Saturday, September 13, 2008

Toleransi Dalam Dilema (I) (Wahyu 2:18-29)

Menjalani kehidupan sebagai anak-anak Tuhan ini penuh dengan dilema. Dilema antara melakukan kebenaran dari Firman Tuhan dengan realitas hidup yang membudaya dalam keseharian. Kebenaran itu dipertahankan pada mulanya. Namun karena bertentangan dengan realitas hidup, maka kebenaran itu semakin hari semakin terkikis. Bahkan apa yang seharusnya diangap tidak benar malah dianggap benar saat ini. Itu terjadi karena adanya toleransi.

Misalkan dalam kehidupan di kantor. Kita sama-sama tahu bahwa pembukuan ganda itu salah. Tapi jika kita tidak melakukannya, maka perusahaan kita akan kalah bersaing. Lalu timbulah toleransi disertai sebuah pernyataan “Semua orang toh melakukan pembukuan ganda. Itu hal yang biasa. Jadi itu bukanlah sesuatu yang salah”. Misal lagi, ketika kita di sekolah. Lingkungan kita semuanya merokok. Jika kita tidak merokok, kita akan susah bergaul dan tidak akan diterima oleh lingkungan. Bukan hanya itu, kita akan dianggap aneh, dikucilkan, bahkan mungkin sedikit “dianiaya”. Supaya tidak terjadi hal tersebut, lalu kita ikut terlibat dalam mengisap silinder kecil itu dan mengatakan “coba tunjukan ayat Alkitab yang mengatakan bahwa rokok itu dosa?”. Toleransi kebenaran berbicara dalam sebuah dilema.

Namun pertanyaannya, apakah boleh seperti itu? Bolehkah toleransi dibiarkan bekerja dalam sebuah dilema? Bolehkan kebenaran diganti dengan realitas hidup yang tidak benar? Ss, Dalam kitab Wahyu yang sudah kita baca, kita akan menemukan jawaban atas hal tersebut. Ada kebenaran-kebanran yang penting dalam kitab ini yang harus dipegang.

TUHAN MENCELA SIKAP TOLERANSI

Ss, kitab wahyu merupakan kitab pernyataan Allah yang ditunjukkan melalui rasul Yohanes. Kitab ini bersifat preteris (yang bermanfaat untuk masa lampau), historikal (untuk masa sekarang), dan futurist, yang mewakili kehidupan mengenai gereja di segala tempat dan segala abad. Oleh sebab itu, kitab wahyu juga tetap relevan terhadap zaman pasca modern saat ini.

Dalam perikop ini, Yohanes memulai dengan menyatakan “Inilah Firman Allah, yang mata-Nya bagai nyala api, dan kakinya bagai tembaga”. Di sinilah satu-satunya surat Kristus yang khusus menyebutkan diri-Nya sebagai Anak Allah. Ia mempunyai mata bagaikan nyala api yang mempunyai daya pandang menembus, yang berarti tidak ada sesuatu yang tersebunyi bagi-Nya. Api juga mempunyai fungsi menerangi dan sekaligus menghanguskan, sehingga segala dosa dan hal yang tidak berkenan bagi-Nya tidak akan tersembunyi dan tidak akan bertahan di hadapan-Nya. Sedangkan, kaki bagai tembaga itu berarti Ia mampu menghancurkan segala sesuatu, termasuk dosa. Dosa apa yang dilakukan jemaat Tiatira?

Ss, Tiatira merupakan kota yang terletak di lembah yang panjang yang menghubungkan lembah Hermus dan sungai Caicius yang kini dilalui jalan kereta api; dan posisi geografis inilah yang menjadikan kota ini begitu penting. Karena itu kota ini menjadi pusat perdagangan yang hebat, khususnya dalam industri kain celup dan barang-barang wol. Seperti yang kita ketahui, Lidia penjual kain ungu berasal dari Tiatira (Kis 16:14). Wajar saja jika kota ini mempunyai serikat dagang yang sangat banyak. Sarikat dagang ini adalah sebuah perkumpulan untuk saling menguntungkan dan melayani di antara para pedagang. Ada sarikat kerja dibidang wol, perunggu, lenan, pembikar roti, kulit dll.

Namun justru disitulah yang menjadi persoalan jemaat Tiatira. Jemaat mengalami sebuah dilema. Ss, dalam sarikat dagang pada waktu itu mereka mempunyai kebiasaan makan bersama. Hal ini sangat sering dilakukan di kuil-kuil. Mereka memulai dan mengakhiri acara makan dengan memberi pengorbanan resmi kepada dewa-dewi, dan daging yang dimakan adalah daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Selain itu, perjamuan bersama ini sering disertai dengan mabuk-mabukan dan perbuatan asusila. Apakah mungkin orang Kristen mengikuti sarikat semacam itu? Jika mereka menolak bergabung dengan serikat itu sama artinya dengan menolak persatuan dagang masa kini. Artinya, kehilangan prospek dalam dunia dagang. Disinilah mereka mengalami sebuah dilema. Jika ia mengikuti aturan main, maka mereka akan mendapatkan keuntungan dari sarikat itu. Namun jika mereka tetap ingin hidup benar, maka resikonya, dagangan mereka akan sepi, tidak laku, bahkan mungkin bisa terpuruk.

Oleh karena itu ada sebuah gerakan yang dipimpin oleh Izebel. Izebel ini mungkin bukan nama sebenarnya. Namun ini mewakili perempuan jahat yang ada dalam kitab PL, di mana Izebel itu menyesatkan orang-orang Israel untuk melakukan perjinahan rohani dengan menyembah Baal. Dalam kitab Wahyu, nabiah yang diberi nama Izebel inilah yang kemudian mengajak umat Kristen untuk berkompromi/ bertoleransi dengan standar-standar dunia untuk kepentingan bisnis dan keuntungan dagang, dengan mengatakan bahwa Roh Kudus dapat melindungi mereka dari bahaya apa pun. Izebel menyesatkan jemaat dengan menganggap praktik-praktik itu adalah sebuah kebenaranSaya kira, banyak jemaat yang akhirnya memutus kan untuk mengikuti sarikat-sarikat itu demi kelangsungan masa depan mereka. Namun pasti juga ada yang tetap bertahan. Oleh karena itu Tuhan mencela jemaat diTiatira.

Ironinya, Tuhan mencela mereka, walaupun sebelumnya di ayat 19, Tuhan memuji akan kasih mereka (yang tidak dimiliki jemaat Efesus, yaitu kasih mula-mula); iman mereka (yang merupakan inti kebenaran akan orang percaya); Pelayanan yang baik; ketekunan seperti jemaat di Semirna (dari kata hupomeno, yang berarti bertahan dibawah suatu tekanan); bahkan Tuhan menambahkan pujian bahwa pekerjaan mereka yang terakhir itu lebih banyak dari yang pertama (ay.19b). Ss, gereja ini merupakan sebuah gereja yang ideal. Namun Tuhan tetap mencela mereka.

Tuhan mencela mereka karena mereka membiarkan Izebel menyesatkan hamba-hamba Tuhan untuk berbuat zinah dan makan-makanan berhala. Kata membiarkan ini dalam bahasa aslinya “avfei/j” memiliki arti: tolerate, give up, permit. Ya, jemaat Tiatira dicela karena mereka mentoleransi suatu hal yang tidak benar dan membuatnya seakan-akan benar. Jemaat Tiatira dicela karena dalam dilema, mereka lebih memilih berkompromi terhadap pemikiran dunia. Jemaat Tiatira dicela karena mereka lebih memilih untuk memuaskan kebutuhan materi mereka daripada kebutuhan akan kebenaran.

Ss, sama seperti teguran terhadap jemaat Tiatira, sebenarnya Tuhan juga tidak mengkehendaki setiap kita (jemaat gereja-Nya saat ini) bertoleransi terhadap dilema yang menempatkan kita pada kebenaran dan ketidak-benaran. Dalam pergumulan serumit apapun, Tuhan tetap menginginkan kita untuk melakukan yang benar. Walaupun kerjaan kita terancam, meskipun kita mungkin akan kehilangan teman-teman kita, atau mungkin kita bakal dimusuhin oleh keluarga kita sendiri, apapun situasi dan kondisi kita, Tuhan tetap menuntut kita untuk melakukan yang benar. Tuhan tidak menginginkan kita mengambil sikap toleransi dalam sebuah dilema. Bahkan, Ia mencela setiap anak-anak-Nya yang suka mentoleransi kebenaran. Tidak peduli seberapa baik dirimu, seberapa giat dirimu melayani, seberapa tekun, bahkan seberapa kasihmu kepada Dia, Tuhan akan tetap mencela orang-orang yang tidak bertahan dalam kebenaran.

Jika dikontekskan kejaman sekarang, itu berarti Tuhan mencela orang-orang yang melakukan pembukuan ganda dikantor; Ia mencela anak-anak Tuhan yang lebih memikirkan pergaulannya dari hal-hal yang benar; Ia juga mencela setiap anak-anak Tuhan yang bersikap pasif ketika melihat ketidakbenaran, kecurangan, kesesaran terjadi digereja; IA juga mencela setiap anak-anak-Nya yang lebih mementingkan hidupnya daripada mementingkan kebenaran Firman Tuhan.

2 comments:

Anonymous said...

flo a iyp l, [URL=http://www.evansporn.com]porn tube videos[/URL]. qrn f, lzy ajbkax|cpf wgxbcxq l bx ei.

Anonymous said...

kbbe zkttf [URL=http://www.katesxxx.com]milfs[/URL] boerwp c bo i hfk