Monday, March 29, 2010

The Agony Of Christ (Yes. 52:13-53:6)



Setiap kehidupan manusia tidak pernah lepas dari penderitaan. Jika berbicara mengenal penderitaan maka saya menemukan ada 3 jenis atau tipe penderitaan.

Pertama, penderitaan karena alam. Penderitaan ini merupakan penderitaan kosmis yang ada sejak kejatuhan manusia dalam dosa. Firman Tuhan mengatakan semenjak manusia jatuh dalam dosa maka tanahpun menjadi terkutuk. (Kejadian 3:18). Sejak terkutuknya tanah, maka alam sering menjadi sumber penderitaan manusia. Misalkan kejadian tsunami di Aceh tahun 2004. Beberapa banyak orang yang menjadi gila karenanya. Kehilangan orang yang terkasih, kehilangan harta benda, dan kehilangan masa depan sangat memukul orang-orang yang ada di Aceh. Penderitaan ini dapat diklasifikasikan sebagai penderitaan karena alam.

Kedua, penderitaan karena kesalahan diri sendiri. Kita adalah manusia yang tidak dapat lepas dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan inilah yang terkadang menjadi sumber penderitaan kita. Misalkan saja ketika kita berbuat dosa. Seringkali dosa tersebut membuat kita merasa bersalah bukan? Dan akhirnya jiwa kita tertekan karena kesalahan kita sendiri. Saya mengenal seorang rekan yang kehidupan masa lalunya sangat rusak. Karena pengaruh lingkungan sejak masih duduk di bangku SMP yang buruk, ia akhirnya menjadi kecanduan narkoba. Awalnya hanya ingin coba-coba, lama-lama ketagihan, dan menjadi kecanduan. Beberapa tahun kemudia ia menjadi orang yang sangat menderita. Uangnya habis untuk membeli obat. Dia jadi suka mencuri. Dan hidupnya berakhir dalam penjara. Memang akhirnya teman saya menyesal. Namun penyesalan itu terlambat, karena ia harus menderita karena kesalahanya sendiri. Misal juga ketika kita mengeluarkan emosi-emosi yang tidak perlu, akhirnya sikap emosi itu membuat orang-orang dekat kita menjauh dari kita. Akhirnya kita menyesal dan sedih. Kesedihan ini disebabkan karena kesalahan kita sendiri

Ketiga, penderitaan karena orang lain. Banyak di antara kita yang menderita akibat orang lain. Orang lain ini bisa jadi suami kita, tetangga, teman, atau orang lain yang tidak kita kenal. Mungkin kita sudah menjalankan hidup ini dengan baik, namun karena ada orang lain yang berbuat jahat, maka kita pun turut menderita. Misalkan ada suami atau istri kita selingkuh, maka pasangannya akan merasakan derita yang sangat karena ulah orang lain. Misal juga kejadian bom mariot beberapa tahun silam. Banyak orang yang tidak bersalah akhirnya harus terluka parah akibat sikap patriot yang keliru dari orang-orang yang tidak memiliki belas kasihan. Banyak orang yang menjadi menderita kehilangan orang yang dikasihi, dan kehilangan masa depan karena orang lain.

Saudara, inilah tiga tipe penderitaan yang ada di dunia ini. Setiap kita mungkin pernah mengalami salah satu dari tiga tipe penderitaan seperti ini. Bahkan mungkin kita pernah mengalami ketiga-tiganya. Tidak ada manusia yang menginginkan penderitaan-penderitaan seperti ini. Sebisa mungkin kita ingin menghindari semua penderitaan itu. Tapi sayangnya, semenjak kita jatuh dalam dosa, kita tidak dapat lagi terluput dari apa yang namanya penderitaan itu. Semua manusia pasti merasakan penderitaan.


Tahukah saudara, ketika Yesus turun kedunia menjadi manusia pun ia mengalami penderitaan. Bahkan penderitaan itu merupakan penderitaan yang sangat berat. Yesaya 53 melukiskan akan hal ini. Kitab Yesaya ditulis sekitar abad ke-4 / 5 SM. Yesaya yang merupakan nabi Allah sudah bernubuat akan Yesus yang akan datang dan yang akan menderita. Dan 500 tahun setelah itu, Yesus menggenapinya di atas kayu salib. Nubuatan yang disampaikan oleh Yesaya benar-benar terjadi. Penderitaannya seperti apa?

Diayat 14 dikatakan betapa buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi. Inilah yang memang terjadi. Ketika ia dicambuk dipukul dan disiksa. Mukanya babak belur dan tidak lagi tampak seperti muka manusia. Kaki tangannya terpaku di kayu salib, kepalanya di mahkotai duri. Itulah penderitaan yang paling kejam yang bisa dilakukan oleh pasukan Romawi pada waktu itu. Secara fisik Yesus begitu menderita.

Di pasal 53:3 dikatakan “ia dihina bahkan sangat dihina.” Ss, tahukah bahwa ketika Yesus tergantung dikayu salib berapa banyak orang yang menghina dia? Alkitab dengan jelas melukiskan bahwa ia diludahi. Ia diolok-olok oleh banyak orang. Ia pernah dikatakan “jika engkau raja turun dari salibmu.” Kemudian kepalanya yang penuh dengan luka itu dipasangkan mahkota. Bukan mahkota emas yang biasa dipakai raja-raja. Tetapi mahkota duri. Sungguh merupakan penghinaan yang besar. Salib sendiri merupakan lambang hina. Hanya orang-orang bejat saja seperti pembunuh, perampok, pemberontak yang bisa digantung ditempat itu. Jadi ketika Yesus disalibkan ia disejajarkan dengan para penjahat itu. Jadi jelas bahwa itu merupakan suatu kehinaan yang sangat besar.

Bukan hanya itu, di ayat yang sama dikatakan bahwa “ia dihindari orang.” Ss, dimana murid-muridnya saat itu? Semuanya melarikan diri. Padahal ketika murid-murid ketakutan sewaktu kapal mereka diserang badai Yesus hadir bersama dengan mereka. Tetapi dimana mereka ketika Yesus disalibkan? Semuanya lari menghindari Yesus. Bahkan Petrus murid yang sangat dikasihi Tuhan, harus menyangkal Yesus sampai tiga kali. Ia pura-pura tidak mengenal Yesus. Petrus menghindari Yesus. Yang lebih menyakitkan adalah bahwa yang menjual dia adalah Yudas muridnya sendiri yang selama ini bersama-sama dengan Dia.

Pernakah saudara merasa dikhianati? Ketika suami atau istri kita kita tiba-tiba mengkhianati kita bagaimana perasaan kita? Ada begitu banyak orang yang akhirnya bunuh diri akibat dikhianati kekasihnya. Kemarin siang ketika saya melihat berita televisi, ada berita bahwa ada seorang pemuda yang sedang dibawa ke icu karna menengak racun serangga? Ketika ia sadar dan ditanya mengapa ia meminum racun serangga, ternyata diketahui bahwa ia sakit hati dan putus asa karena kekasihnya selingkuh dengan temannya. Ss, betapa sakitnya rasa dikhianati, apalagi jika pengkhianatan itu dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan kita.

Sekarang mungkin kita bisa membayangkan betapa menderitanya Yesus ketika disalib. Penderitaannya lengkap. Secara fisik ia sangat menderita, perasaannya juga mengalami kesedihan yang luar biasa, emosinya juga sedang dipermainkan oleh orang-orang yang mengolok dia, bahkan jiwanya sangat menderita karena merasa ditinggalkan oleh sang Bapa. Saudara, tidak ada penderitaan yang sekomplit penderitaan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sangat menderita ketika Ia datang ke dunia ini.


Sekarang pertanyaannya bagi kita adalah: Penderitaan Tuhan Yesus tersebut termasuk kedalam tipe penderitaan yang mana? Apakah Yesus menderita karena alam? tidak. Apakah Ia menderita karena dirinya sendiri? Saya pikir tidak. Apakah ia menderita karena orang lain? Bisa saja kita mengatakan demikian. Tapi saya melihat ada alasan lain mengapa Yesus menderita. Saya pikir penderitaan Yesus bukan penderitaan karena alam, bukan juga penderitaan karena diri sendiri. Dan bukan juga karena orang lain. Namun ada tipe keempat: YESUS MENDERITA UNTUK ORANG LAIN. Dia menderita untuk manusia. Ya, Dia menderita untuk kita.

Yesaya 53:4-6 jelas mengatakan kepada kita. Mari kita membaca ayat-ayat ini kembali dengan penuh penghayatan “4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya dan kesengsaraan kita yang dipikulnya. Padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah 5. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-blurnya kita menjadi sembuh. 6. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.” Ss, untuk kitalah ia menderita. Ia menderita untuk setiap kita manusia yang berdosa. Seharusnya kita yang harus dihukum. Seharusnya kita yang harus binasa. Namun Yesus menimpakan semuanya itu kepada diri-Nya.

Jika manusia berusaha sekuat-kuatnya untuk menjauhi penderitaan, Yesus malah mendekatkan diri pada penderitaan itu. Karena dengan penderitaan yang berakhir pada kematian itulah Ia dapat menyelamatkan manusia. Betapa besar kasih Yesus kepada kita.

Alkisah ada sepasang suami istri yang saling mencitai. Mereka hidup bahagia karena setiap waktu mereka saling berbagi kasih satu dengan yang lainnya. Hubungan mereka begitu indah walaupun mereka tidak memiliki anak, sehingga mereka menjalani hari-hari mereka dengan ringan. Namun sampai suatu ketika, hal yang tidak diinginkan terjadi. Karena ketidak hati-hatian sang istri, ketika ia ingin mengambil barang di atas sebuah lemari, ada air keras yang terjatuh dan menyirami kedua matanya. Singkat cerita ang istri itu menjadi buta.

Namun demikian, sang suami tetap menunjukkan kasihnya kepada sang istri walaupun ia buta. Perhatiannya tidak berkurang, bahkan semakin bertambah semenjak istrinya menjadi buta. Ia selalu menuntun istrinya kemana saja ia pergi dengan kursi roda. Ia selalu menyuapi istrinya setiap kali makan. Bahkan ia juga yang menyisiri rambut istrinya agar tetap terlihat cantik. Kasih sang suami tidak berubah sama sekali.
Namun ada satu hal yang berubah. Si istri menjadi sangat tertekan. Ia merasa sangat menderita dengan kebutaannya. Setiap hari ia merasa sedih karena tidak bisa melihat lagi. Kesedihannya ini terlalu besar sehingga kasih dan perhatian sang suami tidak lagi mampu menghibur hatinya. Hari-hari yang bahagia itu berubah menjadi hari-hari yang suram. Penderitaan itulah yang mencuri kebahagiaan mereka.
Waktu terus berjalan dengan kondisi seperti itu, sampai suatu ketika istrinya mendapatkan berita bahagia. Katanya ada seorang yang mau mendonorkan matanya kepada dia. Segera mereka menyetujui hal itu dan melakukan proses operasi. Dengan teknologi yang canggih, akhirnya pihak rumah sakit berhasil mengembalikan penglihatan sang istri. Istrinya bahagia sekali karena ia akhirnya bisa melihat kembali. Tentunya ia tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang mendonorkan matanya kepada dia. Iapun meminta pihak rumah sakit untuk dapat bertemu dengan pendonor. Tetapi ketika ia bertemu dengan si pendonor itu, tiba-tiba si istri menangis tersedu-sedu. Ternyata orang yang mendonor itu adalah suaminya sendiri. Sang suami tidak tega melihat istrinya menderita. Karena itu dia mendonorkan kedua matanya untuk sang istri, agar istrinya tidak lagi menderita. Sang suami sangat mengasihi istrinya. Ia rela menderita agar istrinya tidak menderita.

Saudara, seperti itu juga yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Mengapa Ia mau menderita bahkan mati di kayu salib? Mengapa Ia berkorban bagi kita? Hal itu tidak lain karena Tuhan sangat mengasihi kita. Agar kita yang seharusnya menderita karena dosa ini mendapatkan kelegaan. Ia mendekati derita agar kita dapat menjauhi penderitaan itu. Ia mati agar kita hidup.

Saudara, mungkin kita masih merasakan penderitaan saat ini. Masih banyak pergumulan yang sedang kita hadapi. Masalah keluarga yang penuh tantangan; keuangan yang mencekik; belum lagi masalah perasaan-perasaan yang tidak menentu; atau sakit-penyakit yang terus menghantui kita. Tapi mari kita mengingat kembali akan penderitaan Yesus. Penderitaannya mengajarkan kita bahwa Ia peduli akan kehidupan kita. Ia peduli atas segala pergumulan manusia. Ia sudah lebih dahulu menderita agar Ia dapat merasakan apa yang kita rasakan.
Karena itu mari kita menghampiri kasih Tuhan yang besar itu. Kita gantungkan segala pergumulan kita kepada Tuhan. Mari kita bersandar pada kasih-Nya. Biarlah ketika kita sudah merasakan kasih-Nya, kitapun dapat belajar untuk semakin mengasihi Dia. Bukan hanya mengasihi, biarlah kasih-Nya yang besar itu juga memampukan kita untuk lebi sungguh lagi melayani Dia yang sudah terlebih dahulu mati bagi kita. GBu

No comments: