Saturday, September 27, 2008

PERCAYA AKAN JANJI PENYERTAAN TUHAN (2) (Kejadian 15)

Saudara, selain sikap percaya merupakan sikap yang dibenarkan, Alasan kedua:

2. Karena jika Allah sendiri yang berjanji, Ia yang akan bertanggung jawab.
Saudara, manusia boleh mengingkari janjinya. Tapi Allah sekali-kali tidak akan mengingkari janji-Nya.
Saudara, jika kita melihat keesokan harinya di ayat 7, menarik sekali dimana Tuhan kembali mendatangi Abraham dengan memberikan janji akan sebuah negeri. Jika kita membandingkan dengan ayat 1, kita akan menemukan pola yang sama dalam janji Tuhan. Tuhan seringkali menggunakan kata “Akulah /anoki/ ani” yang menekankan dirinya sendiri yang akan menjamin janjinya (Akulah Tuhan, akulah perisaimu). Namun pola respon yang diberikan abraham pun sama. Sekali lagi di ayat 8 dapat kita lihat bahwa Abraham ragu. Ia mungkin percaya akan janji keturunan. Namun janji akan negri itu masih diragukannya.

Namun Tuhan tidak marah, melainkan Tuhan menyuruh Abraham untuk menyembelih beberapa jenis hewan kurban dan memisahkannya menjadi dua bagian, kecuali burung-burung. Saudara, pada zaman itu, sudah merupakan sesuatu yang lazim, jika ada 2 orang yang mengadakan perjanjian, maka mereka harus menepatinya. Untuk meyakinkannya, mereka akan membelah beberapa hewan yang dikurbankan menjadi dua bagian, kemudian dua pihak yang berjanji akan melewati potongan-potongan hewan itu bersama-sama. Itu merupakan sebuah upacara suci untuk menyatakan kesungguhan mereka dalam menepati janjinya. Jika ada satu yang melanggar janjinya, maka mereka akan terkena kutukan bahwa nasib mereka akan sama seperti hewan-hewan semblihan tersebut.

Menariknya Saudara, di ayat 17 dikatakan “ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap serta suluh yang berapi lewat diantara potongan-potongan daging itu.” Saudara, perapian dan suluh seringkali melambangkan kehadiran YHWH. Itu kita dapat lihat dari kisah musa, Daniel, dll. Dan dalam peristiwa ini, suluh api tersebut melewati potongan korban tersebut. Ya, Allah melewati potongan-potongan daging itu. Apa maksudnya? Allah yang maha kudus itu bersedia masuk dalam kebudayaan manusia untuk memperkuat janji-Nya. Dan lebih menarik jika kita perhatikan, Allah melewatinya seorang diri. Tidak ada orang kedua yang melewati. Ini berarti Allah bersumpah setia kepada janji-janji-Nya. Perjanjian ini adalah perjanjian Allah, unilateral (sepihak), bukan Abraham. Allah seakan menempatkan dirinya pada kutukan jika Ia melanggar janji-Nya sendiri. Ia menyatakan bahwa Ia yang bertanggung jawab penuh terhadap janji-Nya. Mengapa ia bersumpah dengan dirinya sendiri? Ibrani 6:13 mengatakan, karena tidak ada yang lebih tinggi dari diri-Nya sendiri.

Saudara, demikianlah perjanjian Allah dengan manusia, yaitu perjanjian yang tanpa syarat. Allah kita adalah Allah yang tidak mungkin melanggar janji-Nya sendiri. Sekali Ia melanggar, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai Allah yang Mahakudus.

Demikian pula halnya dengan janji penyertaan Tuhan. Tuhan kita adalah Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Sebelum Ia dikandung oleh maria, Malaikat mengawali dengan nubuatan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki yang dinamai Imanuel yang berarti “Allah menyertai kita”. Ditengah kehidupannya, di Yohanes 14:16 Tuhan menjanjikan seorang penolong yang lain, yaitu Roh Kudus, supaya Ia diam didalam kita dan menyertai kita selama-lamanya. Dan di akhir kehidupan-Nya, setelah Ia menyampaikan amanat Agung, Ia juga menyampaikan janji yang berbunyi: “Ketahuilah, aku akan menyertai engkau senantiasa sampai pada akhir jaman”.
Saudara, dapatkah Tuhan melanggar janji-Nya? Tidak!

Untuk memperkuat perjanjian itu, apa yang Tuhan lakukan? Jika dengan Abraham ia menempatkan dirinya kedalam perjanjian itu, di mana jika Ia melanggar ia akan terkena kutukan; maka saat ini ia memperkuatnya dengan kematian-Nya sendiri. Ia yang tidak berdosa itu, mau masuk ke dalam kutukan dosa, supaya saudara dan saya, yang seharusnya binasa ini, dapat diselamatkan. Bukan hanya masuk dalam keselamatan, namun juga masuk dalam genggamannya, agar Ia dapat senantiasa menuntun dan menyertai kita. Bahkan terlebih, ketika Saudara dan saya percaya, maka kita akan menjadi anak-anak Allah. Saudara, orangtua normal mana yang tidak menjaga dan menyertai anak-nya?

Saudara, ada sebuah suku di Indian, yang memiliki kebiasaan untuk mendewasakan anak laki-laki yang masih remaja dengan cara yang unik. Anak remaja itu, harus di bawa ke dalam sebuah hutan rimba yang liar semalaman. Ia di bawa oleh orang lain yang bukan keluarganya, dan matanya ditutup kain, sehingga ia tidak bisa melihat apa-apa. Dan ketika hari menjelang malam, barulah kain matanya di lepas, dan orang yang membawanya pergi meninggalkannya. Anak tersebut tidak boleh menangis / berteriak. Jika ia menangis / berteriak maka ia gagal.
Suatu ketika ada seorang anak yang sedang dalam proses pendewasaan itu. ia dituntun sampai di hutan, dan tutup matanya di buka menjelang malam. Hari semakin gelap, udara semakin dingin, nyamuk semakin ganas menggigit. Bukan hanya itu, auman serigala mulai terdengar, dan banyak hewan-hewan buas mulai mencari mangsanya. Anak inipun begitu ketakutan, tapi ia tahu, jika ia menangis / menjerit maka ia gagal. Akhirnya ia hanya merem menantikan hari esok.

Akhirnya hari esok pun tiba. Matahari mulai terbit, dan ia merasa senang sekali karena ia bisa melewati ujian tersebut. Namun ketika hari semakin terang, ia sangat terkejut karena melihat banyak bercak-bercak darah di sekitarnya. Dan lebih terkejut lagi, banyak hewan-hewan buas disekitarnya yang sudah mati. Ketika ia melihat ke belakang, barulah ia sadari, bahwa sang ayah yang tegap perkasa sedang berdiri di belakangnya dengan membawa panahnya. Ternyata sang ayah berjaga-jaga semalaman tanpa terlelap untuk melindungi anaknya.

Saudara, demikian juga dengan Tuhan kita, Ia senantiasa menjaga dan menyertai anak-anak-Nya. Seperti pemazmur mengatakan: sesungguhnya tak pernah terlelap dan tak pernah tertidur penjaga Israel, demikianlah Tuhan kita tidak pernah terlelap dan tertidur dalam menjaga kehidupan anak-anak yang dikasihi-Nya.

Saudara, bukankah Tuhan telah memanggil kita untuk menjadi anak-anak-Nya. Tuhan yang telah memanggil kita itu juga yang akan menuntun dan menyertai setiap langkah kehidupan kita. Ketika kita tinggal didalam-Nya, maka penyertaannya ada pada kita.

Saudara, pergumulan apakah yang membuat kita tidak percaya akan penyertaan Tuhan? Apakah masalah keluarga yang menghambat kita? Atau mungkin masalah ekonomi yang kritis? Masa depan yang abu-abu? Sakit-penyakit yang tak kunjung sembuh? Atau mungkin duri dalam dagingmu, yang terus menyiksa dirimu?

Saudara, percayalah kepada Tuhan. Ia yang sudah mati buat kita, ia juga yang berkata kepada kita “Aku menyertaimu senantiasa” Kematiannya sudah membuktikan segalanya.

Saudara, manusia mungkin dapat mengikari janji-Nya. Tapi Tuhan, tidaklah sekali-kali ia akan mengingkari janji-Nya, sebab ia adalah Allah yang kudus, suci dan maha tinggi. Ia yang berjanji, maka ia yang akan bertanggung jawab.

Saudara, hiduplah didalam Dia senantiasa, dan . . . .Percayalah, bahwa Ia akan menyertaimu!

No comments: