Monday, December 14, 2009

Kidung Sang Dara (Lukas 1:46-55) #2



1. Ia berfokus kepada kemurahan Tuhan terhadap dirinya yang adalah orang kecil.


Biss, sebagaimana Mazmur 140:12 pernah mengatakan “TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin.” Demikianlah kemurahan Tuhan juga diberikan kepada orang-orang kecil.


Jika kita memperhatikan teks kita baik-baik, kita akan menemukan beberapa penekanan Maria akan hal ini. Ayt 48 dikatakan “Tuhan memperhatikan kerendahan hamba-Nya” Ayt 50 “Rahmatnya turun temurun atas orang yang takut akan dia” Ayt Ayt. 52 “Ia meninggikan orang-orang rendah” Ayt 53 “Ia menurunkan yang baik kepada orang-orang lapar.” Sebaliknya di ayat 51 ia mengatakan “Ia mencerai beraikan orang yang congkak hatinya. Dan menurunkan orang-orang berkuasa” Maria menekankan tindakan Tuhan terhadap orang-orang kecil.


Biss, waktu itu Maria berada dalam posisi marginal. Secara kebangsaan, Israel waktu itu sedang dijajah Roma. Selama berabad-abad beberapa penguasa memerintah Israel secara bergantian. Status bangsanya adalah sebagai bangsa yang terjajah. Lebih dari itu, Maria sendiri merupakan orang marginal di bangsanya. Pada zaman itu perempuan merupakan masyarakat kelas dua yang tidak terlalu dihargai. Mereka tidak boleh berbicara didepan publik, tidak boleh mengajar, dan suara mereka tidak dihargai. Jadi Maria merupakan kaum marginal dari yang marginal.


Tapi justru kepada orang kecil seperti Maria ini kemurahan Tuhan menimpa. Allah menitipkan bayi Yesus sang juru selamat itu dalam kandungannya. Yesus itulah yang kemudian membawa damai kepada dunia, memberikan keselamatan, dan membawa manusia kembali memiliki harapan. Karena itu Maria berkata bahwa semua orang akan menyebutnya berbahagia, karena darinya lahirlah sang Juruselamat. Dan karena kemurahan Tuhan itulah, Maria melupakan segala bahaya yang akan menimpanya, dan ia memuji Tuhan.


Biss, kemurahan Tuhan tidak memandang bulu. Ia bermurah hati kepada siapa ia mau bermurah hati. Bukankah Tuhan yang mahakuasa itu yang pernah bermurah hati pada orang yang sakit kusta? Bukankah Tuhan yang agung itu yang mau duduk makan bersama para pemungut cukai? Bukankah Tuhan yang suci itu juga yang berkata “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”? Biss, kemurahan Allah begitu besar bagi semua orang termasuk orang-orang kecil.


Biss, bukan hanya Maria setiap kita pasti pernah mengalami kemurahan Tuhan bukan? Sayapun pernah mengalami kemurahan Tuhan. Jika mengingat peristiwa kelahiran saya pasti terharu akan kemurahan Tuhan. Mama saya pernah mengatakan bahwa seharusnya kamu tidak dapat menikmati kehidupan ini. Waktu kecil mama mau menggugurkan kamu, mama stress waktu itu, jadi mama suruh orang pijet kandungan mama, makan nanas muda, kerja keras, dan minum obat-obatan. Namun suster bilang kalau bayimu terlalu kuat, gak bisa di gugurkan. Tiba-tiba ada teman mama nyeletuk: “kalau sampai bayi ini lahir, bayi ini pasti cacat.” Mama saya tertegur dan berdoa “Tuhan, ampuni kelakuan saya, jika Engkau mau titipkan bayi ini kepada saya, saya terima, tapi tolong jangan sampai bayi ini cacat”. Setiap malam mama saya berdoa dan Tuhan mengabulkan doa mama. Saya terlahir tanpa kekurangan apapun. Dan mama saya selalu mengatakan bahwa saya memang dipilih oleh Tuhan. Mengetahui hal ini saya sangat bersyukur. Saya menyadari bahwa ada maksud dan rencana Tuhan dalam kehidupan saya. Acapkali saya merasa bahwa hidup ini tak berarti, dan mulai putus asa, saya selalu mengingat hari kelahiranku, maka aku dikuatkan lagi dengan keyakinan bahwa jika Tuhan masih menginginkan aku hidup di dunia ini, maka Ia pun punya rencana dalam hidupku. Inilah kemurahan Tuhan dalam kehidupanku.

Biss, saya yakin bahwa biss sekalian juga pernah mengalami apa yang namanya kemurahan Tuhan. Di moment natal ini, mari kita merenungkan sejenak akan kemurahan Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita. Mari kita mengingat kemurahan-Nya ketika Tuhan mau datang ke dunia, terlahir di kandang hina, hanya untuk mati dikayu salib menebus dosa kita. Mari kita mengingat kemurahannya, yang pada saat tangan dan kaki-Nya masih terpaku dan bercucuran darah, tetapi berkata “Tuhan ampuni mereka, sebab mereka tidak tau apa yang mereka perbuat.” Bahkan dalam keseharian kita, rasakan kemurahan-Nya ketika kita menghirup udara di pagi hari. Rasakan kemurahan-Nya, ketika kita menemukan istri suami dan anak-anak kita masih ada bersama-sama dengan kita. Rasakan kemurahannya ketika kita bisa menikmati makanan setiap harinya. Rasakan kemurahannya ketika kita masih bisa merasakan cinta. Rasakan kemurahannya dalam setiap perkara kecil. Seperti ada seorang tukang becak yang saya ketahui. Yang pulang berlari-lari dengan girang menemui sang istri dan berkata “Mama-mama, hari ini saya dapat 20.000, akhirnya kita bisa makan dua kali.” Dan sang istri menjawab: “Wah, syukur ya pa”. Biss, masih banyak lagi kemurahan yang kita terima bukan? Sungguh kemurahan Tuhan tidak dapat digambarkan dengan pemahaman kita, terlalu luas, terlalu besar, dan terlalu panjang untuk diukur. Karena itu seperti Maria, marilah kita memuji dan mengagungkan Tuhan senantiasa karena kemurahannya.

No comments: