalam kelemahanku lah kuasa Tuhan menjadi sempurna.”  Semakin kita lemah, semakin kita memandang kepada Tuhan, dan semakin kita bergantung kepada kuasa-Nya.  Semakin kita lemah, maka semakin kita menjadi kuat
Pernahkah bapak ibu berada dalam kondisi demikian?  Saya  mengenal seorang perempuan yang baru menikah ketika usianya sudah menginjak kepala 3.  Perempuan ini dapat dikatakan seorang Kristen-Kristenan, yang tidak terlalu peduli tentang Tuhan, tapi ia tetap ke gereja tiap minggu karena rutinitas sejak kecil. Satu kerinduan bagi seorang perempuan yang baru menikah umumnya adalah ingin memiliki momongan.  Tapi perempuan ini belum juga memiliki momongan dalam 2 tahun usia pernikahan mereka.  Dengan segala upaya ia mengusahakan untuk bisa memiliki anak.  Ia pergi ke dokter, konsultasi, minum ramuan yang katanya bisa menolong perempuan untuk mengandung, masih tidak bisa lagi, ia mencoba keluar negeri untuk dibantu pengobatannya.  Ia menjaga kesehatannya dengan baik. Dan banyak lagi upaya yang dilakukannya.  Tapi 1 tahun berlalu, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun... perempuan ini tidak kunjung mengandung.  Akhirnya karena kekuatannya sudah sirna, iapun menangis dihadapan Tuhan.  Dengan tanpa daya ia datang kepada Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan.  Ia mulai sungguh-sungguh beribadah. Mulai rajin bersaat teduh.  Mulai suka mendengarkan khotbah-khotbah yang ada di televisi dan sebagainya.  Walaupun belum juga dikaruniakan anak, tapi perlahan-lahan imannya mulai tumbuh.  Emosinya mulai stabil.  Dan dalam dirinya ia yakin bahwa Tuhan akan menyediakan yang terbaik.  Dan iapun menjadi orang yang kuat dan tegar.

Terkadang memang Tuhan harus mengambil kekuatan kita agar mata kita dapat tetap memandang kepada-Nya.  Tuhan merindukan agar setiap kita dapat semakin percaya kepada-Nya dan semakin mengandalkan Dia.  Bagaimana dengan saudara di tempat ini? Mungkin saat ini saudara sedang mengalami banyak pergumulan.  Mungkin tekanan-tekanan dalam pekerjaan, masalah ekonomi, sakit penyakit yang menyerang, bencana alam, dan banyak lagi permasalahan yang datang menyerbu hidup kita.  Mungkin saat ini kita merasa kekuatan kita sudah hampir habis.  Kita mengharapkan sesuatu, namun bukannya semakin dekat dengan apa yang kita harapkan, realita menyatakan bahwa hampir mustahil kita bisa menggapai apa yang kita harapkan.  Jika itu yang saudara alami saat ini, janganlah putus asa, mungkin Tuhan sedang mengambil kekuatanmu agar engkau bisa semakin mengandalkan Tuhan.  Jangan pernah sekalipun menyerah, sebaliknya arahkan pandanganmu kepada-Nya.  Dan mari kita belajar untuk tetap percaya kepada kedaulatan Tuhan atas hidup kita.  Rencana Tuhan tidak pernah meleset atau keliru.  Ia tau jalan yang paling tepat buat kita.  Ia tau apa yang harus diperbuat bagi masa depan kita.  Ia mau kita menjadi anak-anak Tuhan yang kuat.

Friday, November 05, 2010

Give Mercy (Imamat 25:35-38)


Angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia semakin hari semakin bertambah. Perkembangan teknologi membuat banyak pabrik dan perindustrian mengurangi tenaga pekerja mereka. Krisis demi krisis yang menyergap negeri kita juga turut andil dalam meningkatkan angka kemiskinan. Krisis yang terjadi menyebabkan minat pembeli menurun. Mau tidak mau banyak perusahaan mengurangi produksi, sehingga beberapa karyawannya harus di PHK dan lowongan kerja banyak yang dikurangi. Semakin banyaklah angka pengangguran dinegeri ini. Belum ditambah para pemimpin negara dan para pengusaha-pengusaha subur yang melakukan tindakan korupsi dan berbuat curang untuk menyedot uang rakyat. Ada juga kejadian di mana hasil panen para petani di beli dengan harga yang sangat murah; tidak sesuai dengan keringat yang mereka peras tiap hari. Maka terjadilah bahwa yang kaya menjadi tambah kaya, dan yang miskin semakin melarat. Ditambah lagi bencana alam yang semakin tidak bersahabat. Bencana itu menghabiskan milyaran harta benda dari orang-orang kecil. Penggangguran semakin banyak, dan angka kemiskinan semakin meningkat. Pengemis dan pengamen semakin marak di sudut lampu merah di kota-kota besar. Anak-anak kecil yang tinggal di jalan dan tidur berselimutkan langit semakin sering terlihat. Orang-orang yang meminta-minta semakin banyak....bukan karena mereka tidak mau memberi, melainkan tidak ada sesuatu yang dapat mereka berikan.

Di tengah kondisi negara seperti ini, apa yang seharusnya orang Kristen perbuat? Apa yang Tuhan inginkan untuk umat-Nya kerjakan? Perikop yang kita baca setidaknya memberitahukan kepada kita. Perikop ini berbicara tentang bagaimana seorang umat pilihan wajib untuk menolong sesamanya yang mengalami kesusahan / miskin. Jika kita memperhatikan keseluruhan kitab ini maka kita bisa menemukan 1 topik utama atau 1 maksud utama yang ingin disampaikan oleh penulis. Dengan jelas tema utama itu berbicara mengenai kekudusan hidup. Kalau boleh diringkaskan maka kitab Imamat ini dapat teringkas dalam sebuah perintah di pasal 11:44-45 “haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus....” Bisa dikatakan Imamat merupakan sebuah buku panduan mengenai kekudusan, sehingga umat Allah boleh merasakan berkat Allah. Dari pasal 1-7 merupakan aturan-aturan tentang bagaimana mereka memberikan korban bakaran, sajian, pendamaian, dsb, dengan korban yang terbaik untuk kekudusan hidup; Pasal 8-10 berbicara tentang para imam yang harus menjaga kekudusan hidup; pasal 11-15 berbicara mengenai sesuatu yang halal dan yang haram (Seperti kusta, makanan, dsb); dan selanjutnya semua tema berbicara tentang ketetapan-ketetapan kekudusan, seperti kudusnya perkawinan, kekudusan hidup, kudusnya umat Tuhan, kekudusan dalam kebaktian, dsb.

Menariknya sampai perikop yang kita baca, penulis memasukan tentang bagaimana kita harus bersikap kepada orang-orang miskin atau orang yang tidak mampu. Dimana umat Allah harus memberikan kemurahan kepada orang-orang demikian. Dengan kata lain hubungan umat Allah dengan orang miskin itu termasuk dalam panduan kekudusan hidup. Jika kita bermurah hati kepada orang-orang miskin maka kita menjaga kekudusan itu. Tapi jika kita tidak bermurah hati, apalagi kita memanfaatkan dan memperbudak orang-orang miskin itu dengan kejam, maka kita sudah melanggar kekudusan itu.

Yang menjadi dasar untuk umat Allah memberi kemurahan terdapat di ayat 38 “Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, untuk memberikan kepadamu tanah Kanaan, supaya Aku menjadi Allahmu.” Inilah dasar mengapa umat Israel harus bermurah hati kepada orang-orang demikian. Karena mereka sendiri dulu adalah budak. Mereka dahulu adalah orang-orang miskin dan orang-orang kecil. Namun jika mereka bisa keluar dari perbudakan dan mereka akan memperoleh tanah yang dijanjikan itu itu semua tidak lain karena kemurahan Tuhan. Israel ada itu karena kemurahan Tuhan. Israel bisa diberkati juga karena kemurahan Tuhan. Oleh sebab itu, karena mereka sudah mendapat banyak kemurahan maka merekapun harus saling memberi kemurahan kepada orang-orang yang tidak mampu. Inilah dasar alasan mengapa umat Allah harus memberi kemurahan.

Dalam Perjanjian Baru suara untuk memberi kemurahan pada orang yang tidak mampu ini lebih ditegaskan lagi oleh Tuhan Yesus. Dalam perumpamaan tentang penghakiman terakhir Yesus berkata “Mari hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus kamu memberi Aku minum; dan ketika Aku seorang asing kamu memberi Aku tumpangan. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” Lantas orang-orang benar itu bertanya “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?” Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Jelaslah bahwa Tuhan mengkehendaki umat-Nya untuk memberikan kemurahan kepada orang-orang kecil.

Sikap ini juga yang Tuhan ingin kita lakukan ditengah maraknya orang-orang miskin di negeri Indonesia. Mereka membutuhkan kemurahan Tuhan. Dan kitalah yang harus menjadi alat penyalur kemurahan tersebut. Salah satu yang menjadi dasar kita memberi kemurahan itu adalah karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan kemurahan bagi kita. Jika umat Israel diingatkan bahwa mereka sudah dibebaskan dari perbudakan Mesir, maka saat ini kitapun diingatkan bahwa kita sudah dibebaskan dari perbudakan dosa. Bahkan kita dibebaskan dengan kematian-Nya di atas kayu salib. Kemurahan Tuhan terlalu besar bagi kita. Sebab itu kita harus membalas cinta kasih Tuhan tersebut. Bagaimana membalasnya? Salah satunya dengan memberi kemurahan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan cara itulah kita dapat belajar untuk membalas cinta kasih Tuhan.

Tuhan pernah berkata bahwa orang-orang miskin selalu ada pada kita. Karena itu akan selalu ada kesempatan bagi kita untuk membagi kemurahan pada mereka. Barusan ini kita dihebohkan dengan bencana-bencana yang berturut-turut menimpa bangsa kita. Baik tsunami maupun meletusnya gunung merapi, semuanya itu menyebabkan banyak rakyat kecil menjadi semakin miskin. Mungkin ini kesempatan bagi kita untuk dapat membagikan kemurahan. Mari kita berpatisipasi dalam menyumbangkan dana dan doa kita. Dan masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk memberikan kemurahan kepada orang-orang disekitar kita. Marilah kita membagi kemurahan itu, karena Tuhan terlebih dahulu bermurah hati kepada kita. Amin

Wednesday, September 29, 2010

IA MENGHAMPIRI KITA (Mat 9:9-13)



Hari raya Idul Fitri pada tanggal 10 September barusan dirayakan oleh banyak masyarakat Indonesia. Jalanan di kota-kota besar menjadi kosong melompong nyaris tiada kehidupan. Mereka berkeliling dari satu tempat ke tempat lain saling bersilahturahmi dan beramah tamah bersama kerabat-kerabat mereka.

Ada berita gembira sebelum mereka merayakan hari itu di mana tersiar kabar bahwa bapak Presiden akan mengadakan open house untuk menyambut rakyatnya yang ingin bersilahturami dengannya. Tentu saja banyak masyarakat yang meresponi dengan baik undangan tersebut. Banyak dari mereka yang berharap bisa berjabat tangan dengan orang nomor 1 di Indonesia itu.

Pada hari ha (10 Sept), pagi-pagi benar istana negara sudah dikerumuni oleh ribuan masa yang sudah berdandan rapi dengan pakaian barunya. Masyarakat berdesak-desakan berebut untuk masuk ke dalam tempat kediaman presiden. Namun karena tidak mungkin semua masyarakat dipersilahkan masuk maka sebagian besar orang harus rela mengantri di luar istana. Mereka mengantri dengan harap-harap cemas kalau-kalau open house-nya akan segera berakhir.

Berjam-jam mereka menunggu di bawah terik matahari, tiba-tiba terjadilah seperti yang mereka cemaskan bahwa open house akan ditutup lebih cepat dari waktu yang ditetapkan. Open house itu harus ditutup lebih cepat karena ada warga yang meninggal ketika mengantri ditengah-tengah kerumunan pada hari itu. Tentu saja sebagian besar masyarakat yang masih mengantri di luar istana kecewa berat. Kekecewaan terjadi bukan karena merasa sudah membuang banyak waktu, melainkan karena mereka tidak bisa berjumpa dengan pak Presiden dan tidak dapat berjabatan tangan dengannya. Beberapa dari mereka mengelus-ngelus dadanya. Pihak istana memberikan makanan kering kepada masyarakat tersebut untuk mengobati rasa kekecewaan mereka. Namun makanan-makanan itu tetap saja tidak mampu mengobati kecewa di hati. Bukan makanan yang mereka butuhkan. Bertemu dan berjumpa dengan pak Presiden itulah yang mereka butuhkan.

Memang di negeri ini (mungkin juga di mana-mana) cukup sukar bagi masyarakat jelata untuk berjumpa dengan penguasa tertinggi. Para penguasa itu merupakan seorang yang paling berharga dalam sebuah negara yang harus dijaga ekstra ketat. Tidak sembarang orang dapat berjumpa dengannya apalagi berjabat tangan dengannya.

Saya membayangkan apa jadinya jika Tuhan kita berlaku seperti presiden. Bagaimana jika suatu saat Tuhan penguasa langit dan bumi itu membuka open house di kediaman-Nya dan semua manusia dipersilahkan untuk bersilahturahmi dengan-Nya. Eiitt....tunggu dulu, tidak semua orang yang bisa masuk. Semuanya harus melalui tes kesuciannya. Apakah hatinya suci atau apakah ada dosa dalam dirinya atau tidak? Apakah pikirannya masi semurni waktu ia bayi atau sudah tercemar dengan kegilaan dunia? Dan banyak lagi tes-tes serupa mengenai kekudusan hidup. Tentu saja Tuhan tidak membiarkan sembarang orang masuk ke tempat kediaman-Nya yang kudus. Sebuah dosa saja akan mencemari seluruh kediamannya. Karena itu para malaikat akan menyeleksi dengan baik siapa saja yang diperbolehkan untuk bersilahturahmi dengan Tuhan Yang Mahakuasa itu.

Saudara jika memang hal ini benar-benar terjadi saya kira tidak akan ada satu orangpun dari kita yang dapat menghampiri ‘istana’kediaman-Nya bukan? Jangankan berjumpa dengan-Nya....masuk saja tidak. Kita hanya dapat berdiam di luar pagar istana menunggu pintu dibukakan. Mengapa? Karena semua manusia sudah berbuat dosa dan tidak layak untuk berjumpa dengan-Nya.

