Saturday, September 26, 2015

MORE THAN HEROES


 
 
 
 
 
Amsal 16:32 “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota.”
Baru-baru saya mengendarai motor menuju rumah.   Di persimpangan sungai sadang dan latimojong, saya hendak belok kiri yang seharusnya kiri jalan terus.  Tapi karena disebelah kanan ada mobil truk yang lewat, sayapun terhenti karena jalannya tidak cukup besar.   Tiba-tiba terdengarlah bunyi “teeettt, teeettt, tettt, teett,”  Bunyi klakson yang cukup keras yang dibunyikan berulang-ulang oleh pengendara motor dibelakang saya.  Dari bunyi klason itu tampaknya dia lagi marah karena saya berhenti dan seharusnya kira jalan terus.   Klason pertama saya biasa, klakson kedua masi ok, klakson ketiga darah mulai mendidih, klakson keempat pikiran udah emosi “Ga liat ada truk apa didepan, dimana matanya.”   Kemudian klakson kelima, saya sudah tidak tahan, saya hentikan motor saya yang berjalan pelan, saya langsung menoleh kebelakang dan menatap mata dibelakang.   Ternyata bapak-bapak tua yang sedang menggonceng cucunya.   Hampir saja saya marah-marah dijalan, untung saya bisa bersabar sedikit.   Bapak itu gak sabar karena mau cepet belok, saya juga ga sabar karena diklakson terus menerus.
Inilah tantangan bagi kita.  Dunia semakin hari semakin kehilangan kesabaran. Ujian untuk tetap sabar semakin serin terjadi.  Ditengah dunia yang serba bisa dan semakin canggih saat ini, tanpa sadar dunia kita semakin hari semakin mengajarkan prinsip instant dalam melakukan segala sesuatu.  Lakukan secepat mungkin, dapatkan hasil sebanyak mungkin, kerjakan seefektif mungkin, selesaikan masalah sedini mungkin dsb.  Karena itu manusia terus hidup dalam langkah dan tindakan yang buru-buru.  Manusia terus berpacu dengan waktu.   Coba saja perhatikan di jalan raya.  Kita melihat bahwa sekarang di kota Makassar terpasang count down di lampu merah.   Sering gak kita dengar, countdownnya masih di angka 2, mobil dibelakang sudah klakson-klakson seakan-akan suruh jalan.  Coba lihat para mahasiswa atau masayarakat kita yang terkenal suka bikin kerusuhan.  Sangat mudah terpancing.  Dikata-katai sedikit, kesabaran hilang, bikin rusuh, demo, dan ungkit-ungkit pembantaian ras ini atau agama itu.   Dan kalau mau jujur, bukankah seringkali kitapun menjadi pribadi-pribadi yang tidak sabar dalam menghadapi kehidupan ini?  Pernahkah saudara kehilangan kesabaran karena diperlakukan tidak adil?  Pernahkah saudara begitu jengkel sama keadaan atau dengan seseorang yang membuat habis kesabaran saudara?  Saya yakin setiap kita pernah mengalami kehilangan kesabaran dalam hidup ini.
Dan tidak bisa dipungkiri, hidup dalam kesabaran itu tidak mudah.  Ketika kita sedang menanti sesuatu yang sangat kita harapkan, dan kemudian yang kita nanti-nantikan itu tidak kunjung tiba bertahun-tahun lamanya, masih bisakah kita bersabar?   Ketika seorang kawan mengkhianati kita dan terus berusaha mencelakakan kita, masihkah kita bisa bersabar terhadap kawan kita tersebut?  Ketika ada orang yang mengeluarkan kata-kata yang menyinggung harga diri kita, dapatkah kita tetap sabar mendengarkan semua perkataan itu?   Sungguh banyak lagi persoalan dalam hidup ini yang mampu merengut kesabaran kita.  Dan itu tidaklah mudah.  Sangat tidak mudah.
Namun hari ini Firman Tuhan mengajarkan kepada kita “Orang yang Sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai diri melebihi orang yang merebut kota.”  Mengapa Salomo (penulis amsal) bisa mengatakan hal tersebut?   Siapa pahlawan yang dimaksud disini?  Kalau kita pelajari konsep pahlawan pada waktu itu, saya kira pahlawan itu berbicara tentang seorang tentara atau pejuang, yang merelakan nyawanya untuk membela negara /merebut sebuah kota atau mempertahankan sebuah kota.  Ketika mereka hendak merebut kota, pada ummnya kota-kota tersebut memiliki sebuah benteng yang kuat.  Seorang yang mau menduduki kota harus memiliki fisik dan stamina yang kuat untuk dapat menembut benteng tersebut.  Sebab itu  Pahlawan pada zaman itu acapkali adalah orang-orang yang harus siap untuk mati di medan perang.  Mereka adalah orang-orang yang berani, berdedikasi, orang-orang yang kuat, dan orang-orang yang rela mati sampai titik darah penghabisan.  Itulah pahlawan.  
Tentu saja para pahlawan ini merupakan orang-orang hebat dan terpandang.  Jika seorang pahlawan berhasil menang dari petarungan, dan pulang kenegerinya, maka semua rakyat akan menyambut mereka dengan meriah.  Bukan Cuma menyambut, mereka juga akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya.  Mereka adalah orang-orang yang luar biasa.
Tapi ‘anehnya’, Salomo mengatakan bahwa orang yang sabar adalah orang yang melebihi seorang pahlawan, dan orang yang menguasai diri melebihi orang yang merebut kota.  Saya kira Salomo bukan mengatakan hal ini dengan sembarangan.  Ingat, Salomo adalah raja Israel yang paling berhikmat.   Orang yang berhikmat pasti mengeluarkan perkataan yang penuh hikmat yang ia dapatkan dari pelajaran kehidupan sehari-hari.  Kalau orang berhikmat asal bicara, maka ia tidak bisa disebut sebagai orang berhikmat.
Bagaimana bisa orang yang sabar melebihi seorang pahlawan?   Disini Salomo ingin mengajarkan beberapa hal.  Pertama, kekuatan manusia itu bukan terletak pada kekuatan fisiknya, melainkan kepada bagaimana ia dapat sabar dan menguasai diri.  Kemahiran seorang pahlawan itu bukan terletak dari bagaimana ia memainkan senjata dan mengatur strategi penyerangan, kemahiran seorang pahlawan terletak dari seberapa jauh ia dapat sabar / mengendalikan diri terhadap segala sesuatu.    Itu sebabnya mengapa ketika Paulus mengatakan tentang buah-buah roh,  Paulus mencantumkan kesabaran didalamnya.  Paulus tidak mencantumkan tentang kekuatan fisik, kepandaian, atau kepintaran sebagai buah-buah roh.  Tapi orang yang sabar, itulah karya Roh Kudus.  Dan ia menjadi lebih daripada pahlawan karena ada Roh Kudus dalam pribadi orang tersebut.
Kedua, dalam kesabaran ada hikmat kebijaksanaan.   Dan kekuatan dalam pribadi seseorang terletak pada hikmatnya.  Dibagian lain Salomo menuliskan “Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar. (Ams 14:17)”.  Sabar mendorong kita untuk lebih bijaksana.   “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan (Amsal 14:29)”.  Sejalan dengan itu, “Akal budi membuat seseorang panjang sabar, dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran (Amsal 19:11)”. Ya…  dalam kesabaran terdapat hikmat, akal budi dan kebijaksanaan.  Kesabaran memang sahabat dari pada hikmat. (St. Agustine).  Dan semakin berhikmat dan bijaksana seseorang, maka ia melebihi seorang pahlawan.  Kesabaran mengambil bagian dalam membentuk hikmat dan kebijaksanaan manusia.
Ketiga, kesabaran menghindarkan kita dari kesalahan besar.  Dibagian lain, Salomo dalam Penghotbah 10:4 mengatakan “Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.”  Ya… Kesabaran mencegah kita dari kesalahan-kesalahan besar.   Seringkali kesalahan yang kita buat, sebagian besar itu terjadi karena kita tidak sabar.   Kita tidak sabar, kita marah, kita menyakiti orang-orang di sekliling kita.  Kita tidak sabar kita memukul orang didekat kita.  Kita tidak sabar, kita cepat-cepat mengambil keputusan, dan ternyata keputusan itu keliru, dan kita tidak bisa mengubahnya.  Kita harus mengakui bahwa kebanyakan kesalahan-kesalahan besar terjadi karena kekurangan kesabaran.  Kita ingat kisah Saul bukan.   Dari seorang raja yang diurapi Tuhan, menjadi raja yang tertolak.  Mengapa bisa?  Karena ia tidak sabar utnuk menantikan cara Tuhan bekerja waktu ia dalam keadaan terpepet.  IA menunggu nabi Samuel, namun karena tidak kunjung tiba, maka Saul melakukan segala cara yang tidak sesuai yang Tuhan mau.   Karena itulah ia ditolak oleh Tuhan.   Seberapa banyak diantara kita yang hidup seperti Saul.   Karena tidak sabar, kita bertindak menurut apa yang kita mau, dan karena itu kita salah dalam mengambil keputusan.  Dan ketika kita ingin mengubah kembali keputusan itu, kita menyesal, karena kita sudah terlambat.  
Seorang ibu pernah sharing.  Betapa ia menyesal.  Ketika anaknya waktu kecil, kita tau bahwa semua anak suka bermain.  Suatu saat ibunya lagi sangat sibuk dan sedang banyak masalah.  Tapi anaknya itu terus bermain disekitarnya dan mengganggu pekerjaannnya.   Lantas ibu ini kehilangan kesabaran,  ia mengatai anaknya itu dengan makian kata-kata binatang, dan kemudian ia menampar anaknya.   Anak itu ketakutan.  Selanjutnya hari-hari mereka berlalu begitu saja.  Tahun demi tahun berlalu.  Anak itu pun beranjak remaja. Perlahan-demi perlahan anak ini semakin jauh dari ibunya.  Ibunya kebingungan dan terus bertanya kepada pendeta digerejanya, mengapa ia susah sekali dekat dengan anaknya sendiri.  Dan selidik punya selidik, ternyata kejadian hari itu, ketika sang ibu menamparnya dan memakinya dengan kata-kata binatang, pada saat itu perasaannya sangat terluka.  Dan anak ini menyimpan kebencian terhadap ibunya.  Hal itu yang membuat mereka tidak lagi dapat dekat.  Sang ibu menyesali kejadian hari itu.  Ketidaksabarannya membawa kesalahan besar.
Ya, benerlah kata-kata Salomo bahwa kesabaran mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan besar.  Ketidak sabaran mendatangkan penyesalan besar.  Sebab itu orang yang sabar jauh melebihi seorang pahlawan.  Karena ia memiliki kekuatan sejati, ia memiliki hikmat, dan ia bijak sehingga tidak ada cela terjadinya kesalahan-kesalahan besar.
Bukankah Yesus yang kita sembah juga merupakan Tuhan yang sabar.  Ketika Ia tau bahwa Yudas akan mengkhianati Dia, ia tetap melayani Yudas dan membasuh kakinya.  Ketika Petrus menyangkal Dia, IA sabar, bahka IA terlebih dahulu yang menghampiri Petrus.  Ketika ia datang menyelamatkan dunia dari dosa, tapi bukan pujian yang diterima, tapi olokan dan hinaan, bahkan ketika ia harus disalibkan sebagai orang yang memalukan, bukankah Yesus tetap sabar.  Padahal bisa saja ia menghukum manusia-manusia yang menyalibkan-Nya pada waktu itu.  Kesabaran-Nya melampaui akal manusia.  Kesabaran-Nya mengagumkan kita.  Tapi kesabaran-Nya jugalah yang ingin ditunjukkan untuk kita teladani.
Ya….Kesabaran manusia memang ada batasnya, kita sering mengatakan ini.  Namun ketika kita melihat Tuhan yang kesabarannya tidak pernah terbatas, semestinya kita jangan membatasi kesabaran kita.   YA, teruslah sabar.   Orang yang sabar itu memang menderita.  Sebab kita harus menunggu, bertahan, berjuang,  menyangkal diri  dsb.  Kesabaran tentu membutuhkan proses yang lebih panjang.  Jauh lebih enak segera bertindak.  Namun kesabaran selalu memberikan buah yang manis bagi hidupmu.  Sebab itu teruslah bersabar.  Ya.  Bersabarlah dalam segala hal.
BERSABARLAH DALAM MENANTI SEGALA SESUATU.  Penantian itu memang acapkali membuat kita bersusah hati.  Tapi bersabarlah senantiasa dalam pengharapan.  Nantikanlah segala sesuatu dengan iman.   Penantian tidak pernah sia-sia.    Seandainya apa yang anda nantikan tidak kunjung tiba,  saya yakin Tuhan pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang lain untuk kebaikan diri kita.  Entah ia ingin memakai kita untuk suatu hal lain.  Entah ia ingin membuat kita kuat.  Yang pasti tidak akan pernah sia-sia. 
Saya ingin menyaksikan pergumulan salah seorang rekan saya di tim LCS.  Tentu saja saya sudah ijin sama orangnya untuk menyaksikan ini.  Sebagian kita mungkin mengenal dia.  Saudara Martinus dan istrinya Meidy.  (Bisa berdiri).  Mereka menikah dari tahun 2009.  Sebagaimana pasangan-pasangan yang sudah menikah, semua pasangan menharapkan akan kehadiran seorang anak bukan.  Demikian juga mereka mengharapkannya. Satu tahun, dua tahun, 3 tahun mereka berusaha, tapi Tuhan belum memberikan mereka seorang anak.   Awalnya mereka sangatlah optimis.  Tapi setelah melewati 3 tahun itu, rasa optimis itu mulai tergerus.  Mereka memeriksa kedokter dan tidak ada masalah sama sekali.  Berkali-kali konsultasi ke dokter, mencoba suplemen ini dan itu, dan memeriksa kematangan sel telur.  Tapi semua upaya mereka tidak membuahkan hasil.  Orang-orang sekitarpun mulai memberikan masukan, opini,  dan tanggapan-tanggapan.  “Mungkin streessm mungkin rahimnya terbalik, mungkin ia capek, harus makan ini, harus makan itu, jangan makan ini dan itu.”  Bahkan pertanyaan-pertanyaan pun banyak terlontar:  Mengapa tidak punya anak?  Kapan kalian punya anak.  Lantas pertanyaan-pertanyaan itu membuat mereka frustasi.  Mereka mulai menarik diri dari orang-orang yang memungkinkan menanyakan hal yang sama.  Mereka menarik diri dari pasangan-pasangan muda yang sedang punya anak, agar mereka tidak larut dalam kesedihan.  Pergumulan dalam menanti seorang anak tidaklah mudah bagi mereka.
Sampai suatu saat, mereka bertemu dengan seorang hamba Tuhan.  Hamba Tuhan ini mengatakan kepada mereka:    pasangan yang menikah dan punya anak itu adalah hal biasa, namun pasangan yang menikah dan tidak memiliki masalah apa-apa, tetapi tidak mempunyai anak, itu baru luar biasa.  Dan Tuhan tidak akan membiarkan keadaan luar biasa ini, tanpa sebuah rencana yang besar.  Tuhan pasti punya rencana, Tuhan pasti sedang memakai kita untuk maksu dan tujuannya.  Asal kita mau peka dan berjalan sama Tuhan.”  Malam ini menjadi malam yang penuh tangis, tapi disanalah mereka kemudian belajar untuk beriman lebih lagi kepada Tuhan.   Merekapun merasa lebih tenang dan sabar menghadapi kenyataan itu.  Mereka sudah tidak lagi ngotot untuk memiliki buah hati, tapi mereka belajar untuk berserah.  Namun apa yang terjadi?  Ketika mereka belajar untuk berserah dan beriman.  Pada saat itulah Tuhan membuka kandungan mereka.  Tahun 2015 awal Meidy dinyatakan hamil, dan baru saja ia melahirkan kemarin.  
YA..  Sabar menanti akan berbuah manis.  Buah yang manis itu bukan kita yang tetapkan, tapi Tuhan yang tentukan.  Saudara Martinus dan Meidy mungkin menunggu 6 tahun.  Mungkin penantian kalian sudah 10 tahun, bahkan mungkin sudah ada yang puluhan tahun.  Bahkan mungkin ada yang tetap tidak mendapat karena Tuhan punya rencana yang lain.  Namun ingat, tetaplah Sabar.  Kesabaran dalam menanti menunjukkan bahwa kita beriman akan Rencana Tuhan.  Saya suka sebuah picture yang pernah saya dapatkan.  Disana dikatakan demikian: Yusuf menanti selama 13 tahun untuk mendapat rahel, Abraham menanti 25 tahun utnuk mendapat seorang anak, Musa menanti 40 tahun untuk dapat masuk ke tanah kanaan, Yesus menantis 30 tahun sebelum ia tampil dimuka umum.   Jika Tuhan membuat kamu menanti saat ini, kamu sedang berada di jalur Tuhan.  Tuhan sering melatih iman kita dengan cara menanti.  Sebab itu sabarlah, sabarlah.
YA.. Sabarlah dalam menanti segala sesuatu.  Apa yang saudara nantikan saat ini?  Menanti pasangan hidup, menanti seorang anak untuk pernikahan kalian, menanti kesembuhan dari Tuhan, menanti pemulihan relasi?  Penanti perubaha karakter anak kita?  Menanti hasil yang baik dari kerja keras kita?  Menanti keadaan berubah?  Apapun juga yang saudara sedang nantikan saat ini, nantikanlah dengan sabar dalam iman kepada Tuhan.
BERSABARLAH DALAM MENGHADAPI SEGALA SESUATU.   Bukan hanya bersabar dalam menanti segala sesuatu, kita pun harus bersabar dalam menghadapi segala sesuatu.  Kita tau bahwa hidup ini seperti  roda yang berputar.   Tidak selalu hidup kita bisa di atas, terkadang kita berada di titik terburuk dalam hidup ini.   Dan satu kejadian saja bisa membawa hidup kita kedalam keterpurukan.  Dan kita tidak bisa menghindari itu.   Bisa jadi penderitaan datang menimpa kita.  Bisa jadi kesusahan datang menerpa. Mungkin tekanan-tekanan kehidupan bisa menghajar kita dan merengut jiwa kita.  Pada saat itu terjadi dalam hidupmu, bersabarlah.  Jangan putus asa.   Sabarlah dalam menghadapi segala sesuatu.  Percayalah bahwa dibalik semua tekanan hidup dan penderitaan yang Engkau Alami, ada maksud Tuhan yang Tuhan siapkan untuk kita jalani.
Suatu ketika seorang pendeta bersaksi, sewaktu ia mendapat kesempatan ke Israel, ketika berjalan samping pertanian di Israel, ia bingung, ada pohon korma yang masih kecil-kecil, tapi semuanya di tindis dengan batu-batu yang cukup besar.  Terus dia bertanya kepada tourgatenya.  Mengapa pohon korma itu ditindis batu.  Apakah itu tidak bikin pohon itu mati dan tidak bertumbuh?    Kemudian tour gate itu menjawab:  Kami sengaja menindih pohon korma itu dengan batu, agar akarnya semakin menancap kedalam.  Kalau akarnya menancap kedalam, ia akan menjadi sebuah pohon korma yang kuat.   Memang pohon korma yang tidak ditindih batu akan lebih cepat bertumbuh dan cepat besar.  Namun hasil akhirnya, pohon korma yang ditindih batu akan lebih besar dan lebih kokoh dibanding korma yang tidak ditindih dengan batu.  Dan tourgate itu mengatakan demikian:  taukah, ketika akar itu sudah dalam menancap ke tanah, pohon korma itu akan menggulingkan sendiri batu yang menindih mereka.
Saya sangat terberkati dengan perumpamaan ini.   Hidup kita ini seperti pohon korma itu.  Adakalanya tekanan-tekanan kehidupan dan penderitaan diijinkan ada dalam hidup kita.  Tapi semua penderitaan itu mestinya memperkuat kita.  Penderitaan yang diijinkan Tuhan tidak pernah terjadi tanpa maksud dan tujuan.  Tekanan kehidupan, penderitaan, dan pergumulan memang menyusahkan kita.  Namun jika kita bersabar menghadapi semua itu, kita akan semakin kuat, dan hidup kita akan berlimpah dengan hikmat dan bijaksana.  Pada saat itulah, hidupmu menjadi more than Heroes.  Karena engkau menjadi orang yang bijak, tahan uji, dan menjadi kesaksian yang hidup lewat kesabaranmu.
Hal apa yang menguji kesabaranmu saat ini?  Pekerjaanmu, penyakitkah, penolakankah, pelakuan tidak adil dari orang terdekatmu, pengkhianatan kah? Atau apa?   Tetaplah sabar.  Jangan gegabah.  Sabar saja.  Karena, Berdoa minta Tuhan untuk menambahkan kesabaran dalam hidup kita.  Tapi bukan hanya berdoa, kita sendiri harus merendahkan hati untuk terus belajar untuk bersabar.  Jadilah pahlawan-pahlawan iman, yang sabar menantis segala sesuati, dan sabar menghadapi segala sesuatu.