Amsal
16:32 “Orang yang sabar melebihi seorang
pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota.”
Baru-baru saya mengendarai motor menuju rumah. Di persimpangan sungai sadang dan
latimojong, saya hendak belok kiri yang seharusnya kiri jalan terus. Tapi karena disebelah kanan ada mobil truk
yang lewat, sayapun terhenti karena jalannya tidak cukup besar. Tiba-tiba terdengarlah bunyi “teeettt,
teeettt, tettt, teett,” Bunyi klakson
yang cukup keras yang dibunyikan berulang-ulang oleh pengendara motor
dibelakang saya. Dari bunyi klason itu
tampaknya dia lagi marah karena saya berhenti dan seharusnya kira jalan
terus. Klason pertama saya biasa,
klakson kedua masi ok, klakson ketiga darah mulai mendidih, klakson keempat
pikiran udah emosi “Ga liat ada truk apa didepan, dimana matanya.” Kemudian klakson kelima, saya sudah tidak
tahan, saya hentikan motor saya yang berjalan pelan, saya langsung menoleh
kebelakang dan menatap mata dibelakang.
Ternyata bapak-bapak tua yang sedang menggonceng cucunya. Hampir saja saya marah-marah dijalan, untung
saya bisa bersabar sedikit. Bapak itu
gak sabar karena mau cepet belok, saya juga ga sabar karena diklakson terus
menerus.
Inilah
tantangan bagi kita. Dunia semakin hari
semakin kehilangan kesabaran. Ujian untuk tetap sabar semakin serin terjadi. Ditengah dunia yang serba bisa dan semakin
canggih saat ini, tanpa sadar dunia kita semakin hari semakin mengajarkan
prinsip instant dalam melakukan segala sesuatu.
Lakukan secepat mungkin, dapatkan hasil sebanyak mungkin, kerjakan
seefektif mungkin, selesaikan masalah sedini mungkin dsb. Karena itu manusia terus hidup dalam langkah
dan tindakan yang buru-buru. Manusia
terus berpacu dengan waktu. Coba saja
perhatikan di jalan raya. Kita melihat
bahwa sekarang di kota Makassar terpasang count down di lampu merah. Sering gak kita dengar, countdownnya masih
di angka 2, mobil dibelakang sudah klakson-klakson seakan-akan suruh
jalan. Coba lihat para mahasiswa atau masayarakat
kita yang terkenal suka bikin kerusuhan.
Sangat mudah terpancing.
Dikata-katai sedikit, kesabaran hilang, bikin rusuh, demo, dan
ungkit-ungkit pembantaian ras ini atau agama itu. Dan
kalau mau jujur, bukankah seringkali kitapun menjadi pribadi-pribadi yang tidak
sabar dalam menghadapi kehidupan ini? Pernahkah
saudara kehilangan kesabaran karena diperlakukan tidak adil? Pernahkah saudara begitu jengkel sama keadaan
atau dengan seseorang yang membuat habis kesabaran saudara? Saya yakin setiap kita pernah mengalami
kehilangan kesabaran dalam hidup ini.
Dan
tidak bisa dipungkiri, hidup dalam kesabaran itu tidak mudah. Ketika kita sedang menanti sesuatu yang
sangat kita harapkan, dan kemudian yang kita nanti-nantikan itu tidak kunjung
tiba bertahun-tahun lamanya, masih bisakah kita bersabar? Ketika seorang kawan mengkhianati kita dan
terus berusaha mencelakakan kita, masihkah kita bisa bersabar terhadap kawan
kita tersebut? Ketika ada orang yang
mengeluarkan kata-kata yang menyinggung harga diri kita, dapatkah kita tetap
sabar mendengarkan semua perkataan itu?
Sungguh banyak lagi persoalan dalam hidup ini yang mampu merengut
kesabaran kita. Dan itu tidaklah
mudah. Sangat tidak mudah.
Namun
hari ini Firman Tuhan mengajarkan kepada kita “Orang yang Sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai diri
melebihi orang yang merebut kota.”
Mengapa Salomo (penulis amsal) bisa mengatakan hal tersebut? Siapa pahlawan yang dimaksud disini? Kalau kita pelajari konsep pahlawan pada
waktu itu, saya kira pahlawan itu berbicara tentang seorang tentara atau
pejuang, yang merelakan nyawanya untuk membela negara /merebut sebuah kota atau
mempertahankan sebuah kota. Ketika
mereka hendak merebut kota, pada ummnya kota-kota tersebut memiliki sebuah
benteng yang kuat. Seorang yang mau
menduduki kota harus memiliki fisik dan stamina yang kuat untuk dapat menembut
benteng tersebut. Sebab itu Pahlawan pada zaman itu acapkali adalah
orang-orang yang harus siap untuk mati di medan perang. Mereka adalah orang-orang yang berani,
berdedikasi, orang-orang yang kuat, dan orang-orang yang rela mati sampai titik
darah penghabisan. Itulah pahlawan.
Tentu
saja para pahlawan ini merupakan orang-orang hebat dan terpandang. Jika seorang pahlawan berhasil menang dari
petarungan, dan pulang kenegerinya, maka semua rakyat akan menyambut mereka
dengan meriah. Bukan Cuma menyambut,
mereka juga akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya. Mereka adalah orang-orang yang luar biasa.
Tapi
‘anehnya’, Salomo mengatakan bahwa orang
yang sabar adalah orang yang melebihi seorang pahlawan, dan orang yang
menguasai diri melebihi orang yang merebut kota. Saya kira Salomo bukan mengatakan hal ini
dengan sembarangan. Ingat, Salomo adalah
raja Israel yang paling berhikmat. Orang yang berhikmat pasti mengeluarkan perkataan
yang penuh hikmat yang ia dapatkan dari pelajaran kehidupan sehari-hari. Kalau orang berhikmat asal bicara, maka ia
tidak bisa disebut sebagai orang berhikmat.
Bagaimana
bisa orang yang sabar melebihi seorang pahlawan? Disini
Salomo ingin mengajarkan beberapa hal. Pertama, kekuatan manusia itu bukan
terletak pada kekuatan fisiknya, melainkan kepada bagaimana ia dapat sabar dan
menguasai diri. Kemahiran seorang
pahlawan itu bukan terletak dari bagaimana ia memainkan senjata dan mengatur
strategi penyerangan, kemahiran seorang pahlawan terletak dari seberapa jauh ia
dapat sabar / mengendalikan diri terhadap segala sesuatu. Itu sebabnya mengapa ketika Paulus
mengatakan tentang buah-buah roh, Paulus
mencantumkan kesabaran didalamnya.
Paulus tidak mencantumkan tentang kekuatan fisik, kepandaian, atau
kepintaran sebagai buah-buah roh. Tapi
orang yang sabar, itulah karya Roh Kudus.
Dan ia menjadi lebih daripada pahlawan karena ada Roh Kudus dalam
pribadi orang tersebut.
Kedua,
dalam kesabaran ada hikmat kebijaksanaan.
Dan kekuatan dalam pribadi seseorang terletak pada hikmatnya. Dibagian lain Salomo menuliskan “Siapa lekas
naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar. (Ams 14:17)”. Sabar mendorong kita untuk lebih bijaksana. “Orang yang sabar besar pengertiannya,
tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan (Amsal 14:29)”. Sejalan dengan itu, “Akal budi membuat
seseorang panjang sabar, dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran
(Amsal 19:11)”. Ya… dalam kesabaran
terdapat hikmat, akal budi dan kebijaksanaan. Kesabaran memang sahabat dari pada hikmat.
(St. Agustine). Dan semakin berhikmat
dan bijaksana seseorang, maka ia melebihi seorang pahlawan. Kesabaran mengambil bagian dalam membentuk
hikmat dan kebijaksanaan manusia.
Ketiga,
kesabaran menghindarkan kita dari kesalahan besar. Dibagian lain, Salomo dalam Penghotbah 10:4
mengatakan “Jika amarah penguasa menimpa
engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah
kesalahan-kesalahan besar.” Ya…
Kesabaran mencegah kita dari kesalahan-kesalahan besar. Seringkali kesalahan yang kita buat, sebagian
besar itu terjadi karena kita tidak sabar.
Kita tidak sabar, kita marah, kita menyakiti orang-orang di sekliling
kita. Kita tidak sabar kita memukul
orang didekat kita. Kita tidak sabar,
kita cepat-cepat mengambil keputusan, dan ternyata keputusan itu keliru, dan
kita tidak bisa mengubahnya. Kita harus
mengakui bahwa kebanyakan kesalahan-kesalahan besar terjadi karena kekurangan
kesabaran. Kita ingat kisah Saul bukan. Dari seorang raja yang diurapi Tuhan,
menjadi raja yang tertolak. Mengapa
bisa? Karena ia tidak sabar utnuk
menantikan cara Tuhan bekerja waktu ia dalam keadaan terpepet. IA menunggu nabi Samuel, namun karena tidak
kunjung tiba, maka Saul melakukan segala cara yang tidak sesuai yang Tuhan
mau. Karena itulah ia ditolak oleh
Tuhan. Seberapa banyak diantara kita
yang hidup seperti Saul. Karena tidak
sabar, kita bertindak menurut apa yang kita mau, dan karena itu kita salah
dalam mengambil keputusan. Dan ketika
kita ingin mengubah kembali keputusan itu, kita menyesal, karena kita sudah
terlambat.
Seorang ibu pernah sharing.
Betapa ia menyesal. Ketika
anaknya waktu kecil, kita tau bahwa semua anak suka bermain. Suatu saat ibunya lagi sangat sibuk dan
sedang banyak masalah. Tapi anaknya itu
terus bermain disekitarnya dan mengganggu pekerjaannnya. Lantas ibu ini kehilangan kesabaran, ia mengatai anaknya itu dengan makian
kata-kata binatang, dan kemudian ia menampar anaknya. Anak itu ketakutan. Selanjutnya hari-hari mereka berlalu begitu
saja. Tahun demi tahun berlalu. Anak itu pun beranjak remaja. Perlahan-demi
perlahan anak ini semakin jauh dari ibunya.
Ibunya kebingungan dan terus bertanya kepada pendeta digerejanya,
mengapa ia susah sekali dekat dengan anaknya sendiri. Dan selidik punya selidik, ternyata kejadian
hari itu, ketika sang ibu menamparnya dan memakinya dengan kata-kata binatang,
pada saat itu perasaannya sangat terluka.
Dan anak ini menyimpan kebencian terhadap ibunya. Hal itu yang membuat mereka tidak lagi dapat
dekat. Sang ibu menyesali kejadian hari
itu. Ketidaksabarannya membawa kesalahan
besar.
Ya,
benerlah kata-kata Salomo bahwa kesabaran mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan besar. Ketidak
sabaran mendatangkan penyesalan besar.
Sebab itu orang yang sabar jauh melebihi seorang pahlawan. Karena ia memiliki kekuatan sejati, ia
memiliki hikmat, dan ia bijak sehingga tidak ada cela terjadinya
kesalahan-kesalahan besar.
Bukankah
Yesus yang kita sembah juga merupakan Tuhan yang sabar. Ketika Ia tau bahwa Yudas akan mengkhianati
Dia, ia tetap melayani Yudas dan membasuh kakinya. Ketika Petrus menyangkal Dia, IA sabar, bahka
IA terlebih dahulu yang menghampiri Petrus.
Ketika ia datang menyelamatkan dunia dari dosa, tapi bukan pujian yang
diterima, tapi olokan dan hinaan, bahkan ketika ia harus disalibkan sebagai
orang yang memalukan, bukankah Yesus tetap sabar. Padahal bisa saja ia menghukum
manusia-manusia yang menyalibkan-Nya pada waktu itu. Kesabaran-Nya melampaui akal manusia. Kesabaran-Nya mengagumkan kita. Tapi kesabaran-Nya jugalah yang ingin
ditunjukkan untuk kita teladani.
Ya….Kesabaran
manusia memang ada batasnya, kita sering mengatakan ini. Namun ketika kita melihat Tuhan yang
kesabarannya tidak pernah terbatas, semestinya kita jangan membatasi kesabaran
kita. YA, teruslah sabar. Orang yang sabar itu memang menderita. Sebab kita harus menunggu, bertahan,
berjuang, menyangkal diri dsb.
Kesabaran tentu membutuhkan proses yang lebih panjang. Jauh lebih enak segera bertindak. Namun kesabaran selalu memberikan buah yang
manis bagi hidupmu. Sebab itu teruslah
bersabar. Ya. Bersabarlah dalam segala hal.
BERSABARLAH
DALAM MENANTI SEGALA SESUATU. Penantian itu memang acapkali membuat kita
bersusah hati. Tapi bersabarlah
senantiasa dalam pengharapan.
Nantikanlah segala sesuatu dengan iman.
Penantian tidak pernah
sia-sia. Seandainya apa yang anda
nantikan tidak kunjung tiba, saya yakin
Tuhan pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang lain untuk kebaikan diri kita. Entah ia ingin memakai kita untuk suatu hal
lain. Entah ia ingin membuat kita
kuat. Yang pasti tidak akan pernah
sia-sia.
Saya ingin menyaksikan pergumulan salah seorang rekan saya di tim
LCS. Tentu saja saya sudah ijin sama
orangnya untuk menyaksikan ini. Sebagian
kita mungkin mengenal dia. Saudara
Martinus dan istrinya Meidy. (Bisa
berdiri). Mereka menikah dari tahun
2009. Sebagaimana pasangan-pasangan yang
sudah menikah, semua pasangan menharapkan akan kehadiran seorang anak
bukan. Demikian juga mereka
mengharapkannya. Satu tahun, dua tahun, 3 tahun mereka berusaha, tapi Tuhan
belum memberikan mereka seorang anak.
Awalnya mereka sangatlah optimis.
Tapi setelah melewati 3 tahun itu, rasa optimis itu mulai tergerus. Mereka memeriksa kedokter dan tidak ada
masalah sama sekali. Berkali-kali
konsultasi ke dokter, mencoba suplemen ini dan itu, dan memeriksa kematangan
sel telur. Tapi semua upaya mereka tidak
membuahkan hasil. Orang-orang sekitarpun
mulai memberikan masukan, opini, dan
tanggapan-tanggapan. “Mungkin streessm
mungkin rahimnya terbalik, mungkin ia capek, harus makan ini, harus makan itu,
jangan makan ini dan itu.” Bahkan
pertanyaan-pertanyaan pun banyak terlontar:
Mengapa tidak punya anak? Kapan
kalian punya anak. Lantas
pertanyaan-pertanyaan itu membuat mereka frustasi. Mereka mulai menarik diri dari orang-orang
yang memungkinkan menanyakan hal yang sama.
Mereka menarik diri dari pasangan-pasangan muda yang sedang punya anak,
agar mereka tidak larut dalam kesedihan.
Pergumulan dalam menanti seorang anak tidaklah mudah bagi mereka.
Sampai suatu saat, mereka bertemu dengan seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan ini mengatakan kepada mereka: pasangan yang menikah dan punya anak itu
adalah hal biasa, namun pasangan yang menikah dan tidak memiliki masalah
apa-apa, tetapi tidak mempunyai anak, itu baru luar biasa. Dan Tuhan tidak akan membiarkan keadaan luar
biasa ini, tanpa sebuah rencana yang besar.
Tuhan pasti punya rencana, Tuhan pasti sedang memakai kita untuk maksu
dan tujuannya. Asal kita mau peka dan
berjalan sama Tuhan.” Malam ini menjadi
malam yang penuh tangis, tapi disanalah mereka kemudian belajar untuk beriman
lebih lagi kepada Tuhan. Merekapun
merasa lebih tenang dan sabar menghadapi kenyataan itu. Mereka sudah tidak lagi ngotot untuk memiliki
buah hati, tapi mereka belajar untuk berserah.
Namun apa yang terjadi? Ketika
mereka belajar untuk berserah dan beriman.
Pada saat itulah Tuhan membuka kandungan mereka. Tahun 2015 awal Meidy dinyatakan hamil, dan
baru saja ia melahirkan kemarin.
YA.. Sabar menanti akan berbuah manis. Buah yang manis itu bukan kita yang tetapkan,
tapi Tuhan yang tentukan. Saudara
Martinus dan Meidy mungkin menunggu 6 tahun.
Mungkin penantian kalian sudah 10 tahun, bahkan mungkin sudah ada yang
puluhan tahun. Bahkan mungkin ada yang
tetap tidak mendapat karena Tuhan punya rencana yang lain. Namun ingat, tetaplah Sabar. Kesabaran dalam menanti menunjukkan bahwa
kita beriman akan Rencana Tuhan. Saya
suka sebuah picture yang pernah saya dapatkan.
Disana dikatakan demikian: Yusuf menanti selama 13 tahun untuk mendapat
rahel, Abraham menanti 25 tahun utnuk mendapat seorang anak, Musa menanti 40
tahun untuk dapat masuk ke tanah kanaan, Yesus menantis 30 tahun sebelum ia
tampil dimuka umum. Jika Tuhan membuat
kamu menanti saat ini, kamu sedang berada di jalur Tuhan. Tuhan sering melatih iman kita dengan cara
menanti. Sebab itu sabarlah, sabarlah.
YA..
Sabarlah dalam menanti segala sesuatu. Apa
yang saudara nantikan saat ini? Menanti
pasangan hidup, menanti seorang anak untuk pernikahan kalian, menanti
kesembuhan dari Tuhan, menanti pemulihan relasi? Penanti perubaha karakter anak kita? Menanti hasil yang baik dari kerja keras
kita? Menanti keadaan berubah? Apapun juga yang saudara sedang nantikan saat
ini, nantikanlah dengan sabar dalam iman kepada Tuhan.
BERSABARLAH
DALAM MENGHADAPI SEGALA SESUATU. Bukan
hanya bersabar dalam menanti segala sesuatu, kita pun harus bersabar dalam
menghadapi segala sesuatu. Kita tau
bahwa hidup ini seperti roda yang
berputar. Tidak selalu hidup kita bisa
di atas, terkadang kita berada di titik terburuk dalam hidup ini. Dan satu kejadian saja bisa membawa hidup
kita kedalam keterpurukan. Dan kita
tidak bisa menghindari itu. Bisa jadi
penderitaan datang menimpa kita. Bisa
jadi kesusahan datang menerpa. Mungkin tekanan-tekanan kehidupan bisa menghajar
kita dan merengut jiwa kita. Pada saat
itu terjadi dalam hidupmu, bersabarlah.
Jangan putus asa. Sabarlah dalam menghadapi segala sesuatu. Percayalah bahwa dibalik semua tekanan hidup
dan penderitaan yang Engkau Alami, ada maksud Tuhan yang Tuhan siapkan untuk
kita jalani.
Suatu ketika seorang pendeta bersaksi, sewaktu ia mendapat
kesempatan ke Israel, ketika berjalan samping pertanian di Israel, ia bingung,
ada pohon korma yang masih kecil-kecil, tapi semuanya di tindis dengan
batu-batu yang cukup besar. Terus dia
bertanya kepada tourgatenya. Mengapa
pohon korma itu ditindis batu. Apakah
itu tidak bikin pohon itu mati dan tidak bertumbuh? Kemudian tour gate itu menjawab: Kami sengaja menindih pohon korma itu dengan
batu, agar akarnya semakin menancap kedalam.
Kalau akarnya menancap kedalam, ia akan menjadi sebuah pohon korma yang
kuat. Memang pohon korma yang tidak
ditindih batu akan lebih cepat bertumbuh dan cepat besar. Namun hasil akhirnya, pohon korma yang
ditindih batu akan lebih besar dan lebih kokoh dibanding korma yang tidak
ditindih dengan batu. Dan tourgate itu
mengatakan demikian: taukah, ketika akar
itu sudah dalam menancap ke tanah, pohon korma itu akan menggulingkan sendiri
batu yang menindih mereka.
Saya
sangat terberkati dengan perumpamaan ini.
Hidup kita ini seperti pohon korma itu.
Adakalanya tekanan-tekanan kehidupan dan penderitaan diijinkan ada dalam
hidup kita. Tapi semua penderitaan itu
mestinya memperkuat kita. Penderitaan
yang diijinkan Tuhan tidak pernah terjadi tanpa maksud dan tujuan. Tekanan kehidupan, penderitaan, dan
pergumulan memang menyusahkan kita. Namun
jika kita bersabar menghadapi semua itu, kita akan semakin kuat, dan hidup kita
akan berlimpah dengan hikmat dan bijaksana.
Pada saat itulah, hidupmu menjadi more than Heroes. Karena engkau menjadi orang yang bijak, tahan
uji, dan menjadi kesaksian yang hidup lewat kesabaranmu.
Hal
apa yang menguji kesabaranmu saat ini?
Pekerjaanmu, penyakitkah, penolakankah, pelakuan tidak adil dari orang
terdekatmu, pengkhianatan kah? Atau apa?
Tetaplah sabar. Jangan
gegabah. Sabar saja. Karena, Berdoa minta Tuhan untuk menambahkan
kesabaran dalam hidup kita. Tapi bukan
hanya berdoa, kita sendiri harus merendahkan hati untuk terus belajar untuk
bersabar. Jadilah pahlawan-pahlawan iman,
yang sabar menantis segala sesuati, dan sabar menghadapi segala sesuatu.
No comments:
Post a Comment