Thursday, December 20, 2007

Jiwa, Harap & Iman

Suatu ketika si "Jiwa" terbakar emosi terhadap "harapan" karena si harapan ini tidak kunjung-kunjung datang. "Harapan mengapa engkau tidak mau datang? padahal setiap hari aku memanggilmu untuk datang menhampiriku!" omel si jiwa. Tetapi harapan senyap tak menjawab ocehan si jiwa. Sekali lagi si jiwa memanggil "Harapan, mari datang kepadaku, aku sungguh merindukanmu, kehadiranmu membuat aku gembira". Namun tetap si harapan tidak bersuara dan tidak datang menghampiri si jiwa.

Maka menangislah si jiwa, sekujur tubuhnya menjadi lemah tak bergairah. Hasratnya padam. Ia begitu sedih dan kecewa. Terduduk ia seorang diri ditemani air mata yang terus mengalir deras. Tak ingin ia berhenti menangis kecuali habis air matanya.

Tiba-tiba dalam deras air matanya, terlihat kabur sesosok yang datang menghampiri. Segera ia mengusap air matanya yang menghalang pandang. Semakin dekat....semakin dekat...... "Apakah itu harapan?" pikir si jiwa. Terus mendekat dan semakin jelas. Ternyata bukanlah harapan yang datang menghampiri, melainkan si "Iman". Maka kecewalah si jiwa dan ia pun marah kepada harapan "Hei harapan! dimana kamu! mengapa kamu tidak datang? Mengapa harus dia yang datang? Bukan si iman yang kuinginkan, tapi kamu!"

Lalu si harapan akhirnya keluar dari senyapnya. Dan dengan perlahan ia berbisik kepada si jiwa "Tahukah kamu, hei jiwa, iman itu jauh lebih penting buatmu. Dia dapat membuatmu jauh lebih bahagia. Bahkan ia dapat melakukan sesuatu lebih dari apa yang kau harapkan. Bergaullah erat dengannya.....bergaullah erat."

No comments: