Sunday, October 18, 2009

Celakalah



Mendengar kata “celakalah” tentu saja terkesan kasar. Dan sudah pasti tidak menyenangkan jika 9 huruf itu ditujukan kepada kita. Sebab kata ini bukan sekedar makian, melainkan lebih seperti sebuah kutukan. Kutukan yang mengharapkan orang lain mengalami celaka. Tentu saja hal celaka tidak diingini semua orang di mana saja dan kapan saja. Ketika saya berkata kepada seorang kawan "wah moga besok kamu sakit perut (dalam konteks bercanda)", kebanyakan mereka akan berkata "kok gitu sih doanya!". Padahal itu cuma bercanda. Bagaimana jika saya berkata "semoga besok kamu celaka". Wah kasar banget. Bisa-bisa identitas ku sebagai orang Kristen diragukan.

Tapi menarikanya, dalam kitab Injil Yesus pernah mengatakan "celakalah" berkali-kali. Tentu saja kelemahlembutan Yesus tidak perlu diragukan lagi. Tapi jika Yesus guru yang lembut itu sampai berkata "celakalah" tentu saja ini bukan hal sepele. Sudah pasti orang yang menjadi objek sasaran ucapannya adalah orang-orang yang lebih baik mengalami semua itu daripada ia hidup dalam kebebalan.

Dalam seluruh catatan Injil, Tuhan Yesus menegur 4 jenis orang dengan perkataan kutuk ini. Pertama adalah orang yang sudah mendapat pengajaran namun tidak beriman. Kedua, adalah orang-orang yang mengandalkan kekayaannya untuk masuk Surga. Ketiga, adalah orang-orang yang mengkhianati Yesus, secara spesifik Ia tunjukkan kepada Yudas. Dan yang terakhir ialah kepada orang-orang munafik. Dan ungkapan celaka ini paling sering ditujukan kepada orang jenis terakhir ini.

Berkaca dari 4 tipe di atas, bagaimana dengan kita. Apakah kita berada dalam orang-orang yang cocok dikategorikan sebagai orang celaka? Apakah kita adalah orang yang tidak beriman walaupun sudah menerima berbagai pengajaran FT? Apakah kita mengandalkan kekayaan kita untuk masuk Surga? Apakah kita sedang mengkhianati Tuhan? Atau apakah kita sedang berada dalam kemunafikan ntah sadar atau tidak? mungkin kita giat melayani keagaamaan kita. Tapi sungguhkah itu dengan motivasi yang tepat. Di mana tanpa sedikitpun ingin menonjolkan narsisme dan ego kita?
Think about it.....

No comments: