Saudara, saat ini banyak sekali perusahaan yang mengadopsi prinsip kekristenan dalam menjalankan usahanya. Sebagaimana orang Kristen melayani jemaat, mereka juga terapkan dalam melayani pelanggan. Bagaimana sebuah gereja mengisi kebutuhan jemaat, mereka juga terapkan dengan mengisi kebutuhan konsumen. Ini yang pernah saya lihat ketika mengunjungi sebuah bank. Di bagian customer service itu dituliskan “Jika pegawai kami tidak tersenyum, harap menegurnya atau melaporkan ke nomor sekian....”. Tulisan itu sungguh menarik perhatian saya. Dan untungnya pegawai itu tersenyum terus. Jika ngak pasti sudah saya laporin ke atasan . Namun ketika saya pikir lagi “apakah ia tidak capek senyum seharian?” Pasti mereka capek. Mungkin saja (bahkan menurut saya hampir pasti) mereka melakukan hal itu karena terpaksa dan karena tuntutan tugas. Namun mereka rela dan harus melakukan itu dengan satu prinsip: yaitu agar pelanggan terpuaskan, agar tamu mereka senang. Karena itulah ada prinsip bahwa kustomer atau pembeli itu adalah raja.
Ironinya, jika orang-orang dunia mengambil prinsip kekristenan, orang kristen malah terbalik. Banyak orang Kristen yang malahan meninggalkan prinsip kekristenan mereka dan mengadopsi prinsip-prinsip dunia ini. Mereka melayani dengan nafsu dunia, mereka suka mencari kepuasan hawa nafsu pribadi, dan mereka lebih senang untuk mencari kekuasaan dan kedudukan. Intinya mereka lebih suka berkanjang dalam dosa-dosa mereka. Bukankah ini yang sering terjadi di beberapa gereja? Entah hamba Tuhan, majelis, aktivis, banyak yang sikut-menyikut untuk mendapatkan harta dan kedudukan. Dosa terbesar malah terjadi di sebuah gereja. Yang lebih menyedihkan lagi adalah bahwa dosa-dosa itu menyebabkan gereja menjadi batu sandungan bagi orang lain. Keluarga saya ada yang dulunya sangat aktif di gereja dan pernah hampir menjadi seorang majelis, namun saat ini ia tidak pernah mau memijakkan sepatunya di gereja lagi. Kenapa? Alasan utama ialah, karena ia sangat kecewa dengan orang-orang gereja itu sendiri. Saudara, Bukankah banyak orang yang kecewa dengan gereja saat ini? Mereka menemukan bahwa ternyata pelayanan orang dunia jauh lebih memuaskan dari pada pelayanan orang gereja.
Saudara, mungkin kekecewaan mereka terjadi bukan karena sekelompok orang, melainkan karena dosa satu orang. Oleh karena itu, kita sebagai anak-anak Tuhan harus serius dalam menggumulkan dosa-dosa kita walaupun dosa itu kecil. Mengapa?
Karena sebuah dosa kita dapat menjatuhkan orang lain.
Saudara, itu yang dialami oleh bangsa Israel. Pada mulanya Yosua diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk memimpin perebutan tanah Kanaan. Yosua sempat takut dan gentar. Ia tidak yakin dengan kemampuannya sendiri. Sehingga dalam Yosua 1:9 , Tuhan memberikan kekuatan kepada Yosua dengan mengatakan “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, Aku akan menyertai Engkau kemanapun Engkau pergi” Tuhan menjanjikan kemenangan-demi kemenangan yang akan di raih umat Israel. Ia menjanjikan bahwa tanah kanaan itu akan menjadi miliknya. Janji itu terbukti ketika pertama kali mereka menjejakkan kaki mereka di tanah Kanaan, mereka mendapatkan kemenangan yang ajaib, yaitu dengan dirobohkannya tembok Yerikho.
Namun dalam perikop yang kita baca, disana dituliskan bahwa Israel kalah dengan pasukan suku Ai. Ironisnya, dituliskan bahwa pasukan Ai itu sangat sedikit jumlahnya. Ada penafsir yang mengatakan bahwa penduduk Ai itu jauh lebih sedikit jumlahnya daripada penduduk Yerikho, karena itu dalam prediksi mereka cukup dengan 3000 tentara maka orang-orang Ai akan kalah. Namun ironinya 3.000 umat Israel harus lari kocar-kacir menghadapi pasukan Ai yang sedikit itu. Mereka gagal mengalahkan suku Ai yang sedikit itu.
Hal ini membuat Yosua menjadi sangat sedih sehingga di ayat 6-9 dikatakan bahwa Yosua mengoyakan pakaiannya dan menaruh debu di atas kepalanya yang menunjukkan kepedihannya yang luar biasa. Memang pada waktu itu, mengoyakan pakaian dan menaruh debu itu merupakan lambang kedukaan yang sangat dalam. Yosua seakan berkata kepada Tuhan: “Tuhan mengapa Engkau membawa kami ketempat ini. Lebih baik kami tidak masuk ketanah ini. Bukankah Engkau berjanji akan memberikan tanah ini kepada kami, tapi mengapa Tuhan? Mengapa kekalahan yang menimpa kami? Mana janji-Mu? Bukankah dengan ini musuh-musuh kami akan mentertawakan nama-Mu?” Lalu Yosuapun mulai putus asa.
Segera saja jawaban itu tiba. Di ayat 10 dst Tuhan memberikan alasan utama kekalahan Israel. Ternyata ditemukan bahwa ada seseorang Israel yang berbuat dosa. Namanya Akhan. Mulanya ia melihat barang-barang yang dikhususkan untuk pekerjaan Tuhan itu indah-indah. Banyak yang terbuat dari emas dan perak. Lalu ia tergiur, dan kemudian mencurinya serta di simpan dalam tanah. Tentu saja itu dosa besar, karena melanggar kekudusan Tuhan.
Coba kita perhatikan karakteristik dosa yang ada. Dosa itu biasanya dimulai dari keinginan dan ego. Kita menginginkan sesuatu untuk memenuhi nafsu dan keserakahan kita. Lalu kemudian kita menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginan nya, lalu ia jatuh dalam melanggar hukum dan ketetapan yang ada. Dan yang terakhir dosa itu biasanya ditutup-tutupi. Itukan yang Akhan lakukan. Ia melihat barang-barang yang dikhususkan itu sepertinya menarik, lalu mungkin ia berpikir, kalau dijual mungkin bisa jadi borjuis neh. Kemudian ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Setelah ia berhasil mendapatkan barang itu, ia berusaha menyembunyikan dosanya dengan memendam barang itu dalam tanah.
Itu juga kan yang dilakukan para koruptor? Mereka haus akan kekuasaan dan lapar akan kekayaan. Lalu mereka menghalalkan segala cara untuk meraup semua itu. Dan kemudian disembunyikan dengan tipuan-tipuan yang sangat licik. Mana ada koruptor yang terang-terangan melakukan korupsi.
Saudara, bukankah itu juga yang sering kita lakukan ketika berbuat dosa. Kita seringkali tergiur oleh kenikmatan dunia entah harta maupun kekuasaan. Lalu dengan segala cara kita berusaha mendapatkan apa yang kita mau. Walaupun itu adalah cara yang sangat berdosa. Setelah mendapatkannya, kita berusaha menutupi dosa-dosa kita. Jangan pikir hanya orang-orang awam yang dapat terjatuh. Bukankah banyak hamba Tuhan yang juga melakukan hal tersebut.
No comments:
Post a Comment