Friday, March 28, 2008

Teguh Dalam Dunia

Semua tertawa
Merasa diri perkasa
Menatap hina
Orang yang penuh derita

Mereka terlupa
Merekapun hina
Tak berkaca-kaca
Menatap lubuk jiwa

Kita semua sama
Dihadapan-Nya
Dahulu bercela
Kini tak bernoda

Malah semua derita
Menjadi tenaga
Untuk berlaga
Teguh dalam dunia

Terbuang

Sebenarnya...
Aku adalah orang buangan
Oleh Murka-Mu yang hebat
Ke negeri Babel

Betapa ngeri di sini
Miris memilu sukma
Tiada harapan
Gelap duka berjaya

Terkungkung aku
Tak kan lari kemana
Sebab tiada lagi tujuan
Rantai membelenggu

Menangis hebat aku
Menyesali dosaku
Mentertawakan kebanggaanku
Berharap pada-Mu Tuhan

Dan..
Engkau berfirman
Aku tahu rancangan
yang ada pada-Ku tentang kamu
Yaitu rancangan damai sejahtera
Bukan rancangan kecelakaan
Mendatangkan masa depan penuih harapan.

Sunday, March 16, 2008

Kasih itu important!

Sabtu, tanggal 15 maret 2008, saya benar-benar merasa jenuh, sumpek and bete berat. Ternyata sebagai anak Tuhan pun tidak terlepas dari itu semua. Segala kesibukan yang gila- gilaan memaksa ku tidur hanya 4 jam sehari. (biasa 5-6 jam). Kegiatan begitu banyak menyita. Tidak mungkin untuk ditolak. Belum lagi permohonan-permohonan dan tugas-tugas kecil yang harus dikerjakan dan dituruti. Rapat-rapat menunggu dengan sabar. Pekerjaan-pekerjaan rutin pun harus dipenuhi. Terlebih lagi rentetan ujian minggu depan yang menatap sinis seakan hendak menjatuhkan dan mentertawakan diriku. Bukan cuma itu, teman-teman disekitar pun memberi sumbangsih untuk membakar emosi di hati kecil ini. Tentu saja, pergumulan-pergumulan pribadi juga masih menancap dengan sabar bertahun-tahun bak sebuah duri dalam daging. Pikiran yang dipadati dengan semua itu membuat diriku sering melakukan kesalahan dalam berbuat, berpikir dan bertindak. Saya menjadi merasa bodoh hari itu.

"OHHH TUHAN, AKu capexxx bangettttt. Kenapa sih semua harus terjadi bersamaan". Saya mulai bersungut-sungut. Ku pikir dengan begitu keadaan bisa lebih baik. Namun ternyata sungut-sungut itu membuat diri semakin sumpek. Saya merasa gagal dan kalah terhadap godaan iblis, karena bagi saya bersungut-sungut itu adalah dosa. Complete deh sumpeknya.

Siang itu saya berdoa kepada Tuhan. Yang pertama saya meminta maaf atas sungut-sungutku. Setelah itu saya berdoa meminta kekuatan dari Tuhan atas pergumulan-pergumulan ini. Dan ternyata memang God is so Good , Ia menjawab doaku. Ia memberikan kekuatan pada waktu itu juga. Dengan cara apa?

Pada pukul 3 sore, saya pergi ke pos pelayanan sekolah minggu saya bersama rekan-rekan pos saya. Rekan-rekan pos ini kami beri nama pos "keluarga inti". Ditengah kejenuhanku, ternyata mereka dipakai Tuhan untuk menolongku. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dalam benak dan perasaan ini sedikitpun. Namun sore itu rasa jenuh, bete dan sumpek yang complete itu mendadak hilang. Mengapa? Yaitu karena kasih!!. Ditengah kelelahan saya, saya bersyukur bisa memiliki rekan-rekan yang begitu mengasihi saya, dan bisa menjadi tempat bagi saya untuk mencurahkan kasih kepada mereka. Setiap teguran, rangkulan, candaan, hinaan, tawaan, sentuhan, senyuman, tatapan dan kebersamaan membuat saya merasa dikasihi. Sayapun membagi kasih kepada mereka, dan mereka bahagia menerima kasih yang kuberikan. Ya, kasih itu melegakan segala kepenatanku pada hari itu. Karena kasih itulah maka kami menyebut kelompok kami sebagi "keluarga inti", karena kami dipersatukan oleh kasih. Ternyata Tuhan memakai kasih persaudaraan itu untuk menguatkanku. Saya percaya, kasih yang terjadi diantara kami adalah kasih yang di anugerahkan oleh Tuhan. Malam itu saya bersyukur karena Tuhan boleh menjawab doa-doaku, Tuhan sudah menguatkanku lewat kasih dari "keluarga inti". Saya bersyukur bisa ditempatkan dipos yang sama dengan orang-orang yang dapat membagi kasih dan menerima kasih. Kasih itu memang important.
Namun kasih itu tidak akan hidup jika hanya berpihak di salah satu sisi. Selain kita harus menerima kasih, kitapun harus membagi kasih. Tidak hanya menerima, juga tidak hanya membagi. Itulah sukacita yang luar biasa yang terdapat dalam kasih. Dan yang terlebih penting, kasih itu haruslah berasal dari Tuhan. Oleh karena itu orang-orang yang mengasihi harus terlebih dahulu mengasihi Tuhan. Barulah kasih persaudaraan itu menjadi hidup karena ada kasih Tuhan yang mengikatnya. I Yoh 4:7 "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." I Yoh 4:8 "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." I Yoh 4:12 "Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita."
Kasihilah orang-orang disekelilingmu. Kasih adalah alat Tuhan untuk menguatkan kita dalam menjalani hidup ini. Kasih itu important!

Friday, March 14, 2008

Tawanan Dosa

Surat harian Jawa Pos pada hari Sabtu 25 Agustus 2007 menginformasikan bahwa ada seorang anak korban penculikan yang akhirnya ditemukan. Anak itu bernama Raisya. Umurnya masih hijau, yaitu lima tahun. Dia diculik oleh sekawanan perampok yang membutuhkan sejumlah uang untuk membayar hutang-hutang yang menumpuk karena bangkrutnya usaha mereka. Singkat cerita, dengan bantuan istri si perampok yang merupakan guru mengaji dari Raisya, mereka berhasil menculik anak tersebut dan meminta tebusan sebesar 1 miliar.

Tidak main-main perampok-perampok itu menyandera anak tersebut selama 10 hari. Tentu saja itu bukan waktu yang singkat. Di kurung selama itu dapat membuat seorang menjadi tertekan dan depresi. Apalagi yang menjadi korban adalah bocah berusia lima tahun. Tentu saja ia sangat mengharapkan dan menantikan hari-hari kebebasannya. Bukan hanya itu, pasti ia juga sangat merindukan kehangatan kasih dan pelukan kedua orang tuanya. Apalagi orang tua mereka sangatlah mengasihi dia. Untung saja akhirnya Polda Metro Jaya berhasil membekuk para penyandera itu dan menyelamatkan Raisya.

Yang menarik dari peristiwa itu adalah saat-saat di mana anak itu bertemu dengan kedua orang tuanya. Dengan segera ia berlari menghampiri ibunya, dengan cucuran air mata ia membentangkan tangannya mendekati sang ibu yang sangat dirindukannya. Dan ibunya pun bergegas menghampiri Raisya dan memeluknya erat-erat seakan tidak mau melepas kembali. Setelah larut dalam pelukan ibunya Raisya melarutkan dirinya dalam haru gendongan ayahnya. Tangisan yang tampak seperti tangisan duka itu merupakan awal dari rasa sukacita yang meluap karena kebebasan dan keselamatan Raisya.

Namun tentu saja peristiwa itu terus membekas di benak Raisya. Meskipun ia bersukacita karena telah dibebaskan, Raisya mengalami shock yang sangat berat dan trauma yang cukup dalam. Keesokan harinya surat kabar Jawa Pos kembali mengabarkan bahwa Raisya mengalami tauma psikologis. Sikapnya menjadi murung dan pendiam. Para wartawan diharapkan tidak mengusik ketenangannya dalam beberapa hari kemudian.

****
Yang ingin disampaikan dari ilustrasi ini yaitu seharusnya setiap orang yang percaya kepada Tuhan memiliki respon yang sama ketika ia mengalami pembebasan dari dosa. Bukankah kita ini sebenarnya adalah tawanan-tawanan dosa. Kita di sandera oleh maut. Bahkan maut tersebut tidak ingin membebaskan kita. Namun Tuhan Yesus rela turun ke dunia untuk membebaskan anak-anak yang dikasihiNya dan menyelamatkan kita. Seharusnya hati kita meluap dengan ucapan syukur dan terus melekatkan diri kita kepada Dia yang mengasihi dan membebaskan kita. Lebih dari itu, seharusnya kita memiliki perasaan shock dan trauma karena keterpurukan kita dari dosa, sehingga kita tidak berani lagi untuk bermain-main dengan dosa yang mencelakakan kita.

Namun bagaimana realitanya? Anak-anak Tuhan bukannya beryukur untuk keselamatan yang telah diberikan, mereka malah bersungut-sungut bahkan mereka malah menjauhkan diri dari persekutuan yang erat dengan Tuhan. Tidak ada perasaan shock dan trauma. Sebaliknya mereka malah terus-menerus berbalik kepada dosa-dosa mereka. Mereka seakan meminta untuk ditawan kembali oleh dosa. Padahal penyesalanlah yang akan mereka dapatkan setelah mereka terikat oleh dosa. Masa-masa indah pada saat pembebasan itu dilupakannya.
Sadarlah akan betapa menderitanya jika kita diperbudak oleh dosa. Karena kita kehilangan persekutuan dengan Bapa yang sangat mengasihi kita. Dan mengucap syukurlah atas keselamatan yang telah kita terima dengan menunjukkan ketaatan kita secara penuh kepada-Nya.