Namun bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan yang kita punya berbeda dengan penguasa dunia ini. Tuhan yang kita miliki adalah Tuhan yang mau menghampiri kita. Dia bukan Tuhan yang mengadakan open house diistana kemegahannya; sebaliknya ia mau meninggalkan kemegahan itu dan aktif menghampiri kita. Semua ini bukan karena kelayakan yang ada pada diri kita melainkan hanya karena Anugerah-Nya semata.

Matius merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang mengalami anugerah tersebut. Setelah mengundang Matius untuk menjadi muridnya, Yesus datang untuk makan dirumahnya (ay. 10). Ya.... Tuhan kita mau mampir untuk bersilahturahmi kerumah Matius. Padahal di mata orang Yahudi tidak pantas bagi mereka untuk mampir kerumah orang-orang seperti Matius. Mengapa? Karena Matius adalah seorang pemungut cukai. Pemungut cukai seringkali disamakan dengan pencuri dan orang berdosa. Mereka dipandang hina oleh hampir semua orang Yahudi. Apa sebabnya? Karena pemungut cukai ini merupakan orang-orang yang bekerja untuk orang Romawi yang bertugas memungut pajak masyarakat Yahudi untuk diserahkan kepada orang Romawi. Padahal bagi orang Yahudi pajak itu hanya boleh diberikan di bait Allah, tidak untuk pemerintahan bangsa lain. Karena itu para pemungut cukai sering dianggap sebagai seorang pengkhianat. Apalagi pemungut cukai seringkali menarik pajak dengan nilai yang sangat tinggi untuk kebutuhan pribadi mereka. Lengkaplah sudah alasan orang-orang Yahudi untuk tidak menghampiri rumah-rumah pemungut cukai tersebut. Para pemungut cukai, termasuk Matius, termasuk orang-orang yang harus dikucilkan di lingkungan masyarakat Yahudi.

Namun justru Yesus yang adalah Tuhan itu mau mampir ke rumah Matius. Bahkan dikatakan Ia mau makan bersama-sama dengan reakan-rekan Matius sesama pemungut cukai. Bagi orang Yahudi ‘Makan’ merupakan tindakan untuk menjalin relasi antara seseorang dengan kerabatnya. Dengan makan bersama maka suasana beku akan menjadi cair. Ketegangan yang ada bisa di elastiskan. Hubungan pun dapat semakin intim. Inilah yang Yesus lakukan. Ia berinisiatif mencari orang-orang berdosa untuk mampir dan masuk ke dalam rumah mereka. Justru untuk itulah ia datang kedunia, yaitu untuk menyembuhkan orang-orang sakit seperti saudara dan saya. Betapa kita harus bersyukur dan bersukacita punya Tuhan yang demikian.

Mungkin kita masih mengingat acara televisi ‘mimpi kali ye’. Acara yang didesign dimana seorang artis akan menjumpai salah seorang fansnya secara diam-diam. Setiap kali para fans itu ketemu dengan artis pujaan mereka saya menemukan respon yang sama: Mereka terkejut lalu melompat kegirangan. Mereka sangat bergembira dan bersukacita karena idola yang selama ini mereka mimpikan mau bertemu dan menghampiri mereka. Ada yang menangis. Ada yang teriak tak henti. Ada juga yang langsung memeluk erat seakan tidak mau melepaskan. Namun sukacita itu hanyalah sementara karena mereka cuma dapat berjumpa dengan idola mereka selama beberapa jam saja.

Saudaraku, ketika Tuhan datang menghampiri kita bukan sekedar jumpa fans. Tapi Dia datang untuk tinggal ditengah-tengah kita. Dia datang untuk menyertai setiap umat-Nya sampai selama-lamanya. Pertanyaannya saat ini adalah: apakah kita merasakan sukacita itu ketika Tuhan menghampiri kita? Apakah ada kerinduan dalam diri kita untuk terus hidup bersama-Nya? Atau mungkin sukacita yang dulunya pernah kita alami itu kini sudah mulai pudar; mungkin juga karena sudah terlalu lama tinggal bersama-Nya kita jaadi hendak mengabaikan-Nya. Ingatlah, jika Tuhan mau mampir dalam kehidupan saudara itu merupakan anugerah yang sangat besar buat kita. Jangan sia-siakan kehadiran-Nya. Kasihi Dia, dan cintai Dia. Hiduplah selalu dekat dengan-Nya.

Monday, March 29, 2010

The Agony Of Christ (Yes. 52:13-53:6)



Setiap kehidupan manusia tidak pernah lepas dari penderitaan. Jika berbicara mengenal penderitaan maka saya menemukan ada 3 jenis atau tipe penderitaan.

Pertama, penderitaan karena alam. Penderitaan ini merupakan penderitaan kosmis yang ada sejak kejatuhan manusia dalam dosa. Firman Tuhan mengatakan semenjak manusia jatuh dalam dosa maka tanahpun menjadi terkutuk. (Kejadian 3:18). Sejak terkutuknya tanah, maka alam sering menjadi sumber penderitaan manusia. Misalkan kejadian tsunami di Aceh tahun 2004. Beberapa banyak orang yang menjadi gila karenanya. Kehilangan orang yang terkasih, kehilangan harta benda, dan kehilangan masa depan sangat memukul orang-orang yang ada di Aceh. Penderitaan ini dapat diklasifikasikan sebagai penderitaan karena alam.

Kedua, penderitaan karena kesalahan diri sendiri. Kita adalah manusia yang tidak dapat lepas dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan inilah yang terkadang menjadi sumber penderitaan kita. Misalkan saja ketika kita berbuat dosa. Seringkali dosa tersebut membuat kita merasa bersalah bukan? Dan akhirnya jiwa kita tertekan karena kesalahan kita sendiri. Saya mengenal seorang rekan yang kehidupan masa lalunya sangat rusak. Karena pengaruh lingkungan sejak masih duduk di bangku SMP yang buruk, ia akhirnya menjadi kecanduan narkoba. Awalnya hanya ingin coba-coba, lama-lama ketagihan, dan menjadi kecanduan. Beberapa tahun kemudia ia menjadi orang yang sangat menderita. Uangnya habis untuk membeli obat. Dia jadi suka mencuri. Dan hidupnya berakhir dalam penjara. Memang akhirnya teman saya menyesal. Namun penyesalan itu terlambat, karena ia harus menderita karena kesalahanya sendiri. Misal juga ketika kita mengeluarkan emosi-emosi yang tidak perlu, akhirnya sikap emosi itu membuat orang-orang dekat kita menjauh dari kita. Akhirnya kita menyesal dan sedih. Kesedihan ini disebabkan karena kesalahan kita sendiri

Ketiga, penderitaan karena orang lain. Banyak di antara kita yang menderita akibat orang lain. Orang lain ini bisa jadi suami kita, tetangga, teman, atau orang lain yang tidak kita kenal. Mungkin kita sudah menjalankan hidup ini dengan baik, namun karena ada orang lain yang berbuat jahat, maka kita pun turut menderita. Misalkan ada suami atau istri kita selingkuh, maka pasangannya akan merasakan derita yang sangat karena ulah orang lain. Misal juga kejadian bom mariot beberapa tahun silam. Banyak orang yang tidak bersalah akhirnya harus terluka parah akibat sikap patriot yang keliru dari orang-orang yang tidak memiliki belas kasihan. Banyak orang yang menjadi menderita kehilangan orang yang dikasihi, dan kehilangan masa depan karena orang lain.

Saudara, inilah tiga tipe penderitaan yang ada di dunia ini. Setiap kita mungkin pernah mengalami salah satu dari tiga tipe penderitaan seperti ini. Bahkan mungkin kita pernah mengalami ketiga-tiganya. Tidak ada manusia yang menginginkan penderitaan-penderitaan seperti ini. Sebisa mungkin kita ingin menghindari semua penderitaan itu. Tapi sayangnya, semenjak kita jatuh dalam dosa, kita tidak dapat lagi terluput dari apa yang namanya penderitaan itu. Semua manusia pasti merasakan penderitaan.


Tahukah saudara, ketika Yesus turun kedunia menjadi manusia pun ia mengalami penderitaan. Bahkan penderitaan itu merupakan penderitaan yang sangat berat. Yesaya 53 melukiskan akan hal ini. Kitab Yesaya ditulis sekitar abad ke-4 / 5 SM. Yesaya yang merupakan nabi Allah sudah bernubuat akan Yesus yang akan datang dan yang akan menderita. Dan 500 tahun setelah itu, Yesus menggenapinya di atas kayu salib. Nubuatan yang disampaikan oleh Yesaya benar-benar terjadi. Penderitaannya seperti apa?

Diayat 14 dikatakan betapa buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi. Inilah yang memang terjadi. Ketika ia dicambuk dipukul dan disiksa. Mukanya babak belur dan tidak lagi tampak seperti muka manusia. Kaki tangannya terpaku di kayu salib, kepalanya di mahkotai duri. Itulah penderitaan yang paling kejam yang bisa dilakukan oleh pasukan Romawi pada waktu itu. Secara fisik Yesus begitu menderita.

Di pasal 53:3 dikatakan “ia dihina bahkan sangat dihina.” Ss, tahukah bahwa ketika Yesus tergantung dikayu salib berapa banyak orang yang menghina dia? Alkitab dengan jelas melukiskan bahwa ia diludahi. Ia diolok-olok oleh banyak orang. Ia pernah dikatakan “jika engkau raja turun dari salibmu.” Kemudian kepalanya yang penuh dengan luka itu dipasangkan mahkota. Bukan mahkota emas yang biasa dipakai raja-raja. Tetapi mahkota duri. Sungguh merupakan penghinaan yang besar. Salib sendiri merupakan lambang hina. Hanya orang-orang bejat saja seperti pembunuh, perampok, pemberontak yang bisa digantung ditempat itu. Jadi ketika Yesus disalibkan ia disejajarkan dengan para penjahat itu. Jadi jelas bahwa itu merupakan suatu kehinaan yang sangat besar.

Bukan hanya itu, di ayat yang sama dikatakan bahwa “ia dihindari orang.” Ss, dimana murid-muridnya saat itu? Semuanya melarikan diri. Padahal ketika murid-murid ketakutan sewaktu kapal mereka diserang badai Yesus hadir bersama dengan mereka. Tetapi dimana mereka ketika Yesus disalibkan? Semuanya lari menghindari Yesus. Bahkan Petrus murid yang sangat dikasihi Tuhan, harus menyangkal Yesus sampai tiga kali. Ia pura-pura tidak mengenal Yesus. Petrus menghindari Yesus. Yang lebih menyakitkan adalah bahwa yang menjual dia adalah Yudas muridnya sendiri yang selama ini bersama-sama dengan Dia.

Pernakah saudara merasa dikhianati? Ketika suami atau istri kita kita tiba-tiba mengkhianati kita bagaimana perasaan kita? Ada begitu banyak orang yang akhirnya bunuh diri akibat dikhianati kekasihnya. Kemarin siang ketika saya melihat berita televisi, ada berita bahwa ada seorang pemuda yang sedang dibawa ke icu karna menengak racun serangga? Ketika ia sadar dan ditanya mengapa ia meminum racun serangga, ternyata diketahui bahwa ia sakit hati dan putus asa karena kekasihnya selingkuh dengan temannya. Ss, betapa sakitnya rasa dikhianati, apalagi jika pengkhianatan itu dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan kita.

Sekarang mungkin kita bisa membayangkan betapa menderitanya Yesus ketika disalib. Penderitaannya lengkap. Secara fisik ia sangat menderita, perasaannya juga mengalami kesedihan yang luar biasa, emosinya juga sedang dipermainkan oleh orang-orang yang mengolok dia, bahkan jiwanya sangat menderita karena merasa ditinggalkan oleh sang Bapa. Saudara, tidak ada penderitaan yang sekomplit penderitaan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sangat menderita ketika Ia datang ke dunia ini.


Sekarang pertanyaannya bagi kita adalah: Penderitaan Tuhan Yesus tersebut termasuk kedalam tipe penderitaan yang mana? Apakah Yesus menderita karena alam? tidak. Apakah Ia menderita karena dirinya sendiri? Saya pikir tidak. Apakah ia menderita karena orang lain? Bisa saja kita mengatakan demikian. Tapi saya melihat ada alasan lain mengapa Yesus menderita. Saya pikir penderitaan Yesus bukan penderitaan karena alam, bukan juga penderitaan karena diri sendiri. Dan bukan juga karena orang lain. Namun ada tipe keempat: YESUS MENDERITA UNTUK ORANG LAIN. Dia menderita untuk manusia. Ya, Dia menderita untuk kita.

Yesaya 53:4-6 jelas mengatakan kepada kita. Mari kita membaca ayat-ayat ini kembali dengan penuh penghayatan “4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya dan kesengsaraan kita yang dipikulnya. Padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah 5. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-blurnya kita menjadi sembuh. 6. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.” Ss, untuk kitalah ia menderita. Ia menderita untuk setiap kita manusia yang berdosa. Seharusnya kita yang harus dihukum. Seharusnya kita yang harus binasa. Namun Yesus menimpakan semuanya itu kepada diri-Nya.

Jika manusia berusaha sekuat-kuatnya untuk menjauhi penderitaan, Yesus malah mendekatkan diri pada penderitaan itu. Karena dengan penderitaan yang berakhir pada kematian itulah Ia dapat menyelamatkan manusia. Betapa besar kasih Yesus kepada kita.

Alkisah ada sepasang suami istri yang saling mencitai. Mereka hidup bahagia karena setiap waktu mereka saling berbagi kasih satu dengan yang lainnya. Hubungan mereka begitu indah walaupun mereka tidak memiliki anak, sehingga mereka menjalani hari-hari mereka dengan ringan. Namun sampai suatu ketika, hal yang tidak diinginkan terjadi. Karena ketidak hati-hatian sang istri, ketika ia ingin mengambil barang di atas sebuah lemari, ada air keras yang terjatuh dan menyirami kedua matanya. Singkat cerita ang istri itu menjadi buta.

Namun demikian, sang suami tetap menunjukkan kasihnya kepada sang istri walaupun ia buta. Perhatiannya tidak berkurang, bahkan semakin bertambah semenjak istrinya menjadi buta. Ia selalu menuntun istrinya kemana saja ia pergi dengan kursi roda. Ia selalu menyuapi istrinya setiap kali makan. Bahkan ia juga yang menyisiri rambut istrinya agar tetap terlihat cantik. Kasih sang suami tidak berubah sama sekali.
Namun ada satu hal yang berubah. Si istri menjadi sangat tertekan. Ia merasa sangat menderita dengan kebutaannya. Setiap hari ia merasa sedih karena tidak bisa melihat lagi. Kesedihannya ini terlalu besar sehingga kasih dan perhatian sang suami tidak lagi mampu menghibur hatinya. Hari-hari yang bahagia itu berubah menjadi hari-hari yang suram. Penderitaan itulah yang mencuri kebahagiaan mereka.
Waktu terus berjalan dengan kondisi seperti itu, sampai suatu ketika istrinya mendapatkan berita bahagia. Katanya ada seorang yang mau mendonorkan matanya kepada dia. Segera mereka menyetujui hal itu dan melakukan proses operasi. Dengan teknologi yang canggih, akhirnya pihak rumah sakit berhasil mengembalikan penglihatan sang istri. Istrinya bahagia sekali karena ia akhirnya bisa melihat kembali. Tentunya ia tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang mendonorkan matanya kepada dia. Iapun meminta pihak rumah sakit untuk dapat bertemu dengan pendonor. Tetapi ketika ia bertemu dengan si pendonor itu, tiba-tiba si istri menangis tersedu-sedu. Ternyata orang yang mendonor itu adalah suaminya sendiri. Sang suami tidak tega melihat istrinya menderita. Karena itu dia mendonorkan kedua matanya untuk sang istri, agar istrinya tidak lagi menderita. Sang suami sangat mengasihi istrinya. Ia rela menderita agar istrinya tidak menderita.

Saudara, seperti itu juga yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Mengapa Ia mau menderita bahkan mati di kayu salib? Mengapa Ia berkorban bagi kita? Hal itu tidak lain karena Tuhan sangat mengasihi kita. Agar kita yang seharusnya menderita karena dosa ini mendapatkan kelegaan. Ia mendekati derita agar kita dapat menjauhi penderitaan itu. Ia mati agar kita hidup.

Saudara, mungkin kita masih merasakan penderitaan saat ini. Masih banyak pergumulan yang sedang kita hadapi. Masalah keluarga yang penuh tantangan; keuangan yang mencekik; belum lagi masalah perasaan-perasaan yang tidak menentu; atau sakit-penyakit yang terus menghantui kita. Tapi mari kita mengingat kembali akan penderitaan Yesus. Penderitaannya mengajarkan kita bahwa Ia peduli akan kehidupan kita. Ia peduli atas segala pergumulan manusia. Ia sudah lebih dahulu menderita agar Ia dapat merasakan apa yang kita rasakan.
Karena itu mari kita menghampiri kasih Tuhan yang besar itu. Kita gantungkan segala pergumulan kita kepada Tuhan. Mari kita bersandar pada kasih-Nya. Biarlah ketika kita sudah merasakan kasih-Nya, kitapun dapat belajar untuk semakin mengasihi Dia. Bukan hanya mengasihi, biarlah kasih-Nya yang besar itu juga memampukan kita untuk lebi sungguh lagi melayani Dia yang sudah terlebih dahulu mati bagi kita. GBu

Thursday, January 07, 2010

Identitas "Segullah", Penyemangat di 2010



Keluaran 19:4-5
"Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.

Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi."



Membaca ayat ini (sewaktu Saat Teduh), sepintas terkenang seorang dosen import kami yang bernama Mr Richard. Beliau seorang yang sangat pandai (dengan 3 gelar Dth nya [lek gak salah :p]), namun sayang pemakaian bahasa Indonesianya masi kurang begitu fasih, sehingga beberapa kali penjelasan yang diberikan tidak terjerat oleh otak kami.

Tetapi suatu kali saya terkesan dengan penjelasannya mengenai perikop ini (Kel 19). Secara khusus, pusat perhatian saya tercurah pada kata "Harta kesayangan-Ku." Kata ini berasal dari bahasa Ibrani "Segullah". Alkitab versi NAS menterjemahkannya "My own possesion"; NET dan NKJ "my special possesion"; bahkan NIV mengartikannya sebagai "My treasure possesion".

Kata "Segullah" seringkali digunakan untuk seorang raja, dimana setiap raja biasanya memiliki harta yang paling berharga yang sangat disayangi. Oleh karena itu, harta tersebut harus berada dalam perlindungan yang ketat.
Bayangkan jika kita menemukan berlian yang indah nan elok tiada duanya, tidak mungkin kita mengabaikannya disamping asbak rokok bukan? Tidak juga di dekat botol kecap. Berlian itu pasti di taruh di tempat yang super aman dan terlindung. Jika perlu di simpan di bank yang menjamin keamanannya. Sebab mutiara itu adalah harta yang berharga mka ia harus terlindungi.

Hal ini sama seperti seorang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus yang menyimpan harta berharganya di dalam lubang agar tidak dapat tercuri. Karena pada waktu itu memang tidak ada tempat yang lebih baik untuk melindungi hartanya selain di dalam tanah (karena itu Yesus pernah memberikan perumpamaan mengenai harta yang terpendam).
Apalgi seorang raja. Saya rasa segullah yang ia punya akan disimpan diruangan khusus yang dikawal oleh beberapa pasukan yang tidak boleh terlelap di depan pintunya. Wajar saja, jika seseorang menyayangi sesuatu, ia akan menjaga dan melindungi sesuatu itu mati-matian.

Menariknya, dalam Keluaran 19:5 ini Israel dikatakan sebagai "Segullah" milik Allah. Israel adalah bangsa pilihan yang mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari Allah. Tak heran bangsa Israelpun mendapatkan perlindungan yang luar biasa. Penjagaan Allah terlihat ketika bangsa Israel ke luar dari Mesir. Begitu banyak penyertaan yang diberikannya. Bahkan sesampainya di Kanaan, tangan Allah yang kuat itu tetap menjaga dan melindungi Israel. Hal ini wajar, karena sekali lagi, Israel adalah "Segullah" milik Tuhan, yang special dan berharga.

Kita orang percayapun sebenarnya adalah "Segullah" milik Tuhan yang special (bahkan very special). Apa yang tertulis dalam Keluaran 19:5 ini kemudian di lanjutkan dalam 1 Petrus 2:9 yang mengatakan "1 Peter 2:9 Tetapi kalian adalah bangsa yang terpilih, imam-imam yang melayani raja, bangsa yang kudus, khusus untuk Allah, umat Allah sendiri (Segullah). Allah memilih kalian dan memanggil kalian keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Nya yang gemilang, dengan maksud supaya kalian menyebarkan berita tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang luar biasa."
Dalam perikop ini Petrus mengingatkan kepada semua orang-orang percaya, bahwa mereka adalah umat Allah, atau "segullah" milik Allah.

Karena itu betapa bahagianya jika kita yang percaya boleh menjadi "Segullah" milik-Nya, yang special, dan yang berharga. Karena kita "Segullah" kepunyaan-Nya, maka Ia pasti akan melindungi kita dengan baik. Tidak ada satupun musuh yang dapat melepaskan kita dari perlindungan-Nya.
Mari kita hadapi 2010 ini dengan keyakinan bahwa kita adalah "Segullah" milik Allah yang berharga. Dengan keyakinan ini, biarlah 2010 boleh terlalui dengan penuh gairah dan semangat, serta dilimpahi dengan rasa syukur atas kehadiran-Nya yang senantiasa melindungi kita
GBus

Friday, December 25, 2009

Bintang Itu Bermakna



Pada suatu ketika terjadilah percakapan antara Pilatus (P) dengan Thrasyllus (T), seorang peramal sekaligus ahli astrologi, di sebuah undangan makan para petinggi Roma:


T: Kapan anda lahir, Prefek? Aku mau melihat lintasan peruntungan anda.


P: Ah aku tidak begitu percaya kepada astrologi. (Pilatus berterus terang)


T: Tidak apa-apa. Sikap anda tidak memengaruhi kepercayaan atas horoskop. Apakah anda tidak ingin mengetahui lebih dahulu apa yang akan terjadi pada diri anda, katakanlah di Yudea nanti? (Pilatus baru diangkat menjadi Prefek Yudea, namun ia belum pergi ke Yudea)


P: Mungkin. Tapi ramalan anda mungkin punya kekuatan di dalam menyiapkan orang yang secara tanpa sadar justru untuk membuat ramalan itu terwujud, sementara jika tidak. . . . .


T: Wah anda terdengar seperti kaum skeptis Yunani. Sebenarnya anda takut memberitahukan tanggal lahir anda karena takut kalau-kalau aku memengaruhi nasib peruntungan anda. Tak apalah. Aku sudah mendapat bayaran mahal untuk ramalan-ramalan ku, yang telah kutawarkan kepada anda secara cuma-Cuma.


Pilatus akhirnya sibuk berpikir untuk menerapkan diplomasi agar Thrasyllus tidak kecewa. Namun sebelum ia mengucapkan sepatah kata, Thrasyllus sudah mengalihkan pembicaraan. . . .


T: Jika anda sudah sampai Yudea, maukah anda melakukan sesuatu pertolongan yang penting bagiku?!


P: Ya, apa itu?


T: Nah, aku sedang mengajar astronomi kepada princes, dan astrologi. Suatu saat perhitunganku terganjal oleh suatu fenomena benda langit yang ganjil di langit tenggara. Sebuah bintang,. . .tidak, sinarnya jauh lebih besar daripada sebuah bintang. . .. mungkin suatu planet…. Bergerak dari cakrawala tenggara di suatu tempat di sebelah Selatan Syria dan di sebela utara Mesir, mungkin sekali dari Yudea.


P: Mungkinkah suatu komet?


T: Ya, mungkin lebih merupakan komet ketimbang yang lainnya, tetapi gerakannya tidak karuan. Ia muncul tepat dua tahun sesudah konjungsi perjumpaan Jupiter dan Saturnus pada lambing Pisces.


P: Apakah itu penting?


T: Planet Jupiter melambangkan penguasa dunia. Kedudukan lambang Ikan (Pisces) menunjukkan hari-hari terakhir. Dan Saturnus adalah planet Palestina. Maka ketika Jupiter berjumpa dengan Saturnus pada Lambang pisces itu berarti bahwa seorang penguasa akan muncul di Palestina pada titik kulminasi sejarah.

Komet sendiri memberi isyarat perubahan penting di Negara Roma. Apa yang mendominasi langit ketika Caesar terbunuh? Sebuah komet. Apa yang menandai perang Filipi juga sebuah komet. Apa yang mengisyaratkan kematian Agustus?


P: Sebuah komet?


T: Tepat sekali. Nah, berdasarkan kojungsi maupun planet itu, pemimpin dunia dari Palestina juga akan menyebabkan perubahan besar di Negara Roma.


Demikianlah percakapan yang seru antara Pilatus dan Thrasyllus dalam buku Pontius Pilatus I, Terbitan Dioma. Buku ini memang dikemas dalam bentuk novel, namun berdasarkan beberapa fakta sejarah yang tercatat.


Pemahaman yang dimiliki oleh astologi Roma ini ternyata juga dapat dilacak dari symbol astrologi Babel. Bintang-bintang itu, dalam astrologi Babel kadang-kadang diidentikan dengan bangsa-bangsa tetangga mereka, selain dikaitkan dengan makna lain. Dan pemahaman itu sama, di mana Planet Jupiter melambangkan penguasa dunia. Kedudukan lambang Ikan (Pisces) menunjukkan hari-hari terakhir. Dan Saturnus adalah planet Palestina. Jadi berdasarkan cara berpikir orang Babel, fenomena perbintangan itu dapat diartikan bahwa seorang Raja telah datang pada zaman itu di Palestina. Menariknya bintang seperti ini juga disebutkan oleh ahli perbintangan China. R. A Rosenburg, juga mengatakan bahwa bintang ini menampakkan diri mulai bulan Februari tahun 5 atau tahun 4 sebelum Masehi.


Kehadiran Yesus ke dunia memang luar biasa. Memang manusia bernamaYesus banyak. Yang di salib pada zaman dulu juga banyak. Bahkan katanya, ada orang lain yang bernama Yesus di luar Yesus tokoh Alkitab itu, yang juga tersalib dan mati. Tapi keberadaan bintang timur itu, menunjukkan bahwa hanya satu Yesus yang berkuasa atas dunia, dan seluruh ciptaan-Nya. Yaitu Yesus yang dalam Kitab Wahyu digambarkan sebagai Bintang Timur.


Bintang itulah yang akhirnya mengantarkan orang-orang Majus datang untuk menyembah Tuhan. Orang Majus tidak kecewa ketika ia melihat Raja itu terlahir di kandang binatang. Orang Majus itu juga tidak kecewa ketika melihat Yesus hanya berasal dari keluarga sederhana. Sama sekali tidak ada pemikiran bahwa mereka keliru. Sebaliknya mereka hanya berfokus untuk menyembah Tuhan.


Saudara, bayangkan saja. Orang-orang Majus itu tidak berasal dari bangsa Israel. Mereka belum pernah melihat karya perbuatan Yesus yang tersalib. Bahkan teks kitab kita tidak memperlihatkan jika mereka pernah mendengar ajaran-ajaran Yesus. NAMUN MEREKA TAU SIAPA YANG MEREKA HARUS SEMBAH.


Mari di masa-masa natal ini, kita belajar dari orang-orang Majus itu. Mari kita syukuri kembali kedatangan Sang Penguasa itu dalam dunia ini. Bukan hanya menunjukkan kuasanya, namun kasihnya pun jelas ternyatakan. di palang salib itu Karena itu mari kita menyembah Dia, dengan kesadaran penuh bahwa memang Yesuslah satu-satunya Tuhan yang patut untuk kita sembah. GBu


Merry Christmas

Friday, December 19, 2008

God is "Blind"


Suatu ketika, ditengah kesibukan rutinitas di asrama, pernah raga ini mencapai puncak ketegangan yang sangat tinggi. Akhirnya saya memutuskan untuk memanjakannya dengan menghampiri panti pijet tuna netra yang terdekat.

Setibanya di sana, saya menjumpai banyak sekali para tuna netra yang berlalulalang sambil meraba-raba dari pintu ke pintu. Sampai seorang laki-laki skitar 40 umur daging mendapat tugas untuk melayani saya. Awalnya tentu saya mengajak berkenalan terlebih dahulu. Singkat cerita kami berbicara cukup panjang, saling menanyakan kehidupan masing-masing.


Tiba-tiba terbesit ide nakal untuk bertanya kepada bapak tersebut. Anggap saja namanya bapak A. Saya bertanya "pak apakah bapak punya istri?". "iya, dan satu anak" katanya. "Sudah berapa lama menikah pak?". Lalu ia menjawab "sudah 10 tahun lebih". Lantas sayabertanya lagi "pak, istri bapak cantik ngak?". Dengan tegas ia menjawab "YA CUantik dong, cantik banget". "Ah, bapak tau dari mana pak? apakah bapak meraba-raba bisa tau kalau istri bapak cantik?" godaku dengan nada sedikit nakal. Jawaban yang mengejutkan saya terucap dari mulutnya "Karena dia istri saya makanya dia cantik pak" katanya dengan senyumnya yang tampak begitu bahagia.

Tiba-tiba tercenung dari peristiwa ini tentang bagaimana karya Allah yang secara luar biasa telah memberi status baru bagi manusia. Kita tahu ketika manusia percaya kepada Tuhan (yang merupakan karya ROh Kudus), manusia dibenarkan statusnya dari orang berdosa menjadi orang yang dikuduskan. Bagaimana mungkin?
Karena Tuhan yang pantokrator (Maha kuasa) itu sudah mati dan menyerahkan dirinya bagi orang berdosa. Filipi 2:6-8 mengatakan "....yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib". Hal itu dilakukan-Nya dengan tujuan "....supaya setiap orang percaya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16)". Kematian-Nya mengantar manusia-manusia hina ini kedalam proses pengudusan.
Jika dipikir-pikir, bagaimana mungkin Allah melakukan hal itu? bukankah dalam Habakuk 1:13 dikatakan "mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman" ? Namun Ia yang tidak dapat melihat kejahatan itu malah datang kedunia yang keji bahkan mati untuk kelaliman itu sendiri.

Dalam hal inilah Allah tampak seperti orang buta. Tak pernah terbayangkan jika sang Raja Agung itu mau bersentuhan dengan mahluk nista dan hina. Ia sebenarnya tidak buta. Mata-Nya paling sempurna dan dapat mengetahui segala sesuatu. Namun Ia seakan menutup mata-Nya ketika menghampiri manusia dengan segala kekotoran dan kejijikannya, dan mengangkat manusia-manusia itu menjadi anak-anakNya. Kasihlah yang mendorong-Nya untuk menjadi buta akan kebusukan manusia.

Seperti Bapak A tadi yang menganggap istrinya sangat cantik bukan karena istrinya memang cantik. Namun karena itu istrinya (status) makanya ia dapat mengatakan bahwa istrinya sangat cantik. Demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Kita dapat menjadi anak-anak Tuhan bukan karena kita ini sudah kudus atau layak untuk menjadi anak-anak Tuhan. Namun karena DIA mau mengangkat kita menjadi anak-anakNya lah, maka kita menjadi kudus dan layak bahkan diperkenankan untuk berhadapan dengan-Nya. "Kebutaan-Nya" membuat kita dapat melihat. Agar kita yang buta ini dapat melihat Allah yang "buta" karena kasih.

Refleksi:
Menjelang moment natal ini. Mari kita menyadari akan eksistensi kita yang dahulu adalah buta. Jika kita bisa melihat kebenaran saat ini, bersyukurlah ! Terang itu sudah datang! Janganlah kita membutakan mata kita kembali dengan menikmati dosa dan menjauh dari Tuhan. Ingat kita adalah anak-anak Tuhan, di mana sang Bapa sudah melayakkan kita untuk menjadi anak-Nya. Hayatilah kedatangan-Nya dengan jiwa gemetar. Ingatlah tindakan-Nya yang menutup mata-Nya sendiri untuk kita.
God is "Blind", so that people can see the Truth. Amen


Wednesday, June 06, 2007

A-N-U-G-E-R-A-H

Kita tahu apa itu anugerah
Tahu tetapi juga tidak tahu
Tahu hanya sebatas pengetahuan
Tidak tahu jika tidak hanya sebatas itu
Tahu karena ada orang-orang yang memberitahu
Tahu karena "Firman Tuhan" yang memberitahukan
Tapi bukan karena Dia yang berFirman
Otak tahu, hati tidak tahu

Anugerah bukan sekedar pengetahuan
Anugerah itu kehidupan
Darimana asalnya kita tahu
Bagaimana ia bekerja kita tidak tahu
Anugerah itu hidup
Hidup dalam hati
Membuat hidup begitu berarti

Anugerah membawa orang bertobat
Anugerah tidak membawa orang bertaurat
Anugerah sejati mengajak kita memberitahukan
Kepada mereka yang tidak tahu
Akan Anugerah yang kita ketahui
Bukan melalui pengetahuan
Melainkan melalui kehidupan sehari-hari
Yang memberitahukan,
Akan anugerah dari yang begitu besar
Dari Dia yang Mahatahu

Saturday, April 14, 2007

BERGEMBIRA DI ATAS PENDERITAAN ORANG LAIN

Bergembira diatas penderitaan orang lain adalah tindakan yang sangat tidak terpuji. Jangankan bergembira, seandainya kita melihat seseorang terjatuh dari kendaraan bermotor hingga ia tidak dapat berjalan karena terluka, dan sikap kita cuek-cuek saja, maka kita adalah manusia yang tidak berperikemanusiaan. Apalagi sampai mentertawakan dan bergembira diatas kejatuhannya, wah! sungguh merupakan sikap yang sangat-sangat tidak terpuji.

Rasa-rasanya tidak ada satu agamapun yang mengajarkan umatnya untuk bergembira di atas nelangsa orang lain. Tidak pernah ada kitab suci yang mengatakan ”tertawalah terbahak-bahak jika kamu melihat ada orang yang berduka” atau ”berbahagialah jika sahabatmu sedang menangisi kematian kekasihnya” ataupun kalimat-kalimat senada lainnya. Setiap agama pastilah mengajarkan agar para penganutnya memiliki hati yang penuh dengan belas kasihan, empati, kemurahan, rela berkorban bahkan siap menolong setiap orang-orang yang membutuhkan.

Alkitabpun mengajarkan kita untuk berempati dan berbelaskasihan terhadap orang-orang yang sedang menderita. Dalam Roma 12:15 rasul Paulus mengatakan ”bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, berdukacitalah dengan orang yang berdukacita” sebagai salah satu nasehat Paulus tentang mengasihi sesama. Tuhan Yesus sendiri menunjukan sikap empatinya terhadap kesusahan-kesusahan orang lain. Ia seringkali menolong orang-orang kecil yang tidak berdaya. Ia memberi makan 5000 orang yang sedang kelaparan, menyembuhkan orang sakit kusta yang begitu hina dimata manusia, mengampuni seorang perempuan yang hampir mati di lempari batu karena kedapatan berjinah, mengusir setan pada orang Gerasa yang dihindari oleh penduduk sekitar dan banyak lagi cerita-cerita lainnya yang mengajarkan untuk berbelaskasihan terhadap penderitaan orang lain. Tuhan menginginkan setiap anak-Nya dapat mewujudkan kasih dengan menolong sesamanya melalui tindakan yang nyata. Tuhan Yesus berduka jika kita bergembira diatas penderitaan orang lain.

Namun sebenarnya Alkitab juga mengajarkan kita untuk bergembira diatas penderitaan orang lain. Sungguhkah ? Bahkan lebih tepatnya dikatakan bahwa kita harus besukacita diatas penderitaan orang lain.

Ya, Tidak diragukan lagi. Kita harus bersukacita di atas penderitaan orang lain, yang tidak lain adalah Tuhan Yesus sendiri. Kita harus bersukacita dengan penuh ucapan syukur yang meluap dari hati kita karena penderitaan-Nya di atas kayu salib. Ia membiarkan diri-Nya dipaku, dipukul, diejek, diludahi, dimahkotadurikan dan dikhianati dengan satu tujuan, yaitu untuk memberikan pengharapan bagi setiap anak-anak yang dikasihi-Nya. Pengharapan yang membebaskan kita dari belenggu dosa. Sudah semestinya kita ini dibinasakan di penghukuman neraka yang kekal. Mulanya memang kita adalah manusia-manusia yang tidak berpengharapan. Namun karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Wow, sungguh luar biasa ! Ia rela turun kedunia dan menderita bahkan mati di kayu salib sekali lagi agar kita memiliki pengharapan yang sejati dan tidak tergoyahkan. Betapa bahagianya setiap orang yang percaya dan terus berharap kepada-Nya.

Di momen paskah ini mari kita merefleksikan diri bersama. Apakah kita masih berduka atas kehidupan kita yang seolah tidak memiliki harapan ? sudahkah kita memiliki sukacita yang melimpah karena pengharapan yang telah diberikan Tuhan Yesus di atas penderitaan-Nya ? Mengapa terus berduka jika pengharapan kekal itu telah diberikan dihadapan kita ? Sudahkah kita menghargai penderitaan-Nya dengan bersukacita di dalam Dia ? Bersukacitalah di atas penderitaan-Nya. Jesus Love You


Hendra Fongaja, 14-April-2007

Friday, April 06, 2007

KAWAT BERDURI

Sembari menunggu ibadah doa di sebuah seminari, saya duduk diam meneduhkan diri di dekat jendela dalam ruangan itu. Suasana hening dalam ruangan itu mengajakku untuk mengamati kondisi lingkungan di sekitar ruangan itu. Sorotan mataku mulai menyapu seluruh isi di dalam ruangan tersebut. Segala sesuatu kuamati, mulai dari meja, susunan kursi, papan tulis, plafon, lantai dan sebagainya . Setelah semua yang ada di dalam ruangan tersebut tersapu bersih oleh amatanku, akupun mulai melemparkan pandanganku keluar dari jendela tersebut dan melihat pohon-pohon rindang yang seakan berbisik kepada pohon-pohon yang ada di sampingnya. Namun ada yang kurang dari pohon itu. Batang pohon itu tertutupi tembok pembatas yang tinggi, setinggi batang pohon itu. Di atas tembok itu ditancapkan tiang-tiang penyangga untuk melilitkan kawat-kawat berduri yang saling berkaitan. Kawat-kawat itu berjejer meninggi sehingga tembok itu serasa menjadi lebih kokoh.

Tiba-tiba tercenung dalam benakku, kenapa harus di pasang kawat berduri sebanyak itu ? Bukan hanya di seminari, namun di setiap rumah, gedung-gedung megah, sekolah-sekolah, bahkan di gereja-gereja, hampir di setiap tempat kita dapat melihat kawat-kawat berduri itu.

Kawat-kawat berduri itu di pasang agar si pemilik rumah, gedung, gereja dsb mendapatkan rasa aman terhadap pejahat-penjahat dan perampok-perampok yang berkeriapan di negara kita ini. Itulah jawabannya. Semakin banyak kawat duri yang kita gunakan, semakin tinggi kita memasangnya, semakin banyak lilitannya, maka rumah dan gereja kita akan lebih terlindungi dari orang-orang jahat sehingga kita akan merasa lebih terjaga dalam rasa aman kita.

Saya teringat sekitar 2000 tahun yang lalu, anyaman mahkota duri yang menyerupai kawat berduri itu melingkar dikepala Tuhan Yesus. Sebuah film yang begitu populer yang di sutradarai oleh Mel Gibson dengan judul ”The Passion Of The Christ” memvisualisasikan dengan sangat baik adegan-adegan tentang penyiksaan Tuhan Yesus. Salah satu adegan yang merenyuhkan hati dan membuat banyak penonton berteriak histeris adalah ketika prajurit-prajurit yang bertugas untuk menyiksa Tuhan Yesus menancapkan anyaman mahkota berduri itu dengan paksa di atas kepala-Nya. Bahkan setelah ditancapkan, kepala-Nya di pukul dengan kayu pemukul sehingga mahkota duri yang sudah melingkar dikepala-Nya itu semakin menancap menembus daging-daging yang ada di kepala-Nya. Kulitnya terkoyak, darahpun menetes deras dari kepala-Nya. Anyaman berduri itu bukannya memberi rasa aman, namun memberi rasa sakit yang luar biasa. Semakin banyak duri dan lilitannya maka semakin perih rasanya dan semakin banyak cucuran darah yang mengalir. Mahkota berduri hanyalah merupakan salah satu adegan penyiksaan dari sekian banyak penyiksaan seperti dipukul, diludahi, ditolak dan ditinggalkan oleh orang-orang yang dikasihinya, dicambuk dengan cambuk berduri, dihina, diejek, ditendang dan banyak lagi sampai pada puncak penderitaan-Nya yaitu diatas kayu salib dengan tangan dan kaki yang terpaku.

Mengapa Tuhan Yesus membiarkan semua ini menimpa Dia ? Bukankah sebenarnya Ia dapat melawan semua musuh-musuh yang menyiksa diri-Nya ?

Alasan mengapa Ia melakukan semua ini tak lain adalah agar setiap kita manusia yang berdosa ini, mendapatkan rasa aman akan jaminan keselamatan. Ketika kita percaya kepada-Nya dan berserah di dalam dekapan-Nya maka jaminan akan kehidupan yang kekal sudah diberikan-Nya pada kita. Itulah kasih yang begitu sempurna. Kuasa kegelapan atau kuasa apapun juga, tidak akan pernah dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Dan ketika kita sudah berada di dalam genggaman-Nya, kita tak akan pernah dilepaskan-Nya untuk selama-lamanya. Hingga suatu saat kelak, kita akan bersukacita bersama-Nya di dalam kerajaan Surga.
Milikilah damai dalam hatimu karena Dia sudah menjamin keselamatan kita melalui penderitaan-Nya. Ketidaknyamanan dalam penderitaan-Nya telah membawa rasa aman bagi setiap anak-anak-Nya.



Hendra Fongaja, 10 januari 2007