Thursday, January 05, 2012

Skandal Sandal Di Mata Buku Kekal




Imamat 19:15 Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran.


"Tidak ada keadilan, dimana keadilan?" Demikianlah sorak dari para pendemo kasus skandal sandal yang tidak masuk akal. Bermula dari seorang anak remaja (inisial AAL)yang mungkin karena iseng pergi mencuri sandal milik oknum anggota polisi, akibatnya tak main-main, selain diinterogasi, bahkan dipukuli dengan tangan dan benda tumpul, ia juga terancam lima tahun bui.
Publikpun angkat suara, bahkan suara-suara itu sudah bergaung di berbagai belahan bumi. Masyarakat segera mengumpulkan banyak sandal jepit yang murahan itu untuk diberikan kepada oknum polisi.

Nyatanya memang AAL harus diakui bahwa ia bersalah. Namun yang membuat hal ini tidak masuk akal ialah, bagaimana mungkin pencuri sandaljepit (seharga 30rban) harus dituntut 5 tahun penjara. Padalah pelakunya hanyalah seorang anak kemarin sore, anak baru gede, yang mungkin cukup untuk dinasihati oleh orang yang dewasa. Tetapi malah diperlakukan keras seperti seorang dewasa. Karena itu pemerhati anak, Seto Muyadi mengatakan, pemidanaan AAL adalah salah satu contoh tindakan yang kejam terhadap anak. Baginya penjara bukanlah tempat yang baik untuk mendidik anak.

Sementara itu para koruptor yang memanipulasi uang negara, yang dengan uangnya mungkin dapat membeli 5 pabrik sandal sekaligus, menerima vonis yang lebih kecil dari pencuri sandal. Hal ini semakin menunjukkan bahwa hukum hanya keras terhadap orang lemah, tapi tak berdaya terhadap orang yang berkuasa. Hukum itu tajam kebawah, tapi tumpul ke atas. Tidak ada keadilan.

Hal seperti ini jelas tidak berkenan di hadapan Allah. Alkitab yang adalah Firman Allah pernah memberitahukan kepada kita untuk tidak berbuat curang dalam pengadilan. Ayat ini melanjutkan "janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran." Allah memerintahkan Musa untuk menuliskan hal ini dalam konteks kekudusan hidup. Bagi Allah, orang yang menjaga kekudusan salah satu sikap yang harus dimiliki adalah sikap adil, menjunjung kebenaran. Tidak memiliki keadilan, maka hidupnya tidka kudus. Allah membenci sikap ketidakadilan yang hanya mendukung orang berkuasa, tapi tidak untuk rakyat kecil. Setiap ketidakkudusan itu merupakan suatu kejijikan dimata-Nya.

Mungkin ini menjadi peringatan juga untuk para petinggi negeri yang sudah sadar bahwa dirinya keliru, tapi masih terus bernikmat dalam kecurangan-kecurangan, dan peringatan juga untuk para hakim yang mudah tergiur oleh uang.... peringatan apa? Peringatan bahwa suatu saat Allah sendiri yang akan bertindak, karena Ia membenci ketidak adilan.

No comments: