Monday, June 01, 2009

Orang Kristen Samaran II (Mat. 8:18-22)

]Seorang murid yang sejati adalah seorang yang tidak menunda-nunda / dibutuhkan sikap kesegeraan dalam mengikuti Yesus.

Sikap menunda-nunda adalah sikap yang tidak pernah diinginkan dalam proses pendidikan dan pekerjaan. Kebanyakan pelajar dan pekerja yang suka menunda-nunda akan menanggung resikonya sendiri.

Dikisahkan setelah kedatangan ahli taurat tersebut, datanglah seseorang yang dikatakan sebagai salah seorang murid Yesus. Orang itu berkata “Tuhan, ijinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku”. Pada waktu itu sudah semestinya seorang anak bertanggung jawab untuk menguburkan orang-tuanya. Itu merupakan bentuk penghormatan kepada orang tua. Yusuf pun waktu di mesir minta ijin kepada Firaun untuk menguburkan ayahnya. Sebenarnya adat seperti itu banyak dilakukan di beberapa negara. Di Turki dan China juga memiliki kebiasaan seperti itu di mana seorang anak harus menguburkan orang tuanya. Jika tidak anak itu malah dianggap anak durhaka. Saya rasa di Indonesia pun banyak yang mempunyai konsep seperti itu.

Namun apa yang menjadi respon Yesus? Yesus menjawab di ayat 22 “ikutlah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Sekilas kita merasa bahwa jawaban Yesus merupakan jawaban yang kejam dan tidak berperasaan. Namun sebenarnya bukan itu yang dimaksudkan.

Saudara, pada zaman dahulu penguburan orang Yahudi biasanya dilaksanakan beberapa saat setelah kematian pada hari itu juga. Jika ada seorang yang meninggal, maka anaknya pada hari itu juga harus segera menguburkan orang tuanya. Setelah penguburan barulah masa perkabungan dilakukan. Terbalik dengan budaya kita (berkabung dulu baru dikubur). Jadi kemungkinan besar orang tua muridnya itu belum mati. Karena jika sudah mati seharusnya tidak menjadi masalah bagi Yesus untuk menunggu sebentar saja, atau suruh ia menyusul Yesus setelah menguburkan, karena itu merupakan sikap penghormatan. Sebenarnya maksud perkataan murid itu adalah ia mau setelah ayahnya meninggal barulah ia mengikut Yesus. Ayahnya sebenarnya belumlah meninggal. Ia seakan berkata: Tuhan, nanti ya tunggu ayah meninggal, gak tau kapan Tuhan, pada waktu itu baru aku mengikuti engkau.” Itu berarti murid tersebut menunda untuk mengikut Tuhan. Ia menunda untuk menjadi murid Tuhan. Tuhan tidak mengkehendaki sikap menunda-nunda, makanya Ia berkata: “tetapi kamu, ikutlah Aku”.

Sebenarnya sikap menunda itu seringkali berujung pada penyesalan. Saya teringat dengan kesaksian teman saya. Pada waktu itu ia pernah mengikuti acara semacam KKR, dan jiwanya sangat berkobar-kobar untuk menginjili. Namun ketika ia teringat dengan papanya yang ada di kampung halaman masih belum percaya, ia mengalami kebingungan. Di satu sisi ia rindu agar papanya dapat pecaya kepada Tuhan, namun disisi lain ia takut berhadapan dengan papanya. Karena rasa takut yang dimiliki jauh lebih besar dari semangatnya, akhirnya ia terus berkata “nanti saja deh”. Pada saat memikirkan papanya ia hanya berharap-harap agar papanya dapat bertobat, namun setiap kali ia bergumul mengenai apakah ia harus menginjili papanya, ia selalu berkata “nanti, nanti, dan nanti.” Sampai suatu ketika, ia dikejutkan dengan penyakit yang tiba-tiba menyerang papanya yang menyebabkan papanya harus di bawa ICU. Segera saja ia bergegas pulang. Namun sangat disayangkan, ketika ia pulang dan sesampainya dirumah sakit, ia melihat banyak orang yang menangis, ternyata papanya sudah tiada. Betapa hatinya menyesal dan kecewa dengan dirinya. Ia terus berkata pada dirinya sendiri “betapa bodohnya aku, mengapa aku tidak menginjili papa”. Penyesalan tidak terbendung. Ia tidak dapat mengulangi waktu.

Seorang murid kristen sejati, ia tidak menunda-nunda waktu. Seandainya murid Yesus dalam perikop tadi menunggu waktu kematian orangtuanya, sudah pasti ia tidak akan menjadi pengikut Kristus, karena hidup Yesus pada waktu itu diperkirakan tinggal 1 atau 2 tahun lagi. Saya rasa ia akan sangat menyesal jika ia tidak mengikuti Yesus. Saudara, jangan sampai penyesalan terjadi kepada setiap kita. Coba kita perhatikan sekeliling kita. Berapa banyak orang yang membutuhkan kasih Kristus. Mungkin di keluarga kita ada orang-orang yang belum percaya. Mungkin kawan-kawan kita, atau mungkin orang tua kita masih belum percaya. Segeralah bekerja dan jangan menunda-nunda waktu lagi. Seorang murid Kristus sejati tidak akan berlambat-lambat untuk melayani Tuhan. Ia akan menganggap bahwa hidupnya hari ini mungkin adalah hari yang terakhir, sehingga ia akan bekerja segiat-giatnya untuk Tuhan. Tentu kita masih ingat kisah Lazarus dan orang kaya. Ketika orang kaya itu berbuat seenaknya, dan hidup tanpa Tuhan, ia harus mendekap di kematian kekal. Berbeda dengan Lazarus yang duduk di pangkuan Abraham. Apa respon orang kaya itu? Ia berkata: “aku minta kepadamu, bapa Abraham , supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” Orang kaya itu sangat menyesal karena ia tidak mengenal Tuhan dan hidup tidak benar, sehingga ia memohon agar keluarganya diberitahukan agar mereka tidak ikut berada di tempat penderitaan yang sama. Saudara, memang posisi kita tidak sama dengan orang kaya tersebut. Namun jangan sampai keluarga kita, sahabat, dan teman-teman yang kita kasihi menyesali dirinya karena ia tidak mendengar injil. Semua ada di tangan kita, jangan menunda-nunda waktu.

Saudara, jadilah orang kristen sejati dan jangan pernah menyamar sebagai orang Kristen. Milikilah jiwa yang rela bekorban dan sikap yang tidak menunda-nunda, maka engkau akan berbahagia karena engkau layak disebut sebagai murid Tuhan sejati.

No comments: