Wednesday, September 09, 2009

Yusuf Dan Sumber Keberhasilannya (Kejadian 39:1-6a) #1



Kesuksesan merupakan perihal yang dicari-cari oleh semua orang saat ini. Berbagai kalangan orang, baik kaya, miskin, tua muda, semua mengejarnya. Tak heran belakangan ini muncul banyak ajaran-ajaran mengenai rahasia-rahasia kesuksesan. Salah satu buku karya Rhonda Byrne “The Secret”, merupakan salah satu buku yang mengajarkan cara-cara untuk menjadi sukses. Buku ini berhasil menjadi the fastest selling book, dan diminati berbagai kalangan orang. Apalagi buku tersebut didukung oleh Jack Canfield, penulis buku renungan Chicken Soup dan seorang ratu talkshow, Oprah Winfrey, yang masuk dalam 100 perempuan berpengaruh di dunia.


Apa yang diajarkan buku tersebut? Buku itu mengatakan bahwa sebuah kesuksesan dapat diraih melalui pikiran kita. Pikiran kita merupakan sebuah magnet yang dapat menarik apa saja yang kita inginkan. Dengan pikiran yang positif, kita dapat mengubah segala sesuatu. Dengan pikiran positif, kita dapat mendapatkan segalanya. Keberhasilan itu tergantung dalam tangan kita.


Menarik bukan? Kenyataannya Orang Kristenpun ada yang mengajarkan hal serupa. Saya pernah mengikuti sebuah bible camp, dan salah seorang berkata bahwa kunci sukses itu 50% berasal dari mental yang positif. Kemudian Habbit 25%, skill 15%, Knowledge 10%. Intinya sama. 100% persen keberhasilan itu tergantung oleh diri kita. Tidak ada peran Tuhan di dalamnya. Atau kalau adapun hanya sedikit.


Sepertinya banyak orang beranggapan demikian. Bahkan kita sadar atau tidak, seringkali memiliki konsep yang sama, bahwa keberhasilan itu ada di tangan kita. Kita berjerih lelah belajar melahap buku-buku, dan melatih skill kita, namun tidak menikmati waktu-2 doa. Kita melayani diberbagai bidang dengan giat, namun waktu Saat Teduh kita lakukan dengan berat hati. Kita menganggap bahwa ketekunan kita itu jauh lebih penting dari pada mencari kehendak Tuhan. Tanpa sadar, kita pun sudah menganut ajaran ini bahwa keberhasilan itu tergantung kepada diri dan kemampuan kita.


Tampaknya hal itu wajar dan lumrah. Namun perikop yang barusan kita baca itu berbicara lain. Dalam bacaan ini dikisahkan bahwa Yusuf baru saja dijual ketanah Mesir. Tentu saja hari itu merupakan masa-masa terkelam bagi seorang Yusuf yang tercatat masih berusia 17 tahun. Ia baru di jual oleh saudara-saudaranya ke negeri asing yang belum pernah ia jejakin. Di usianya yang masih tergolong remaja, tentu saja ia mengalami tekanan batin. Perasaan dibenci oleh saudara-saudaranya; keterpisahan dari orang tuanya; dari status anak kesayangan menjadi seorang budak; dari kenyamanan menjadi kesusahan; bayang-bayang masa depan yang tidak jelas di negeri orang; belum lagi, ia semakin menjauh dari tanah perjanjian yang mungkin terus menerus didengungkan oleh papanya “Nak ini tanah yang dijanjikan Tuhan. Kelak kita akan hidup bahagia disini. Tuhan akan menyertai bangsa kita.” Namun Yusuf malah menjauhi negeri perjanjian itu. Semua ini pasti sangat menekan dirinya. Mungkin saja waktu itu ia merasa seorang diri.


Namun apakah ia benar-benar sendirian? Tentu Tidak! Ada Tuhan yang hadir menemani Yusuf. Ss, Dalam pasal 39 ini terdapat 4x kalimat “The Lord was with Joseph”. Menariknya dalam narasi tentang Yusuf, kata Tuhan pertama kali dikumandangkan di pasal ini. Tuhan hadir bersama Yusuf, di masa-masa terkelam Yusuf. Ketika Yusuf mengalami tekanan batin, The Lord was with Joseph; ketika Yusuf merasa sendirian di negeri orang, The Lord was with Joseph; bahkan ketika Yusuf berada dalam penjara karena di fitnah oleh istri Potifar, The Lord Still With Joseph. Ss, kurang lebih ada 40 kali ungkapan “Tuhan menyertai” dalam Alkitab kita. Tuhan itu adalah Gembala yang baik, yang senang untuk bersama anak-anakNya. Karena itu ketika Tuhan datang ke dunia, Ia diberi nama Imanuel: ALLAH BESERTA KITA (GOD WITH US). Tidak sekalipun Ia meninggalkan anak-anaknya melangkah seorang diri dalam kekelaman. Ia hadir bersama dengan anak-anak-Nya.


Ss, kehadiran Tuhan itu ternyata tidak hanya berhenti di sana. Jauh lebih dari itu, kehadiran Tuhanlah yang membuat Yusuf dapat menjadi seorang yang berhasil. Dari seorang budak, kariernya beranjak menjadi pelayan khusus Potifar. Setelah itu ia diangkat lagi untuk menguasai seluruh kepunyaan Potifar. Bahkan kita tahu kemudian ia menjadi kepala penjara, dan terakhir ia diangkat menjadi orang kedua di Mesir setelah Firaun. Dapat dikatakan itu merupakan kesuksesan yang luar biasa. Jika saya gambarkan, itu mungkin seperti TKI di Malaysia yang berhasil menjadi wakil PM. Seperti itulah keberhasilan yang dicapai Yusuf. Dan semuanya itu jelas-jelas karena Tuhan yang membuatnya berhasil.


Dari kontruksi teksnya saja kita dapat mengetahui hal tersebut. [Ay2 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya. Ay4 Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya; Ay21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu; Ay23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil. Semua ayat-ayat ini membentuk sebuah inklusio dan kiasme yang ingin menekankan bahwa Tuhanlah sang sumber keberhasilan itu. Kata berhasil sendiri berasal dari kata dasar xlc (7 kali dalam kitab kejadian) yang selalu menggunakan fungsi hiphil (yaitu fungsi kausatif aktif), yang menunjukkan bahwa ada suatu penyebab aktif yang membuat Yusuf berhasil. Dan semua kata xlc dalam Kejadian ini selalu memiliki subjek Tuhan. Tuhanlah lakon utama penyebab keberhasilan Yusuf.


Ss, Yusuf tidak mungkin dapat berhasil jika bukan Tuhan yang hadir bersamanya. Seringkali kita mendengar bahwa integritas Yusuflah yang membuat ia berhasil. Kita juga sering mendengar bahwa ketekunan dan kerja keras Yusuflah yang menyukseskan dia. Namun hari ini Firman Tuhan jelas mengatakan kepada kita, bahwa Tuhanlah yang membuat Yusuf berhasil sedemikian rupa. Integritas dan kerja keras itu hanyalah suatu sikap yang tepat, dan sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan atas penyertaan Tuhan yang menolong setiap kita.


Kemampuan manusia terbatas. Tidak satupun yang dapat kita andalkan dari diri kita. Ss, saya teringat waktu tahun lalu praktek 2 bulan di bidang misi pedalaman KalTim. Suatu ketika, saat saya sedang mengikuti persekutan remaja pemuda. Tiba-tiba kita kedatangan seorang pemuda yang cukup unik. Matanya tajam, mukanya mengesankan bahwa ia adalah orang yang pintar. Dia duduk tenang seakan berwibawa. Tapi anehnya, semua orang menjauhi dia. Bukan hanya dijauhi, namun anak-anak itu begitu takut bertemu dengan dia. Sepulangnya saya bertanya ke salah satu pengurus. “Siapa orang itu?”. Terus kata pengurus itu “Oh itu penduduk sini’. Tanyaku “kenapa dia dijauhi” . “Oh soalnya dia itu mengalami gangguan jiwa”. Saya terkejut, bagaimana mungkin orang yang terkesan pintar itu ternyata sakit jiwa. Lalu pengurus itu melanjutkan “iya, dulu waktu kecil dia orangnya sangat pintar. Nilainya selalu yang tertinggi. Murid terpintar di desa ini. Bahkan orangnya pintar ngomong. Semua guru dan orang-orang desa sayang sama dia. Namun sampai suatu ketika, ia diserang penyakit malaria yang cukup ganas. Dan malaria itu menyerang sistem otaknya. Karena di desa pada waktu itu belum ada rumah sakit, maka ia telat tertolong, dan ia menngalami gangguan jiwa.” Betapa terkejutnya saya mendengar hal itu. Merenung akan hal itu, Satu hal yang kusadari, bahwa sayapun bisa demikian. Sspun bisa mengalami hal yang sama.


Tidak ada yang dapat menjamin hidup kita. Ss, jangan pernah berpikir bahwa kepintaran saudara akan membuat anda berhasil. Jangan merasa dengan hidup berintegritas, berkarakter baik, dan bekerja keras barulah kita dapat mencapai sesuatu target yang kita sasarkan. Sebenarnya jika kita berpikir dengan usaha kita barulah kita dapat berhasil, apa bedanya kita dengan orang penganut ajaran New Age Movement yang mengajarkan bahwa semua tergantung kita. Ss, apa yang ada dalam diri kita tidak dapat kita andalkan. Hanya kehadiran Tuhan sajalah yang dapat kita andalkan. Karena itu kita perlu bergantung pada Tuhan, sang sumber keberhasilan hidup. Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan dalam kitab Yohanes bahwa “Akulah pokok anggur, di luar aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa”. Tuhanlah yang mampu membuat kita berhasil. Di luar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa.

No comments: