Pada saat ini banyak sekali barang-barang tiruan yang meniru produk-produk terkenal. Misalnya: Hp Blackberry yang lagi ngetop-ngetopnya dan menjamur di berbagai kalangan (sampe Presiden Obama dan WaPres Jusuf Kalla memakainya) ditiru oleh hp Nexian. Bentuknya sama persis, hampir ga ada bedanya. Sandal Crocs yang lagi heboh, yang banyak bolongnya kayak kotak sabun, ditiru oleh merek-merek lain. Apalagi Negeri Tirai Bambu, yang begitu terkenal dengan plagiatisme. Jam rolex merek terbaru yang belum dikeluarkan saja sudah ditiru dan dipasarkan oleh negeri China. Bukan hanya produk, bukankah sering kita dengar terjadi pemalsuan uang sehingga ada iklan yang mengajarkan untuk “dilihat, diterawang dan diraba”, untuk mengetahui apakah itu uang palsu.
Mengapa mereka meniru? Alasan utama ialah karena mereka akan mendapatkan keuntungan jika mereka dapat meniru barang-barang tersebut. Nilai jual bertambah, dan nama produk mereka semakin naik. Tentunya barang-barang yang ditiru adalah barang-barang yang memang layak atau pantas serta menarik untuk ditiru. Tidak pernah negeri China meniru jam tangan merek gatot (kalo ada); atau hp meniru merek pisang (hp tahun 90an); juga perasaan gak pernah dengar orang membuat duit palsu yang gocapan (Rp.50) yang benggolan.
Namun bagaimanapun juga, sekali barang tiruan-tetaplah tiruan. Ia tidak mungkin bisa menyerupai sama persis dengan aslinya. Nexian tidak memiliki kemampuan seperti BB, hanya tampilannya aja. Jam rolex palsu tidak memiliki kualitas sebaik aslinya, dan mudah rusak. Uang palsu tidak mempunyai nilainya. Tiruan bukan asli, dan asli bukan tiruan. Yang asli dapat ditiru, tapi yang tiruan tidak dapat diaslikan.
Namun, bukan hanya produk-produk bermerek yang ditiru, ternyata orang Kristen pun ada yang tiruan. Kita katakan mereka adalah orang Kristen samaran. Mereka adalah orang-orang yang mengaku percaya Tuhan namun sebenarnya rasa percaya itu tidak ada dalam dirinya. Mereka yang mungkin setiap hari kegereja, sudah di babptis, bahkan yang mengambil atau terlibat dalam pelayanan, namun dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah memiliki relasi yang intim dengan Tuhan. Orang-orang Kristen seperti ini dapat kita katakan sebagai orang Kristen samaran. Alkitab sendiri pernah menulis dalam Matius 7:22-23 “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”. Tuhan mengingatkan bahwa akan ada orang-orang kristen samaran atau tiruan, namun sebenarnya bukan Kristen.
Seperti apa orang-orang itu? Apakah mungkin kita yang duduk saat ini juga bukan seorang Kristen sejati? Bagaimana cara mengetahuinya? Sama seperti petugas bank, bila ingin mengenali yang palsu, ia harus mengenali aslinya terlebih dahulu. Demikian juga kita dapat mengetahui apakah kita adalah Kristen samaran atau bukan yaitu dengan mengenal seperti apa sih Kristen sejati itu.
Matius 8:18-22 merupakan perikop yang berbicara tentang pemuridan. Kita tahu bahwa semua orang yang percaya kepada Tuhan secara otomatis akan menjadi murid-murid Kristus, tidak mungkin tidak. Oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimanakah ciri-ciri murid Kristus itu. Dalam perikop inilah kita akan belajar langsung dari perkataan Yesus sendiri tentang ciri-ciri seorang murid Kristus yang sejati. Dengan mengetahui ciri-ciri murid Kristus yang sejati kita akan dapat mengetahui ciri-ciri murid-murid Kristus samaran, atau dapat juga dibilang orang Kristen samaran.
Ada dua ciri yang Yesus ajarkan untuk menjadi murid Kristus.
Seorang murid sejati atau Kristen sejati itu harus memiliki sikap rela berkorban
Pada ayat 18 dikatakan bahwa “ketika Yesus melihat orang banyak mengelilinginya, bertolaklah Ia keseberang”. Sesampainya di seberang ia bertemu dengan seorang ahli Taurat, dan ahli Taurat itu berkata “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi”. Ii, sebenarnya peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang unik. Mengapa?
Ahli taurat merupakan seorang yang memelihara hukum Taurat mengajarkan hukum Taurat pada waktu itu. Mereka sangat dihormati dan dihargai. Banyak orang yang segan dengan keberadaan mereka, karena mereka dianggap sebagai wakil Allah yang mengerti tentang hukum-hukum Taurat. Pada umumnya hampir tidak ada seorang ahli Taurat yang mau mengikuti Yesus. Apalagi ketika Yesus di dunia, Yesus sangat mengecam para ahli Taurat yang bersikap munafik, penuh tipuan, tidak memiliki kasih, dsb. Oleh karena itu kebanyakan para ahli Taurat ini sangat membenci Yesus. Mereka selalu mencari cela untuk mencari kesalahan-kesalahan Yesus. Dan kita tau bahwa pada akhirnya, merekalah yang menyalibkan Yesus. Jika kita melihat dalam keseluruhan Injil Matius, kita akan melihat begitu banyak konfrontasi yang dilakukan oleh Ahli Taurat kepada Yesus. Inilah yang menjadi letak kejanggalannya. Di ayat 19 di katakan bahwa ada seorang ahli Taurat yang hendak mengikuti Yesus, dan memanggil Yesus “guru”. Bukankah ini aneh?
Namun apa jawab Yesus? Dalam Ayat 20 Yesus segera menjawab “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”. Ini merupakan majas ironi yang Yesus berikan. Serigala itu merupakan hewan yang licik, tidak berperasaan, dan seringkali orang-orang yang kejam dilambangkan sebagai seekor serigala (seperti herodes). Namun hewan seperti ini dikatakan mempunyai liang untuk beristirahat. Sedangkan burung merupakan hewan yang murah, lemah, dan tidak berdaya. Namun hewan seperti ini juga memiliki sarangnya. Lalu Yesus mengontraskan dengan dirinya “tetapi Anak Manusia (yang adalah Yesus sendiri) tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala.” Apa maksudnya? Yesus hendak memberitahukan kepada ahli taurat itu: “jika kamu mau mengikuti aku, kamu harus rela berkorban, rela hidup tidak enak, rela menderita sama seperti aku”. Kita tahu sendiri bahwa selama hidup-Nya, Yesus banyak menghadapi penderitaan. Sejak awal ia ditolak, tidak mempunyai tempat tinggal, dihina, dikhianati, bahkan di bunuh di kayu Salib. Inilah pesan yang ingin Tuhan berikan pada ahli Taurat itu.
Mungkin awalnya Ahli Taurat itu hendak mengikuti Yesus karena jika kita melihat perikop sebelumnya, Yesus sudah melakukan banyak mujizat, dan Ia sudah terkenal; sehingga jika ia bisa menjadi murid Yesus, namanya bisa ikut mengambung dan ia bisa hidup enak, karena Yesus mampu melakukan apa saja. Tapi Yesus mengajar lain. Menjadi pengikut Kristus itu bukanya hidup enak-enak, tapi hidup susah dan harus rela bekorban.
Pada tahun 1600 penganiayaan terjadi begitu keras terhadap orang-orang Kristen yang ada di Jepang. Tanggal 20 Feb 1627 seorang misionari Kristen yang bernama Paulo ditahan karena menampung orang-orang Kristen dirumahnya. Dalam penahanan itu ia disiksa. Ia dipukul, ditelanjangi, dan diseret. Namun Paulo tetap tegar.
Pemerintah Jepang menggunakan cara yang lebih keji untuk menyiksanya. Mereka berkata bahwa mungkin orang ini dapat kuat dalam menghadapi siksaan, namun ia tidak akan kuat jika melihat anak-anaknya disiksa. Lalu mereka menghampiri Paulo dengan membawa anak-anaknya, sambil berkata “berapa banyak jari anakmu yang harus saya ambil atau kamu mau menyangkal Tuhanmu” Paulo sempat bingung, bayangkan saja jika anak kita menderita, bukankah itu jauh lebih menderita dibandingkan jika kita yang menderita? Namun dengan tegar Paulo berkata “semua terserah padamu, anakku sudah kuserahkan dalam tangan Tuhan”. Akhirnya semua anaknya jari-jarinya dipotong semua, yang disisain hanya jempol dan kelingking, dengan anggapan bahwa mereka harus lebih buruk daripada hewan. Dan akhirnya ia harus mati karena penganiayaan itu. Namun sebelum ia mati, ia mengangkat tangannya ke atas sambil menyerahkan nyawanya.
Inilah ciri pertama. Seorang orang Kristen sejati adalah orang yang rela bekorban. Sebaliknya, orang Kristen samaran adalah orang yang inginnya hidup senang saja, yang hanya meminta berkat dan berkat, tapi tidak pernah mau bekorban untuk Tuhan. Saudara ada di posisi manakah kita saat ini? Apakah kita merupakan orang Kristen sejati ataukah samaran? Jika kita mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen sejati, sejauh mana kita sudah bekorban untuk Kristus. Tidak perlu jauh-jauh berbicara untuk menjadi martir bagi Kristus. Dalam kehidupan pelayanan kita, sudahkah kita melayani Tuhan di gereja? Siapkah kita meluangkan waktu lebih untuk pelayanan? Atau kita lebih suka untuk menyibukkan diri di rumah dan keluarga, dan mengabaikan pelayanan sama sekali. Sudahkah kita mengerahkan tenaga lebih untuk Tuhan? Sudahkah kita menguras pikiran kita bahkan hati kita demi kepentingan Kristus? Atau mungkin selama ini kita mengikuti Yesus dengan motivasi agar kita diberkati terus menerus, namun tidak ada sedikitpun motif untuk melayani Dia. Saudara, Yesus sendiri pernah berkata “barangsiapa yang mengikuti Aku ia harus siap menyangkali dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Aku.” Hidup mengikut Yesus penuh dengan kesusahan, ada kalanya kita harus memikul salib yang begitu berat. Namun itulah ciri untuk menjadi murid Yesus yang sejati. Jika Yesus menderita, maka murid-muridnya juga harus siap menderita.
No comments:
Post a Comment