Friday, June 26, 2009

Kehidupan Kristen Di Tengah Dunia (1 Petrus 2:11-17)




Jadi seorang pendatang itu tidaklah selalu enak. Seorang pendatang biasanya tidak begitu bebas dan tidak bisa berbuat sesuka hati. Kita harus menjaga diri sebaik mungkin. Apa lagi kalau kita membawa sebuah nama almamater atau nama golongan, kita harus semakin bermawas diri. Kita harus menjaga diri baik-baik agar nama almamater atau nama sebuah golongan yang kita sandang tidak tercoreng karena sikap-sikap kita.

Misalnya: Ketika saya menjadi utusan sekolah untuk mengikuti pertemuan para pengurus senat antar sekolah teologi di Jogja; saya dan seorang teman saya haruslah membawa diri dengan baik. Kami harus bersikap santun, ramah, bisa bergaul, tampil sederhana (karena beberapa pandangan menganggap seminari kami adalah seminari orang-orang kaya) dan berlaku sepantasnya. Selain itu dari pihak sekolah meminta kami untuk aktif dalam menyampaikan ide-ide teologi kami, sebagai wakil dari suara seminari kami. Semua itu kami lakukan agar tidak memberi image yang buruk terhadap nama dan status yang sedang melekat pada diri kami. Jika kami berbuat kesalahan, pastilah itu juga akan memalukan nama seminari kami. Nama itu melekat bak nama keluarga sendiri.

Hal ini jualah yang disampaikan oleh Rasul Petrus kepada para pembaca suratnya. Petrus mengingatkan kepada sebagian besar orang Yahudi yang sedang merantau di daerah Asia Kecil, agar sebagai perantau di negeri orang, mereka harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang melawan jiwa. Lebih dari itu, mereka harus berbuat baik ditengah-tengah bangsa bukan Yahudi. Mengapa? Soalnya bangsa Yahudi itu merupakan bangsa pilihan yang harus menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Sebagai umat yang menyandang status bangsa pilihan tentu saja mereka harus menjaga diri mereka baik-baik, harus bersikap santun, sabar dan sejenisnya, agar mereka dapat menjadi teladan.

Sebenarnya ada 2 alasan mengapa mereka harus bersikap baik: Pertama, supaya orang-orang asing yang menganut aliran sesat paganisme, tidak dapat memfitnah mereka karena melihat perbuatan-perbuatan baik yang mereka lakukan. Perbuatan baik itu merupakan pertahanan terbaik dari orang-orang yang dapat berbuat jahat kepada kita. Tujuan Kedua; yang lebih utama ialah agar mereka kelak dapat memuliakan Allah karena kehidupan perbuatan baik tersebut. Melalui perbuatan baik diharapkan, banyak orang yang dapat melihat Kristus dalam hidup mereka, dan pada akhirnya mereka juga akan bertobat dan dapat memuliakan Allah juga.

Biss, sebenarnya lebih jauh lagi, Petrus hendak menyatakan kepada orang-orang Kristen pada segala zaman bahwa mereka itu adalah pendatang di dunia ini, termasuk kita yang sedang mempelajarinya saat ini. Kita merupakan pendatang di dunia ini. Ibrani 11:13 mengatakan “Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.” Kita ini hanyalah pendatang di bumi ini. Hidup kita hanya sementara. Tidak selamanya kita berada di bumi ini. Kelak kita akan kembali ke rumah bapa, suatu tempat yang jauh lebih indah dari bumi ini.
Oleh karena itu sebagai pendatang dan perantau di bumi ini, bukan berarti kita bisa hidup sesuka hati kita. Kita pun sedang menyandang status sebagai anak-anak Kerajaan Allah. Karena itu kitapun harus menjaga kehidupan kita untuk tetap kudus. Selain itu kita harus menyatakan perbuatan-perbuatan baik kita kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Jangan sampai kehidupan kita mencoreng nama Tuhan yang sedang kita sandang sebagai orang-orang Kristen. Bukankah saat ini sudah terlalu banyak orang yang menghindari gereja karena perbuatan-perbuatan memalukan orang-orang Kristen sendiri? Mereka kecewa disertai perkataan “yah, orang Kristen sendiri juga begitu klakuannya”. Kehidupan yang tidak benar, moral yang bejat, dan hati yang picik. Bahkan terkadang perbuatan-perbuatan itu dilakukan oleh para hamba Tuhan. Sebutkan saja Billy James. Ia adalah pendiri American Christian College tahun 1971. Ia dinyatakan telah berhubungan seks dengan mahasiswanya, sehingga ia harus dikeluarkan dari kampus yang ia dirikan. Pada tahun 2006, seorang pendeta di New Life Church yang bernama Ted Haggard, yang pernah menjabat sebagai presiden dari National Association of Evangelical (NAE) jatuh ke dalam dosa homoseksual. Dan masih banyak lagi kasus-kasus yang serupa. Bahkan itu terjadi di tanah air kita tercinta. Tak heran jika saat ini, perspektif tentang seorang hamba Tuhan dapat begitu buruk. Bahkan sebagian orang menganggap Kekristenan itu seperti racun, karena mereka melihat orang-orang yang mencemari kekristenan sendiri.

Karena itu Petrus mengingatkan kepada setiap kita untuk terus berbuat baik sebagai seorang pendatang didunia ini. Kita harus berbuat baik agar orang-orang dunia tidak dapat memfitnah dan menyindir kita. Terlebih dari itu, kita diharapkan berbuat baik agar kelak orang lain dapat memuliakan Tuhan. Perbuatan baik itu harus diberlakukan dalam berbagai aspek.

Jika kita melihat perikop setelah ini, kita dapat menemukan bahwa Petrus terus menerus mengulang-ngulang kata berbuat baik. Di ayat 13-15, kita disuruh untuk tunduk kepada semua lembaga manusia karena Allah. Kita diminta tunduk kepada lembaga pemerintahan di dunia ini, karena mereka adalah wakil-wakil Allah.

Ketundukkan kita terhadap mereka merupakan salah satu perbuatan baik. Karena itu diayat 15 dikatakan “sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik, kamu membungkemkan kepicikan orang-orang bodoh.” Selanjutnya di ayat 18-20 kita diminta untuk tunduk kepada tuan kita didunia ini. Entah tuan kita baik atau gak, kita harus tunduk. Kita diharapkan untuk bersabar dan terus berbuat baik. Karena itu di ayat 20 dikatakan “Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.” Bahkan di pasal 3:1-7 Petrus mengingatkan para istri untuk selalu tunduk kepada suami, bahkan walau suami mereka bukanlah orang-orang yang tunduk terhadap Firman Tuhan. Petrus mengharapkan, dengan perbuatan baik istrinya, suaminya dapat dimenangkan tanpa perkataan, namun karena kelakuan istrinya itu yang murni dan saleh. Perbuatan baik dapat memenangkan jiwa. Dalam semua aspek yang sudah dipaparkan Petrus, perkataan untuk berbuat baik itu sering dikumandangkan.

Kita diharapkan dapat memancarkan kasih Kristus di tengah-tengah dunia ini, sehingga orang lain pun dapat merasakan kemuliaan Allah melalui kehidupan kita. Ada buku yang mengatakan bahwa khotbah yang paling baik itu bukanlah khotbah yang disampaikan di atas mimbar. Tapi khotbah yang terbaik adalah kehidupan kita sendiri. Khotbah berjalanlah yang memiliki kekuatan besar untuk membawa jiwa datang kepada Tuhan.

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu,menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta egelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?" Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu
menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda." Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita itu sembuh !!. Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu
pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut,ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.."Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.." tertanda, DR Howard Kelly. Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa : "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."

Kebaikan akan membawa kebaikan yang lainnya. Biarlah perbuatan baik kita pun boleh mempengaruhi kehidupan orang lain, sehingga bumi ini penuh dengan kemuliaan Tuhan lewat perbuatan baik kita sebagai alat-Nya. GBu

Thursday, June 18, 2009

Respon Atas Keselamatan (1 Petrus 1:13-25)



Ketika kita menjadi pengikut seseorang atau sebuah perusahaan, selalu ada konsekuensi yang harus kita pikul sebagai respon kita karena telah diterima sebagai seorang pengikut

Misalnya: ketika saya dan teman-teman saya mendaftarkan diri ke SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara) dan diterima, konsekuensinya adalah saya harus mengikuti segala peraturan yang sudah ditetapkan oleh SAAT. Harus kerjabakti jam 5 pagi, Saat teduh 6.30, jam makan sudah dipatok untuk 3 kali sehari, harus belajar di perpus jam 7.00-10.00 malam, gak boleh nonton, gak boleh keluar sembarangan (ada waktunya), gak boleh pacaran waktu tingkat satu, dll. Itu konsekuensi yang harus saya dan teman-teman saya pikul sebagai respon karena kita telah diterima menjadi murid SAAT, yang kami anggap sebagai anugerah.

Atau dalam pekerjaan. Ketika pertama kali kita ikut dengan seseorang atau sebuah perusahaan, awalnya tentu kita merasa senang jika lamaran kita diterima dan kita bekerja di sana. Namun, harus ada konsekuensi yang harus dijalankan sebagai seorang pegawai. Kita harus mengikuti peraturan-peraturan kantor yang ditetapkan (masuk jam berapa, keluar jam berapa, pakaiannya bagaimana, dsb). Dan tentunya kita harus mengikuti peraturan itu sebagai respon atas ucapan syukur kita dan tangung jawab kita sudah diterima di tempat itu.

Ada konsekuensi sikap dan respon sebagai tanggapan ketika kita mengikuti seseorang atau lembaga. Sebenarnya demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Ketika kita sudah menerima anugerah keselamatan yang begitu luar biasa, dan ketika kita diangkat menjadi murid sekaligus anak-Nya. Ada konsekuensi yang harus kita pikul dan kita kerjakan sebagai respon atas keselamatan yang sudah diberikan.

1Petrus 1:13-20 ini merupakan ajaran mengenai respon yang diharapkan sebagai anak-anak Tuhan. Dalam perikop sebelumnya, Petrus sudah memaparkan bagaimana Karya Kristus yang besar, yang telah membangkitkan kita dari antara orang mati, yang memberikan pengharapan dan kekuatan baru, terlebih kematian Kristus itu telah memberikan kita keselamatan. Kita yang diselamatkan memiliki kehidupan yang baru, karena kita telah diubah menjadi manusia baru. Betapa kita bersyukur atas semua karya Tuhan yang dilimpahkan kepada kita.

Namun, tidak hanya berhenti pada ungkapan syukur saja. Sebagai manusia baru, yang memiliki status baru, kita diberikan konsekuensi-konsekuensi praktis yang harus kita tanggapi sebagai respon anugerah yang Tuhan berikan. Karena itu di ayat 13 , Petrus melanjutkan dengan perkataan “sebab itu”. Kata ini merupakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat. Namun karena ditambah kata “itu” maka ini lebih cenderung mengarah ke akibat. Ini sama seperti ketika waktu kecil guru kita memberitahu hukuman-hukuman yang akan diberikan jika kita melanggar, terus terakhirnya ia bilan “Sebab itu, jangan langgar peraturan ya”. Perkataan jangan melanggar aturan itu merupakan akibat karena penyebab-penyebanya. Demikian Petrus hendak memberitahu kita bahwa sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, ada akibat atau konsekuensi yang harus kita jalankan.’

Jika kita perhatikan diayat 13-16 LAI menuliskan ada 5 kata kerja dengan akhiran “-lah” yang biasanya digunakan sebagai kalimat perintah. Petrus mengingatkan kita, sebagai konsekuensi keselamatan itu, ada 5 hal yang harus kita perhatikan. Pertama, kita diminta untuk menyiapkan akal budi kita. Sebagai umat yang ditebus, kita harus belajar baik-baik mengenai FT, sehingga ketika ada penyesat-penyesat yang mencoba menggoncang iman kita, kita tidak goyang. Banyak orang Kristen yang tidak mau belajar, sehingga ketika ada pendeta (yang belum tentu omongannya benar) yang mengajarkan sesat, ia juga ikut tersesat. Kedua,kita diminta untuk waspada. Ini berhubung sama perintah pertama. Kita diharapkan untuk waspada dari segala penyesatan dan waspada terhadap dosa-dosa yang terus menggoda kita, bahkan menjauh dari perbuatan-perbuatan yang memalukan. Jangan sampai kita jatuh kembali dalam dosa dan melukai hati Tuhan. Orang Kristen yang tidak waspada akan mencelakakan dirinya sendiri. Ketiga, letakkan pengharapan sepenuhnya kepada kasih Tuhan. Petrus mengingatkan bahwa kita ini manusia yang terbatas. Walau kita sudah diselamatkan kita ini tetap terbatas. Kita membutuhkan Tuhan.

Peristiwa jatuhnya airbus milik Prancis kemarin cukup ironi ya. Mengapa? AirBus A330-200 sebenarnya dirancang menjadi pesawat teraman di kelasnya. Dari pengalaman, pesawat jenis ini tidak pernah mengalami kecelakaan fatal selama 14 tahun terakhir . Jenis ini memiliki mesin kembar yang dirancang untuk menempuh perjalanan yang jauh. Banyak maskapai penerbangan internasional yang menggunakan pesawat jenis ini, karena kualitasnya yang menawan. Tapi toh sebagus-bagusnya pesawat airbus, ujung-ujungnya jatuh juga akibat tersambar petir tatkala menembus badai. Walaupun menteri Prancis mengatakan bahwa pesawat ini sudah terbiasa menembus badai, namun kenyataannya kali ini ia menyerah terhadap badai. Sebenarnya kejatuhan airbus ini mengingatkan kita bahwa manusia tidak mungkin dapat mencitakan sesuatu yang sempurna, karena manusia sebagai pencipta itu terbatas. Kita ini sama rentannya dengan airbus, walaupun sudah sering melewati badai, namun ada saatnya kita akan hancur karena manusia itu sangat rentan. Karena itu kita harus meletakkan pengharapan kita kepada kasih Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat menjaga hidup kita.

Keempat, hiduplah sebagai anak-anak yang taat, dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu. Petrus meminta para pembacanya untuk memiliki hidup taat dan jangan mengikuti hawa nafsu yang ada dalam daging kita. Dalam segala bidang kita harus hidup taat. Baik dalam keluarga, pekerjaan, gereja, dan lingkungan kita. Bukan hanya taat secara tindakan kita, tapi juga dalam pikiran dan hati kita. Sebenarnya perintah keempat ini juga berkaitan dengan perintah kelima, yaitu hendaklah kamu kudus dalam seluruh hidupmu, karena Tuhan yang kita sembah adalah kudus. Kata kudus itu sendiri memiliki arti mengasingkan diri. Kita diharapkan untuk tampil beda dengan dunia. Jika dunia penuh dengan dusta, akal licik, penindasan, nafsu, obrolan yang menjatuhkan, dsb, maka kita diharapkan untuk hidup berbeda dengan dunia ini. Kita harus hidup kudus walaupun selamat jiwa kita melekat dengan daging ini, sangat susah untuk hidup kudus. Namun Petrus mengingatkan kita untuk selalu mengupayakan hidup yang kudus.

Jika kita memperhatikan ayat 18-25, kita akan mengerti sebuah alasan utama mengapa kita harus melakukan semua yang disebutkan di atas. Mari kita membaca ayat 18-19 saja: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” Kalimat pertama diawali lagi dengan kata “sebab” yang menunjukkan penyebabnya. Alasan kita harus melakukan semua itu adalah karena hidup kita yang sudah seharusnya binasa ini, telah ditebus bukan dengan emas, bukan dengan perak, jika saya boleh tambahkan, bukan dengan berlian, bukan dengan mutiara, bukan dengan properti, namun dengan darah yang jauh lebih berharga dari semuanya itu. Pengorbanannya yang luar biasa sudah membuat kita hidup.

Karena itu, marilah kita sebagai anak-anak Tuhan, mengucap syukur atas anugerah yang sudah diberikan. Bukan hanya mengucap syukur, tapi juga melakukan konsekuensi yang harus kita pikul. Siapkanlah akal budi kita, Waspadalah terhadap yang jahat, Letakkanlah pengharapan penuh kepada Tuhan yang berkuasa. Hiduplah taat dan menjauh dari nafsu dunia, dan terakhit kuduskanlah dirimu dalam segala hal.
Biarlah kita dapat menjadi anak-anak Tuhan yang memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan. Amin.

Friday, June 05, 2009

AirBus A300-200 Reflection



Barusan ini kita mendengar kabar dari berita internasional bahwa pesawat Airbus A330-200 milik Air France dikabarkan hilang dalam perjalanan dari Brazil menuju Paris, Senin.

Tentu saja banyak orang yang terkejut tak percaya. AirBus A330-200 sebenarnya dirancang menjadi pesawat teraman di kelasnya. Mengapa? Karena dari pengalaman, pesawat jenis ini tidak pernah mengalami kecelakaan fatal selama 14 tahun terakhir . Jenis ini memiliki mesin kembar yang dirancang untuk menempuh perjalanan yang jauh. Banyak maskapai penerbangan internasional yang menggunakan pesawat jenis ini, karena kualitasnya yang menawan. Tapi toh sebagus-bagusnya pesawat airbus, ujung-ujungnya jatuh juga akibat tersambar petir tatkala menembus badai. Walaupun menteri Prancis mengatakan bahwa pesawat ini sudah terbiasa menembus badai, namun kenyataannya kali ini ia menyerah terhadap badai. Rasanya sama seperti manusia yang ujung-ujungnya mati juga.

Setelah kejadian ini lantas saya bertanya, apakah mungkin seseorang atau sebuah lembaga atau perusahaan menciptakan sebuah produk yang betul-betul berkualitas, sehingga tidak akan pernah rusak sampai ribuan tahun? Saya rasa tidak pernah, dan tidak akan pernah ada. Dahulu ketika kapal pesiar termewah Titanic dilayarkan, ada yang mengatakan bahwa kapal tersebut tidak akan tenggelam, bahkan Tuhan sendiri tidak dapat menenggelamkannya. Namun apa dikata, baru pertama kali berbulan madu dengan laut lepas, kapal tersembut kandas oleh gunung es. Tidak ada yang dapat bertahan bukan.

Ketika saya berpikir lebih jauh, mengapa tidak ada orang yang dapat menciptakan produk yang tahan ribuan tahun dan yang tidak dapat hancur ialah karena yang menciptakan itu adalah orang-orang terbatas yang juga penuh dengan kelemahan. Sebenarnya manusia itu sama seperti Airbus dan kapal Titanic yang dapat hancur sewaktu-waktu. Tidak ada satupun manusia yang dapat betahan ketika menghadapi badai hidup. Dengan kekuatannya sendiri, entah kepandaian, hikmat, dan kekayaannya, apakah bisa? Mungkin saja seseorang dapat terlihat begitu tegar. Namun sekali lagi, tidak ada satupun manusia yang dapat menangkis badai kehidupan. Walaupun orang tersebut sudah terbiasa dalam menghadap badai, namun ada kalanya suatu saat, ia akan tumbang juga.

Karena itu, belajarlah untuk bergantung kepada pencipta kita. Bukan hanya pencipta, tapi juga penyelamat dan penopang kehidupan. Kekuatan manusia dapat maksimal ketika ia bersama dengan penciptanya. Sebab penciptanya itu juga merupakan Sang Pencipta badai. So, surrender in Him with the humbleness heart. Gbu.

Monday, June 01, 2009

Orang Kristen Samaran II (Mat. 8:18-22)

]Seorang murid yang sejati adalah seorang yang tidak menunda-nunda / dibutuhkan sikap kesegeraan dalam mengikuti Yesus.

Sikap menunda-nunda adalah sikap yang tidak pernah diinginkan dalam proses pendidikan dan pekerjaan. Kebanyakan pelajar dan pekerja yang suka menunda-nunda akan menanggung resikonya sendiri.

Dikisahkan setelah kedatangan ahli taurat tersebut, datanglah seseorang yang dikatakan sebagai salah seorang murid Yesus. Orang itu berkata “Tuhan, ijinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku”. Pada waktu itu sudah semestinya seorang anak bertanggung jawab untuk menguburkan orang-tuanya. Itu merupakan bentuk penghormatan kepada orang tua. Yusuf pun waktu di mesir minta ijin kepada Firaun untuk menguburkan ayahnya. Sebenarnya adat seperti itu banyak dilakukan di beberapa negara. Di Turki dan China juga memiliki kebiasaan seperti itu di mana seorang anak harus menguburkan orang tuanya. Jika tidak anak itu malah dianggap anak durhaka. Saya rasa di Indonesia pun banyak yang mempunyai konsep seperti itu.

Namun apa yang menjadi respon Yesus? Yesus menjawab di ayat 22 “ikutlah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Sekilas kita merasa bahwa jawaban Yesus merupakan jawaban yang kejam dan tidak berperasaan. Namun sebenarnya bukan itu yang dimaksudkan.

Saudara, pada zaman dahulu penguburan orang Yahudi biasanya dilaksanakan beberapa saat setelah kematian pada hari itu juga. Jika ada seorang yang meninggal, maka anaknya pada hari itu juga harus segera menguburkan orang tuanya. Setelah penguburan barulah masa perkabungan dilakukan. Terbalik dengan budaya kita (berkabung dulu baru dikubur). Jadi kemungkinan besar orang tua muridnya itu belum mati. Karena jika sudah mati seharusnya tidak menjadi masalah bagi Yesus untuk menunggu sebentar saja, atau suruh ia menyusul Yesus setelah menguburkan, karena itu merupakan sikap penghormatan. Sebenarnya maksud perkataan murid itu adalah ia mau setelah ayahnya meninggal barulah ia mengikut Yesus. Ayahnya sebenarnya belumlah meninggal. Ia seakan berkata: Tuhan, nanti ya tunggu ayah meninggal, gak tau kapan Tuhan, pada waktu itu baru aku mengikuti engkau.” Itu berarti murid tersebut menunda untuk mengikut Tuhan. Ia menunda untuk menjadi murid Tuhan. Tuhan tidak mengkehendaki sikap menunda-nunda, makanya Ia berkata: “tetapi kamu, ikutlah Aku”.

Sebenarnya sikap menunda itu seringkali berujung pada penyesalan. Saya teringat dengan kesaksian teman saya. Pada waktu itu ia pernah mengikuti acara semacam KKR, dan jiwanya sangat berkobar-kobar untuk menginjili. Namun ketika ia teringat dengan papanya yang ada di kampung halaman masih belum percaya, ia mengalami kebingungan. Di satu sisi ia rindu agar papanya dapat pecaya kepada Tuhan, namun disisi lain ia takut berhadapan dengan papanya. Karena rasa takut yang dimiliki jauh lebih besar dari semangatnya, akhirnya ia terus berkata “nanti saja deh”. Pada saat memikirkan papanya ia hanya berharap-harap agar papanya dapat bertobat, namun setiap kali ia bergumul mengenai apakah ia harus menginjili papanya, ia selalu berkata “nanti, nanti, dan nanti.” Sampai suatu ketika, ia dikejutkan dengan penyakit yang tiba-tiba menyerang papanya yang menyebabkan papanya harus di bawa ICU. Segera saja ia bergegas pulang. Namun sangat disayangkan, ketika ia pulang dan sesampainya dirumah sakit, ia melihat banyak orang yang menangis, ternyata papanya sudah tiada. Betapa hatinya menyesal dan kecewa dengan dirinya. Ia terus berkata pada dirinya sendiri “betapa bodohnya aku, mengapa aku tidak menginjili papa”. Penyesalan tidak terbendung. Ia tidak dapat mengulangi waktu.

Seorang murid kristen sejati, ia tidak menunda-nunda waktu. Seandainya murid Yesus dalam perikop tadi menunggu waktu kematian orangtuanya, sudah pasti ia tidak akan menjadi pengikut Kristus, karena hidup Yesus pada waktu itu diperkirakan tinggal 1 atau 2 tahun lagi. Saya rasa ia akan sangat menyesal jika ia tidak mengikuti Yesus. Saudara, jangan sampai penyesalan terjadi kepada setiap kita. Coba kita perhatikan sekeliling kita. Berapa banyak orang yang membutuhkan kasih Kristus. Mungkin di keluarga kita ada orang-orang yang belum percaya. Mungkin kawan-kawan kita, atau mungkin orang tua kita masih belum percaya. Segeralah bekerja dan jangan menunda-nunda waktu lagi. Seorang murid Kristus sejati tidak akan berlambat-lambat untuk melayani Tuhan. Ia akan menganggap bahwa hidupnya hari ini mungkin adalah hari yang terakhir, sehingga ia akan bekerja segiat-giatnya untuk Tuhan. Tentu kita masih ingat kisah Lazarus dan orang kaya. Ketika orang kaya itu berbuat seenaknya, dan hidup tanpa Tuhan, ia harus mendekap di kematian kekal. Berbeda dengan Lazarus yang duduk di pangkuan Abraham. Apa respon orang kaya itu? Ia berkata: “aku minta kepadamu, bapa Abraham , supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” Orang kaya itu sangat menyesal karena ia tidak mengenal Tuhan dan hidup tidak benar, sehingga ia memohon agar keluarganya diberitahukan agar mereka tidak ikut berada di tempat penderitaan yang sama. Saudara, memang posisi kita tidak sama dengan orang kaya tersebut. Namun jangan sampai keluarga kita, sahabat, dan teman-teman yang kita kasihi menyesali dirinya karena ia tidak mendengar injil. Semua ada di tangan kita, jangan menunda-nunda waktu.

Saudara, jadilah orang kristen sejati dan jangan pernah menyamar sebagai orang Kristen. Milikilah jiwa yang rela bekorban dan sikap yang tidak menunda-nunda, maka engkau akan berbahagia karena engkau layak disebut sebagai murid Tuhan sejati.

Orang Kristen Samaran I (Mat. 8:18-22)

Pada saat ini banyak sekali barang-barang tiruan yang meniru produk-produk terkenal. Misalnya: Hp Blackberry yang lagi ngetop-ngetopnya dan menjamur di berbagai kalangan (sampe Presiden Obama dan WaPres Jusuf Kalla memakainya) ditiru oleh hp Nexian. Bentuknya sama persis, hampir ga ada bedanya. Sandal Crocs yang lagi heboh, yang banyak bolongnya kayak kotak sabun, ditiru oleh merek-merek lain. Apalagi Negeri Tirai Bambu, yang begitu terkenal dengan plagiatisme. Jam rolex merek terbaru yang belum dikeluarkan saja sudah ditiru dan dipasarkan oleh negeri China. Bukan hanya produk, bukankah sering kita dengar terjadi pemalsuan uang sehingga ada iklan yang mengajarkan untuk “dilihat, diterawang dan diraba”, untuk mengetahui apakah itu uang palsu.

Mengapa mereka meniru? Alasan utama ialah karena mereka akan mendapatkan keuntungan jika mereka dapat meniru barang-barang tersebut. Nilai jual bertambah, dan nama produk mereka semakin naik. Tentunya barang-barang yang ditiru adalah barang-barang yang memang layak atau pantas serta menarik untuk ditiru. Tidak pernah negeri China meniru jam tangan merek gatot (kalo ada); atau hp meniru merek pisang (hp tahun 90an); juga perasaan gak pernah dengar orang membuat duit palsu yang gocapan (Rp.50) yang benggolan.

Namun bagaimanapun juga, sekali barang tiruan-tetaplah tiruan. Ia tidak mungkin bisa menyerupai sama persis dengan aslinya. Nexian tidak memiliki kemampuan seperti BB, hanya tampilannya aja. Jam rolex palsu tidak memiliki kualitas sebaik aslinya, dan mudah rusak. Uang palsu tidak mempunyai nilainya. Tiruan bukan asli, dan asli bukan tiruan. Yang asli dapat ditiru, tapi yang tiruan tidak dapat diaslikan.

Namun, bukan hanya produk-produk bermerek yang ditiru, ternyata orang Kristen pun ada yang tiruan. Kita katakan mereka adalah orang Kristen samaran. Mereka adalah orang-orang yang mengaku percaya Tuhan namun sebenarnya rasa percaya itu tidak ada dalam dirinya. Mereka yang mungkin setiap hari kegereja, sudah di babptis, bahkan yang mengambil atau terlibat dalam pelayanan, namun dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah memiliki relasi yang intim dengan Tuhan. Orang-orang Kristen seperti ini dapat kita katakan sebagai orang Kristen samaran. Alkitab sendiri pernah menulis dalam Matius 7:22-23 “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”. Tuhan mengingatkan bahwa akan ada orang-orang kristen samaran atau tiruan, namun sebenarnya bukan Kristen.

Seperti apa orang-orang itu? Apakah mungkin kita yang duduk saat ini juga bukan seorang Kristen sejati? Bagaimana cara mengetahuinya? Sama seperti petugas bank, bila ingin mengenali yang palsu, ia harus mengenali aslinya terlebih dahulu. Demikian juga kita dapat mengetahui apakah kita adalah Kristen samaran atau bukan yaitu dengan mengenal seperti apa sih Kristen sejati itu.

Matius 8:18-22 merupakan perikop yang berbicara tentang pemuridan. Kita tahu bahwa semua orang yang percaya kepada Tuhan secara otomatis akan menjadi murid-murid Kristus, tidak mungkin tidak. Oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimanakah ciri-ciri murid Kristus itu. Dalam perikop inilah kita akan belajar langsung dari perkataan Yesus sendiri tentang ciri-ciri seorang murid Kristus yang sejati. Dengan mengetahui ciri-ciri murid Kristus yang sejati kita akan dapat mengetahui ciri-ciri murid-murid Kristus samaran, atau dapat juga dibilang orang Kristen samaran.
Ada dua ciri yang Yesus ajarkan untuk menjadi murid Kristus.

Seorang murid sejati atau Kristen sejati itu harus memiliki sikap rela berkorban

Pada ayat 18 dikatakan bahwa “ketika Yesus melihat orang banyak mengelilinginya, bertolaklah Ia keseberang”. Sesampainya di seberang ia bertemu dengan seorang ahli Taurat, dan ahli Taurat itu berkata “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi”. Ii, sebenarnya peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang unik. Mengapa?

Ahli taurat merupakan seorang yang memelihara hukum Taurat mengajarkan hukum Taurat pada waktu itu. Mereka sangat dihormati dan dihargai. Banyak orang yang segan dengan keberadaan mereka, karena mereka dianggap sebagai wakil Allah yang mengerti tentang hukum-hukum Taurat. Pada umumnya hampir tidak ada seorang ahli Taurat yang mau mengikuti Yesus. Apalagi ketika Yesus di dunia, Yesus sangat mengecam para ahli Taurat yang bersikap munafik, penuh tipuan, tidak memiliki kasih, dsb. Oleh karena itu kebanyakan para ahli Taurat ini sangat membenci Yesus. Mereka selalu mencari cela untuk mencari kesalahan-kesalahan Yesus. Dan kita tau bahwa pada akhirnya, merekalah yang menyalibkan Yesus. Jika kita melihat dalam keseluruhan Injil Matius, kita akan melihat begitu banyak konfrontasi yang dilakukan oleh Ahli Taurat kepada Yesus. Inilah yang menjadi letak kejanggalannya. Di ayat 19 di katakan bahwa ada seorang ahli Taurat yang hendak mengikuti Yesus, dan memanggil Yesus “guru”. Bukankah ini aneh?

Namun apa jawab Yesus? Dalam Ayat 20 Yesus segera menjawab “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”. Ini merupakan majas ironi yang Yesus berikan. Serigala itu merupakan hewan yang licik, tidak berperasaan, dan seringkali orang-orang yang kejam dilambangkan sebagai seekor serigala (seperti herodes). Namun hewan seperti ini dikatakan mempunyai liang untuk beristirahat. Sedangkan burung merupakan hewan yang murah, lemah, dan tidak berdaya. Namun hewan seperti ini juga memiliki sarangnya. Lalu Yesus mengontraskan dengan dirinya “tetapi Anak Manusia (yang adalah Yesus sendiri) tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala.” Apa maksudnya? Yesus hendak memberitahukan kepada ahli taurat itu: “jika kamu mau mengikuti aku, kamu harus rela berkorban, rela hidup tidak enak, rela menderita sama seperti aku”. Kita tahu sendiri bahwa selama hidup-Nya, Yesus banyak menghadapi penderitaan. Sejak awal ia ditolak, tidak mempunyai tempat tinggal, dihina, dikhianati, bahkan di bunuh di kayu Salib. Inilah pesan yang ingin Tuhan berikan pada ahli Taurat itu.

Mungkin awalnya Ahli Taurat itu hendak mengikuti Yesus karena jika kita melihat perikop sebelumnya, Yesus sudah melakukan banyak mujizat, dan Ia sudah terkenal; sehingga jika ia bisa menjadi murid Yesus, namanya bisa ikut mengambung dan ia bisa hidup enak, karena Yesus mampu melakukan apa saja. Tapi Yesus mengajar lain. Menjadi pengikut Kristus itu bukanya hidup enak-enak, tapi hidup susah dan harus rela bekorban.

Pada tahun 1600 penganiayaan terjadi begitu keras terhadap orang-orang Kristen yang ada di Jepang. Tanggal 20 Feb 1627 seorang misionari Kristen yang bernama Paulo ditahan karena menampung orang-orang Kristen dirumahnya. Dalam penahanan itu ia disiksa. Ia dipukul, ditelanjangi, dan diseret. Namun Paulo tetap tegar.

Pemerintah Jepang menggunakan cara yang lebih keji untuk menyiksanya. Mereka berkata bahwa mungkin orang ini dapat kuat dalam menghadapi siksaan, namun ia tidak akan kuat jika melihat anak-anaknya disiksa. Lalu mereka menghampiri Paulo dengan membawa anak-anaknya, sambil berkata “berapa banyak jari anakmu yang harus saya ambil atau kamu mau menyangkal Tuhanmu” Paulo sempat bingung, bayangkan saja jika anak kita menderita, bukankah itu jauh lebih menderita dibandingkan jika kita yang menderita? Namun dengan tegar Paulo berkata “semua terserah padamu, anakku sudah kuserahkan dalam tangan Tuhan”. Akhirnya semua anaknya jari-jarinya dipotong semua, yang disisain hanya jempol dan kelingking, dengan anggapan bahwa mereka harus lebih buruk daripada hewan. Dan akhirnya ia harus mati karena penganiayaan itu. Namun sebelum ia mati, ia mengangkat tangannya ke atas sambil menyerahkan nyawanya.

Inilah ciri pertama. Seorang orang Kristen sejati adalah orang yang rela bekorban. Sebaliknya, orang Kristen samaran adalah orang yang inginnya hidup senang saja, yang hanya meminta berkat dan berkat, tapi tidak pernah mau bekorban untuk Tuhan. Saudara ada di posisi manakah kita saat ini? Apakah kita merupakan orang Kristen sejati ataukah samaran? Jika kita mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen sejati, sejauh mana kita sudah bekorban untuk Kristus. Tidak perlu jauh-jauh berbicara untuk menjadi martir bagi Kristus. Dalam kehidupan pelayanan kita, sudahkah kita melayani Tuhan di gereja? Siapkah kita meluangkan waktu lebih untuk pelayanan? Atau kita lebih suka untuk menyibukkan diri di rumah dan keluarga, dan mengabaikan pelayanan sama sekali. Sudahkah kita mengerahkan tenaga lebih untuk Tuhan? Sudahkah kita menguras pikiran kita bahkan hati kita demi kepentingan Kristus? Atau mungkin selama ini kita mengikuti Yesus dengan motivasi agar kita diberkati terus menerus, namun tidak ada sedikitpun motif untuk melayani Dia. Saudara, Yesus sendiri pernah berkata “barangsiapa yang mengikuti Aku ia harus siap menyangkali dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Aku.” Hidup mengikut Yesus penuh dengan kesusahan, ada kalanya kita harus memikul salib yang begitu berat. Namun itulah ciri untuk menjadi murid Yesus yang sejati. Jika Yesus menderita, maka murid-muridnya juga harus siap menderita.