Thursday, July 23, 2009
Kisah Hizkia Mengajarkan Pentingnya Doa #1 (Yes 38-39)
Seorang tokoh Reformasi yang begitu terkenal yaitu Martin Luther pernah mengatakan sebuah frasa yang menarik dalam bahasa latin yang berbunyi demikian: Preces et lacrimae sunt arma ecclesia (doa dan air mata adalah senjata gereja).
Tentu saja ungkapan ini bukanlah sekedar ungkapan yang asal keluar dari bibir sang reformator. Namun ungkapan ini muncul dikarenakan oleh pergumulan-pergumulan serta pengalaman hidup yang ia alami. Perjuangannya menegakkan kebenaran, melawan arus kesesatan yang dilakukan gereja pada itu, berkali-kali mengancam nyawanya, sehingga ia harus terus menerus berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah lainnya untuk menyelamatkan hidupnya. Nyawanya terus-menerus terancam sepanjang tahun, sehingga hidupnya seakan-akan seperti dikejar-kejar oleh maut. Ditengah-tengah perjuangan yang berat itu lah muncul perkataan ini: doa dan air mata adalah senjata gereja. Luther sadar bahwa dengan kekuatannya ia tidak mungkin sanggup menghadapi semua permasalahan gerejanya. Ia sadar bahwa bahwa dirinya tidak berkuasa untuk melakukan apapun tanpa bantuan Tuhan. Ia membutuhkan Tuhan. Tak heran, setiap hari Martin Luther menyisihkan waktu 3 jam untuk berdoa. Dia sadar doa dan air mata adalah hal terpenting dalam menjalani hidup.
Jika demikian benarlah pepatah bahwa doa merupakan nafas kehidupan. Manusia membutuhkan nafas. Dan nafas merupakan hal terpenting bagi setiap manusia. Namun pada kenyataannya sama seperti manusia seringkali melupakan bahwa ia perlu untuk bernafas, seringkali kita sebagai anak-anak Tuhan melupakan bahwa kita perlu untuk berdoa. Bedanya nafas secara otomatis kita lakukan, sedangkan doa membutuhkan inisiatif kita.
Buktinya lihat saja digereja-gereja manapun juga, yang namanya persekutuan doa selalu dihuni oleh sedikit orang daripada persekutuan-persekutuan lainnya. Mengapa? karena dirasakan kurang terlalu penting. Karena doa dirasakan membosankan. Dan lebih parahnya, biasanya yang menjadi penghuni persekutuan doa itu kebanyakan para lansia dan ibu-ibu. Sedangkan di mana para pria? Tidak tau. Mungkin saja mereka merasa sudah lelah bekerja. Atau mungkin merasa bahwa doa itu bagian ibu-ibu saja. Atau mungkin, kebanyakan para pria menganggap bahwa doa itu tidak penting sama sekali.
Banyak orang yang tidak lagi menyadari akan pentingnya doa. Padahal doa merupakan suatu hal yang sangat penting, yang harus menjadi bagian dalam kehidupan kita. Alkitab sendiri sejak PL sampe PB berulangkali menekankan akan pentingnya doa. Setidaknya dalam perikop Yesaya 38-39 ini menunjukkan ada dua alasan mengapa doa dikatakan penting.
1. Tuhan mengasihi orang yang berdoa (Psl. 38)
Doa selalu membawa kita mendekat kepada Tuhan. Di pasal 38, dikisahkan tentang bagaimana raja Hizkia sedang mengalami sakit keras. Hizkia merupakan raja dari kerajaan Yehuda. Kalau kita baca di kitab 2 raja-raja yang pararel dengan ini, kita menemukan bahwa Hizkia merupakan seorang raja yang benar dan mengasihi Tuhan.
Dalam perikop ini ia sedang mengalami penyakit semacam barah yang sangat parah. Sehingga nabi Yesaya mengatakan bahwa ia akan mati, dan Hizkia harus menyampaikan pesan terakhir, yang barangkali merupakan wejangan-wejangan atau salam perpisahan kepada sanak keluarga.
Tentu saja hal ini mendukakan hati Hizkia. Mengapa? Karena yang pertama ia merasa tugasnya belum selesai. Daerah Yehuda pada waktu itu sedang dikepung oleh Asyur, dan Hizkia sebagai raja merasa bertanggung jawab untuk melindungi bangsanya. Kedua, Hizkia belum mempunyai anak pada waktu itu, ia sedih karena tidak ada yang meneruskan perjuangannya. Dan hal ketiga yang membuatnya sedih adalah karena pada kepercayaan zaman dulu, orang yang mati muda, apalagi karena penyakit yang memalukan, merupakan kutukan karena ia berbuat dosa kepada Allah. Dalam perikop ini Hizkia masih berusia 39 tahun, dan ia terkena penyakit barah yang memalukan. Tentu saja semuanya ini membuat dirinya sedih.
Ditengah kesedihannya, dikatakan di ayat 2 bahwa Hizkia memalingkan mukanya ke tembok dan berdoa. Ia memalingkan mukanya ke tembok karena ia tidak ingin terlihat lemah di depan prajuritnya. Namun ia lebih hanya terlihat lemah dihadapan Allah. Hizkia berdoa meminta belaskasihan Tuhan atas hidupnya. Ia menyadari bahwa kesembuhan hanya dari Tuhan. Bahkan lebih jauh lagi, dalam puisi selanjutnya, ia menyadari bahwa keselamatan itu datangnya hanya dari Tuhan. Intinya, Hizkia memilih untuk bergantung kepada Tuhan dalam setiap pergumulannya. Bahkan di akhir ayat tiga dikatakan bahwa Hizkia menangis dengan sangat.
Apakah Tuhan diam saja? Tidak! Tuhan kita adalah Tuhan yang mendengar doa dan melihat setiap tetesan air mata. Tidak lama setelah Hizkia berdoa, Tuhan meresponnya. Perkataan pertama yang dikatakan adalah “Telah kudengar doamu, dan telah kulihat air matamu”. Sepertinya hal itu yang mendasari tindakan Tuhan selanjutnya, dimana ia memperpanjang umur Hizkia 15 tahun lagi, bahkan Tuhan menjanjikan bahwa ia akan terluput dari serangan bangsa Asyur, di mana Tuhan sendiri yang melindungi Yehuda dengan memagarinya. Di sini kita dapat melihat bahwa Tuhan mengasihi orang yang berdoa, terlebih disertai dengan air mata. Benarlah ungkapan yang Luther katakan bahwa doa dan air mata merupakan senjata gereja. Karena di balik doa dan air mata, ada Tuhan yang bekerja.
Sebenarnya ketika kita berdoa dan menangis, itu menunjukkan akan kebergantungan kita kepada Tuhan. Doa membuat kita bergantung kepada kehendak-Nya. Dan tangisan mengisyaratkan akan ketidakmampuan dan keterbatasan kita. Inilah yang berkenan di hati Tuhan. Jika pada saat ini kita sedang menghadapi banyak pergumulan, baik itu di perkerjaan kita, atau mungkin di keluarga kita; mungkin kita sedang merasa kesusahan dalam keuangan; atau mungkin kita merasa gagal menjalankan peran kita; Atau mungkin ada pergumulan-pergumulan pribadi yang terus menerus kita gumulkan tiada henti; datanglah pada Tuhan, berserulah kepadanya, serahkan semua pergumulan kita kepadanya. Karena Tuhan yang kita miliki ialah Tuhan yang mendengar doa dan melihat air mata kita. Ia yang mendengar doa dan seruan kita, Ia juga yang akan memberikan kepada kita uluran tangan-Nya. Bukankah Tuhan Yesus sendiri mengatakan “mintalah maka akan kuberikan kepadaMu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah maka pintu akan dibukakan kepadamu”. Ia sudah menyediakan tangannya untuk menolong kita sambil menunggu kita berdoa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment