Thursday, June 07, 2007

S E L I N G K U H

“Sudah cukup! Aku sudah bosan denganmu! Sebaiknya kita akhiri hubungan ini! Pergi dari hadapanku, aku muak denganmu!”. Sang istri terus-menerus meneteskan air matanya yang bersumber dari hatinya yang tersayat-sayat oleh cacian sang suami. Yang membuat lebih menyakitkan lagi adalah karena perkataan itu diucapkan oleh seorang yang menjadi tempat bergantung baginya selama ini. Tangisannya terus terisak seakan ia telah kehilangan pegangan.

Hal ini dapat dipahami sebab perkataan itu dikatakan oleh suaminya tanpa suatu sebab yang jelas. Tiada angin, tiada hujan, cacian itu dilayangkan begitu saja kepada istrinya. Kesempatan untuk menjelaskan permasalahan tidak didapatkan istrinya. Manusia mana yang tidak sakit hatinya jika diperlakukan demikian dari seseorang yang sangat dikasihinya.

Namun apa jadinya jika cacian sang suami itu diucapkan oleh karena suatu perihal yang jelas. Ternyata kemarahan itu tak tertahankan lagi oleh sang suami karena ia menemukan istrinya telah mengkhianati dia dengan berselingkuh dengan lelaki lain. Perselingkuhan pertama begitu menyakitkan, namun pengampunan diberikan karena sang suami sangat mengasihi istrinya. Begitu juga dengan perselingkuhan yang kedua, ketiga dan keempat. Selalu ada pengampunan. Tetapi ternyata kali ini sang suami sudah tidak dapat menahan dirinya lagi. Perkataan yang menyayat itu akhirnya terucapkan juga. Ia terpaksa mengatakannya. Pilu dan kasih berperang dalam hati ketika ia mengucapkannya. Keadaanlah yang memaksa ia berkata seperti itu. Sesungguhnya hati sang suami jauh lebih terluka daripada apa yang dirasakan istrinya. Jika ini sebabnya, maka sangatlah wajar jika suami itu berkata demikian.

Itulah yang Allah rasakan dalam hubungannya dengan umat Israel. Betapa Allah mengasihi mereka dengan menjadikan mereka sebagai umat pilihan. Berkat yang melimpah diberikan-Nya kepada Israel, kekasih-Nya. Janji yang indah berulang kali diucapkan tanpa satupun yang diingkari. Israel diberikan negeri yang berlimpah susu dan madu. Ketika musuh menyerang, Allah-lah yang berperang. Ia selalu menolong umat-Nya dan menundukkan bahkan menghancurkan semua musuh-musuh mereka. Ia menjadikan Israel sebuah bangsa yang besar hingga semua bangsa menyadari bahwa Allahlah yang bekerja untuk mereka. Terlebih lagi Dia menjanjikan keselamatan yang dikaruniakan bagi bangsa itu. Sungguh besar kasih Allah kepada Israel umat pilihan-Nya.

Namun sungguh disayangkan, bangsa yang berlimpah akan kasih Allah itu berselingkuh dengan menyembah ilah-ilah lain. Mereka mencari ilah-ilah yang mereka senangi, yang dapat memuaskan keinginan daging mereka. Mereka lebih memilih ilah-ilah yang sementara, yang tidak jelas keberadaannya, yang hanya memberikan manipulasi-manipulasi berkat dan kesenangan bagi mereka. Allah yang mengasihi mereka ditinggalkannya demi ilah-ilah yang tidak mengasihi mereka dan tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan perselingkuhan itu dilakukan berkali-kali oleh umat Israel. Setiap kali ada tekanan dan penderitaan, mereka memohon berkat Tuhan, namun setelah diberkati mereka kembali berselingkuh dengan ilah-ilah mereka.

Dapat dibayangkan bukan, bagaimana sakitnya hati Allah. Bagai air susu dibalas dengan air tuba, demikian umat Israel melukai hati Allah. Sudah berapa banyak pengampunan yang begitu tulus diberikan Allah. Sudah berapa kali Allah begitu sabar menghadapi tingkah anak-anak-Nya itu. Namun suatu ketika, Allah berkata kepada umat Israel yang sedang berseru memohon ampun kepada-Nya “Bukankah Aku yang menyelamatkan kamu dari tangan musuhmu? Tetapi kamu telah meninggalkan Aku dan memilih allah lain. Sebab itu Aku tidak akan menyelamatkan engkau! Pergi saja kepada ilah-ilahmu! Biar mereka yang menyelamatkanmu.” Betapa sedihnya bangsa Israel mendengar hal itu, namun sesungguhnya hati Allah jauh lebih sedih ketika Ia harus mengucapkan perkataan tersebut. Meskipun Allah telah berkata demikian, sebenarnya Ia tidak meninggalkan mereka. Beberapa waktu setelah perkataan itu, bangsa Israel terus berusaha untuk taat kembali kepada Allah, sehingga dikatakan dalam Alkitab “maka Allah tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran umat-Nya.” Sungguh Ia tidak dapat menahan diri-Nya karena kasih-Nya yang begitu besar bagi umat pilihan-Nya.

Sesungguhnya pada saat ini banyak anak-anak Tuhan seperti umat Israel. Mereka begitu dikasihi oleh Tuhan, bahkan berkat melimpah mereka dapatkan. Tuhan memberikan kehidupan, pangan yang cukup setiap hari, tempat tinggal untuk berteduh, keluarga, teman, sahabat, kekasih, usaha / bisnis, kepandaian dan masih banyak lagi. Bahkan terlebih lagi, Tuhan telah memberikan kehidupan kekal bagi setiap anak-anak-Nya yang percaya kepada-Nya. Namun sangat disayangkan mereka tidak dapat mensyukurinya. Mereka tidak menyadari bahwa semua itu merupakan berkat Tuhan. Mereka berpikir bahwa itu semua adalah hasil jerih payah mereka sendiri. Bahkan, mereka mulai menyembah “ilah-ilah” mereka melebihi pengagungan mereka kepada Tuhan. Harta dan kekayaan menjadi rebutan. Kekuasaan dan otoritas menjadi prioritas utama. Mereka siap melakukan apa saja untuk orang-orang yang mereka kasihi. Sedangkan untuk Tuhan, mereka lakukan dengan bersungut-sungut. Mereka mempelajari berbagai macam ilmu, bahkan mempelajari Alkitab sedalam-dalamnya agar mereka dipandang lebih oleh orang lain. Mereka mempercantik diri namun tidak mempercantik hatinya. Mereka belajar ini, belajar itu, melayani ini itu dan berkata “Ini semua berguna agar diriku dapat memberi kemuliaan bagi nama Tuhan”, ironinya ternyata itu semua dilakukan untuk kemuliaan mereka sendiri. Dan masih banyak lagi “ilah-ilah” yang memikat hati mereka untuk menjauhi Tuhan.

Tahukah saudara, bahwa sebenarnya Tuhan begitu perih melihat anak-anak-Nya berselingkuh dengan “ilah-ilah” pada masa modern ini. Betapa sedih hati-Nya ketika melihat anak-anak-Nya tidak mensyukuri anugrah keselamatan yang Ia berikan. Bahkan sebenarnya Ia murka karena tindakan dosa mereka. Ingin rasanya memberi hukuman bagi mereka. Tetapi kita patut bersyukur karena Tuhan yang kita miliki begitu mengasihi kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan selalu memberikan pengampunan bagi setiap anak-anak-Nya yang sudah berbuat dosa. Ia sendiri tidak tahan melihat penderitaan anak-anak-Nya. Kasih-Nya selalu terbuka bagi setiap kita. Ia hanya menginginkan agar kita kembali taat kepada-Nya dan menjadikan Dia yang terutama dalam kehidupan ini.

Wahai saudara, mengingat kasih-Nya yang begitu besar buat kita, maukah kita taat dan setia kepada-Nya? Berbaliklah kepada-Nya! Jangan sia-siakan kasih-Nya yang begitu besar untuk kita anak-anak yang dicintai-Nya.

Hendra Fongaja, 17 Mei 2007

No comments: