Thursday, July 23, 2009

Kisah Hizkia Mengajarkan Pentingnya Doa #2 (Ye 38-39)




Alasan kedua, mengapa kita harus berdoa adalah:
2. Orang yang tidak berdoa menjatuhkan dirinya sendiri (Psl. 39).

Sepertinya semua manusia ini tidak ada yang sempurna. Termasuk juga Hizkia. Walaupun secara keseluruhan dia adalah seorang yang berkenan di hadapan Tuhan, namun Hizkia pun pernah terjatuh dan mengandalkan kemampuannya sendiri. Kehidupan spiritualitasnya naik turun.

Dalam pasal 39 diceritakan bahwa raja Babel yaitu Merodakh Baladan mengirimkan utusannya ke raja Hizkia. Ada yang mengatakan, bahwa selain mengucapkan selamat atas kesembuhan Hizkia, sebenarnya Baladan hendak mengajak koalisi untuk menggempur Asyur. Hizkia yang merasa ketakutan terhadap Asyur segera saja menerima tawaran negri Babel. Bahkan Hizkia memamerkan semua kekayaan istananya kepada utusan itu untuk menunjukkan kesetujuannya atas tawaran Babel. Selain terlihat kseombongan Hizkia, sebenarnya ini menunjukkan bahwa Hizkia lebih memilih untuk bergantung kepada manusia. Padahal Tuhan sebelumnya (psl 38) sudah mengatakan bahwa Ia sendiri yang akan memagari Yehuda dan melindunginya. Namun Hizkia lebih memilih untuk bergantung kepada Babel. Bukannya berdoa mencari kehendak Tuhan, ia malah mengikuti kehendaknya sendiri. Ini sungguh kontras dengan pasal sebelumnya.

Akibatnya, kebergantungan kepada diri sendiri dan kepada Babel menjatuhkan dirinya sendiri. Hizkia tidak tahu akan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Namun Tuhan mengetahuinya. Karena itu melalui nabi Yesaya, Tuhan menubuatkan bahwa tindakan Hizkia ini akan membawa Yehuda masuk ke dalam tawanan Babel. Babel akan begitu mudahnya menyerang Yehuda karena sudah mengetahui seluk beluk kerajaan itu. Hal ini tergenapi 100 tahun kemudian setelah kematian Hizkia. Kesalahan Hizkia mengambil bagian dalam kejatuhan negeri Yehuda. Kebergantungannya akan diri sendiri, membuat Hizkia terjatuh.

Jika kita memperhatikan Alkitab kita, kita akan melihat bagaimana orang yang tidak berdoa, atau yang bergantung pada manusia, seringkali akan membawa mereka kepada kejatuhan. Sebaliknya, orang yang berdoa akan mendapatkan kuasa yang berlimpah dari Tuhan.

Sebenarnya ketika kita sudah jatuh di dalam dosa, kita sama seperti orang-orang yang cacat, yang membutukan belas kasihan Tuhan. Kita tidak mungkin dapat mencapai keselamatan. Kita tidak mungkin bisa berbuat apa-apa, karena kecacatan kita telah melumpuhkan kita.

Sebuah klip video yang berjudul “Father Heart” selalu menyentuh hati kecil saya. Berulangkali memutarnya, berulangkali juga air mata mengalir. Klip berdurasi 6 menitan itu mengisahkan tentang seorang anak yang terlahir cacat. Ia tidak dapat berbicara dan berjalan. Hal ini membuatnya tidak dapat berbuat apa-apa. Kemudian ia disekolahkan di SLB di daerahnya. Suatu saat, ayahnya membelikan alat bantu tulis dengan otak. Ia menyampaikan kepada sang ayah bahwa ia ingin mengikuti lomba atletic (lari, renang, bersepeda) sejarak 5 mil. Sang ayah bukanlah seorang pelari. Ia sudah cukup tua untuk berlari sejauh itu. Namun demi permintaan sang anak, ia pun menyanggupi. Sepanjang 5 mil ia berlari dengan mendorong anaknya di kursi roda. Ia berenang sambil mengikat tali perahu karet yang ditumpangi anaknya. Ia bersepeda dengan menaruh si buah hati di depannya, seperti seorang tukang becak. Dan akhirnya mereka pun berhasil mencapai garis finish. Si anak tidak dapat mencapai garis finish tanpa ayah yang bekerja, karena anak itu cacar. Dan si ayah tidak mungkin membawa anaknya ke garis finish jika anak itu tidak meminta. Dan di akhir klip tersebut, sebuah pesan yang selalu menyegarkan saya berkata “DONT RUN ALONE”. Pesan ini terus menyadarkan saya, bahwa kita adalah manusia terbatas yang membutuhkan Tuhan.

Saudara, jangan pernah berjalan sendiri. Kita tidak mungkin mampu melewati tantangan kita seorang diri. Kebergantungan kita akan menjatuhkan diri kita. Karena sebenarnya memang kita tidaklah mampu dengan kekuatan kita. Keberdosaan kita telah melumpuhkan kita. Tidak ada sesuatu yang dapat diharapkan lagi pada diri manusia. Sebenarnya ketika kita berdosa, kita ini seperti seseorang yang sedang berdiri di tebing yang licin dan curam. Sekali kita berjalan, kemungkinan besar kita terjatuh. Kita membutuhkan tangan yang terulur agar kita bisa melewati tebing licin itu setahap demi setahap. Kebergantungan kita pada diri sendiri beresiko menjatuhkan kita.

Karena itu berdoalah. Kalau perlu curahkanlah air mata kita dihadapan Tuhan. Karena Tuhan yang kita miliki adalah Tuhan yang berkenan terhadap doa dan air mata. Saya sangat meyakini bahwa doa dan air mata kita kelak akan menjadi senjata yang sangat kuat dalam menghadapi segala pergumulan kehidupan kita. Amin.

No comments: