Friday, March 13, 2009

Be A Reformer (1) 2 Raja 22-23


Khotbah Pemuda



Ss, Martin Luther merupakan tokoh reformator pertama yang begitu terkenal. Ia seorang teolog Jerman yang sangat berhasil mereformasi keKristenan yang begitu berpengaruh hingga saat ini.

Sebenarnya apa sih reformasi itu? Dari epistemologinya, reformasi berasal dari kata “re + forming” yang berarti kembali kebentuk semula atau bisa juga dianggap sebagai kembali kemaksud semula. Berarti seorang reformator adalah seorang yang bertugas untuk mengembalikan suatu bentuk ke bentuknya yang semula.

Mungkin jika diilustrasikan itu seperti ketika kita sedang mengecat tembok. Kita berpikir bahwa dulu rumah kita tidak seperti ini warnanya. Dulunya putih bersih. Tapi sekarang rumah ini sudah kotor. Catnya sudah ngelupas, dan ada rembesan-rembesan air di tembok. Lalu untuk mengembalikan ke warna semula kita harus kembali mengecat tembok itu biar menjadi putih kembali. Itulah yang dinamakan reformasi.
Sebenarnya apa sih tujuan seorang reformator? Dari istilah katanya saja kita sudah dapat mengetahui bahwa reformator itu memiliki tujuan untuk mengembalikan sesuatu ke awalnya. Jika ini diterapkan pada reformasi Kristen yang terjadi pada tahun 1517, maka tujuan dari seorang reformator adalah untuk mengembalikan gereja kepada bentuk aslinya yang diinginkan oleh Tuhan Yesus (sebagai dasar gereja), yang benar sesuai dengan Firman Tuhan. Oleh karena itulah motto terkenal dari kaum reform itu berbunyi “back to the bible”.

Ss, sebenarnya setiap umat Kristen itu harus menjadi seorang reformator untuk menyatakan kebenaran di tengah dunia yang bengkok ini. Ketika Yesus mengajak kita untuk menjadi terang dunia, sebenarnya Tuhan menginginkan kita untuk mereformasi sekeliling kita. Oleh sebab itu saat ini penting bagi kita untuk melihat bagaimana sih ciri-ciri reformator itu? Saya akan memaparkan ciri-ciri tersebut dengan memaparkan dua tokoh penting reformasi. Yang pertama adalah seorang tokoh Alkitab yang bernama Yosia. Dan yang kedua adalah Martin Luther, pendiri gerakan reformasi itu sendiri. Ada empat ciri yang sama, yang dapat kita temukan dari kedua tokoh ini.


1. Ia sedih melihat ketidak benaran

Ss, hati manusia semakin hari semakin dingin. Kasih semakin lama semakin jarang. Juga kepedulian pun semakin hari semakin mengabur. Sehingga ketika ada orang ketidakberesan terjadi kita lebih memilih untuk tidak peduli. Namun tidak demikian dengan seorang reformator. Ia akan merasa sedih ketika melihat ketidakbenaran.
Ss, Yosia merupakan seorang raja yang benar di mata Tuhan. Ia menjadi raja ketika ia berumur 8 tahun. Namun demikian rakyat yang dipimpinnya hidup dalam kesesatan. Mereka menyebah allah lain, melakukan pelacuran bakti, mengorbankan anaknya sendiri kepada dewa-dewa terntentu dan masih banyak lagi kejahatan yang mereka lakukan. Ini semua terjadi karena dua raja sebelumnya, Manasye dan Amon, adalah raja-raja yang sangat jahat. Mereka yang mempengarui rakyatnya. Jika di total maka kedua raja ini sudah memerintah selama 57 tahun. Itu bukan waktu yang singkat. Andaikan kita bergaul dengan teman-teman yang rusak selama tiga tahun saja, saya yakin bahwa kita akan terpengaruh bukan? Apalagi jika 50 tahunan. Oleh sebab itulah rakyat Yehuda pun menjadi sesat dan jahat di mata Tuhan.

Namun kemudian seorang panitera dari Yosia yang bernama safan ini menghampiri Yosia dan mengatakan bahwa ketika mereka sedang membangun gereja mereka menemukan kitab Taurat yang selama ini telah hilang. Banyak penafsir menduga bahwa isi kitab itu berasal dari Ulangan 28 yang membicarakan tentang kutukan ketika mereka berbuat dosa. Yosiapun akhirnya tersadar akan kesalahan yang dilakukan umatnya. Apa reaksi Yosia? 2 Raja 22:11 menuliskan “Segera sesudah raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, dikoyakkanlah pakaiannya”. Ss, mengoyakan pakaian itu merupakan reaksi orang yang berkabung pada waktu itu. Biasanya itu dilakukan ketika ada keluarga yang meninggal (cont: Daud). Ini menunjukkan bahwa Yosia begitu sedih ketika ia melihat adanya ketidak-benaran dalam umat Israel.

Itu juga yang Martin Luther alami. Pada zaman Martin Luther, banyak kesesatan terjadi. Ada yang menjual surat pengampunan dosa dengan biaya yang sangat mahal. Pada waktu itu banyak orang yang haus untuk diselamatkan. Namun mereka tidak dapat diselamatkan jika mereka tidak punya banyak duit. Selain itu Paus selalu menganggap bahwa hanya merekalah orang yang benar. Semua pendapat orang lain salah. Sehingga ia bisa menafsirkan Alkitab sesuka hati, dan menjadikan diri sendiri sebagai Allah. Bahkan terlebih jahat, Paus tersebut seringkali membunuh orang-orang yang membela Alkitab dengan benar. Belum lagi pengajaran tentang api penyucian dsb. Hal itu membuat hati Luther menjadi sedih dan terbeban untuk membenahinya.

Ss, bukankah pada saat ini banyak gereja, banyak hamba Tuhan, banyak majelis dan banyak anak-anak Tuhan yang sudah jauh menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan? Ada gereja yang hanya menekankan duit melulu. Ada hamba Tuhan yang mendewakan dirinya. Ada majelis yang merasa berkuasa karena mereka memiliki banyak uang, sehingga majelis itu merendahkan dan menjatuhkan hamba Tuhan. Banyak juga anak-anak Tuhan yang memiliki maksud lain ketika mereka beribadah. Kebenaran digantikan dengan ketidakbenaran. Firman Tuhan digantikan dengan nafsu pribadi. Adakah hati kita sedih? Adakah kita berkabung ketika kebenaran itu semakin mengabur? Ataukah kita hanya berdiam diri? Ss, seorang reformator harus memiliki hati seperti Kristus, yang sedih ketika melihat ketidak benaran terjadi.

2. Meminta petunjuk Tuhan
Seorang reformator merupakan orang yang dipilih dan dipanggil Tuhan. Oleh sebab itu seorang reformator harus meminta petunjuk dari Tuhan.

Ketika Yosia mengalami kesedihan karena menyadari bahwa selama ini umat Israel sudah berjalan dalam kesesatan, ia tidak membiarkan dirinya terus menerus bersedih. Dalam ayat yang ke-13 dikatakan bahwa raja meminta petunjuk daripada Tuhan. Ia pergi ke seorang nabiah pada waktu itu yang biasanya digunakan Tuhan dalam menyampaikan pesan Tuhan. Mengapa Yosia meminta petunjuk dari Tuhan? Karena ia sadar bahwa kebenaran itu hanya didapat dari pengenalan akan Tuhan.

Sebenarnya meminta petunjuk Tuhan itu merupakan sikap kerendahan hati, di mana kita mau menundukkan cara, rasio dan kemampuan kita, dan membiarkan Tuhan bekerja bagi kita. Dan Tuhan menyukai akan kerrendahan hati. Sehingga ketika Yosia seharusnya juga mendapatkan hukuman, ia malah mendapat pengampunan karena kerendahan hatinya. Apakah petunjuk Tuhan? Baca ayt 15-20.

Itu juga yang Martin luther lakukan. Ketika ia melihat ketidak beresan terjadi ia segera mencari kehendak Tuhan. Ia semakin giat dalam meneliti Alkitab, dan dia semakin giat berdoa. Dia pernah mengatakan “karena semakin hari semakin banyak keputusan yang harus ku perbuat, maka aku memutuskan untuk berdoa 3 jam sehari”. Pernah ia tertekan, karena ia tidak memiliki waktu untuk berdoa. Kesibukannya sangat padat. Setiap hari ia harus berkhotbah, mengajar, menulis surat, khotbah di meja makan, mengurus keuangan, dsb. Namun semakin banyak kegiatannya, semakin ia memilih untuk berdoa. Ia menyadari jelas akan panggilan Tuhan. Karena Tuhan yang memanggil, maka ia terus-menerus meminta petunjuk dari Tuhan yang telah memanggilnya.
Ss, sama sepeti kalau kita mengerjakan sebuah skripsi, dan kita butuh dosen yang membimbing kita bukan? Sebab tanpa pembimbing kita bisa salah arah. Demikian pula ketika kita hendak menyatakan kebenaran, kita butuh meminta petunjuk dari Tuhan.

Ss, seorang reformator itu harus terus meminta petunjuk dari Tuhan. Bagaimana caranya meminta petunjuk dari Tuhan? Jawabannya sederhana: sama seperti Martin Luther, teruslah mempelajari Firman Tuhan dengan kerendahan hati dan teruslah berdoa. Tanpa FT dan tanpa doa, tidak mungkin kita dapat mengetahui kehendak Tuhan dengan baik. Firman Tuhan dan Doa adalah kunci awal sebelum kita mereformasi sesuatu. Adakah kita sudah menggali FT dengan baik? Adakah kita sudah berdoa dengan tekun? Adakah kita suka meminta petunjuk dari Tuhan untuk menjawab persoalan-2 yang ada? Atau kita lebih suka menunjukkan keakuan kita?

No comments: