Friday, June 04, 2010

Heart Of Servant (Luk 10.25-37) #2



2. Kasih yang mau berkorban tanpa menuntut balas

Lebih menarik lagi, kasih yang diberikan orang Samaria itu bukan hanya tidak melihat batasan-batasan yang ada, namun iapun mengasihi orang yang terluka itu dengan tindakan yang tuntas tanpa menuntut balas.

Kalau kita membandingkan lagi antara imam, orang lewi dan orang Samaria tersebut, sekali lagi kita melihat perbedaan yang sangat mencolok. Ketika para imam dan orang Lewi itu melewati orang yang sekarat tersebut, mungkin hatinya menjadi berbelas kasihan. Tapi hanya sampai pada tahap kasihan, tanpa tindakan sama sekali. Ada penafsir yang mengatakan bahwa hal ini mungkin terjadi dikarenakan mereka baru saja pulang dari bait Allah di Yerusalem untuk melakukan beberapa ritual keagamaan. Mungkin saja mereka mengira orang itu sudah mati. Menurut Hukum Taurat, mereka tidak diperbolehkan menyentuh mayat. Bila mereka melanggar perintah tersebut, mereka akan menyusahkan diri mereka secara sosial (tidak tahir), secara finansial (membayar biaya penguburan), dan secara profesional (tidak bisa mengikuti pelayanan keimaman dan imamat). Karena itu imam dan orang lewi itu berhenti hanya pada rasa belas kasihan, tapi tidak mau bertindak. Mereka tidak mau bekorban untuk membagi kasih kepada orang yang sekarat tersebut. Kepentingan pribadi jauh lebih besar.

Orang Samaria sekali lagi melakukan hal yang berbeda. Ia bukan hanya menaruh belas kasihan, namun juga bertindak secara penuh sampai tuntas. Dikatakan bahwa ia membalut luka-lukanya, menyirami dengan minyak dan anggur lalu menaikan orang itu ke atas keledai tunggangannya, membawa ke penginapan dan membayar penginapan itu total. Dari segi tenaga ia jelas bekorban dengan menggendong dan memapah orang sakit tersebut. Dari segi waktu ia harus mengorbankan waktu yang semestinya bisa ia gunakan untuk berdagang. Dari segi materi jelas ia mengeluarkan banyak uang untuk mengobati dan menolong orang sakit tersebut. Ia harus memerbani orang tersebut mungkin dengan pakaian yang ada padanya. Dan ia harus memberikan minyak dan anggur kosumsi pribadinya untuk merawat orang itu. Belum lagi biaya yang mahal yang harus dikeluarkan untuk biaya penginapan dan tips-tips bagi orang penginapan yang merawatnya. Orang Samaria ini memiliki perikemanusiaan dan tenggang rasa kepada orang yang sakit itu. Dalam hatinya memiliki apa yang namanya kasih terhadap sesama manusia. Orang seperti inilah yang Tuhan Yesus katakan sebagai “sesama manusia.” Sebagai sesama manusia kita harus belajar untuk mengasihi walaupun ada harga yang harus kita bayar. Inilah teladan sebuah hati sebagai hamba. Yaitu sebuah hati yang mau menghambakan diri untuk mengasihi Allah dan melayani sesama tanpa pamrih.

Berbicara mengenai Heart of Servant, saya sangat mengagumi sosok bunda Theresa. Ia adalah orang yang mendedikasikan diri untuk melayani negri India. Hatinya berkobar-kobar untuk mengangkat martabat orang miskin yang ada di India. Betapa besar pengorbanannya untuk melayani. Dia mau mengajar anak-anak kecil yang masih buta huruf dengan sabar. Dia mau menolong orang-orang sakit yang tak terawat di jalan-jalan. Orang-orang yang terkena borok digendongnya, dirangkul dan dirawat. Ia tidak jijik dengan luka-luka yang sudah bau dihinggap lalat. Ia juga tidak terganggu tinggal ditengah-tengah rakyat kecil yang tidak pernah membersihkan diri selama beberapa minggu. Bahkan ia rela tidur di jalan bersama dengan orang-orang tersebut. Ia terus melayani walau ia pernah dianiaya. Hidupnya seakan-akan diserahkan karena kasihnya yang besar kepada orang-orang India.

Saudara, seseorang yang mengasihi sesamanya itu mau berkorban menolong sesama tanpa menuntut keuntungan sedikitpun. Ini jugalah yang Tuhan tuntut dalam kehidupan kita saat ini. Di akhir dari perumpamaan ini Yesus mengatakan demikian: “Pergilah dan perbuatlah demikian.” Tuhan mengkehendaki kita menjadi orang-orang Samaria jaman ini, yang senantiasa menunjukkan sikap hospitality kepada orang-orang yang membutuhkan. Mari kita belajar untuk mengasihi dan melayani sesama kita tanpa mengharapkan imbalan atau keuntungan sedikitpun dari orang yang kita layani. Tapi mari kita layani sesama kita dengan dasar kasih.

Milikilah A heart of Servant. Hati yang menghamba bukan cuma kepada Allah, tapi juga kepada sesama. A heart of servant tidak meninggikan diri, dan memandang orang lain lebih rendah dari pada dirinya. A heart of servant memiliki hati yang berperikemanusiaan kepada semua insan, dan kesiapan untuk bekorban tanpa menuntut balas. Mari kita penuhi dunia ini dengan anak-anak Tuhan yang berhati hamba. Sehingga kasih Kristus terpancar melalui hidup kita. Amin

No comments: