Sunday, July 06, 2008

BHPM di Tanjung Selor 24-30 Juni 08

Satu minggu lagi terlalui. Kali ini kami melayani di desa Antutan (desa tempat saya melayani 10 hari pertama). Semua pelayanan kami berjalan dengan baik. Dimulai dengan pelatihan kepemimpinan di hari selasa malam, homiletik (rabu malam), ibadah doa (kamis malam), training guru SM dan pelayanan remaja (jumat), training mc dan pelayanan pemuda (sabtu), panggung boneka, ibadah 1,2, pekarya dan perkawan di hari minggu. Puji Tuhan semua boleh berjalan dengan baik. Jemaat cukup antusias untuk terlibat dlam dialog-dialog di dalam pelatihan tersebut.

Tapi sangat disayangkan, kedatangan kami kembali disambut dengan sakitnya ibu gembala sehingga ia harus kembali di opname di Rumah sakit karena penyakit malaria. Ibu gembala yang tak pernah di opname sebelumnya, harus dua kali di opname ketika berpas-pasan dengan kedatangan kami.

Bicara tentang penyakit malaria, ada satu hal yang menarik. Didesa ini ada seorang pria berusia kurang lebih 30 tahun (usia matang lelaki). Tatapannya tajam seakan menyatakan ketajaman pikirannya. Pembawaannya tenang. Terkesan cerdas pria itu. Namun sayangnya penampilannya acak-acakkan dan masyarakat menjauhinya. Mereka menjauhi bukan karena penampilannya, namun lebih tepatnya dikarenakan orang tersebut mengalami gangguan mental
Selidik punya selidik, terkabarlah cerita mengenai dirinya ketelingaku. Kata orang di sana "Dulunya, dia orang yang sangat pintar. Dia selalu juara kelas dan nilai matematikannya selalu yang tertinggi. Bukan hanya pintar, pandai bicara pula". Lanjutnya "tapi sayang, suatu kali ia terserang malaria tropikal yang menyerang otaknya. Karena penanganan yang buruk mambuatnya tidak tertolong dan mengalami gangguan mental.

Seseorang yang begitu pandai, hanya dalam sekejap menjadi orang yang terbelakang di desanya. Dari peristiwa ini terapunglah sebuah pemaknaan: memang hikmat dan kepandaian itu berasal dari Tuhan. Ia yang memberikan dan mengambil kepandaian itu sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, orang yang merasa diri pandai, ketahuilah bahwa itu semua dari Tuhan. Bersyukurlah dan berserahlah. Dapatkah kita membanggakan diri padahal mungkin dalam sekejap saja kepandaian kita bisa lenyap?
Sebaliknya orang yang merasa diri kurang pandai, janganlah iri dan putus asa. Mintalah kepada Yang Empunya kepandaian itu. Gunakanlah kepandaian itu untuk tujuan dan maksud-Nya. Saya percaya Ia akan memberikannya kepada kita.
Jangan menTuhankan otak kita. Jangan pula menghina otak ciptaan Tuhan. Tetapi muliakanlah Tuhan dengan otak kita.

1 comment:

Anonymous said...

Hehehe...devosi yang ini "kena" bgt ke koDes yah...
Aku sih mensyukuri otak yang Tuhan beri...meski gaptek sih dikit:P...